Anda di halaman 1dari 2

Besarnya potensi kekayaan alam pesisir telah menimbulkan berbagai permasalahan

lingkungan hidup seperti over capacity di sektor perikanan, perusakan hutan mangrove,
terumbu karang dan padang lamun serta abrasi pantai dan gelombang pasang hingga masalah
tsunami. Permasalahan ini sangat terkait dengan kemiskinan masyarakat pesisir, kebijakan
yang tidak tepat, rendahnya penegakan hukum (law enforcement), dan rendahnya
kemampuan sumberdaya manusia (SDM). Permasalahan di pesisir di atas bila dikaji lebih
lanjut memiliki akar permasalahan yang mendasar. Menurut Dahuri (2003) ada lima faktor,
yaitu pertama tingkat kepadatan penduduk yang tinggi dan kemiskinan, kedua konsumsi
berlebihan dan penyebaran sumberdaya yang tidak merata, ketiga kelembagaan, keempat,
kurangnya pemahaman tentang ekosistem alam, dan kelima kegagalan sistem ekonomi dan
kebijakan dalam menilai ekosistem alam. Beberapa hasil studi mengungkapkan bahwa
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan sumberdaya pesisir yang selama ini dijalankan
bersifat sektoral dan terpilah-pilah. Padahal karakteristik ekosistem pesisir yang secara
ekologis saling terkait satu sama lain termasuk dengan ekosistem lahan atas, serta beraneka
sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan sebagai potensi pembangunan yang pada
umumnya terdapat dalam suatu hamparan ekosistem pesisir (Sang Surya Wahana, 2011).
Contohnya, Hutan mangrove adalah daerah/zona yang unik yang merupakan peralihan
antara komponen laut dan darat, yang berisi vegetasi laut dan perikanan (pesisir) yang
tumbuh di daerah pantai dan sekitar muara sungai (selain dari formasi hutan pantai) yang
selalu atau secara teratur digenangi oleh air laut serta dipengaruhi oleh pasang
surut. Vegetasi laut dan perikanan (pesisir) mangrove dicirikan oleh jenis-jenis tanaman
bakau (Rhizopora spp.), api-api (Avicenia spp.), prepat (Sonneratia spp.) dan tinjang
(Bruguiera spp.).Hutan mangrove di dunia ini sekitar 15,9 juta ha, sedangkan di Indonesia
terdapat 4,25 juta ha (Dahuri, 1997) yang tersebar di seluruh wilayah pantai di Indonesia
(Wartapura, 1991). Menurut data pada tahun 1993, di Sumatera terdapat hutan mangrove
seluas 856.134 ha (Dahuri, 1997). Dari luas tersebut di Propinsi Sumatera Utara terdapat
60.000 ha (Wartapura, 1991, Dartius, 1988). Hutan mangrove di Sumatera terutama tersebar
di Pantai Timur, disebabkan karena: 1) Pantai Timur mempunyai dataran lebih rendah
dibanding Pantai Barat Sumatera. 2) Banyak sungai-sungai besar di Sumatera yang mengalir
ke Pantai Timur. Kondisi ini mendorong pertumbuhan mangrove di muara sungai makin
subur dan makin luas, karena banyak endapan yang terbawa arus sungai (Dahuri,
1997). Menurut Dahuri (2000) hingga tahun 1993 telah terjadi penurunan kawasan laut dan
perikanan (pesisir) mangrove sebesar 52% dari 5,2 juta ha pada tahun 1982 menjadi 2,5 juta
ha, yang berarti dalam jangka waktu 11 tahun telah rusak setengahnya. Dari data luasan

tersebut 40% terdapat di Irian Jaya dan sisanya di pulau-pulau lain. (Sang Surya Wahana,
2011).
Sumber daya pesisir laut sangat beragam, antara lain dari jenis-jenis ikan pelagis (cakalang,
tuna, layar) dan jenis ikan dumersal (kakap, kerapu). Selain itu, terdapat juga biota lain yang
dapat ditemukan di seluruh pesisir di Indonesia, seperti kepiting, udang, teripang, dan
kerang. Berdasarkan hukum laut yang baru, yaitu ketentuan Zona Ekonomi Eksklusif, laut di
Indonesia

memiliki

luas

5.866.133

km2

dengan

potensi

ikannya

6,62

juta

ton/tahun. Sementara kemampuan rakyat Indonesia untuk memungutnya 1,6 juta ton
pertahun (Danusaputro, 1991). Selain memiliki potensi kekayaan alam, pesisir di Indonesia
merupakan kawasan yang padat oleh penduduk, dan aktivitas industri. Menurut Alikodra
(2005) hingga tahun 2000, terdapat 42 kota dan 181 kabupaten berada di wilayah pesisir,
diantaranya adalah kota-kota besar di Indonesia, seperti Jakarta, Medan, Manado, Surabaya,
Ujung Pandang, Denpasar, merupakan tempat pusat-pusat pertumbuhan, bahkan banyak
diantaranya yang telah melakukan reklamasi pantai. (Sang Surya Wahana, 2011)

Anda mungkin juga menyukai