Anda di halaman 1dari 6

GAMBARAN KLINIS SIFILIS

Stadium Sifilis
Primer
Lesi inisial sifilis adalah papul yang muncul di sekitar kisaran 10 90 hari setelah
kontak seksual (biasanya 3 minggu). Papul membesar dengan diameter 0.5-1.5 cm, kemudian
mengalami ulserasi, membentuk ulkus. Ulkus sifilis sangat khas, yaitu berbentuk bulat,
diameter 1-2 cm , tidak nyeri, dasar ulkus bersih tidak ada eksudat, teraba indurasi, soliter
tetapi dapat juga multipel. Hampir sebagian besar disertai pembesaran kelenjar getah bening
inguinal medial bilateral pada sebagian besar pasien yang terdapat lesi di genital. Lesi primer
nongenital memiliiki tampilan atipikal, terutama pada daerah anus.

4,5

Gambar 1. Sifilis primer pada penis. Tepi ulkus menggulung, indurasi muncul seperti tombol, dasar
ulkus bersih

Karena penularannya secara kontak seksual, chancre sfilis primer sering terjadi pada
genitalia, perineal, atau anus, tetapi bagian tubuh yang lain dapat juga terkena.

Gambar 2. Chancre sfilis primer pada bibir

Gambar 3. Chancre sifilis primer pada pria homoseksual

Ulkus jarang terlihat pada genitalia eksterna wanita, karena lesi sering pada vagina
atau serviks. Dengan menggunakan spekulum, akan terlihat lesi di serviks berupa erosi atau
ulserasi yang dalam. Tanpa pengobatan lesi primer akan sembuh spontan dalam waktu 3
sampai 6 pekan. 5
Diagnosis banding sifilis primer yaitu ulkus mole yang disebabkan Haemophilus
ducreyi, dimana ada nyeri tekan, tepi bergerigi, cairan eksudat berwarna kuning, dan ada
limfadenopati inguinal, terutama jika kulit yang melapisinya tipis dan licin. Kemudian
limfogranuloma venereum dengan chancre yang lebih kecil, trauma pada penis, fixed drug
eruption, dan herpes genitalis.5
Sifilis Sekunder
Kisaran beberapa pekan atau bulan, muncul gejala sistemik berupa demam yang tidak
terlalu tinggi, malaise, sakit kepala, adenopati, dan lesi kulit atau mukosa. Lesi sekunder yang
terjadi merupakan manifestasi penyebaran T. Pallidum secara hematogen dan limfogen. 5

Gambar 3. Ruam generalisata pada sifilis sekunder

Manifestasi klinis sifilis sekunder dapat berupa berbagai ruam pada kulit, selaput
lendir, dan organ tubuh, pemeriksaan serologis reaktif. Lesi kulit biasanya simetris, dapat
berupa makula, papula, folikulitis, papuloskuamosa, dan pustul, jarang disertai keluhan gatal.
Lesi dapat ditemukan di trunkus dan ekstermitas, termasuk telapak tangan dan kaki. Papul
biasanya merah atau coklat kemerahan, diskret, diameter 0,5 2 cm, umumnya berskuama
tetapi kadang licin. Lesi vesikobulosa dapat ditemukan pada sifilis kongenital.5,7

Gambar 4. Ruam sifilis sekunder pada telapak tangan dan kaki

Pada sifilis sekunder yang relaps, lesi sering unilateral dan berbentuk arsinar. Pada
kulit kepala ditemukan alopesia yang disebut moth-eaten alopesia yang dimulai pada daerah
oksipital. Kondiloma lata merupakan istilah untuk lesi meninggi (papul), luas, putih atau abuabu di daerah yang hangat dan lembab. Lesi sifilis sekunder dapat muncul pada waktu lesi
sifilis primer masih ada. Pada umumnya dijumpai pembesaran kelenjar limfe multipel
superfisial pada tubuh, dan sering terjadi pembesaran limpa (splenomegali). Diagnosis sifilis
sekunder ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan serologis yang reaktif dan pemeriksaan
lapangan gelap positif. T. pallidum banyak ditemukan pada lesi selaput lendir atau basah
seperti kondiloma lata.5,7

Gambar 5. Kondiloma lata pada perivalvular dan perianal pada sifilis sekunder

Ruam kulit pada sifilis sekunder sukar dibedakan dengan pitiriasis rosea, psoriasis,
terutama jika berskuama, eritema multiforme dan erupsi obat. Diagnosis sifilis sekunder
cukup sulit. Pada umumnya diagnosis ditegakkan tanpa pemeriksaan lapangan gelap, tetapi
berdasarkan kelainan khas lesi kulit sifilis sekunder ditunjang pemeriksaan serologis.5,7,9
Sifilis Laten

Sifilis laten yaitu apabila pasien dengan riwayat sifilis dan pemeriksaan serologis
reaktif yang belum mendapat terapi sifilis dan tanpa gejala atau tanda klinis. Sifilis laten
terbagi menjadi dini dan lanjut, dengan batasan waktu kisaran satu tahun. Dalam perjalanan
penyakit sifilis akan melalui tingkat laten, selama bertahun-tahun atau seumur hidup. Tetapi
bukan bearti penyakit akan berhenti pada tingkat ini, sebab dapat berjalan menjadi sifilis
lanjut (tersier).5,7
Sifilis Tersier (Lanjut)
Sifilis tersier terdiri dari tiga grup sindrom yang utama yaitu : neurosifilis, sifilis
kardiovaskular, dan sifilis benigna lanjut.
a. Neurosifilis
Pada perjalanan penyakit neurosifilis dapat asimptomatik dan sangat jarang terjadi dalam
bentuk murni. Pada semua jenis neurosifilis, terjadi perubahan berupa end arteritis
obliterans pada ujung pembuluh darah disertai degenerasi parenkimatosa yang mungkin
sudah atau belum menunjukkan gejala saat pemeriksaan.6
Neurosifilis dibagi atas 3 jenis, tergantung pada tipe dan tingkat kerusakan susunan saraf
pusat yaitu asimptomatik, meningovaskuler dan parenkimatosa.6
1. Neurosifilis asimptomatik
Pemeriksaan serologis reaktif. Tidak ada tanda dan gejala kerusakan susunan saraf
pusat. Pemeriksaan cairan sumsum tulang belakang menunjukkan kenaikan sel,
protein total dan tes serologis reaktif.
2. Neurosifilis meningovaskuler
Tanda dan gejala kerusakan susunan saraf pusat, berupa kerusakan pembuluh darah
serebrum, infark, dan ensefalomalaisia dengan tanda-tanda adanya fokus neurologis
sesuai dengan ukuran dan lokasi lesi. Pemeriksaan cairan sumsum tulang belakang
menunjukkan kenaikan sel, protein total, disertai pemeriksaan serologis yang reaktif.
3. Neurosifilis parenkimatosa
Terdiri dari paresis dan tabes dorsalis
Paresis : Menunjukkan kerusakan parenkimatosa yang luas. Terdapat tandatanda fokus neurologis. Pemeriksaan sumsum tulang belakang menunjukkan kenaikan
sel, protein serta serologis reaktif.
Tabes dorsalis : Gejala pertamanya adalah parestesi, ataksia, arefleksia,
gangguan kemih, impotensi dan nyeri. Pemeriksaan cairan sumsum tulang belakang
abnormal dan serologis reaktif.
b. Sifilis kardiovaskular
Penyebabnya terutama karena nekrosis aorta yang berlanjut ke katup. Tanda-tanda
sifilis kardiovaskuler adalah insufisiensi aorta atau aneurisma, berbentuk kantong pada aorta
torakal. Bila komplikasi ini telah lanjut, akan sangat mudah dikenal. Periksa kemungkinan
adanya hipertensi, arteriosklerosis, penyakit jantung rematik sebelumnya. Manifestasi sifilis

kardiovaskular terjadi pada kurang dari 10% pasien sifilis tersier. Bila ada insufisiensi aorta
tanpa kelainan katup disertai pemeriksaan serologis darah reaktif, pada tahap pertama harus
diduga sifilis kardiovaskular sampai dapat dibuktikan lebih lanjut.9
c. Sifilis Benigna Lanjut
Sifilis benigna lanjut atau gumma merupakan proses inflamasi proliferasi
granulomatosa yang dapat menyebabkan destruksi pada jaringan yang terkena. Disebut
benigna sebab jarang menyebabkan kematian kecuali bila menyerang jaringan otak. Gumma
mungkin terjadi akibat reaksi hipersensitivitas infeksi Treponema. Lesi sebagian besar terjadi
di kulit dan tulang. Lesi pada kulit biasanya soliter atau multipel, membentuk lingkaran atau
setengah lingkaran, destruktif dan bersifat kronik, penyembuhan di bagian sentral dan meluas
ke perifer. Lesi pada tulang biasanya berupa periostitis disertai pembentukan tulang atau
osteitis gummatosa disertai kerusakan tulang. Gejala khas ialah pembengkakan dan sakit.
Lokasi terutama pada tulang kepala, tibia, dan klavikula. Pemeriksaan serologis biasanya
reaktif dengan titer tinggi.10
Gumma soliter merupakan proses subkutaneus yang melibatkan kulit. Lebih sering
ditemukan pada paha, bokong, bahu, dahi, dan kulit kepala. Jika terjadi nekrotik, maka
ditandai dengan karakteristik berupa abses dingin seperti pada penyakit granulomatosa
lainnya.10

Gambar 8. Gumma soliter yang mengalami ulserasi.

SIFILIS KONGENITAL
Sifilis kongenital adalah penyakit sifilis yang diderita bayi dengan manifestasi klinis
sifilis kongenital; atau ditemukannya Treponema pallidum pada lesi, plasenta, tali pusat atau
otopsi jaringan; atau bayi yang dilahirkan oleh ibu penderita sifilis yang belum mendapat
pengobatan atau telah mendapat pengobatan namun tidak adekuat sebelum atau selama
kehamilan, atau ibu yang telah mendapat terapi penisilin tetapi tidak menunjukkan respons
serologi; atau ditemukannya salah satu dari hal berikut, yaitu pemeriksaan radiologi tulang
panjang dan/atau cairan serebrospinal yang sesuai gambaran sifilis kongenital.11,12
Plasenta dari bayi yang menderita sifilis kongenital dapat mengalami plasentomegali
yang didefinisikan oleh Hoddick dkk sebagai penebalan plasenta yang melebihi + 2 SD
( deviasi standar) disesuaikan dengan usia kehamilan. Kematian janin atau perinatal terjadi

pada 40% bayi yang terinfeksi. Persalinan preterm dan pertumbuhan janin terhambat juga
telah dilaporkan. Pada bayi yang tetap hidup, manifestasi klinis dibagi dalam stadium dini
dan stadium lanjut. Stadium dini terjadi dalam dua tahun pertama kehidupan, sedangkan
stadium lanjut terjadi setelah usia dua tahun. Kurang lebih dua pertiga bayi tidak
menunjukkan gejala klinis saat dilahirkan, tetapi jika tidak diobati gejala akan muncul dalam
beberapa minggu atau bulan.12
Diagnosis sifilis kongenital ditegakkan berdasarkan anamnesis riwayat ibu yang
menderita sifilis tanpa pengobatan yang adekuat, atau uji serologis positif, atau pada
pemeriksaan mikroskop lapangan pandang gelap ditemukan bakteri Treponema pallidum
dalam cairan tubuh. Pada pemeriksaan fisis didapatkan ikterik, hepatosplenomegali, anemia,
trombositopenia, kelainan gambaran radiologis tulang panjang, dan kelainan pada cairan
serebro spinalis. Pada bayi usia 3-12 minggu dapat ditemukan rinitis, kelainan kulit
makulopapular, lesi mukokutan, dan pseudoparalisis. Gambaran khas sifilis kongenital dini
adalah saddle nose, gigi Hutchinson, keratitis interstitialis, Saber shins, serta gumma pada
hidung dan palatum.11,12

Anda mungkin juga menyukai