Bab I-Rev
Bab I-Rev
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Provinsi Sulawesi Selatan merupakan provinsi dengan potensi energi
terbaharukan yang besar. Setidaknya 3.395,6 MW potensi energi terbaharukan
yang tersedia, terbagi atas 2.946,8 MW Pembangkit Listrik Tenaga Air, 70,2 MW
Pembangkit Listrik Mini Hidro, 7,66 MW Pembangkit Listrik Tenaga Mikro
Hidro, dan 371 MW untuk Pembangkit Listrik Tenaga Angin skala kecil,
bioenergi, dan tenaga surya. Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) adalah energi
terbaharukan paling potensial di Sulawesi Selatan, akan tetapi yang telah
termanfaatkan baru 17,5% atau baru 518 MW. [Kementrian ESDM]
Pembangkit Listrik Tenaga Air memiliki prinsip kerja yaitu dengan
mengambil air dalam jumlah debit tertentu dari sumber air (sungai, danau, atau
waduk) melalui intake, kemudian dengan menggunakan pipa pembawa (headrace)
air diarahkan menuju turbin. Namun sebelum menabrak turbin, air dilewatkan ke
pipa pesat (penstock) tujuannya adalah meningkatkan energi dalam air dengan
memanfaatkan gravitasi. Selain itu pipa pesat juga mempertahankan tekanan air
jatuh, oleh karena itu pipa pesat tidak boleh bocor. Turbin yang tertabrak air akan
memutar generator dalam kecepatan tertentu, sehingga terjadilah proses konversi
energi dari gerak ke listrik. Sementara air yang tadi digunakan untuk memutar
turbin dikembalikan ke alirannya. Besarnya energi yang dapat dikonversi menjadi
energi listrik bergantung pada ketinggian jatuh air (head) dan begitu pula
pemilihan turbin untuk PLTA.
Terdapat dua jenis turbin, yaitu turbin reaksi (Turbin Francis dan Kaplan)
dan turbin impuls (Turbin Pelton, Turgo, dan Banki-Mitchel). Yang paling umum
digunakan di Sulawesi Selatan adalah Turbin Francis itu dikarenakan head yang
dibutuhkan 30-450m dan juga parameter yang umum digunakan dalam pemilihan
turbin yang akan digunakan dalam desain pembangkit listrik tenaga air adalah
kecepatan spesifik (ns). Kecepatan spesifik adalah kecepatan turbin dimana dapat
menghasilkan daya 1 horse power (hp) untuk setiap head (h) = 1 ft. Karakteristik
dari Turbin Francis sendiri adalah efisiensinya yang bisa mencapai 94% tentu saja
hal ini akan memengaruhi daya yang dihasilkan oleh Turbin Francis itu sendiri.
Karena untuk memperoleh daya turbin diperlukan kerapatan fluida, percepatan
gravitasi, debit air, head efektif dan efisiensi turbin. Dengan kata lain, semakin
tinggi efisiensi turbin maka semakin tinggi pula daya turbin yang dihasilkan.
PLTA Balambano adalah salah satu dari tiga PLTA yang dimiliki oleh PT.
VALE Indonesia. PT VALE Indonesia adalah salah salah satu perusahaan tambang
nikel terbesar di dunia yang beroprasi di wilayah kabupaten Luwu Timur Sulawesi
Selatan. Salah satu prosedur yang sangat penting dalam proses produksi nikel ini
adalah penyediaan tenaga listrik. Energi listrik dalam jumlah yang sangat besar
dibutuhkan oleh PT. VALE agar proses produksi pengolahan nikel dapat
berlangsung. Semua peralatan yang ada dalam proses pengolahan bijih nikel
tersebut beroperasi dengan pemakaian daya listrik yang sangat besar, dimana yang
membutuhkan daya paling besar adalah tungku peleburan (furnace). Ada empat
buah furnace yang masing-masing bisa beroperasi dengan daya hingga 90 MW.
Walaupun rata-rata total penggunaan daya untuk furnace adalah sekitar 250 MW.