PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemahaman terhadap adaptasi dan fisiologi bayi baru lahir sangat
penting sebagai dasar dalam memberikan asuhan. Perubahan lingkungan dari
dalam uterus ke ekstrauterin dipengaruhi oleh banyak faktor seperti kimiawi,
mekanik, dan termik yang menimbulkan perubahan metabolik, pernapasan dan
sirkulasi pada bayi baru lahir normal. Penatalaksanaan dan mengenali kondisi
kesehatan bayi baru lahir resiko tinggi yang mana memerlukan pelayanan
rujukan atau tindakan lanjut.
Banyak perubahan yang akan dialami oleh bayi yang semula berada
dalam lingkungan interna (dalam kandungan Ibu) yang hangat dan segala
kebutuhannya terpenuhi (O2 dan nutrisi) ke lingkungan eksterna (di luar
kandungan ibu) yang dingin dan segala kebutuhannya memerlukan bantuan
orang lain untuk memenuhinya.
Sebagai seorang tenaga kesehatan, bidan harus mampu memahami
tentang beberapa adaptasi atau perubahan fisiologi bayi baru lahir. Hal ini
sebagai dasar dalam memberikan asuhan keperawatan yang tepat. Setelah
lahir, bayi baru lahir harus mampu beradaptasi dari keadaan yang sangat
tergantung (plasenta) menjadi mandiri secara fisiologi. Setelah lahir, bayi
harus mendapatkan oksigen melalui sistem sirkulasi pernapasannya sendiri,
mendapatkan nutrisi per oral untuk mempertahankan kadar gula darah yang
cukup, mengatur suhu tubuh dan melawan setiap penyakit atau infeksi.
Dengan demikian, kami akan membahas mengenai perubahan sistem
metabolisme glukosa, sistem gastrointestinal, dan sistem kekebalan imun bayi
baru lahir.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui perubahan sistem metabolisme glukosa, sistem
gastrointestinal, dan kekebalan imun bayi baru lahir.
2. Tujuan Khusus
BAB II
PEMBAHASAN
1. Melalui penggunaan ASI (bayi baru lahir sehat harus didorong untuk
menyusu ASI secepat mungkin setelah lahir)
2. Melalui penggunaan cadangan glikogen (glikogenesis)
3. Melalui pembuatan glukosa dari sumber lain terutama
lemak
persediaan digunakan pada jam pertama maka otak bayi dalam keadaan
beresiko. Bayi baru lahir kurang bulan, lewat bulan, hambatan pertumbuhan
dalam rahim dan distress janin merupakan resiko utama, karena simpanan
energi berkurang atau digunakan sebelum lahir (Rochmah, 2012. h.9).
Gejala-gejala hipoglikemia bisa tidak jelas dan tidak khas meliputi :
kejang-kejang halus, sianosis, apnu, tangis lemah, letargis, lunglai dan
menolak makanan. Bidan harus selalu ingat bahwa hipoglikemia dapat tanpa
gejala pada awalnya. Akibat jangka panjang hipoglikemia ialah kerusakan
yang meluas di seluruh sel-sel otak (Pusdiknakes, 2003).
B. Sistem Gastrointestinal
1. Pengertian Sistem Pencernaan Neonatus
Saluran pencernaan makanan merupakan saluran yang menerima
makanan dari luar dan mempersiapkannya untuk diserap oleh tubuh
dengan
jalan
proses
pencernaan
(pengunyahan,
penelanan,
dan
pencampuran) dengan enzim dan zat cair yang terbentang dari mulai mulut
(oris) sampai anus. Bayi baru lahir harus memulai untuk memasukkan,
mencerna dan mengabsrobsi makanan setelah lahir, sebagaimana plasenta
telah melakukan fungsi ini (Varney, 2008).
2. Adaptasi Fisiologis Sistem Pencernaan Neonatal
a. Intrauteri
Enzim-enzim penting untuk mencerna karbohidrat, protein,
dan lemak sederhana ada pada minggu ke-36 sampai ke-38 usia
gestasi. Bayi baru lahir cukup bila mampu menelan, mencerna,
memetabolisme dan mengabsorbsi protein dan karbohidrat sederhana
serta mengemulsi lemak (Varney, 2008).
Janin mulai menunjukkan aktifitas gerakan menelan sejak usia
gestasi 14 minggu. Gerakan menghisap aktif tampak pada 26-28
minggu. Cairan empedu mulai diproduksi sejak akhir trimester
pertama, diikuti denga seluruh enzim-enzim pencernaan lainnya.
Proses pencernaan belum terjadi secara aktif (inaktif). Kebutuhan janin
akan nutrisi tidak dipenuhi dengan sistem pencernaannya tetapi
diperoleh dari plasenta. Refleks makan pada janin didalam kandungan
untuk
mempersiapkan
kelahiran
(kehidupan
janin
sehingga
mengakibatkan
gumoh
pada
neonatus
3) Lambung
Kapasitas lambung sangat terbatas, kurang dari 30 ml untuk
bayi baru lahir cukup bulan. Kapasitas lambung ini akan bertambah
secara perlahan, seiring dengan pertumbuhan bayi sampai sekitar
90 ml selama beberapa hari pertama kehidupan. Lambung akan
kosong dalam 3 jam untuk pemasukan makanan dan kosong
sempurna dalam 2 sampai 4 jam. Pengaturan makan yang sering
cairan.
Kondisi
ini
membuat
penyakit
diare
Intrauteri
Relatif Inaktif
Ekstrauteri
Gastrointestinal
Aktif
makanan
yang
melalui
organ
gastrointestinal)
gastrointestinal)
Sudah ada, bayi Menelan Ada dan semakin baik,
cairan
amnion
dan Bayi
sudah
mampu
dan
menghisap
Refleks
peristaltik
Defekasi
Pada
bagian
dan abdomen
peristaltik
sehingga
tidak
tidak
susu formula
bawah Pada
bagian
bawah
refleks abdomen
peristaltik
aktif sudak
sehingga
aktif,
jam
pertama
isi usus
kehidupan janin. Namun sel ini tidak aktif beberapa bulan. Selama tiga bulan
pertama kehidupannya, bayi dilindungi oleh kekebalan pasif yang diterima
dari ibu. Barier alami seperti keasaman lambung atau produksi pepsin dan
trinsin yang dipertahankan kesterilan usus halus (Bobak, 2005).
Kekebalan alami juga disediakan pada tingkat sel yaitu oleh sel darah
yang membantu bayi baru lahir membunuh mikroorganisme asing. Tetapi
pada bayi baru lahir se-sel darah ini masih belum matang, artinya BBL
tersebut belum mampu melokalisasi dan memerangi infeksi secara efisien.
Kekebalan yang didapat akan muncul kemudian. Bayi baru lahir dengan
kekebalan pasif mengandung banyak virus dalam tubuh ibunya. Reaksi
juga penting sebab sebagian besar antibodi yang terbentuk pada sewaktu
terjadi respons primer adalah golongan ini (Pusdiknakes, 2003).
IgM adalah imunoglobin yang paling banyak. Antibodi
ini tidak menembus plasenta, dan kadar yang meningkat
pada bayi baru lahir bisa menunjukkan tanggapan fetal
terhadap infeksi intrauterin seperti toxoplasmosis, rubella,
cytomegalovirus (CMV), atau herpes. Infeksi ini sering disebut
sebagai infeksi TORCH. Bayi yang lahir dengan salah satu
infeksi TORCH bisa menunjukkan tanda-tanda infeksi kronik
intrauterin (otak kecil, retadartion, dan hepatomegali) dan
terus mengidap virus selama beberapa bulan (Varney, 2008).
IgA sebagai pelindung membran lenyap dari traktus naps dan traktus
urinarius dan traktus gastrointestinal kecuali jika bayi diberi ASI. Bayi mulai
menyintea IgG dan mencapai sekitar kadar IgG orang dewasa pada usia 1
tahun, sedangkan kadar orang dewasa dicapai pada usia 9 bulan. IgA, IgD,
dan IgE diproduksi secara lebih bertahap dan kadar maksimum tidak dicapai
sampai pada masa kanak-kanak dini (Bobak, 2005).
IgA tidak bisa menembus pertahanan placenta dalam jumlah yang
cukup besar. Antibodi jenis ini tidak secara normal dihasilkan dalam uterus,
tetapi peningkatan kadar IgA ditemukan pada neonatus dengan infeksi CMV.
IgA disekresi dalam kolostrum, dan riset menunjukkan bahwa IgA memberi
kekebalan pasif pada infeksi gastrointestinal dan pernapasan tertentu pada
bayi yang menyusui (Varney, 2008).
Tingkat IgA sangat rendah dan diproduksi dalam waktu yang lama
walaupun tingkat salive sekresi mencapai tingkat oreang dewasa dalam kurun
waktu 2 bulan. IgA melindungi dari infeksi saluran pernafasan, saluran usus
lambung, dan mata. Sedangkan, imunoglobulin jenis lainnya, yaitu IgD dan
IgE, tidak begitu berkembang pada neonatus (Pusdiknakes, 2003).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapatasi bayi baru lahir (BBL) adalah penyesuaian diri individu
(BBL) darikeadaanyang sangat tergantung menjadi mandiri secara fisiologis.
Banyak perubahan yang akan dialami oleh bayi yang semula berada dalam
lingkungan interna (dalam kandungan Ibu) yang hangat dan segala
kebutuhannya terpenuhi ke lingkungan eksterna (diluar kandungan ibu) yang
dingin dan segala kebutuhannya memerlukan bantuan orang lain untuk
memenuhinya.
Periode adaptasi ini disebut sebagai periode transisi, yaitu dari
kehidupan di dalam rahimke kehidupan di luar rahim. Periode ini berlagsung
sampai 1 bulan atau lebih. Transisi yang paling nyata dan cepat terjadi adalah
pada sistem
pernafasan
dan sirkulasi,
sistem termoregulasi,dan
dalam
DAFTAR PUSTAKA
Bobak, dkk. 2005. Buku Ajar keperawatan maternitas Edisi 4. Jakarta: EGC.
Burroughs A & Leifer G. (2001). Maternity Nursing an Introductory Text. 8 th
Edition.
Maryanti, Dwi, dkk. 2011. Buku Ajar Neonatus, Bayi dan Balita. Jakarta: TIM.
Perry dan Potter. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Volume 2. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Pusdiknakes. 2003. Asuhan Bayi Baru Lahir. Jakarta: Pusdiknakes
Rochmah. 2012. Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita. Jakarta: EGC.
Simpson & Creehan. (2001). Perinatal Care. Edisi 2. Philadelpia: Lippincott.
Varney, H. 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi 4. Volume 2. Jakarta: EGC