Anda di halaman 1dari 3

Nama

: Christine Laurenza Sirait

NIM

: 11.2015.112

Periode Stase : 5 september 24 september 2016

ANESTESI SPINAL
Anestesi adalah pemberian obat untuk menghilangkan kesadaran secara sementara dan
biasanya ada kaitannya dengan pembedahan. Secara garis besar anestesi dibagi menjadi dua
kelompok yaitu anestesi umum dan anestesi regional. Anestesi umum adalah keadaan tidak sadar
tanpa nyeri yang bersifat sementara akibat pemberian obat-obatan serta menghilangkan rasa sakit
seluruh tubuh secara sentral. Sedangkan anestesi regional adalah anestesi pada sebagian tubuh,
keadaan bebas nyeri sebagian tubuh tanpa kehilangan kesadaran1.
Anestesi regional memiliki berbagai macam teknik penggunaan salah satu teknik yang
dapat diandalkan adalah melalui tulang belakang atau anestesi spinal. Anestesi spinal adalah
pemberian obat anastestetik lokal ke dalam ruang subarachnoid. Anestesi spinal diindikasikan
terutama untuk bedah ekstremitas inferior, bedah panggul, tindakan sekitar rektum dan perineum,
bedah obstetri dan ginekologi, bedah urologi, bedah abdomen bawah dan operasi ortopedi
ekstremitas inferior.1 Selain itu mula kerja anestesi spinal yang relatif lebih cepat serta
memberikan kepuasan dalam hal kontrol nyeri paska operasi, pasien lebih cepat pulang, biaya
lebih murah dan juga memiliki control nyeri paska operasi yang baik. 1 Banyak hal yang harus
diperhatikan dalam menentukan pasien yang akan dilakukan anestesi spinal atau tidak, meliputi
kondisi pasien, farmakologi obat-obatan yang akan digunakan, serta hal-hal yang mempengaruhi
tinggi blok dan sangat berperan dalam anestesi spinal.1-2
Kontraindikasi anestesi spinal
Kontraindikasi absolut
Pasien menolak
Infeksi pada tempat suntikan
Hipovolemia berat atau syok
Koagulopati atau mendapat terapi
antikoagulan
Tekanan intrakranial meninggi
Fasilitas resusitasi minim
Kurang pengalaman

Kontraindikasi relatif
Infeksi sistemik (sepsis, bakterimia)
Infeksi sekitar tempat suntikan
Hipovolemia ringan
Kelainan neurologis dan kelainan
psikis
Bedah lama
Penyakit jantung
Nyeri punggung kronis

1 | Page

Pada persiapan analgesia spinal sama seperti persiapan anesthesia umum. Harus
diperhatikan daerah tempat tusukan apakah akan menimbulkan kesulitan seperti kelainan
anatomis, perhatikan juga apakah ada infeksi didaerah sekitar dan dilakukan pemeriksaan
laboratorium berupa HB, HT, Prothrombine Time, Partial Thromboplastine Time. Peralatan
untuk anastesi spinal adalah peralatan monitor, peralatan resusitasi, jarum spinal (Quickel
Babcock atau Pencil Point).1
Teknik anastesi spinal pertama pasien diposisikan bisa duduk atau dekubitus lateral, buat
pasien membungkuk maksimal agar prosesus spinosus mudah teraba. Tentukan perpotongan
garis yang menghubungkan kedua crysta illica dengan tulang punggung ialah L4-L5. Tentukan
tempat tusukan misalnya L2-L3, L3-L4, L4-L5. Tusukan pada L1-L2 atau diatasnya berisiko
trauma medulla spinalis. Sterilkan tempat suntikan dengan betadine atau alcohol, bisa diberi
anestesi lokal berupa lidokain 1-2% 2-3ml. Tusukan jarum spinal pada posisi yang ditentukan
setelah terlihat adanya CSS masukan obat pelan-pelan (0,5ml/dt) diselingin oleh aspirasi untuk
memastikan tidak ada perubahan posisi jarum spinal. Untuk anestesi spinal kontinyu bisa
digunakan kateter.1
Berat jenis CSS pada suhu 37 derajat 1.003-1.008. Anestesi lokal dengan berat jenis =
CSS disebut isobarik, lebih dari CSS disebut hiperbarik, kurang dari CSS disebut hipobarik.
Anestesi lokal yang sering digunakan untuk spinal adalah jenis hiperbarik dengan mencampur
anestesi lokal dengan dekstrosa.1
Anestetik lokal yang paling sering digunakan1

Anestetik lokal

Berat jenis

Sifat

Dosis

Lidokain
2% plain

1.006

Isobarik

20-100 mg (2-5 ml)

5% dalam
dekstrosa 7,5%

1.033

Hiperbarik

20-50 mg (1-2 ml)

0.5% dalam air

1.005

Isobarik

5-20 mg (1-4 ml)

0.5% dalam
dekstrosa 8.25%

1.027

Hiperbarik

5-15 mg (-3 ml)

Bupivakain

2 | Page

Distribusi anestetik lokal pada ruang subarahnoid atau cairan serebrospinal dipengaruhi
oleh beberapa faktor sebagai berikut:
a. Faktor utama
1. Berat jenis atau barisitas dan posisi pasien.
2. Dosis dan volume anestetik lokal
b. Faktor Tambahan
1. Ketinggian suntikan
2. Kecepatan suntikan
3. Ukuran jarum
4. Keadaan fisik pasien
5. Tekanan intraabdominal.1
Lama kerja anestesi lokal tergantung pada jenis anesthesia lokal, besarnya dosis, ada
tidaknya vasokonstriktor dan besarnya penyebaran.
Komplikasi tindakan anestesi spinal bisa berupa hipotensi berat akibat blok simpatis
terjadi venous pooling pada orang dewasa dicegah dengan meberikan infuse cairan elektrolit
1000ml atau koloid 500 ml sebelum tindakan, brakikardi ini terjadi karena blok sampai T-2,
hipoventilasi akibat paralisis saraf frenikus atau hipoperfusi pusat kendali nafas, trauma
pembuluh darah, trauma saraf, mual muntah, gangguan pendengaran, blok spinal tinggi atau
spinal total. 1
Daftar Pustaka
1. Said A, Kartini A, Ruswan M. Petunjuk praktis anestesiologi: anestetik lokal dan
anestesia regional. Edisi ke-2. Jakarta: Fakultas Kedokteran UI; 2002.
2. Samodro R, Sutiyono D, Satoto HH. Mekanisme kerja obat anestesi lokal. Dalam:
Jurnal Anestesiologi Indonesia. Bagian anestesiologi dan terapi intensif FK
UNDIP/RSUP Dr.Kariadi. 2011; 3(1): 48-59.

3 | Page

Anda mungkin juga menyukai