Anda di halaman 1dari 4

Nama:kevina putri hardiyanto

Kelas:cibi

Isra miraj
Isra Mikraj (bahasa Arab: , al-Isr wal-Mirj) adalah bagian kedua dari
perjalanan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad
dalam waktu satu malam saja. Kejadian
ini merupakan salah satu peristiwa penting bagi umat Islam, karena pada peristiwa inilah beliau
mendapat perintah untuk menunaikan salat lima waktu sehari semalam.[1] Beberapa
penggambaran tentang kejadian ini dapat dilihat di surah ke-17 di Al-Quran, yaitu Surah Al-Isra
Menurut tradisi, perjalanan ini dikaitkan dengan Lailat al Mi'raj, sebagai salah satu tanggal
paling penting dalam kalender Islam.

Kejadian Isra Mikraj


Isra Mikraj terjadi pada periode akhir kenabian di Makkah sebelum Rasulullah hijrah ke
Madinah. Menurut al-Maududi[4] dan mayoritas ulama,[5] Isra Mi'raj terjadi pada tahun pertama
sebelum hijrah, yaitu antara tahun 620-621 M. Menurut al-Allamah al-Manshurfuri, Isra Mi'raj
terjadi pada malam 27 Rajab tahun ke-10 kenabian, dan inilah yang populer. Namun, Syaikh
Shafiyurrahman al-Mubarakfuri[6] menolak pendapat tersebut dengan alasan karena Khadijah
radhiyallahu anha meninggal pada bulan Ramadan tahun ke-10 kenabian, yaitu 2 bulan setelah
bulan Rajab, dan saat itu belum ada kewajiban salat lima waktu. Al-Mubarakfuri menyebutkan 6
pendapat tentang waktu kejadian Isra Mikraj. Tetapi tidak ada satupun yang pasti. Dengan
demikian, tidak diketahui secara persis kapan tanggal terjadinya Isra Mi'raj.

Hadits tentang Isra' Mi'raj nabi


Riwayat tentang perjalanan malam nabi dan diangkatnya beliau ke langit untuk bertemu
langsung dengan Allah dan menerima perintah kewajiban shalat di lima waktu terdapat dalam
Kitab Hadits Shahih milik Imam Muslim:[7]
"...dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Aku telah
didatangi Buraq. Yaitu seekor binatang yang berwarna putih, lebih besar dari keledai tetapi
lebih kecil dari bighal. Ia merendahkan tubuhnya sehingga perut buraq tersebut mencapai
ujungnya." Beliau bersabda lagi: "Maka aku segera menungganginya sehingga sampai ke Baitul
Maqdis." Beliau bersabda lagi: "Kemudian aku mengikatnya pada tiang masjid sebagaimana
yang biasa dilakukan oleh para nabi. Sejurus kemudian aku masuk ke dalam masjid dan
mendirikan shalat sebanyak dua rakaat. Setelah selesai aku terus keluar, tiba-tiba aku didatangi
oleh Jibril dengan membawa semangkuk arak dan semangkuk susu, dan aku pun memilih susu.
Lalu Jibril berkata, 'Kamu telah memilih fitrah'. Lalu Jibril membawaku naik ke langit. Ketika
Jibril meminta agar dibukakan pintu, maka ditanyakan, 'Siapakah kamu? ' Jibril menjawab,

'Jibril'. Ditanyakan lagi, 'Siapa yang bersamamu?' Jibril menjawab, 'Muhammad.' Jibril ditanya
lagi, 'Apakah dia telah diutus? ' Jibril menjawab, 'Ya, dia telah diutus.' Maka dibukalah pintu
untuk kami. Tiba-tiba aku bertemu dengan Nabi Adam, dia menyambutku serta mendoakanku
dengan kebaikan. Lalu aku dibawa naik ke langit kedua. Jibril lalu minta supaya dibukakan
pintu. Lalu ditanyakan lagi, 'Siapakah kamu? ' Jibril menjawab, 'Jibril'. Jibril ditanya lagi,
'Siapa yang bersamamu? ' Jibril menjawab, 'Muhammad.' Jibril ditanya lagi, 'Apakah dia telah
diutuskan? ' Jibril menjawab, 'Ya, dia telah diutuskan'. Pintu pun dibukakan kepada kami. Tibatiba aku bertemu dengan Isa bin Maryam dan Yahya bin Zakaria, mereka berdua menyambutku
dan mendoakan aku dengan kebaikan. Aku dibawa lagi naik langit ketiga. Jibril pun meminta
supaya dibukakan pintu. Lalu ditanyakan, 'Siapakah kamu? ' Jibril menjawab, 'Jibril'. Jibril
ditanya lagi, 'Siapakah bersamamu? ' Jibril menjawab, 'Muhammad'. Jibril ditanya lagi,
'Apakah dia telah diutuskan? ' Jibril menjawab, 'Ya, dia telah diutuskan'. Pintu pun dibukakan
kepada kami. Tiba-tiba aku bertemu dengan Nabi Yusuf Alaihis Salam, ternyata dia telah
dikaruniakan dengan kedudukan yang sangat tinggi. Dia terus menyambut aku dan mendoakan
aku dengan kebaikan. Aku dibawa lagi naik ke langit keempat. Jibril pun meminta supaya
dibukakan pintu. Kedengaran suara bertanya lagi, 'Siapakah kamu? ' Jibril menjawab, 'Jibril'.
Jibril ditanya lagi, 'Siapakah bersamamu? ' Jibril menjawab, 'Muhammad'. Jibril ditanya lagi,
'Apakah dia telah diutuskan? ' Jibril menjawab, 'Ya, dia telah diutuskan'. Pintu pun dibukakan
kepada kami. Tiba-tiba aku bertemu dengan Nabi Idris Alaihis Salam, dia terus menyambutku
dan mendoakan aku dengan kebaikan. Allah berfirman: '(...dan kami telah mengangkat ke
tempat yang tinggi darjatnya) '. Aku dibawa lagi naik ke langit kelima. Jibril lalu meminta
supaya dibukakan pintu. Kedengaran suara bertanya lagi, 'Siapakah kamu? ' Jibril menjawab,
'Jibril'. Jibril ditanya lagi, 'Siapakah bersamamu? ' Jibril menjawab, 'Muhammad'. Jibril
ditanya lagi, 'Apakah dia telah diutuskan? ' Jibril menjawab, 'Ya, dia telah diutuskan'. Pintu pun
dibukakan kepada kami. Tiba-tiba aku bertemu dengan Nabi Harun Alaihissalam, dia terus
menyambutku dan mendoakan aku dengan kebaikan. Aku dibawa lagi naik ke langit keenam.
Jibril lalu meminta supaya dibukakan pintu. Kedengaran suara bertanya lagi, 'Siapakah kamu? '
Jibril menjawab, 'Jibril'. Jibril ditanya lagi, 'Siapakah bersamamu? ' Jibril menjawab,
'Muhammad'. Jibril ditanya lagi, 'Apakah dia telah diutuskan? ' Jibril menjawab, 'Ya, dia telah
diutuskan'. Pintu pun dibukakan kepada kami. Tiba-tiba aku bertemu dengan Nabi Musa, dia
terus menyambutku dan mendoakan aku dengan kebaikan. Aku dibawa lagi naik ke langit
ketujuh. Jibril meminta supaya dibukakan. Kedengaran suara bertanya lagi, 'Siapakah kamu? '
Jibril menjawabnya, 'Jibril'. Jibril ditanya lagi, 'Siapakah bersamamu? ' Jibril menjawab,
'Muhammad'. Jibril ditanya lagi, 'Apakah dia telah diutuskan? ' Jibril menjawab, 'Ya, dia telah
diutuskan'. Pintu pun dibukakan kepada kami. Tiba-tiba aku bertemu dengan Nabi Ibrahim
Alaihissalam, dia sedang berada dalam keadaan menyandar di Baitul Makmur. Keluasannya
setiap hari bisa memasukkan tujuh puluh ribu malaikat. Setelah keluar, mereka tidak kembali
lagi kepadanya (Baitul Makmur). Kemudian aku dibawa ke Sidratul Muntaha. Daun-daunnya
besar seperti telinga gajah dan ternyata buahnya sebesar tempayan." Beliau bersabda: "Ketika
beliau menaikinya dengan perintah Allah, maka sidrah muntaha berubah. Tidak seorang pun
dari makhluk Allah yang mampu menggambarkan keindahannya karena indahnya. Lalu Allah
memberikan wahyu kepada beliau dengan mewajibkan shalat lima puluh waktu sehari semalam.
Lalu aku turun dan bertemu Nabi Musa Alaihissalam, dia bertanya, 'Apakah yang telah
difardukan oleh Tuhanmu kepada umatmu? ' Beliau bersabda: "Shalat lima puluh waktu'. Nabi
Musa berkata, 'Kembalilah kepada Tuhanmu, mintalah keringanan karena umatmu tidak akan
mampu melaksanakannya. Aku pernah mencoba Bani Israel dan menguji mereka'. Beliau

bersabda: "Aku kembali kepada Tuhan seraya berkata, 'Wahai Tuhanku, berilah keringanan
kepada umatku'. Lalu Allah subhanahu wata'ala. mengurangkan lima waktu shalat dari beliau'.
Lalu aku kembali kepada Nabi Musa dan berkata, 'Allah telah mengurangkan lima waktu shalat
dariku'. Nabi Musa berkata, 'Umatmu tidak akan mampu melaksanakannya. Kembalilah kepada
Tuhanmu, mintalah keringanan lagi'. Beliau bersabda: "Aku masih saja bolak-balik antara
Tuhanku dan Nabi Musa, sehingga Allah berfirman: 'Wahai Muhammad! Sesungguhnya aku
fardukan lima waktu sehari semalam. Setiap shalat fardu dilipatgandakan dengan sepuluh kali
lipat. Maka itulah lima puluh shalat fardu. Begitu juga barangsiapa yang berniat, untuk
melakukan kebaikan tetapi tidak melakukanya, niscaya akan dicatat baginya satu kebaikan. Jika
dia melaksanakannya, maka dicatat sepuluh kebaikan baginya. Sebaliknya barangsiapa yang
berniat ingin melakukan kejahatan, tetapi tidak melakukannya, niscaya tidak dicatat baginya
sesuatu pun. Lalu jika dia mengerjakannya, maka dicatat sebagai satu kejahatan baginya'. Aku
turun hingga sampai kepada Nabi Musa, lalu aku memberitahu kepadanya. Dia masih saja
berkata, 'Kembalilah kepada Tuhanmu, mintalah keringanan'. Aku menjawab, 'Aku terlalu
banyak berulang-ulang kembali kepada Tuhanku, sehingga menyebabkanku malu kepada-Nya'."
Shahih Muslim, Kitab Iman, Bab Isra' Rasulullah ke langit, hadits nomor 234.

Perbedaan Isra dan Mikraj


Seringkali masyarakat menggabungkan Isra Mikraj menjadi satu peristiwa yang sama. Padahal
sebenarnya Isra dan Mikraj merupakan dua peristiwa yang berbeda. Dalam Isra, Nabi
Muhammad

"diberangkatkan" oleh Allah SWT dari Masjidil Haram hingga Masjidil Aqsa.

Lalu dalam Mi'raj Nabi Muhammad


dinaikkan ke langit sampai ke Sidratul Muntaha yang
merupakan tempat tertinggi. Di sini Beliau mendapat perintah langsung dari Allah SWT untuk
menunaikan salat lima waktu.

Pengaruh
Bagi umat Islam, peristiwa tersebut merupakan peristiwa yang berharga, karena ketika inilah
salat lima waktu diwajibkan, dan tidak ada nabi lain yang mendapat perjalanan sampai ke
Sidratul Muntaha seperti ini. Walaupun begitu, peristiwa ini juga dikatakan memuat berbagai
macam hal yang membuat Rasullullah

sedih.

Zaman modern
Lailat al Mi'raj (bahasa Arab: , Lailtu 'l-Mir), juga dikenal sebagai Shab-e-Mi'raj
(bahasa Persia: , ab-e Mi'rj) di Iran, Pakistan, India dan Bangladesh, dan Mira
Kandili dalam bahasa Turki, adalah sebuah perayaan yang dilangsungkan saat Isra dan Mikraj.
Beberapa Muslim merayakannya dengan melakukan salat tahajud di malam hari, dan di beberapa
negara mayoritas Muslim, dengan menghias kota dengan lampu dan lilin. Umat Islam berkumpul
di masjid dan salat berjamaah serta mendengarkan khutbah mengenai Isra dan Mikraj.[8][9]
Masjid Al-Aqsa dipercaya sebagai tempat dimana Nabi Muhammad naik ke surga. Tanggal pasti
mengenai kejadian ini tidak jelas, tetapi tetap dirayakan karena terjadi sebelum hijrah dan setelah

kunjungan nabi ke Taif. Beberapa orang menganggapnya telah terjadi hanya setahun sebelum
hijrah, pada 27 Rajab; tetapi tanggal ini tidak selalu diterima. Tanggal ini akan sama dengan 26
Februari 621 di kalender Julian dan 8 Maret 620 jika terjadi setahun sebelumnya. Dalam tradisi
Syi'ah di Iran, 27 Rajab merupakan hari pemanggilan pertama Nabi Muhammad, disebut Mab'as.
Masjid Al-Aqsa dan sekitarnya dianggap sebagai tempat tersuci ketiga di dunia bagi para
Muslim.[10][11]

Anda mungkin juga menyukai