Anda di halaman 1dari 8

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit saat ini menjadi isu
yang sangat penting dalam memberikan pelayanan kesehatan yang
bermutu. Salah satu konsep mutu pelayanan kesehatan adalah patient
safety. Patient safety

( keselamatan pasien ) di Rumah Sakit adalah

suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman.
Indikator patient safety di bidang Pelayanan Non Bedah salah satu
diantaranya adalah angka pasien dengan dekubitus, dimana dekubitus
menjadi persoalan serius karena akan meningkatkan biaya perawatan,
lama perawatan di rumah sakit, juga akan memperlambat program
rehabilitasi (pemulihan kesehatan) bagi pasien (Elizabeth, 2009).
Dekubitus adalah suatu kerusakan atau kematian kulit sampai
jaringan di bawah kulit, bahkan menembus otot sampai mengenai tulang
akibat adanya penekanan pada suatu area secara terus-menerus
sehingga mengakibatkan gangguan sirkulasi darah setempat. (Rendi,
2012). Penyebab dekubitus antara lain faktor intrinsik ( Bliss, 2009)
:kerusakan sensorik, penyakit akut ( penyakit jantung, kerusakan
vasomotor, vasokonstriksi karena shock, nyeri, tekanan darah rendah dan
perubahan suhu selama dan setelah anastesi ), tingkat kesadaran, usia,
riwayat kerusakan kulit akibat tekanan, penyakit vaskular, penyakit kronis
atau penyakit terminal yang parah, malnutrisi dan dehidrasi.Faktor
ekstrinsik : tekanan, pergeseran dan perobekan, obat obatan ( sedasi,
anagetik, inotropik, Non-Steroid Anti-inflammatory Drugs ), kelembaban

kulit yang disebabkan oleh inkontinentia urine / faecal, drainage luka dan
keringat. Komplikasi luka dekubitussering terjadi pada luka dekubitus
derajat III dan IV, menurut Subandar ( 2008 ) komplikasi yang dapat
terjadi antara lain: Infeksi, umumnya bersifat multibakterial baik aerobik
maupun anaerobik, septikemia, anemia, hipoalbuminemia, kematian.
Dengan adanya dekubitus dapat menyebabkan peningkatan
kejadian infeksi, sepsis, prosedur bedah tambahan, peningkatan biaya
rumah sakit, lama perawatan di rumah sakit, rasa sakit yang berlebihan
dan penderitaan. Bagi beberapa pasien, dekubitus menyebabkan
peningkatan nyeri, penurunan kualitas hidup, infeksi dan peningkatan
morbiditas bahkan mortalitas. Dekubitus menimbulkan sebuah ancaman
dalam pelayanan kesehatan karena insidenya semakin hari semakin
meningkat. Pelham melaporkan bahwa biaya yang dikeluarkan oleh
negara Amerika untuk perawatan dekubitus di Rumah Sakit meningkat 50
% dari anggaran sebelumnya.Secara finansial, penanganan dekubitus
meningkatkan biaya perawatan. Dutch Study Found mencatat biaya
perawatan untuk dekubitus tertinggi ketiga setelah biaya perawatan
kanker, dan penyakit kardiovaskular. Amerika mengeluarkan 11 milyar
dolar setiap tahun untuk menangani dekubitus. Besarnya biaya yang
dikeluarkan akibat dekubitus dan komplikasi yang ditimbulkan membuat
semua pihak yang berkontribusi dalam perawatan mengembangkan
penelitian terkait pencegahan dan penanganan dekubitus.
PenelitianMorison tahun 2005 di Australia menunjukkan bahwa
6,5- 9,4% dari populasi umum orang dewasa yang dirawat di rumah sakit,
menderita paling sedikit satu dekubitus pada setiap kali masuk rumah

sakit. Pada populasi pasien lanjut usia yang dirawat di rumah sakit,
insiden dekubitus dapat menjadi jauh lebih tinggi.
International

Health

Care

Publications

(IHCP)

melaporkan

peningkatan insiden dari 1% menjadi 11% dan prevalensi sebesar 3%


menjadi 22% pada pasien rawat inap. Peningkatan lebih tinggi pada
pasien kritis (insiden 5,2% -20% dan prevalensi 14,4%). Di Indonesia
kejadian dekubitus pada pasien yang dirawat di ruangan ICU mencapai
33,3 %, angka ini lebih tinggi dari Negara Asia Tenggara yang berkisar 2,1
31,3 %. Jumlah prevalensi dekubitus di ICU Rumah Sakit se-Jawa
Barat menurut Dinas Kesehatan Tahun 2014 mencapai 15-25 % dan di
ICU Rumah Sakit se-Kota Bandung menurut Dinas Kesehatan Kota
Bandung Tahun 2014 mencapai 26,5%,sedangkan di ICU Santosa
Hospital Bandung Central ( SHBC ) bulan Maret Tahun 2014 mencapai
34,9 %. Dimana SHBC merupakan salah satu rumah sakit di Jawa Barat
yangyang bertaraf Internasional yang menjadi salah satu Rumah Sakit
rujukan di Jawa Barat dan telah lulus akreditasi Joint Commission
International, dengan status penuh tingkat lengkap.
Santosa Hospital Bandung Central memiliki ruang ICU dengan
tipe ICU tersier, memberikan pelayanan tertinggi termasuk dukungan /
bantuan hidup multi sistem yang kompleks dalam jangka waktu yang
terbatas.

Berdasarkan

sumber

KPPI

KomitePencegahan

dan

Pengendalian Infeksi ) kejadian dekubitus di SHBC pada bulan Maret


2014 mencapai 7,47 %.Dimana angka kejadian dekubitus di ruang ICU
menjadi urutan pertama yaitu mencapai 34,9 %dengan lama hari rawat

143 hari, dengan 5 jumlah infeksi.Dimana jumlah pasien yang di rawat di


ICU SHBCbulanFebruari - Maret 2015 sebanyak 76 pasien.
Langkah

pertama

dalam

mencegah

dekubitus

adalah

mengidentifikasi faktor - faktor penyebab dekubitus dan faktor resiko yang


mempengaruhi terjadinya dekubitus. Penelitian Jennifer Anders 2005 di
Hamburg, menyebutkan bahwa sebagian besar pasien dengan sindrom
imobilitas sangat beresiko tinggi untuk terjadi dekubitus.Usia lanjut atau
lansia ( usia 65 Tahun ) mudah sekali untuk terjadi luka dekubitus. Hal
ini disebabkan karena terjadi perubahan kualitas kulit dimana adanya
penurunan elastisitas dan kurangnya sirkulasi darah pada dermis. Ketika
pasien berbaring maka berat badan berpindah pada penonjolan tulang.
Semakin lama tekanan diberikan, semakin besar resiko kerusakan kulit
(

Suriadi 2004 ). Dekubitus dapat terjadi dalam waktu 5 hari sejak

terpaparnya kulit dengan tekanan( Vanderwee, 2006 ).


Berbagai upaya dapat dilakukanuntuk mencegah terjadinya
dekubitus, berdasarkan panduan praktik klinik yang dikeluarkan oleh
America

Health

of

Care

Plan

Resources

(AHCPR),

intervensi

keperawatan yang digunakan untuk mencegah terjadinya dekubitus terdiri


dari tiga kategori yaitu perawatan kulit dan penanganan dini meliputi
mengkaji risiko klien terkena dekubitus, perbaikan keadaan umum
penderita, pemeliharaan, perawatan kulit yang baik, pencegahan
terjadinya luka dengan berbaring yang berubah-ubah,massage tubuh,
edukasi pada klien dan support system, penggunaan berbagai matras
atau alas tempat tidur yang baik. (Sumardino, 2007)

Setelah melakukan study pendahuluan pada tanggal 25 Februari


sampai dengan 4 Maret 2015 telah dilakukan observasi pada pasien yang
di rawat di ICU SHBC, dimana dari 7 pasien yang dirawat, 2 mengalami
dekubitus grade II dan III. Setelah dikaji lebih lanjut pada pasien tersebut
ditemukan

usia mereka adalah 69

tahun dan 75 tahun. Keduanya

mengalami penurunan tingkat kesadaran dan hipoalbumin. Bahkan salah


satu diantaranya mengalami anemia dan kurangnya perubahan posisi
tidur selama perawatan dirumah.
Dari hasil wawancara dengan perawat ruangan ICU untuk
mencegah dekubitus mereka melakukan intervensi terhadap pencegahan
dekubitus yaitu dengan memberikan matras antidekubitus pada semua
tempat tidur pasien, jadwal miring kanan dan miring kiri tiap 2 3 jam,
pemasangan hydrokoloid sebagai pencegahan diarea tonjolan tulang
seperti sakrum dan tumit , dan dilakukan penjadwalan penggantian
hydrokoloid setiap 3 hari.
Berdasarkan fenomena diatas peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi dekubitus pada
pasien yang di rawat di ICU Santosa Hospital Bandung Central periode
Februari Maret 2015.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang maka peneliti merumuskan
masalah penelitian : Faktor faktor yang berhubungan dengan terjadinya
dekubitus pada pasien yang dirawat di ICU Santosa Hospital Bandung
Central.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengidentifikasi Faktor faktor yang berhubungan dengan
dekubitus pada pasien yang dirawat di ICU Santosa Hospital Bandung
Central.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui :
a. Mengidentifikasi hubungan usia dengan dekubituspada pasien
yang dirawat di ICU Santosa Hospital Bandung Central.
b. Mengidentifikasi hubungan tingkat kesadaran dengan dekubitus
pada pasien yang dirawat di ICU Santosa Hospital Bandung
Central.
c. Mengidentifikasi hubungan malnutrisi dengan dekubitus pada
pasien yang dirawat di ICU Santosa Hospital Bandung Central.
d. Mengidentifikasi hubungan anemia dengan dekubitus pada
pasien yang dirawat di ICU Santosa Hospital Bandung Central.
e. Mengidentifikasi hubungan riwayat tirah baring / imobilisasi
dengan dekubitus pada pasien yang dirawat di ICU Santosa
Hospital Bandung Central.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
tambahan bagi perkembangan ilmu keperawatan medikal bedah
mengenai faktor faktor yang berhubungan dengan dekubitus

pada pasien yang dirawat di ICU Santosa Hospital Bandung


Central.
2. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
tambahan bagi perkembangan ilmu keperawatan kritis mengenai
faktor faktor yang berhubungan dengan dekubitus pada pasien
yang dirawat di ICU Santosa Hospital Bandung Central.
3. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
tentangalur dalam melakukan Asuhan Keperawatan mengenai
faktor - faktor yang berhubungan dengan dekubitus pada pasien
yang dirawat di ICU Santosa Hospital Bandung Central.
4. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
dalam membuat silabus mengenai standar operasional prosedur
faktor - faktor yang berhubungan dengan dekubitus pada pasien
yang dirawat di ICU Santosa Hospital Bandung Central.
5. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
dalam membuat metoda ajar mengenai faktor - faktor yang
berhubungan dengan dekubitus pada pasien yang dirawat di ICU
Santosa Hospital Bandung Central.
6. Manfaat Praktis
a. Bagi pihak Santosa Hospital Bandung Central, hasil dari penelitian
ini dapat digunakan sebagai bahan informasi dalam upaya
program pencegahan terjadinya dekubitusdengan mengkaji faktor
- faktor yang berhubungan dengan dekubitus pada pasien yang
dirawat di ICU Santosa Hospital Bandung Central serta melakukan
upaya pemantauan terhadap SOP yang sudah berlaku guna
mencapai standar pelayanan pasien safety.

b. Bagi seluruh perawat dapat digunakan sebagai acuan dalam


mengidentifikasi faktor - faktor yang berhubungan dengan
dekubitus pada pasien yang dirawat di ICU Santosa Hospital
Bandung Central.
c. Bagi pasien dapat memberikan rasa aman dan nyaman ( safety ).

Anda mungkin juga menyukai