Anda di halaman 1dari 4

"Legenda MRAPEN"

Perjuangan Raden Patah yang didukung oleh para wali berhasil


memukul mundur dalam menghancurkan Majapahit. Dan secara
resmi Raden Patah dinobatkan memegang Kesultanan Demak
Bintoro pada tahun 1500-1518 Masehi.
Dengan demikian berangsur-angsur membenahi wilayahnya yang
sebenarnya sudah berkembang pesat, lagi pula telah menjadi pusat
perdagangan, pendidikan dan penyebaran agama Islam, serta ini satusatunya pusat pemerintahan Islam di Pulau Jawa. Untuk memenuhi
semua kebutuhan, maka diboyonglah barang-barang warisan dari
Majapahit yang berupa pendapa dialihfungsikan menjadi serambi
mesjid agung yang merupakan perpaduan budaya Islam dan Hindu
Buddha.
Ekspedisi pemboyongan yang dipimpin oleh Sunan Kalijaga, tampak
berjalan lancar, hanya saja sesudah masuk wilayah Kesultanan
Bintoro Demak (Mrapen) terlihat ada tanda-tanda yang

mengkhawatirkan. Melihat situasi yang mencemaskan itu Sunan


Kalijaga memerintahkan semuanya berhenti, karena para prajurit
terlihat letih. Selama istirahat ada yang mencari mata air untuk
digunakan sekadar pelepas lelah, tetapi naas baginya tak ada satupun
yang mendapatkan sumber mata air. guna mengatasi situasi yang
gawat ini Sunan Kalijaga berjalan menuju tempat yang tidak jauh
dari anak buahnya. Kemudian dengan konsentrasi penuh, memohon
kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Lalu tongkat wasiat miliknya
ditancapkan ke tanah dan ditarik kembali. Terlihat lubang bekas
tongkat itu tak lama kemudian menyemburkan api (Api Abadi).
Selama istirahat ada yang mencari mata air untuk digunakan sekedar
pelepas lelah, tetapi naas baginya tak ada satupun yang mendapatkan
sumber mata air. Guna mengatasi situasi yang gawat ini Sunan
Kalijaga berjalan menuju tempat yang tidak jauh dari anak buahnya.
Kemudian dengan konsentrasi penuh, memohon kepada Tuhan Yang
Maha Kuasa. Lalu tongkat wasiat miliknya ditancapkan ke tanah dan
ditarik kembali. Terlihat lubang bekas tongkat itu tak lama kemudian

menyemburkan api (Api Abadi). Ditempat yang tidak jauh dilakukan


serupa, tetapi yang keluar bukannya api melainkan semburan air
yang bersih dan bening. Setelah mendapatkan air, maka ekspedisi
meneruskan perjuangan melalui perjalanan panjang.
Setelah ditujuan barang-barang bawaannya kembali dihitung dan diteliti
jangan sampai ada yang tertinggal atau hilang. Setelah diketahui ada
sebuah batu ompak yang tertinggal. Memang waktu itu ada yang
berusaha mengambilnya di Mrapen, tetapi Sunan Kalijaga melarang,
karena berwasiat bahwa batu ompak itu tidak perlu diambil, pada
suatu masa akan berguna. Akhirnya beberapa murid Sunan Kalijaga
ditugaskan untuk menyelamatkan batu ompak pada tempat yang
terbaik. Dari hasil perjuangan murid-murid Sunan Kalijaga itulah
hingga kini batu ompak sekarang terkenal dengan sebutan Watu
Bobot abadi letaknya di sebelah api abadi Mrapen.
Disebelah sumber Api Abadi terdapat pula sumber mata air dengan
celah sumur berdiameter 3 meter, kedalaman lebih kurang 2 meter
dan pernah ditancapkan tongkat sewaktu murid Sunan Kalijaga

membutuhkan air saat letih. Sumur tersebut dikenal dengan nama


Sendang Dudo Pada waktu itu mata air ini digunakan untuk
menyepuh sebuah keris pusaka milik Kyai Sengkelat. Kejadian yang
luar biasa terlihat dan sangat menakjubkan, yaitu air sendang dudo
yang tadinya bersih dan bening berubah menjadi keruh dan selalu
mendidih, tetapi tidak panas. Dari gelembung air yang mengambang
apabila disulut dengan api dapat menyala diatas permukaan air.
Namun setelah diselidiki ternyata air tersebut banyak mengandung
mineral dan zat-zat kimia. Air yang dilihat keruh bila dimasukkan
kedalam sebuah gelas, akan berubah wujud menjadi bening. Konon
sampai sekarang air tersebut mempunyai keajaiban untuk
menyembuhkan orang yang menderita penyakit gatal-gatal.

Anda mungkin juga menyukai