Anda di halaman 1dari 13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Definisi mati merupakan berhentinya secara permanen fungsi
berbagai organ-organ vital (paru-paru, jantung, dan otak) sebagai satu
kesatuan yang utuh, yang ditandai dengan berhentinya konsumsi oksigen.1
World Healt Organitation (WHO) mendeskripsikan kematian
mendadak adalah kematian yang terjadi pada 24 jam sejak gejala-gejala
timbul, namun pada kasus-kasus forensik, sebagian besar kematian terjadi
dalam hitungan menit atau bahkan detik sejak gejala pertama timbul. 4
Kematian mendadak tidak selalu tidak diduga, dan kematian yang tak
diduga tidak selalu terjadi mendadak, namun amat sering keduanya ada
bersamaan pada suatu kasus.5
Pengertian mati mendadak sebenarnya berasal dari sudden
unexpected natural death yang didalamnya terkandung kriteria penyebab
yaitu natural (alamiah, wajar). Terminologi kematian mendadak dibatasi
pada suatu kematian alamiah yang terjadi tanpa diduga dan terjadi secara
mendadak, mensinonimkan

kematian mendadak dengan terminologi

"sudden natural unexpected death". Kematian alamiah di sini berarti


kematian yang disebabkan penyakit alamiah (didapat/kongenital) yang
terjadi seketika beberapa menit, jam atau hari, dimana disebabkan oleh
penyakit dan trauma atau racun atau tidak memainkan dalam
menyebabkan

kematian.

Seringnya

disebabkan

oleh

penyakit

kardiovaskuler).1
Kematian alamiah dapat di bagi menjadi dua kategori, yaitu :1
1) Kematian yang terjadi di mana ada saksi mata dan keadaan di mana
faktor fisik emosi mungkin ikut berperan, juga dapat terjadi saat
aktifitas fisik, di mana cara mati dapat lebih mudah diterangkan atau
kematian

tersebut

terjadi

selama

perawatan/pengobatan

dilakukan oleh dokter (Attendaned Physician).


3

yang

2) Keadaan di mana mayat ditemukan dalam keadaan yang lebih


mencurigakan di suatu
meninggal

tidak

dalam

tempat atau

pada saat orang tersebut

perawatan

atau

pengobatan

dokter

(Unattendaned Physician), dan terdapat kemungkinan hadirnya saksisaksi yang mungkin ikut bertanggung jawab terhadap kematian.

2.2. Klasifikasi
1) Kematian yang terjadi seketika (Instantaneus Death), misalnya pada
orang sehat yang sedang bertamu, lalu tiba-tiba meninggal.
2) Kematian tak terduga (Unexpected Death), misalnya pada orang sakit
perut, diduga maag biasa dan masih bekerja, lalu meninggal di tempat
kerja.
3) Meninggal tanpa saksi (Untwitness), misalnya orang yang hidup
sendiri di sebuah rumah, keesokan harinya meninggal di kamar.

2.3.

Penyakit Tersering Penyebab Kematian Mendadak


Berdasarkan penyebab yang mendasarinya, kematian mendadak
dibagi menjadi kematian mendadak yang penyebabnya berasal dari
jantung (Sudden Cardiac Death), dan
penyebabnya bukan dari jantung,

kematian

mendadak yang

misalnya perdarahan intrakranial,

epilepsi, emboli paru, atau asma.5


Menurut sistem tubuh, lesi yang

menyebabkan kematian

mendadak dapat dibagi atas :


1) Penyakit jantung dan pembuluh darah
Kelainan jantung dan pembulu darah tersering pada kematian
mendadak adalah:

Penyakit jantung iskemik


Terjadinya sklerosis koroner dipengaruhi oleh faktorfaktor makanan (lemak), kebiasaan merokok, genetik, usia,

jenis kelamin, ras, diabetes melitus, hipertensi, stres, psikis,


dll.
Kematian lebih sering terjadi pada laki-laki dari pada
wanita. Sklerosis ini lebih sering terjadi pada ramus decenden
arteri koronaria sinistra, pada lengkungan arteri koronaria
dextra dan pada ramus sirkumfleksia a. Koronaria sinistra.
Tampak sebagai bercak kuning putih (lipoidosis) yang mulamula di intima kemudian merasuk kedalam. Kadang-kadang
dijumpai perdarahan subintima atau kelumen. Sklerosis dengan
lumen menyempit hingga pin point sudah dapat menegakkan
diagnosis iskemik. Perlu diingat bahwa tidak semua kematian
koroner disertai kelainan otot jantung.7

Infark miokard
Merupakan kerusakan (nekrosis) jaringan otot jantung
akibat insufisiensi aliran darah. Insufisiensinya sendiri terjadi
karena sumbatan (sklerosis atau trombosis) dan/ spasme. Infark
miokard

adalah

pengertian

patologi

(gejala

klinisnya)

bervariasi, bahkan kadang tanpa gejala apapun, sedangkan


infark miocard akut (MCI) adalah pengertian klinis (dengan
cara diagnosis tertentu.5
2) Penyakit respirasi
Kematian biasanya melalui mekanisme perdarahan, asfiksia
dan pneumothoraks. Mekanisme perdarahan misalnya pada kanker
paru-paru, tuberkulosis paru, bronkiektasis, abses, dll. Sedangkan
mekanisme asfiksia terjadi pada pneumonia, spasme saluran napas
dan penyakit paru obstruktif menahun lainnya, aspirasi darah atau
pada tersedaknya makanan.7

Ca. Paru-paru

Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ subbronkus menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi
pengendapan karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen
maka menyebabkan metaplasia, hyperplasia dan displasia. Bila lesi
perifer yang disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan displasia
menembus ruang pleura, biasa timbul efusi pleura, dan bisa diikuti
invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra. Lesi yang letaknya
sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar. Lesi
ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti
dengan supurasi di bagian distal. Gejala gejala yang timbul dapat
berupa batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin.Wheezing
unilateral dapat terdengan pada auskultasi. Pada stadium lanjut,
penurunan berat badan biasanya menunjukkan adanya metastase,
khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase ke struktur
struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus,
pericardium, otak, tulang rangka.7
3) Penyakit saluran cerna dan urogenital
Peritonitis
Reaksi awal peritoneum terhadap invasi oleh bakteri
adalah keluarnya eksudat fibrinosa. Kantong-kantong nanah
(abses) terbentuk di antara perlekatan fibrinosa, yang
menempel menjadi satu dengan permukaan sekitarnya
sehingga membatasi infeksi. Perlekatan biasanya menghilang
bila infeksi menghilang, tetapi dapat menetap sebagai pita-pita
fibrosa, yang kelak dapat mengakibatkan obstuksi usus.8
Peradangan menimbulkan akumulasi cairan karena kapiler
dan membran mengalami kebocoran. Jika defisit cairan tidak
dikoreksi secara cepat dan agresif, maka dapat menimbulkan
kematian sel. Pelepasan berbagai mediator, seperti misalnya
interleukin, dapat memulai respon hiperinflamatorius, sehingga

membawa ke perkembangan selanjutnya dari kegagalan


banyak organ. Karena tubuh mencoba untuk mengkompensasi
dengan cara retensi cairan dan elektrolit oleh ginjal, produk
buangan

juga

ikut

menumpuk.

Takikardi

awalnya

meningkatkan curah jantung, tapi ini segera gagal begitu


terjadi hipovolemia.8
Terjebaknya cairan di cavum peritoneum dan lumen usus,
lebih lanjut meningkatkan tekana intra abdomen, membuat
usaha pernapasan penuh menjadi sulit dan menimbulkan
penurunan perfusi. Mengakibatkan perkembangan peritonitis
umum, aktivitas peristaltik berkurang sampai timbul ileus
paralitik; usus kemudian menjadi atoni dan meregang. Cairan
dan elektrolit hilang kedalam lumen usus, mengakibatkan
dehidrasi, syok, gangguan sirkulasi dan oliguria. Perlekatan
dapat terbentuk antara lengkung-lengkung usus yang meregang
dan dapat mengganggu pulihnya pergerakan usus dan
mengakibatkan obstruksi usus.8
Sumbatan yang lama pada usus atau obstruksi usus dapat
menimbulkan

ileus

karena

adanya

gangguan

mekanik

(sumbatan) maka terjadi peningkatan peristaltik usus sebagai


usaha untuk mengatasi hambatan. Ileus ini dapat berupa ileus
sederhana yaitu obstruksi usus yang tidak disertai terjepitnya
pembuluh darah dan dapat bersifat total atau parsial, pada ileus
stangulasi obstruksi disertai terjepitnya pembuluh darah
sehingga terjadi iskemi yang akan berakhir dengan nekrosis
atau ganggren dan akhirnya terjadi perforasi usus dan karena
penyebaran bakteri pada rongga abdomen sehingga dapat
terjadi peritonitis dan dapat mengakibatkan kematian.8

2.4. Pemeriksaan Otopsi (Makroskopis dan Mikroskopis)

Berhadapan dengan kasus kematian mendadak, otopsi harus


dilakukan

dengan

amat

teliti.

Pemeriksaan

Histopatologi

merupakan suatu keharusan. Sampel diambil dari semua organ


yang dianggap terlibat dalam perjalanan penyakit hingga
menyebabkan kematian, juga kelaianan pada organ yang tampak
maksroskopik,

walau

mungkin

kelaianan

tersebut

tidak

berhubungan langsung dengan penyebab kematian, sebaiknya


setiap jenis organ dimasukan pada wadahnya sendiri, menghindari
bias pembacaan mikroskopik. Eksisi sampel organ harusnya
mencakup daerah yang normal dan daerah yang kita curigai secara
makroskopik terjadi proses patologik. Informasi mengenai temuantemuan

pada

otopsi

perlu

disertakan

dalam

permintaan

pemeriksaan histopatologi, sehingga dokter ahli patologi dapat


melakukan tugasnya dengan maximal.1
Gambaran Mikroskopis Pada Kematian Mendadak
1) Penyakit Jantung
a. Infark miokard
Pada kasus kematian mendadak akibat infark miokard
dijumpai:9
Gambaran awal mikroskopis infark miokard yang tidak
spesifik.

Perubahan

tersebut

diantaranya

oedema

intersisial, kongesti, dan perdarahan kecil.


Periode 18-24 jam, terjadi degenerasi yang progresif pada
serabut otot dan jumlah eosinofilia bertambah. Oedema
seluler mereda dan digantikan oleh oedema interfibre,

memisahkan serabut otot.


Hari kedua sampai keempat, nukleus menjadi cekung dan
membayang. Terjadi infiltasi netrofil pada sebagian infark,
kemudian digantikan oleh mononuklear makrofag akan

membersihkan debris dan fibroblas akan menjadi kolagen

selama perbaikan.
Pada akhir minggu pertama, terjadi disitegrasi serabut

otot, dan kapiler baru dan fibroblas mulai terlihat.


Pada minggu keempat, terjadi fibrosis awal yang lambat
dan tidak merata. Beberapa gambaran yang khas dari
tingkatan infark miokard, adalah: 12-18 atau bahkan 24
jam pertama, tidak dapat dilihat dengan mata telanjang.
Tanda pertama yang dapat ditemukan adalah oedem pada
otot yang terlihat pucat karena tekanan serabut otot pada
pembuluh darah.

Sekitar akhir hari pertama sampai hari kedua dan ketiga,


daerah

tersebut

pecahnya

menjadi

berwarna

miosit yang menyebabkan

merah.

Hal

ini

kuning disertai
lapisan

akan

tampak

memberikan

gambaran trigoid seperti belang pada macan.

Setelah beberapa hari, infark menjadi lebih lembut dan


rapuh, disebut myomalacia cordis. Pada fase ini, 2 atau
3 hari kedepan akan terjadi ruptur dan masuk ke kandung
perikardial.

Tiga minggu dan setelahnya, bagian tengah infark menjadi


seperti gelatin, warnanya memudar menjadi adu-adu
transparan.

Satu atau dua bulan selanjutnya, fibrosis akan mengganti


otot yang mati dan menjadi jaringan parut.

2) Penyakit Respirasi
a. Asma

Pada kasus asma dapat menimbulkan kematian


mendadak akibat menyempitnya saluran bronkus, maka
pada pemeriksaan mikrosopis dijumpai saat otopsi nampak
mediator

radang

(histamin,

prostaglandin,

platelet

activating faktor, leukositosit, eosinofil). X-ray atau di


rongga dada nampak under a water seal. Pada paru
terdapat

tanda

mengembang

berlebihan. Nampak

penyumbatan sekret lengket yang tebal di bronkus.(kadang


jg muncul pd bronkiektasis dan enfisema). Gambaran
mikroskopisnya: edema pada dinding bronkus karena
penumpukan sel radang. Penebalan subepitel membran
basalis dan hipertropi pada otot polos. 10
3) Penyakit Lesi Pada Otak
a. Perdarahan Subaraknoid
Kematian mendadak pada kasus perdarahan otak
atau di bagian sub araknoid dijumpai yang berasal dari
sirkulus Willis, perdarahan yang paling tebal akan
melewati dasar otak, terutama sisterna basalis. Darah
biasanya akan menyebar secara lateral dan dapat menutupi
seluruh permukaan hemisfer serebral, otak bagian
belakang,

dan

ke

bawah

menuju canalis

spinalis. Perdarahan akan berwarna merah terang pada


perdarahan segar; apabila bertahan beberapa minggu akan
berwarna kecoklatan karena hemoglobin mengalami
perubahan.

Hemosiderin

dapat

dideteksi

dengan

pengecatan Perl setelah sekitar tiga hari. Penentuan


sumber perdarahan terkadang sulit.3
Aneurisma tampak pada 85% kasus perdarahan sub
arakhnoid spontan namun sisanya tidak menunjukkan

10

adanya aneurisma. Hal ini mungkin karena destruksi


aneurisma kecil ketika ruptur. Pencarian akan adanya
aneurisma kecil pada otopsi mungkin sulit karena adanya
lapisan tebal dari bekuan darah yang terjebak antara
selaput otak dan pembuluh darah.5
b. Perdarahan Intraserebral
Pada

perdarahan

intraserebral

otak

akan

membengkak secara asimetris, dengan hemisfer yang


membengkak

mengandung

darah.

Perdarahan

subarakhnoid dapat atau tidak muncul pada dasar otak.


Pada irisan, jaringan otak yang berdeka tan dengan
perdarahan akan membengkak dan edematous. Tidak ada
jaringan otak pada daerah hematom. Irisan mikroskopik
menunjukkan sklerotik yang terhialinisasi pada arteri dan
arteriol. Terkadang dapat ditemukan aneurisma arteriol
dan arteri yang dilatasi . Kematian umumnya disebabkan
kompresi dan distorsi otak tengah atau perdarahan ke
dalam sistem ventrikel.5
Walaupun kematian pada pecahnya aneurisma atau
perdarahan intraserebral dianggap wajar, namun pada
beberapa

keadaan

tertentu

dapat

termasuk

dalam

pembunuhan misalnya apabila orang tersebut mengalami


ruptur aneurisma ketika terjadi kekerasan secara fisik,
namun yang menentukan apakah ada aksi kriminal di
dalamnya adalah pengadilan, bukan tenaga medis yang
memeriksa.5
Pada otopsi kasus yang diduga kematian mendadak, hampir
selalu pemeriksaan toksikologi dan itu harus dilakukan. Tanpa
pemeriksaan toksikologi, penegakan sebab kematian menjadi
11

kurang tajam. Pengambilan sampel untuk pemeriksaan toksikologi


beragam sesuai dengan kecurigaan jenis racun pada kasus secara
individual, namun secara umum sampel untuk analisa toksikologi
yang dianggap rutin antara lain:1

Darah
Urin
Muntahan (isi lambung)
Feses
Liver dan organ lain
Potongan rambut dan kuku.

2.5. Aspek Medikolegal dan Dasar Hukum


Pada tindak pidana pembunuhan, pelaku biasanya akan
melakukan suatu tindakan atau usaha agar tindak kejahatan yang
dilakukanya tidak diketahui baik oleh keluarga, masyarakat dan
yang pasti adalah pihak penyiidik (polisi) , salah satu modus
operandus yang bisa dilakukan adalah dengan cara membawa
jenazah tersebut ke rumah sakit dengan alasan kecelakaan atau
meninggal di perjalanan ketika menuju kerumah sakit (Death On
Arrival) dimana sebelumnya almarhum mengalami serangan suatu
penyakit ( natural sudden death).11
Pada kondisi diatas, dokter sebagai seorang profesional yang
mempunyai kewenangan untuk memberikan surat keterangan
kematian harus bersikap sangat hati-hati dalam mengeluarkan dan
menandatangani surat kematian pada kasus kematian mendadak
(sudden death) karena dikhawatirkan kematian tersebut setelah
diselidiki oleh pihak penyidik merupakan kematian yang terjadi
akibat suatu tindak pidana. Kesalahan prosedur atau kecerobohan
yang dokter lakukan dapat mengakibatkan dokter yang membuat
dan menandatangani surat kematian tersebut dapat terkena sangsi

12

hukuman pidana. Ada beberapa prinsip secara garis besar harus


diketahui oleh dokter berhubungan dengan kematian mendadak
akibat penyakit yaitu:11
1) Pada pemeriksaan luar jenazah terdapat adanya tanda-tanda
kekerasan yang signifikan dan dapat diprediksi dapat
menyebabkan kematian.
2) Pada pemeriksaan luar terdapat adanya tanda-tanda yang
mengarah pada keracunan.
3) Didapatkan keterangan bahwa almarhum merupakan pasien
(Contoh: Penyakit jantung koroner)

yang

rutin

datang

berobat ke tempat praktek atau poliklinik di rumah sakit.


4) Didapatkan keterangan bahwa almarhum mempunyai penyakit
kronis tetapi bukan merupakan penyakit tersering penyebab
natural sudden death.
Adanya kecurigaan atau kecenderungan pada kematian yang
tidak wajar berdasarkan kriteria tersebut, maka dokter yang
bersangkutan harus melaporkan kematian tersebut kepada penyidik
(polisi) dan tidak mengeluarkan surat kematian.

DasarHukum
Bila suatu kasus kematian menimbulkan kecurigaan bagi
penyidik, penyidik berhak meminta bantuan dokter untuk mencari
penyebab kematiannya melalui otopsi berdasarkan KUHAP Pasal
6,7,133, 134.11

13

Pasal 6
1. Penyidik adalah :12
a. Pejabat polisi Negara Republik Indonesia,
b. Pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang
khusus oleh undang-undang.
2. Syarat kepangkatan pejabat sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) akan diatur lebih lanjut dalam peraturan pemerintah.
Pasal 7
1. Penyidik sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat (1) huruf
a. Karena kewajibannya mempunyai wewenang : Bagian h.
mendatangkan

orang

ahli

yang

diperlukan

dalam

hubungannya dengan pemeriksaan perkara.


Pasal 133
1. Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani
seorang korban

baik luka, keracunan ataupun mati yang

diduga karena peristiwa yangmerupakan tindak pidana, ia


berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada
dokter dan atau ahli kedokteran kehakiman atau ahli lainnya.
2. Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) dilakukan secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan
dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat
dan atau pemeriksaan bedah mayat.
3. Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau
dokter pada rumah sakit harus diperlakukan secara baik dengan
penuh penghormatan terhadap mayat tersebut dan diberi label
yang memuat identitas mayat, dilak dengan diberi cap jabatan
yang dilekatkan pada ibu jari kaki atau bagian lain badan
mayat.

14

Pasal 134
1. Dalam hal sangat diperlukan dimana untuk keperluan
pembuktian bedah

mayat tidak mungkin lagi dihindari,

penyidik wajib memberitahukan terlebih dahulu kepada


keluarga korban.
2. Dalam hal keluarga keberatan, penyidik wajib menerangkan
dengan sejelas-jelasnya tentang maksud dan tujuan

perlu

dilakukannya pembedahan tersebut.


3. Apabila dalam waktu dua hari tidak ada tanggapan apapun dari
keluarga ataupihak yang diberi tahu tidak diketemukan,
penyidik

segera

melaksanakan

ketentuan

sebagaimana

dimaksud dalam pasal 133 ayat (3) undang-undang ini.12

15

Anda mungkin juga menyukai