IV
ANALISIS OBAT DENGAN METODE KROMATOGRAFI
Saat ini, metode kromatografi merupakan metode utama yang digunakan
untuk analisis obat.
Analisis obat-obatan dengan kromatografi tahun 1955: kromatografi
kertas
(ascending & descending)
Fasa Diam
Fasa
Bentuk
Gerak
Kromatografi
Kertas
kertas
(selulosa)
Kromatografi
Silica,
Cair
Mekanisme
Sorpsi yang
Planar
Utama
Partisi (adsorpsi,
pertukaran ion,
Cair
Planar
eksklusi)
Partisi (adsorpsi,
pertukaran ion,
eksklusi)
dikendalikan
Cair
Gas
Kolom
Partisi
Gas-cair
Kromatografi
Padat
Gas
Kolom
Adsorpsi
Gas-padat
Kromatografi
Padatan
Cair
Kolom
Partisi yang
Cair Kinerja
dimodifikasi
Tinggi (KCKT)
Kromatografi
Padatan
Cair Eksklusi
dengan
Ukuran
porositas yang
Cair
Kolom
Eksklusi
Kromatografi
dikendalikan
Resin penukar
Cair
Kolom
Pertukaran ion
Penukar Ion
Kromatografi
ion
Pemilih kiral
Cair
Kolom
Adsorpsi secara
kiral
padatan
selektif
Cs
Cm
kroma
tografi
planar
Analisis Kualitatif dan Kuantitatif
Analisis Kualitatif
Ada 3 pendekatan untuk analisis kualitatif:
1. Perbandingan data retensi solute yang tidak diketahui dengan data
retensi baku yang sesuai pada kondisi yang sama.
Kromatografi planar: Rf senyawa baku dan Rf senyawa yang tidak
diketahui dibandingkan dengan cara dilakukan kromatografi secara
bersama-sama untuk menghilangkan adanya variasi kondisi bahan yang
digunakan dan variasi laboratorium.
Kromatografi kolom: waktu retensi (tR) dan volume retensi (VR) senyawa
baku dan senyawa yang tidak diketahui dibandingkan dengan cara
kromatografi secara berurutan dalam kondisi alat yang stabil dengan
perbedaan waktu pengoperasian antar keduanya sekecil mungkin.
2. Dengan cara Spiking untuk kromatografi kolom
Spiking: sampel + senyawa baku
Proses analisis:
1) Dilakukan proses kromatografi sampel yang tidak di-spiking
2) Dilakukan proses kromatografi sampel yang telah di-spiking
dengan senyawa baku
3) Jika sampel yang telah di-spiking mengalami peningkatan tinggi
puncak/luas puncak dibandingkan sampel yang tidak di-spiking,
maka sampel mengandung senyawa yang diselidiki.
3. Menggabungkan alat kromatografi dengan spectrometer massa
Kromatografi gas + spectrometer massa data spectra solute + waktu
retensi
Spectra solute yang tidak diketahui dapat dibandingkan dengan spectra
yang ada di database computer atau dapat diintepretasikan sendiri. Cara
ini dapat dilakukan untuk solute yang belum ada baku murninya.
Analisis Kuantitatif
Untuk menjamin kondisi yang digunakan dalam analisis kuantitatif bersifat
stabil
dan
reprodusibel,
baik
pada
penyiapan
sampel
atau
proses
tersedia
Prosedur kalibrasi yang sudah diketahui harus digunakan
Untuk kromatografi planar, luas bercak (spot) atau kerapatan bercak dapat
diukur secara in situ atau dapat juga dilakukan dengan cara: bercak
dikerok,
dilarutkan
dalam
pelarut
yang
sesuai,
dan
ditentukan
Metode Kuantifikasi
1. Metode Baku Eksternal
Metode yang paling umum untuk menetapkan konsentrasi senyawa yang
tidak diketahui konsentrasinya dalam suatu sampel adalah dengan plot
kalibrasi menggunakan baku eksternal. Larutan-larutan baku ini disebut
sebagai baku eksternal karena disiapkan dan dianalisis secara terpisah
dari kromatogram senyawa tertentu yang ada dalam sampel. Baik
sampel dan larutan baku masing-masing diinjeksikan dalam system
kromatografi yang digunakan kemudian dianalisis dengan cara yang
sama.
Larutan baku (kadang-kadang disebut dengan kalibrator) disiapkan
dengan konsentrasi tertentu yang sudah diketahui (misal 0,1; 0,2; 0,3
mg/mL). sejumlah tertentu volume larutan ini diinjeksikan dan dianalisis
lelu respon detector (luas puncak/tinggi puncak) diplotkan terhadap
konsentrasi sebagaimana dalam Gambar 1.
memerlukan
tahapan-tahapan
yang
dapat
mengakibatkan
dilakukan
preparasi
sampel,
maka
baku
internal
dapat
beberapa
larutan
kurva
baku
baku
yang
dihasilkan
dibuat
dengan
dengan
cara
kadar
metomil
dengan
menggunakan
baku
internal
yang
diberikan
pada
Gambar
2.
menggambarkan
benzanilid
sebagai
standar
internal.
Dengan
multikomponen
sebagai
presentase
total
(jika
digunakan
dari
respon
alat,
dan
untuk
kasus
sampel
ke
dalam
beberapa
bagian
yang
sama
lalu
sampel.
Tujuan
utama
penyiapan
sampel
adalah
untuk
Interferen
merupakan
senyawa
kimia
apapun
yang
tahap
hasilnya,
tidak
akan
memberikan
hasil
analisis
yang
benar
(kadar/konsentrasi).
Pengambilan sampel harus benar-benar mewakili populasinya. Ada dua
macam cara pengambilan sampel dalam analisis kimia, yaitu:
1. Pengambilan Sampel Random
Cara pengambilan sampel dilakukan terhadap bahan yang homogen
(sama). Misalnya, bahan yang berbentuk larutan/suspensi, bahan
yang berbentuk tablet, dsb. Untuk sampel padat, digerus dahulu
hingga halus, baru kemudian diambil sampel secara random.
Sedangkan untuk bahan yang berbentuk larutan/suspensi, harus
digojog terlebih dahulu baru kemudian dilakukan pengambilan
sampel.
2. Pengambilan Sampel Representatif
Pada pengambilan sampel representative ini, sampel diambil dari
beberapa wadah. Kemudian dari beberapa wadah ini, sampel diambil
dari bagian-bagian yang berbeda pada setiap wadah.
Wadah 1
Bagian atas
bawah
Wadah 2
samping kanan
Wadah 3
samping kiri
Wadah 4
bagian
SAMPEL
Ya
Tidak
Apakah sampel dalam bentuk
larutan?
*Dilakukan pengaturan
Dilarutkan dalam
kimiawi (pH,
kompleksasi,dsb)
Sampel diletakkan
pada corong pisah
Ditambah pelarut
yang tidak campur,
digojog kuat
Dilakukan
pengukuran
solute/analit
Fase yang
dikehendaki
diambil
Apakah
solute
terekstraksi?
Ya
Fase dibiarkan
memisah
Ya
Apakah 2
cairan
jernih?
Tdk
Lakukan
pemecahan
emulsi
Tidak
Uapkan hingga
diperoleh
konsentrasi yang
sesuai
Sampel siap
digunakan
Kesetimbangan
kimia
yang
melibatkan
perubahan
pH,
kompleksisasi, pasangan ion, dan sebagainya digunakan untuk
meningkatkan perolehan kembali analit dan/atau menghilangkan
pengganggu
memisahkan
cair-cair.
SPE
cepat
berkembang
sebagai
alat
yang
efisien
Mengurangi pelarut organic yang digunakan
Fraksi analit yang diperoleh lebih mudah dikumpulkan
Mampu menghilangkan partikulat
Prosedur SPE
Ada 2 strategi untuk melakukan penyiapan sampel menggunakan
SPE, yaitu:
Strategi pertama
Memilih pelarut yang mampu menahan semua analit yang dituju
pada penjerap yang digunakan, sementara senyawa-senyawa yang
mengganggu (interferen) akan terelusi. Analit yang tertahan pada
penjerap selanjutnya dielusi dengan sejumlah kecil pelarut organic
yang akan mengambil analit yang tertahan ini. Strategi ini
digunakan jika analit yang dituju berkadar rendah.
Strategi kedua
Strategi kedua adalah dengan mengusahakan supaya analit yang
dituju keluar (terelusi), sementara senyawa pengganggu tertahan
pada penjerap.
iii.
iv.
Fase SPE
Suatu penjerap SPE harus dipilih sedemikian rupa sehingga mampu
menahan analit secara kuat selama pemasukan sampel ke dalam
cartridge. Untuk sampel-sampel yang bersifat ionic atau yang dapat
terionisasi digunakan penjerap penukar ion. Fraksi analit yang keluar
dari SPE dapat langsung yang diinjeksikan ke system kromatografi
atau dilakukan pengaturan pH untuk meminimalkan ionisasi sehingga
dapat dipisahkan dengan kolom fase terbalik pada KCKT.
Untuk senyawa yang tertahan dalam penjerap non polar (seperti C 18
dan penjerap penukar ion) digunakan pelarut non polar. Sedangkan
untuk senyawa yang tertahan dalam penjerap silica, digunakan
pelarut yang polar.
Jenis Fase
untuk
Pelarut untuk
Jenis
memasukk
mengelusi
Analit
an sampel
(eluting
(loading
solvent)
solvent)
Adsorpsi
Silica,
Fase Normal
Sedikit
Pelarut
Pelarut yang
alumina,
polar
yang
tinggi (ex:
florosil
sampai
rendah (ex:
methanol, etanol)
agak polar
heksana,
Fase terikat
Siano, amino,
Agak polar
kloroform)
Pelarut
Pelarut yang
polar
diol
sampai
yang
tinggi (ex:
sangat
rendah (ex:
methanol, etanol)
polar
heksana,
Oktadesilsilok
Hidrofobik
kloroform)
Pelarut
Pelarut yang
san
(sangat
yang tinggi
rendah (ex:
non polar)
(air,
heksana,
methanol,
kloroform)
Hidrofobik
etanol)
Pelarut
Pelarut yang
non polar
(sangat
yang tinggi
rendah (ex:
(sangat
non polar)
(air,
heksana,
methanol,
kloroform)
Fase terbalik
Fase terikat
Oktilsiloksan
hidrofobik)
Fase terikat
Sikloheksil,
Agak non
etanol)
Pelarut
Intermediet
non polar
fenil, difenil
polar
yang tinggi
(metilen klorida,
(agak
(air,
etil asetat)
hidrofobik)
methanol/ai
r,
asetonitril/a
Fase terikat
ir)
Pelarut
Pelarut yang
non polar
polar
yang tinggi
tinggi (ex:
(hidrofobik
sampai
(air) sampai
asetonitril,
Lemah
agak non
pelarut
polar
sedang (etil
asetat)
Penukar Anion
Amino primer, Bersifat
Air atau
methanol)
a buffer (pH=pKa-2)
b nilai pH yang
amino
ionic
buffer
sekunder
(dapat
(pH=pKa+2
diionkan),
atau analit
menjadi netral
c buffer dengan
bersifat
asam
Kuat
mana penjerap
kekuatan ionic
yang tinggi
d buffer (pH=pKa-2)
e nilai pH yang
Amino
Bersifat
Air atau
kuartener
ionic
buffer
(dapat
(pH=pKa+2
diionkan),
mana penjerap
atau analit
menjadi netral
f buffer dengan
bersifat
asam
kekuatan ionic
yang tinggi
Lemah
Asam
karboksilat
Penukar Kation
Bersifat
Air atau
ionic
(dapat
diionkan),
g buffer
buffer
(pH=pKa+2)
h nilai pH yang
(pH=pKa-2)
mana penjerap
atau analit
bersifat
menjadi netral
i buffer dengan
basa
kekuatan ionic
Kuat
Asam alkil
Bersifat
Air atau
sulfonat,
ionic
buffer
asam sulfonat
(dapat
aromatik
diionkan),
bersifat
basa
yang tinggi
j buffer
(pH=pKa+2)
k nilai pH yang
(pH=pKa-2)
mana penjerap
atau analit
menjadi netral
l buffer dengan
kekuatan ionic
yang tinggi