MGMP Fisika Bantul PDF
MGMP Fisika Bantul PDF
MEKANIKA KUANTUM
R. Yosi A., M.Si
(Jurdik Fisika UNY)
(I-1)
B
E=
t
(I-2a)
E=
1 E
j
B= 2
+ 2
c t c
(I-2b)
(I-2c)
dan
B= 0
(I-2d)
dengan c adalah kelajuan cahaya, adalah rapat muatan ruang, adalah permitivitas
ruang hampa, dan j adalah rapat arus. Untuk ruang bebas, persamaan (I-2b) dan (I2c) menjadi
1 E
.
E = 0 dan B = 2
c t
(I-3)
1 E
1 B
2
2
E 2
= 0 dan B 2
= 0.
c t
c t
(I-4)
E( r , t ) = Re E0 e i ( t k r )
dan
(I-5a)
(I-5b)
B( r , t ) = Re B0 e i ( t k r ) ,
dengan adalah frekuensi sudut gelombang, dan k adalah vektor gelombang pada
arah rambat gelombang, yang besarnya adalah k = c .
Dalam fisika klasik, fenomena alam dapat dispektrumkan dengan Mekanika
Newton yang menguasai partikel, dan elektromagnetika yang menguasai medan
elektromagnetik atau radiasi. Kedua komponen fisika klasik tersebut dapat
dipandang sebagai terpisah satu dengan yang lain, tetapi terkait melalui persamaan
Lorentz
F = q E + v B
(I-6)
yang menyatakan gaya yang dialami oleh partikel bermuatan listrik q bergerak
Suatu permukaan benda pada suhu T > 0 K selalu memancarkan radiasi, biasa
disebut radiasi termal. Intensitas oleh Stefan dan Boltzmann sebagai
I T = e T 4 ,
(I-7)
(a)
(b)
Gambar I.1: Spektrum Radiasi Termal
Radiasi termal mempunyai spektrum malar atau kontinu (Gambar I.1). Untuk
suhu yang lebih tinggi, selain intnsitas radiasi bertambah (sesuai dengan pers. I-7),
juga
Pergeseran puncak spektrum tersebut dijelaskan oleh Wien secara empiris, menurut
persamaan
maksT = C W ,
(I-8)
2 ckT
4
I T ( ) =
2 kT
c2
(I-9a)
atau
2
(I-9b)
(I-10)
dengan h = 6,626 10 34 J.s , disebut tetapan Planck, dan n adalah bilangan bulat (n =
1, 2, 3, ... ). Menggunakan teorinya tersebut, Planck kemudian menurunkan
persamaan spektrum radiasi termal, dan memperoleh hasil sebagai
IT ( ) =
2 c 2 h
1
5
hc kT
e
1
(I-11a)
atau
IT ( ) =
2 h
c2
1
e
h kT
(I-11b)
Spektrum radiasi termal Planck tepat sesuai dengan hasil eksperimen, bahwa
mampu menjelaskan hukum-hukum empiris Stefan-Boltzmann dan Pergeseran
Wien.
I-3
Efek Fotolistrik
Jika intensitas radiasi yang menimbulkan efek fotolistrik dinaikkan, maka akan
memperbanyak foto-elektron yang dihasilkan, ditandai oleh bertambahnya arus
foto-elektron I fe . Perangkat untuk mengamati terjadinya efek fotolistrik seperti
ditunjukkan pada Gambar I-2. Arus foto-elektron dapat ditiadakan dengan cara
memberi tegangan pada kolektor negatif terhadap emiter. Beda tegangan emiter
kolektor pada saat arus foto-elektron tepat mencapai nol, disebut tegangan
penghenti (stopping voltage), Vs . Gambar I-3a menggambarkan I fe sebagai fungsi
tegangan kolektor - emiter (Vke ) untuk tiga macam intensitas radiasi ( I r ) . Semakin
besar frekuensi radiasi yang menimbulkan efek fotolistrik, semakin besar tegangan
penghenti yang diperlukan untuk meniadakan arus foto-elektron. Gambar I-3b
menggambarkan hubungan antara Vs dan hasil eksperimen. Untuk berbagai
logam, grafik Vs versus mempunyai kemiringan yang sama, tetapi dengan
frekuensi ambang ( 0 ) yang berbeda.
Efek fotolistrik tidak dapat dipahami dengan fisika klasik, yang mana intensitas
radiasi sebanding dengan enegi gelombang (kuadrat amplitudo). Pada tahun 1905,
Einstein menerangkan efek fotolistrik dengan teori kuantum cahaya:
1. Cahaya / radiasi terdiri dari atas kuantum / paket-paket energi sebesar
Er = h
(I.12)
bebas
dalam
logam
terikat
oleh
logam
untuk
seluruhnya kepada satu elektron dalam logam. Jika h > , maka elektron yang
menerima tenaga tersebut dapat lepas dari logam, dengan sisa tenaga yang
diterimanya digunakan untuk bergerak, memenuhi persamaan
h = + K fe
(I-13)
0 =
.
h
(I-14)
Jadi, jika suatu radiasi yang dikenakan pada suatu logam frekuensinya > 0
baru bisa menimbulkan efek fotolistrik, dan jika intensitas radiasi naik, maka cacah
foto-elektron bertambah karena cacah foton bertambah.
I.3
Efek Compton
(I-15)
h h
= .
c
(I-16)
mf =
dan mempunyai momentum linear sebesar
pf =
Seberkas radiasi yang dikenakan pada lempeng (plat tipis) logam akan
mengalami hamburan. Intensitas radiasi terhambur tergantung pada sudut
hamburannya. Gambar I-4 menunjukkan susunan peralatan dan hasil pengamatan
hamburan radiasi. Gejala tersebut tidak dapat dijelaskan dengan memandang radiasi
sebagai gelombang klasik.
Pada tahun 1923, Compton mempelajari hamburan radiasi tersebut di atas, dan
menerangkan sebagai berikut. Radiasi yang dikenakan pada lempeng logam
berinteraksi dengan elektron bebas dalam logam (tidak selalu menimbulkan efek
fotolistrik walaupun tenaganya cukup). Interaksi abtara radiasi dengan elektron
bebas dalam logam berperilaku seperti tumbukan elastis antara dua partikel.
Mekanisme hamburan radiasi (kemudian disebut hamburan Compton atau efek
Compton) tersebut di atas dapat dijelaskan dengan memberlakukan hukum-hukum
kekekalan tenaga dan momentum linear secara relativistik. Pemberlakuan kedua
hukum kekekalan tersebut menghasilkan persamaan-persamaan
=
K e = h
h
(1 cos
mec
2 cos 2
(1 ) 2 2 cos 2
(I.17)
(I.18)
dan
cot( 2) = (1 ) tan
dengan
(I.19)
= panjang
I.4
h
mv
(I.20)
e =
h
( 2meV ) 1 2
(I.21)
(1,6 10
19
C . Hasil
I.5
Spektrum emisi berbagai unsur yang bersifat diskret dan merupakan karakter
dari masing-masing unsur telah lama teramati (jauh sebelum abad 20). Keberaturan
spekrum emisi atom, sebagai pembawa informasi mengenai struktur atom yang
bersangkutan, pertama kali ditemukan oleh Balmer (1885) pada atom hidrogen di
daerah cahaya. Balmer merumuskan spektrum emisi atom hidrogen dalam panjang
gelombangnya sebagai
n = k
n2 4
,
n2
(I.22)
yang kemudian dikenal sebagai persamaan deret Balmer, dengan n = 3,4,5, , dan
(I.23)
dan memberikan tenaga elektron atom hidrogen (aras tenaga atom hidrogen)
terkuantisasi menurut persamaan
En =
dengan =
k 2 e 4 me
2 2 n 2
(I.24)
h
, dan k = tetapan Coulomb, telah memberikan andil yang besar dalam
2
10
tenaga atom tersebut, atom dapat pindah dari satu aras ke yang lebih rendah dengan
memancarkan tenaganya dalam bentuk radiasi, yang memenuhi persamaan
Er = E1 E2 =
hc
(I.25)
Dari berbagai transisi menghasilkan spektrum emisi yang sangat sesuai dengan
rumusan Balmer.
I.8
Telah disebutkan pada bagian-bagian terdahulu akan adanya sifat dual dari
radiasi maupun partikel materi. Tetapi tidak mungkin memberlakukan kedua
deskripsi tersebut baik pada radiasi maupun pada partikel materi secara bersamaan
(simultan). Diberikan contoh pada radiasi, bila radiasi dipandang sebagai partikel,
dan secara ekstrim dapat menemukan posisi pada suatu saat secara tepat
(I.26)
x p .
(I.27)
dan
ini
juga
menyarankan
diberlakukannya
konsep
probabilitas
11
12
Fungsi Gelombang
menemukan sistem di posisi r pada saat t, yang secara langsung memberikan rapat
kebolehjadian, ( r , t ) , sebagai:
( r ,t)
( r , t ) ( r , t ) = ( r , t ) 2 ,
(II.1)
( r , t ) d =
( r , t ) ( r , t ) d
(II.2)
Pengertian ini analog dengan massa dalam elemen volume sebagai hasil kali antara
rapat massa dengan elemen volume tersebut,
dm = m dV .
Kebolehjadian dalam mekanika kuantum ini memenuhi hukum kontinuitas
S+
= 0
t
(II.3)
Vektor S pada persamaan (II-3) menyatakan rapat arus partikel, biasa disebut
sebagai rapat arus kebolehjadian, yang menggunakan persamaan Schrdinger
(dibahas pada bab III) dapat diturunkan sebagai
S=
2im
( r , t ) ( r , t ) ( r , t ) ( r , t ) ]
(II.4)
13
Postulat II:
Operator
Operator adalah suatu instruksi matematis yang bila dikenakan atau
dioperasikan pada suatu fungsi maka akan mengubah fungsi tersebut menjadi
fungsi lain. Untuk operator O dapat ditulis sebagai
O ( r , t ) = ( r , t ) .
(II.5)
[Tanda aksen bukan berarti diferensial atau turunan, tapi hanya untuk
membedakan dengan fungsi asalnya].
Contoh:
( r ,t)
O
O ( r , t ) =
t
t
d
O
x
dx
d
[ x ( x , t ) ]
O ( x , t ) =
dx
dx
d ( x , t )
=
( x,t) + x
dx
dx
d ( x , t )
= ( x, t ) + x
dx
d
= 1 + x ( x , t )
dx
(II.6)
) = cO ; c = konstanta
O ( + ) = O + O
dan
(O + O )
1
= O 1 + O 2 .
(II.7a)
(II.7b)
(II.7c)
14
O ( r , t ) = ( r , t ) ,
(II.8)
dalam hal ini ( r , t ) disebut swafungsi (eigen-function, fungsi diri), dan disebut
swanilai (eigen-value, nilai diri) operator O .
Contoh
d
O
, ( x ) = a exp( bx ) , a dan b konstanta
dx
O ( x ) = ba exp( bx )
= b ( x ) .
Di sini, b adalah swanilai operator d dx yang berhubungan dengan swafungsi
aexp( bx ) . Secara umum b bisa bernilai real maupun imajiner atau kompleks. Bila O
suatu operator mekanika kuantum (observabel), maka pasti real. Persamaan (II-8)
disebut persamaan swafungsi operator O . Suatu operator dapat mempunyai
beberapa swafungsi (set eigen-function) dengan swanilainya masing-masing
O n ( r , t ) = n n ( r , t ) .
(II.9)
Operator Hermitan
, terdapat operator B demikian sehingga
Untuk setiap operator linear A
berlaku hubungan
f ( r , t ) A g( r , t ) d = ( B f ( r , t ) ) g( r , t ) d
(II.10)
Apabila A
dinyatakan dengan
hubungan
f ( r , t ) A g( r , t ) d = ( A f ( r , t ) ) g( r , t ) d
(II.11)
15
n ( r , t ) m ( r , t ) d
1 jika m = n
= mn =
0 jika m n
(II.12)
atau ruang Hllbert, sehingga fungsi gelombang sebarang ( r , t ) dapat diuraikan atas
komponen-komponen pada fungsi basis tersebut,
( r , t ) = b n un ( r , t )
(II.14)
dengan
bn =
un ( r , t ) ( r , t ) d
(II.15)
Observabel
Posisi: r , x
Momentum linear: p, p x
Operator
r , x = r , x
p = i , p x = i
x
Momentum sudut: L = r p
L = ir
Lx
L x = i y z
y
z
16
L z = i x y
x
y
L z = i
Lz
4.
5.
Tenaga kinetik: K =
p2
2m`
Tenaga total: E
2
K =
2m
E = i
t
Komutator
Operasi perkalian antara dua operator sering dilakukan (seperti halnya
perkalian antara dua observabel). Pengoperasian perkalian operator pada suatu
fungsi dilakukan berturut-turut dari yang paling depan (paling dekat dengan fungsi
yang dikenai). Perkalian antara dua operator mekanika kuantum yang sering
muncul, karena sifat kedua operator tersebut adalah komutator. Komutator antara
dan B didefinisikan sebagai
dua operator A
[ A , B ] A B B A .
(II.16)
[ A , B ] [B , A ]
[ A, BC] [ A, B]C + B[ A, C]
[ ]
[ A B ,C ] [ A ,C ]B + A [B ,C ]
[ A , [B ,C ]] + [B , [C , A ]] + [C , [ A , B ]] 0 .
(II.17a)
(II.17b)
(II.17c)
(II.17d)
[ ]
, B 0 , dikatakan A
dan B tidak komut, dan
simultan (klasik). Sedangkan apabila A
pengukuran observabelnya tidak bisa dilakukan secara serentar dan pasti (terikat
pada prinsip ketakpastian Heisenberg, A B 2 ).
Dikaitkan dengan sifat hermitannya, dapat dibuktikan bahwa komutator dari
dua operator hermitan bersifat anti-hermitan, yakni memenuhi hubungan
17
( r , t ) [ A , B ] ( r , t ) d
([ A , B ] ( r , t ) ) ( r , t ) d
(II.18)
Notasi Dirac
Untuk menuliskan suatu fungsi (vektor dalam ruang Hilbert), operasi integral
dan sebagainya dapat digunakan notasi tertentu yang disebut notasi Dirac. Berikut
beberapa contoh penulisan notasi Dirac:
Fungsi g
gd
fA
unum d
g = f A
g
f A
= nm un um = nm
bi = ui d bi = ui
ditulis sebagai
Syarat hermitan operator A
g = A
f g .
f A
Postulat III:
( r , t ) = an un ( r , t )
dengan swanilai an ,
operator A
u ( r , t ) = a u ( r , t ) ,
A
n
n n
akan menghasilkan nilai ukur yang pasti an , dan tanpa mengubah
keadaan atau fungsi gelombangnya.
R , t = bi ui ( r , t )
( )
(II.19)
18
( )
P ( an ) = un ( r , t ) R , t
un ( r , t )
bi u i ( r , t )
(II.20)
= bn2
Pada pengukuran observabel q secara klasik yang dilakukan n kali diperoleh
kebolehjadian memperoleh suatu harga q k adalah
nk
,
n
Pk =
(II.21)
Pk q k .
(II.22)
Konsep matematis nilai rata-rata ini juga berlaku pada mekanika kuantum yang
dinyatakan oleh postulat 4 berikut.
Postulat IV:
a = ( r ,t) A
( r ,t)
=
bi a i
value) tersebut,
ketakpastian
( a) 2 = ( a a ) 2
= a2 a
(II.23)
19
( a )( b )
.
2
(II.24)
Dalam bab ini baru disebutkan bahwa keadaan suatu sistem dinyatakan
dengan suatu fungsi gelombang, dan suatu observabel dinyatakan dengan suatu
operator. Di sini belum dibicarkan bentuk fungsi gelombang itu serta bagaimana
memperokehnya, begitu juga pemberlakuan operator-operator observabel pada
suatu sistem. Hal-hal yang disebutkan terakhir ini akan dibahas pada bab-bab
selanjutnya.
20
bentuk
persamaan
Schrdinger,
yakni
dari
persamaan
operator
(III.1)
2 2
( r , t ) + V ( r , t ) ( r , t ) = i ( r , t ) .
2m
t
(III.2)
Catatan: Tenaga potensial V, secara umum sebgai fungsi posisi dan waktu,
Persamaan (III-2) adalah persamaan Schrdinger gayut waktu, yakni untuk sistem
yang tenaganya sebagai fungsi waktu secara eksplisit. Untuk sistem dengan tenaga
konstan, persamaan Schrdingernya dapat dituliskan sebagai
2 2
( r , t ) + V ( r ) ( r , t ) = i ( r , t ) = E ( r , t ) ,
2m
t
(III.3)
( r , t ) pada persamaan (III-3) dapat difaktorkan atas dua fungsi variabel tunggal,
( r , t ) R( r ) ( t ) .
(III.4)
Dengan pemisahan variabel ini persamaan (III-3) memberikan dua persamaan
diferensial,
( t ) = E ( t )
t
(III.5)
iEt
( t ) = exp
,
(III.6)
2 2
R( r ) + V ( r ) R( r ) = ER( r )
2m
(III.7)
i
dengan penyelesaian
dan
iEt
( r , t ) = R( r ) exp
.
(III.8)
Persaman (III-7) disebut persamaan Schrdinger tak gayut waktu, dan sistem
tersebut dikatakan stasioner, karena fungsi gelombangnya (III-8) memberikan rapat
kebolehjadian
2
( r ,t)
yang
konstan
terhadap
dapat dicari
waktu.
Dengan
mekanika
22