10
ABSTRACT
The Gajah Wong bridge to be studied is located in road section of Selokan Mataram,
connecting Gejayan Street and Seturan area, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta
Province. This bridge was built in order to increase economic and to support traffic
activities in this area. Gajah Wong bridge has 40 m span. The designing of this
bridge used I girder, and then would be done redesigning another form of
prestressed-concrete bridge which is box girder. This redesign method being used is
Bridge Management System (BMS) 1992. Excel is used to analyze the structure.
AutoCAD 2010 software was utilized for scetching the design. Girder designed
using prestressed concrete structures with cross-sectional profile of a trapezoid shaped box girder type . In designing the structure beam is used full - prestress posttensioning with trapezoidal cross section box with 2.5 m high with 0,3 m floor-slab
thickness. Prestressed-steel using 7 strands which is based on ASTM A-416
specification and used angkur 28 pieces of VSL type E-55.
Keywords: bridge, prestressed-concrete, box girder
PENDAHULUAN
Bridge
S. Hardwiyono, et al. / Semesta Teknika, Vol. 16, No. 1, 10-20, Mei 2013
LANDASAN TEORI
Beton prategang merupakan penerapan gaya
pratekan pada balok sedemikian rupa sebelum
dikerjakan beban luar, guna meniadakan
tegangan tarik serat beton yang terjadi saat
beban luar bekerja (Nasution, 2009). Gaya
prategang (longitudinal) yaitu gaya tekan yang
memberikan prategang pada penampang di
sepanjang bentang suatu elemen struktur
sebelum bekerjanya beban mati dan hidup
transversal (Nawy, 2001).
3. Penampang U (U-girder)
Gelagar utama terdiri dari satu atau
beberapa balok berpenampang U dan akan
diperkuat baja-baja prategang di dalamnya.
Penarikan Tendon (Baja Prategang)
Penarikan baja prategang dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu :
1. Pratarik (Pre-tensioning), yaitu penarikan
baja dilakukan sebelum pengecoran beton.
Pada sistem penarikan awal (pre
tensioning), untuk mempercepat proses
penarikan tendon dilepaskan pada saat
beton mencapai 60% 80% kekuatan yang
disyaratkan yaitu pada umur 28 hari.
2. Paskatarik
(Post-tensioning),
yaitu
kebalikan dari sistem pratarik dimana
penarikan baja dilakukan setelah beton
mengeras. Bila kekuatan beton yang
diperlukan telah tercapai, maka baja
ditegangkan di ujung-ujungnya dan
dijangkar.
Tahap Pembebanan
Salah satu pertimbangan istimewa pada beton
prategang
adalah
banyaknya
tahapan
gaya
11
Metode Desain
Desain menggunakan pendekatan perancangan
tegangan kerja. Pada pendekatan ini tegangan
di bawah beban kerja dibatasi dengan tegangan
ijin dan struktur diasumsikan elastis linier.
Salah satu metode yang banyak dipergunakan
untuk
perancangan
penampang
balok
prategang adalah metode modulus penampang.
Modulus penampang atas,
-
(1)
(2)
dengan:
R
= 1 LOF
(3)
12
S. Hardwiyono, et al. / Semesta Teknika, Vol. 16, No. 1, 10-20, Mei 2013
Pemeriksaan Tegangan
Pada dasarnya pemeriksaan tegangan pada dua
keadaan yang berbeda, yaitu :
1. Saat awal (transfer), yaitu pemeriksaan
tegangan saat pelimpahan gaya prategang
(penarikan tendon pada sistem paskatarik,
pemotongan tendon pada sistem pratarik).
Beban yang diperhitungkan adalah:
a. Gaya prategang awal P0 (gaya prategang
sebelum terjadi kehilangan tegangan /
gaya prategang).
(4)
R = 1 LOF
(5)
(8)
(9)
(7)
2.
dengan,
LOF : kehilangan gaya prategang total,
dimana presentase kehilangan prategang
untuk paskatarik 20%
b. Seluruh beban eksternal telah bekerja,
seperti beban berat sendiri, beban mati
dan beban hidup atau dengan momen
total yang bekerja saat layan MT
(6)
- -
(17)
S. Hardwiyono, et al. / Semesta Teknika, Vol. 16, No. 1, 10-20, Mei 2013
Perpendekan beton,
(20)
(21)
Kehilangan
prategang
perpendekan elastis,
akibat
(22
dengan,
dengan,
Ix
Kehilangan gaya prategang terjadi pada
komponen struktur paskatarik akibat
adanya gesekan antara tendon dan beton di
sekelilingnya. Besarnya kehilangan ini
merupakan fungsi dari formasi tendon atau
yang disebut curvature effect dan
simpangan lokal di dalam alinyemen
disebut
wobble
effect.
Dengan
menggabungkan curvature effect, maka :
(19)
dengan,
f
kabel
: tegangan awal tendon
pi
L
K
2. Friksi / gesekan ( F )
pF
13
b. Sistem Paska-tarik
Pada sistem paska-tarik, gaya prategang
diukur saat tendon diangkur, berarti telah
terjadi perpendekan elastis beton.
1) Jika hanya terdapat satu tendon, atau
seluruh tendon ditarik bersamasama/ simultan, maka tidak terjadi
kehilangan
tegangan
akibat
perpendekan elastis beton
2) Bila tendon yang digunakan lebih
dari satu dan ditarik bertahap,
sehingga gaya prategang menekan
beton secara bertahap, maka
perpendekaan
elastis
beton
bertambah
setiap
pengakuran
tendon.
Dengan
demikian
kehilangan tegangan yang terjadi
akan berbeda untuk setiap tendon.
Tendon yang pertama kali ditarik
akan mengalami kehilangan terbesar,
dan tendon yang ditarik terakhir kali
tidak
mengalami
kehilangan
tegangan. Untuk mengatasi hal
tersebut, dalam praktek digunakan
metode:
14
S. Hardwiyono, et al. / Semesta Teknika, Vol. 16, No. 1, 10-20, Mei 2013
fcpa
dengan
N : jumlah tendon atau jumlah pasangan
tendon yang ditarik secara sekuensial
dan j menunjukkan nomor operasi
pendongkrakan.
4. Kehilangan
Gaya
Prategang
Bergantung dengan Waktu
yang
(26)
SHu : regangan susut ultimit
: 800.10-6 mm/mm
Kehilangan tegangan akibat susut,
(27)
c. Relaksasi tendon prategang (R)
Relaksasi pada tendon mengalami
tegangan tarik dalam waktu yang cukup
lama. Besar pengurangan prategang
bergantung tidak hanya pada durasi gaya
prategang yang ditahan (t), melainkan
juga pada rasio antara prategang awal
dan kuat leleh baja prategang (f / f ).
pi
akibat
.........(28)
dengan,
pi
f
-
py
( 24)
t
t
py
1
2
S. Hardwiyono, et al. / Semesta Teknika, Vol. 16, No. 1, 10-20, Mei 2013
Start
Pengumpulan data
Jembatan Gajah Wong
Input Data :
Model
Material
Beban
(30)
No
METODE PERANCANGAN
Output data :
- Desain Awal
- Momen
- Gaya geser
- Gaya Axial
15
Yes
Pengolahan data
Merancang stuktur
atas jembatan
No
Kontrol
Yes
Gambar detail jembatan
Kesimpulan
Finish
16
S. Hardwiyono, et al. / Semesta Teknika, Vol. 16, No. 1, 10-20, Mei 2013
Data Perancangan
Jembatan
Gajah
Wong
dirancang
menggunakan struktur balok prategang
paskatarik penampang trapesium dengan data
sebagai berikut:
1. Panjang total jembatan, Lt = 40,8 m
2. Panjang bentang jembatan, L= 40 m
3. Jumlah box girder, n=1 buah
4. Lebar trotoar, b2= 0,50 m
5. Lebar jalan, b1= 6,00 m
6. Tebal genangan air hujan, th= 0,05 m
7. Tebal trotoar, tt= 0,30 m
8. Tebal aspal , ta= 0,10m
dan
eksentrisitas
Pt
Tendon
1) Daerah aman tendon didapat analisis :
WG = 179,316 kN/m, MG = 35863,2
kNm, QMS = 204,449 kN/m, MMS =
40899,8 kNm, MTD = 11655,3kNm,
P0= 8933,539kN, perhitungan momen
di bagian lain di Tabel 1. Batas bawah
tendon pada Tabel 2. Batas atas
tendon pada Tabel.3.
2) Tata letak tendon
a) Posisi di tengah bentang di
Gambar 2. z1= 0,55 m, z2= 0,4167
m, z3= 0,2833 m, z4= 0,15 m,
b) Posisi tendon di tumpuan di
Gambar 3. Jarak masing-masing
baris tendon terhadap alas; z1=
1,8469 m, z2= 1,4469 m,z3=
1,04691 m, z4= 0,6469 m.
c) Eksentrisitas
masing-masing
tendon: f1 =1,2969m,
f2=1,03025m, f3= 0,7635 m, f4=
0,4969m.
d) Lintasan inti tendon (cable) di
Gambar 4.
e) Sudut angkur di Tabel 4.
f) Tata letak kabel tendon di Tabel
5.
S. Hardwiyono, et al. / Semesta Teknika, Vol. 16, No. 1, 10-20, Mei 2013
17
Beban (kN/m)
Berat gelagar (MG)
Beban mati (MD)
Beban hidup (ML)
M0 = MG + 50%.MD
MT = MG + MD + ML
Ujung
0
0
0
0
0
Bagian Penampang
Tengah bentang
Seperempat bentang
Ujung
Terjadi Tarik
eb' (m)
eb1 (m)
0,0704
1,0395
0,0704
0,9398
0,0704
0,6407
Bagian Penampang
Tengah bentang
Seperempat bentang
Ujung
z1 z2 z3
yd
yd
yd
a
z4
yd'
yd'
yd'
z1'
z2'
z3'
z4'
es
cb
Terjadi Tarik
et' (m)
eb1 (m)
0,1574
0,2094
0,1574
-0,0104
0,1574
-0,7305
z0
a'
xo
A
xo
c
eo
ya
eo
Y
z0'
yb
es
L/2
L/2
GAMBAR 4. Lintasan inti tendon
TABEL 4. Sudut angkur
No
Tendon
1
2
3
4
Jumlah
Strands
336
336
336
336
Diameter
Selubung
101,6
101,6
101,6
101,6
Eksentrisitas
fi (m)
1,297
1,031
0,764
0,497
dY/dX =
4*fi/L
0,130
0,103
0,076
0,050
0,129
0,103
0,076
0.050
rad
rad
rad
rad
=
=
=
=
7,389
5,882
4,367
2,845
S. Hardwiyono, et al. / Semesta Teknika, Vol. 16, No. 1, 10-20, Mei 2013
18
Jarak X
(m)
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
9.00
10.00
1.00
12.00
13.00
14.00
15.00
16.00
17.00
18.00
19.00
20.00
Trace z0
(m)
1.0469
0.9725
0.9018
0.8350
0.7720
0.7129
0.6575
0.6059
0.5582
0.5143
0.4742
0.4380
0.4055
0.3769
0.3521
0.3311
0.3139
0.3005
0.2910
0.2852
0.2833
z1 (m)
1.8469
1.7205
1.6005
1.4870
1.3800
1.2795
1.1855
1.0979
1.0169
0.9423
0.8742
0.8126
0.7575
0.7089
0.6667
0.6311
0.6019
0.5792
0.5630
0.5532
0.5500
z4 (m)
0.6469
0.5985
0.5525
0.5090
0.4680
0.4295
0.3935
0.3599
0.3289
0.3003
0.2742
0.2506
0.2295
0.2109
0.1947
0.1811
0.1699
0.1612
0.1550
0.1512
0.1500
Level Tegangan
No
Setelah Penegangan
Kehilangan tegangan :
1
Pergeseran angkur (anchorage friction)
2
Gesekan kabel (jack friction)
Perpendekan elastis beton (elastic
3
shortening)
4
Rangkak beton (creep)
5
Susut beton (shringkage)
6
Relaksasi tendon (relaxation of tendon)
Beban mati tambahan :
1
Beban mati tambahan topping
Tegangan Akhir (fpe)
Kehilangan Tegangan Total (loss of prestress)
f pA
=28,5 MPa,
= 1,4766 MPa,
f pF
= 7,7504 MPa,
f pCR
f csd
= 146,4954 MPa,
f pSD
= 7,1803 MPa
Kehilangan Prategang Jangka Panjang
f pCR = 146,4954 MPa, f pSD= 7,1803
MPa,
Tegangan
Baja (Mpa)
621.4500
Persentase
(%)
100%
28.5000
27.7505
4.586%
4.465%
46.2504
146.4955
70.1538
-7.3073
7.442%
23.573%
11.289%
-1.176%
7.1804
316.7874
1.155%
50.976%
49.024%
S. Hardwiyono, et al. / Semesta Teknika, Vol. 16, No. 1, 10-20, Mei 2013
i.
Tinjauan
Prategang
Ultimate
Box
girder
Lendutan
0,01337 m () ke
T
bawah. Lendutan maksimum yang
diijinkan,
L
240
40
240
0,1667 m
>
0,01337 m
k.
Endblock
cs
As
A1D
19
3827,165
9,517 = 10 buah,
402,124
di
atas
dapat
20
S. Hardwiyono, et al. / Semesta Teknika, Vol. 16, No. 1, 10-20, Mei 2013
tegangan beton
dinyatakan aman.
pada
saat
transfer
cs
= -22,5MPa,
Email: sentot_hardwiyono@yahoo.com
Lukmanul Hakim