PP No 2019 TH 2016 TTG Perubahan Kedua Atas Perpres No 2012 TH 2013 Tentang JKN
PP No 2019 TH 2016 TTG Perubahan Kedua Atas Perpres No 2012 TH 2013 Tentang JKN
R EP U B LIK INDONESIA
Menimbang : a.
penyelenggaraan
jaminan
kesehatan
nasional;
b.
bahwa
berdasarkan
pertimbangan
sebagaimana
Kesehatan;
Mbngingat
: 1.
2.
Tahun
2004
Nomor
150,
Tambahan
PRESIDEN
R E P U B LIK INDONESIA
3.
Jaminan
Sosial
(Lembaran
Negara
Kesehatan
(Lembaran
Negara
Republik
MEMUTUSKAN:
Pasal I
2013
14a,
sehingga Pasal
PRESIDEN
R E P U B LIK INDONESIA
-3Pasal 1
Jaminan
Kesehatan
adalah
jaminan
berupa
kepada
membayar
iuran
setiap
atau
orang
iurannya
yang
telah
dibayar
oleh
pemerintah.
2.
hukum
yang
dibentuk
untuk
4.
5.
6.
7.
PRESIDEN
R E P U B LIK INDONESIA
-48.
9.
Pemberi
Kerja
adalah
orang
perseorangan,
dinyatakan
dalam
bentuk
uang
sebagai
Hubungan
Kerja
yang
selanjutnya
hak
dan
kewajiban
antara
Kerja berdasarkan
peraturan perundang-undangan.
12. Cacat
Total
Tetap
adalah
cacat
yang
dibayarkan
secara
teratur
oleh
Peserta,
PRESIDEN
R E P U B LIK INDONESIA
-514. Fasilitas
Kesehatan
kesehatan
adalah
yang
fasilitas
pelayanan
digunakan
untuk
pelayanan
kesehatan
menyelenggarakan
upaya
perorangan,
promotif,
maupun
baik
rehabilitatif
Pemerintah,
preventif,
yang
Pemerintah
kuratif,
dilakukan
Daerah,
oleh
dan/atau
Masyarakat.
14a. Kecurangan (Fraud) dalam Pelaksanaan Program
Jaminan Kesehatan Nasional pada Sistem Jaminan
Sosial
Nasional
Kecurangan
yang
[Fraud.)
selanjutnya
adalah
disebut
tindakan
yang
finansial
dari
program
Jaminan
Negara
adalah
lembaga negara
pimpinan
sebagaimana
dan
anggota
dimaksud
dalam
Tentara
selanjutnya
Nasional
disebut
Indonesia
Anggota
TNI
yang
adalah
pimpinan
Kepala
Staf
Angkatan
atau
PRESIDEN
R E P U B LIK INDONESIA
adalah
sebagaimana
Veteran
dimaksud
Republik
dalam
Indonesia
Undang-Undang
dimaksud
dalam
Undang-Undang
kepada
Perintis
Pergerakan Kebangsaan/Kemerdekaan.
21. Pemerintah
Pusat
yang
selanjutnya
disebut
PRESIDEN
R E P U B LIK INDONESIA
-7Pasal 4
(1)
Peserta
bukan
PBI
Jaminan
Kesehatan
tergolong fakir
Penerima
Upah
dan
anggota
keluarganya;
b. Pekerja Bukan Penerima Upah dan anggota
keluarganya; dan
c.
(2)
pimpinan
dan
anggota
Dewan
Perwakilan
Rakyat Daerah;
f.
g.
Pekerja
Bukan
Penerima
Upah
sebagaimana
PRESIDEN
R E P U B LIK IND ON ESIA
(4)
penerima pensiun;
d. Veteran;
e.
Perintis Kemerdekaan;
f.
Pejabat
Negara yang
berhenti
dengan
hak
piatu
dari
pensiun;
d. janda,
duda,
atau
anak yatim
f.
janda,
duda,
atau
anak yatim
piatu
dari
PRESIDEN
R E P U B LIK INDONESIA
-9(6)
(7)
peraturan
perundang-undangan
tersendiri.
Pasal 5
(1)
meliputi
Pekerja
Penerima
Upah,
Anak
kandung,
anak
Peserta bukan
PBI Jaminan
Kesehatan
dapat
PRESIDEN
R E P U B LIK INDONESIA
(4)
10
4.
Pasal 11
(1)
(2)
(3)
dilakukan
yang
dengan melampirkan
membuktikan
status
ketenagakerjaannya.
(4)
(2),
iurannya
dibayar
sesuai
ketentuan
PRESIDEN
R E P U B LIK INDONESIA
(6)
11
(7)
Tata
cara
pengenaan
sanksi
administratif
Setiap
Pekerja
Bukan
Penerima
Upah
sesuai
Setiap
orang bukan
Pekerja
sesuai
ketentuan
kepada
BPJS
Kesehatan
dengan
membayar iuran.
5.
Pasal 12 ...
PRESIDEN
R E P U B LIK IND ON ESIA
12
Pasal 12
(1)
(2)
terintegrasi
dengan
Nomor
Identitas
Indonesia
Sehat
sebagaimana
dimaksud
6.
Pasal 16
(1)
Iuran
Jaminan
Kesehatan
bagi
Peserta
PBI
PRESIDEN
R E P U B LIK INDONESIA
- 13 (3)
pensiun
sebagaimana
dimaksud
7.
Dihapus.
Pasal 16A
(1)
Iuran
Jaminan
Jaminan
Kesehatan
Kesehatan
bagi
serta
Peserta
penduduk
PBI
yang
Ketentuan
besaran
Iuran
Jaminan
Kesehatan
8.
PRESIDEN
R E P U B LIK INDONESIA
- 14 Pasal 16B
(1)
dan
anggota
DPRD,
serta
Pegawai
(3)
Daerah
untuk
Iuran
Jaminan
9.
P a s a l 1 6 D ...
PRESIDEN
R E P U B LIK INDONESIA
- 15 Pasal 16D
Pasal 16F
(1)
Rp
80.000,00
(delapan
puluh
ribu
Ketentuan
besaran
Iuran
Jaminan
Kesehatan
PRESIDEN
R E P U B LIK INDONESIA
Pasal 16H
(1)
(2)
(3)
Peserta
bukan
Pekerja
ditetapkan
sesuai
Pembayaran
Iuran
Jaminan
Kesehatan
bagi
dan
menyetorkan
kepada
BPJS
Kesehatan.
17 diubah,
PRESIDEN
R E P U B LIK INDONESIA
- 17 Pasal 17
(1)
Pemberi
Kerja
Pekerjanya,
wajib
memungut
membayar
iuran
iuran
yang
dari
menjadi
Untuk
Pemberi
penyetoran
Kerja
iuran
pemerintah
kepada
BPJS
daerah,
Kesehatan
Dalam
hal
tanggal
10
(sepuluh)
sebagaimana
Ketentuan
mengenai
penerusan
iuran
Pemberi
Dihapus.
(6)
Dihapus.
(7)
Ketentuan
lebih
lanjut
mengenai
tata
cara
Kesehatan
setelah
berkoordinasi
dengan
kementerian/lembaga terkait.
13. Ketentuan ayat (1) Pasal 17A diubah, ketentuan ayat (3)
dan ayat (4) dihapus, sehingga Pasal 17A berbunyi
sebagai berikut:
Pasal 17A ...
PRESIDEN
R E P U B LIK IND ON ESIA
- 18 Pasal 17A
(1)
(2)
(3)
Dihapus.
(4)
Dihapus.
(5)
(6)
Ketentuan
lebih
lanjut
mengenai
tata
cara
PRESIDEN
R E P U B LIK INDONESIA
- 19 Pasal 17A.1
(1)
(1),
penjaminan
Peserta
diberhentikan
sementara.
(2)
Pemberhentian
sementara
penjaminan
Peserta
iuran
bulan
tertunggak
paling
kepesertaan
aktif
kembali
sebagaimana
Peserta sebagaimana
Denda
sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(3)
kesehatan
untuk
setiap
bulan
PRESIDEN
R E P U B LIK INDONESIA
(5)
20
sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(3)
Ketentuan
pembayaran
iuran
sebagaimana
dan
pengenaan
denda
sebagaimana
15. Ketentuan ayat (1) huruf b, ayat (3), ayat (4), dan ayat
(5)
d. skrining kesehatan.
(2) Penyuluhan ...
PRESIDEN
R E P U B LIK INDONESIA
(2)
21
(3)
(4)
Pelayanan
keluarga
berencana
sebagaimana
bekerja
sama
dengan
Badan
obat
kontrasepsi
bagi
Peserta
Jaminan
Kepala
Badan
Kependudukan
dan
Daerah
sesuai
dengan
ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(6)
Pelayanan
skrining
kesehatan
sebagaimana
PRESIDEN
R E P U B LIK INDONESIA
(7)
Ketentuan
22
mengenai
tata
cara
pemberian
Pasal 22
(1)
mencakup:
1. administrasi pelayanan;
2. pelayanan promotif dan preventif;
3. pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi
medis;
4.
tindakan
medis
non
spesialistik,
baik
6.
pemeriksaan
penunjang
diagnostik
b. Pelayanan ...
PRESIDEN
R E P U B LIK INDONESIA
administrasi pelayanan;
2.
3.
4.
tindakan
medis
spesialistik,
baik bedah
6.
7.
rehabilitasi medis;
8.
pelayanan darah;
9.
10. pelayanan
jenazah
pada
pasien
yang
(3)
(1)
huruf b
angka
11,
tidak
termasuk
PRESIDEN
R E P U B LIK INDONESIA
- 24 (4)
mendapatkan
pelayanan
berupa
alat
kesehatan.
(5)
technology
memperhitungkan
assessment)
kecukupan
iuran
dengan
setelah
2. Peserta ...
PRESIDEN
R E P U B LIK IND ON ESIA
dan
golongan
ruang
II
beserta
anggota
keluarganya;
3. Anggota Polri dan penerima pensiun Anggota
Polri yang setara Pegawai Negeri Sipil golongan
ruang I dan golongan ruang II beserta anggota
keluarganya;
4. Peserta Pekerja Penerima Upah selain angka 1
sampai
dengan
angka
dan
Pegawai
PRESIDEN
R E P U B LIK INDONESIA
dan
Perintis
Kemerdekaan
beserta
anggota keluarganya;
7. janda, duda, atau anak yatim piatu dari Veteran
atau Perintis Kemerdekaan;
8. Peserta Pekerja Penerima Upah selain angka 1
sampai
dengan
angka
dan
Pegawai
sampai
dengan
Rp
8.000.000,00
PRESIDEN
R E P U B LIK IND ON ESIA
- 27 Pasal 24
(1)
(2)
Selisih
dijamin
oleh
BPJS
yang
didaftarkan
oleh
Pemerintah
Pembayaran
selisih
oleh
Pemberi
Kerja
Pasal 25
(1)
kesehatan
melalui prosedur
yang dilakukan
tanpa
sebagaimana diatur
dalam
PRESIDEN
R E P U B LIK INDONESIA
28
b. pelayanan
kesehatan
yang
dilakukan
di
BPJS
Kesehatan,
kecuali
dalam
keadaan darurat;
c.
pelayanan
kesehatan
yang
dijamin
oleh
kesehatan
yang
dijamin
oleh
f.
gangguan
kesehatan/penyakit
akibat
k. pengobatan komplementer,
tradisional,
berdasarkan
yang
belum
penilaian
alternatif
dinyatakan
teknologi
dan
efektif
kesehatan
pengobatan
dan
tindakan
medis
yang
PRESIDEN
R E P U B LIK INDONESIA
kesehatan
tanggap
akibat
darurat,
bencana
kejadian
pada
luar
biasa/wabah;
p. pelayanan
kesehatan
pada
kejadian
tak
Manfaat
Jaminan
Kesehatan
yang
diberikan.
(2)
atau
akibat
melakukan
hobi
yang
yang
dikategorikan
sebagai
percobaan
Pasal 27
BPJS Kesehatan dan penyelenggara program asuransi
kesehatan
tambahan
dapat
melakukan
koordinasi
yang
memiliki
hak
atas
perlindungan
PRESIDEN
R E P U B LIK INDONESIA
Pasal 27A
(1)
(2)
Ketentuan
mengenai
tata
cara
kerja
sama
Pasal 29
(1)
pertama
yang
ditetapkan
oleh
BPJS
PRESIDEN
R E P U B LIK INDONESIA
- 31 (2)
Peserta
berhak
memilih
Fasilitas
dengan
asosiasi
Fasilitas
(4)
(5)
Dalam
hal
Peserta
memerlukan
pelayanan
pertama
harus
merujuk
ke
Fasilitas
sistem
rujukan
yang
diatur
dalam
PRESIDEN
R E P U B LIK INDONESIA
- 32 (6)
Ketentuan
lebih
kesehatan
tingkat
lanjut
mengenai
pertama
dan
pelayanan
pelayanan
Pasal 32
(1)
(2)
disusun
Komite
Nasional.
(3)
Badan
Pengawas
Obat
dan
Makanan,
Badan
sebagaimana
dituangkan
dalam
dimaksud
Formularium
pada
ayat
Nasional
(1)
dan
PRESIDEN
R EP U B LIK INDONESIA
(2)
Penyelenggara
pelayanan
kesehatan
meliputi
Fasilitas
Kesehatan
milik
Pemerintah
dan
PRESIDEN
R E P U B LIK INDONESIA
- 34 (4)
ayat
(3)
dilaksanakan
dengan
membuat
perjanjian tertulis.
(4a) Dalam rangka pelaksanaan kerja sama dengan
Fasilitas Kesehatan, BPJS Kesehatan berkoordinasi
dengan dinas kesehatan kabupaten/kota.
(5)
Pasal 36A
(1)
kepada
Peserta
selama
Peserta
Kesehatan
baik
yang
bekerja
sama
dilarang
menarik
biaya
pelayanan
peraturan
perundang-undangan.
30. Ketentuan ...
PRESIDEN
R E P U B LIK INDONESIA
Pasal 38
(1)
BPJS
Kesehatan
wajib
membayar
Fasilitas
cara
pembayaran
pra
upaya
berdasarkan kapitasi;
b.
tingkat
pertama
dan
Fasilitas
lengkap
bagi
fasilitas
kesehatan
(3)
a jatuh
pada
hari
libur,
pembayaran
PRESIDEN
R E P U B LIK INDONESIA
(2)
(3)
Dikecualikan
dari
ketentuan
sebagaimana
ayat (4)
diubah, dan
Pasal 39
(1)
terdaftar
di
Fasilitas
Kesehatan
tingkat
pertama.
(la) Dalam ...
PRESIDEN
R E P U B LIK INDONESIA
dimaksud
pada
ayat
(1)
adalah
mekanisme
penggunaan
mengikuti
dan
ketentuan
pembayaran,
termasuk
pertanggungjawabannya,
peraturan
perundang-
(3)
Kesehatan
rujukan
tingkat
lanjutan
Based
Groups
(non
INA-CBGs)
ditinjau
PRESIDEN
R E P U B L IK
IN D O N E S IA
Pasal 39A
(1)
Kesehatan
rekam medis
sesuai
dengan
Pasal 40
(1)
BPJS
Kesehatan
dibayar
dengan
penggantian biaya.
PRESIDEN
R E P U B LIK INDONESIA
- 39 (2)
Biaya
sebagaimana
ditagihkan
dimaksud
langsung
oleh
pada
Fasilitas
ayat
(1)
Kesehatan
(4)
Dihapus.
(5)
Ketentuan
lebih
lanjut
mengenai
penilaian
Pasal 43A
(1)
BPJS
Kesehatan
mengembangkan
operasionalisasi
sistem
sistem
mutu
kendali
pembayaran
pelayanan
pelayanan,
pelayanan
teknis
kesehatan,
dan
kesehatan
sistem
untuk
PRESIDEN
R E P U B LIK INDONESIA
- 40 (3)
pada
berkoordinasi
ayat
(1),
dengan
BPJS
Kesehatan
kementerian/lembaga
terkait.
Pasal 45
(1)
yang
bekerja
Peserta
sama
dapat
dengan
BPJS
menyampaikan
dapat
menyampaikan
pengaduan
Dinas
Kesehatan
Provinsi,
dan/atau
Menteri.
(3)
PRESIDEN
R E P U B LIK INDONESIA
- 41 (4)
ayat
(3)
dilaksanakan
sesuai
dengan
Sengketa antara:
a. Peserta dengan Fasilitas Kesehatan;
b. Peserta dengan BPJS Kesehatan;
c. BPJS Kesehatan dengan Fasilitas Kesehatan;
atau
d. BPJS
Kesehatan
dengan
asosiasi
Fasilitas
Kesehatan,
diselesaikan dengan cara musyawarah oleh para
pihak yang bersengketa.
(la) Penyelesaian
sengketa
secara
musyawarah
Kabupaten/Kota,
dan/atau
Badan
(3)
PRESIDEN
R E P U B LIK INDONESIA
BAB XIA
PENCEGAHAN KECURANGAN (FRAUD) DALAM PELAKSANAAN PROGRAM
JAMINAN KESEHATAN
Pasal 46A
(1)
Sistem
dalam
Pencegahan
pelaksanaan
Kecurangan
program
Jaminan
Kesehatan.
(2)
BPJS
Kesehatan,
pemberi
pelayanan
Sistem
Pencegahan
sebagaimana
Kecurangan
dimaksud
pada
(Fraud)
ayat
(1)
diselenggarakan melalui:
a. penyusunan
kebijakan
dan
pedoman
PRESIDEN
R E P U B LIK IND ON ESIA
- 43 c.
pengembangan
pelayanan
kesehatan
yang
tim
pencegahan
Kecurangan
(Fraud).
(4)
Sistem
Pencegahan
Kecurangan
(Fraud)
terstruktur,
dan komprehensif
kabupaten/kota,
dan
pemangku
kepentingan lainnya.
(5)
Ketentuan
lebih
lanjut
Pencegahan Kecurangan
mengenai
(Fraud)
Sistem
diatur dengan
Peraturan Menteri.
BAB XIB
PENGAWASAN
Pasal 46B
(1)
Dinas
Kesehatan
Kabupaten/Kota
Jaminan
Kesehatan
sesuai
dengan
kewenangan masing-masing.
(2)
PRESIDEN
R E P U B LIK IND ON ESIA
- 44 (3)
ayat
(1)
dilakukan
secara
terkoordinasi
Pasal 46C
Pengawas
Ketenagakerjaan
pada
instansi
yang
BAB XIC
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 46D
Peraturan
dinyatakan
Presiden
tetap berlaku
ini
diundangkan,
Pasal II
Peraturan
Presiden
ini
mulai
berlaku
pada
tanggal
diundangkan.
Agar ...
PRESIDEN
R EP U B LIK INDONESIA
- 45 Agar
setiap
orang
mengetahuinya,
pengundangan
Peraturan
penempatannya
dalam
memerintahkan
Presiden
Lembaran
ini
Negara
dengan
Republik
Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 29 Februari 2015
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
JOKO WIDODO
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 1 Maret 2015
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
YASONNA H. LAOLY