PERENCNAAN SIPHON & tALANG PDF
PERENCNAAN SIPHON & tALANG PDF
Bangunan Siphon
Bangunan siphon merupakan salah satu bangunan persilangan yang dibangun untuk
mengalirkan debit yang dibawa oleh saluran yang jalurnya terpotong oleh lembah
dengan bentang panjang atau terpotong oleh sungai.
saluran tertutup yang dipasang mengikuti bentuk potongan melintang sungai atau
lembah untuk menyeberangkan debit dari sisi hulu ke sisi hilir. Bangunan siphon
(berupa saluran tertutup berpenampang lingkaran atau segi empat) dipasang
dibawah dasar sungai, atau bisa juga dipasang di atas permukaan tanah jika
melintasi lembah (cekungan).
Konstruksi siphon jika penampang melintang berupa segi empat biasanya dibuat
dari beton bertulang (reinforced concrete), jika penampang melintang berupa
lingkaran biasanya dibuat dari baja. Untuk mencegah adanya sedimentasi pada saat
debit di dalam siphon mengecil, biasanya digunakan tipe pipa rangkap. Pada saat
debit di dalam siphon mengecil, jalur satu ditutup, jalur lainnya dibuka sehingga
kecepatan aliran didalam siphon tetap bisa mengangkut sediment ke hilirnya.
Konstruksi siphon harus dipilih pada lokasi yang panjang bentang sungainya
minimum, agar biaya konstruksinya hemat, serta kehilangan energinya kecil.
Didalam perencanaan siphon ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan, antara
lain : (untuk kasus siphon melintasi dasar sungai)
1. Siphon harus mampu menahan gaya uplift pada saat kondisi airnya kosong.
Kondisi yang paling berbahaya pada konstruksi siphon adalah pada saat
siphon dalam keadaan kosong. Pada saat kondisi ini gaya uplift yaitu gaya
yang disebabkan oleh tekanan hidrostatis dari bawah konstruksi siphon,
menekan konstruksi siphon ke arah atas. Gaya ini cenderung mengangkat
konstruksi siphon. Sedangkan untuk mengimbanginya diperlukan gaya
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB
2
penahan yang arahnya vertikal ke bawah yaitu gaya berat akibat berat sendiri
konstruksi siphon dan gaya berat akibat berat lapisan penutup siphon.
2. Siphon harus dibuat pada kedalaman yang cukup di bawah dasar sungai.
Pada kondisi ini konstruksi siphon harus aman terhadap bahaya gerusan
tanah dasar sungai (degradasi) maupun bahaya gerusan lokal akibat dasar
sungai yang terganggu. Jika konstruksi siphon berada terlalu dekat dengan
permukaan dasar sungai, maka tanah penutup di atas siphon kemungkinan
akan terkikis. Untuk itu konstruksi siphon harus dibuat pada kedalaman yang
cukup terhadap dasar sungai. Pada bagian dasar palung sungai, konstruksi
siphon sebaiknya dalam posisi horisontal dan panjangnya ke arah tebing
sungai harus cukup, karena tebing sungai keungkinan bisa juga terjadi erosi. ,
Sedangkan pada bagian lereng sungai bisa dibuat miring. Lapisan penutup
dasar sungai (di atas konstruksi siphon) sebaiknya berupa pasangan gabion
(bronjong).
3. Untuk mengurangi kehilangan energi maka lokasi siphon diusahakan pada
bentang sungai terpendek, serta memperkecil jumlah belokan pada
konstruksi siphon.
2.88 m3/dt
5.77 m
Kedalaman aliran h
1.27 m
0.46 m/dt
+13.09
+14.36
Panjang siphon
59.05 m
Penampang siphon
segi empat
0.25h
0.25h
B=h
4
-
A Q v 2.88 / 2 1.44m2
A 2.[( B.h) 4(0.5x0.25hx0.25h)]
A 2.(h 2 0.125h 2 )
1.44 1.75h 2
h 0.90m
-
Hf
v 2 .L
k 2 .R 4 / 3
Dengan :
Hf
Keliling basah P
= (4 x 0.5h) + (4 x 0.354h)
= 2h + 1.41h
= 3.41h
= 3.41 x 0.90 = 3.07 m
Jari-jari hidraulik R
Hf
A/P
0.72 / 3.07
0.23 m
2 2 x59.05
= 0.34 m
70 2 x0.234 / 3
Hb kb
Dengan : Hb
V
v
2g
5
Kb
Kb
(0.040+0.042) . 22/(2x9.81)
0.017 m
Hb
H (v va) 2 / 2 g
Dengan : Hmasuk
Va
masuk
keluar
=
=
=
H masuk 0.048m
s
v2
H r ( ) 3 .
sin
b 2.g
Dengan : Hr
( = 75)
6
4
H r 1.8(
0.01 3 0.46 2
) .
sin 75
0.1
2.g
H r 0.016m
-
m.
+14.36 + 0.445
+14.81
Bangunan Talang
Bangunan talang merupakan salah satu bangunan persilangan yang dibangun untuk
mengalirkan debit yang dibawa oleh saluran yang jalurnya terpotong oleh lembah
dengan bentang panjang atau terpotong oleh sungai.
saluran terbuka yang dipasang membentang dari tebing sisi hulu ke tebing sisi hilir.
untuk menyeberangkan debit. Aliran di dalam talang harus dalam kondisi yang stabil
(Fr < 0.7) atau dalam kondisi sub kritis
bangunan talang:
Data-data :
-
31 m
Koefisien Strickler k
70
2.88 m3/dt
Q 2.88
1.92.m2
v
1.5
7
A=Bxh
1.92 m2 = B x 1.27, sehingga B = 1.51 m
Kemiringan dasar bangunan talang yang diperlukan bisa dihitung dengan rumus
kecepatan aliran menurut Strickler :
v
i
2/3
k .R
Sedangkan :
P=B+2h
= 1.51 + (2 x 1.27)
= 4.05 m
R = A/P
= 1.92 / 4.05
= 0.47 m
Sehingga :
v
i
2/3
k .R
1.5
i
2/3
70.(0.47)
i = 0.0013
Bilangan Froude menjadi :
Fr
v
g.h
1.5
= 0.42 < 0.70 ok.
9.81.(1.27)
Kehilangan energi pada bagian peralihan antara saluran dan bagian talang dihitung
dengan rumus :
8
Elevasi muka air di talang hilir = elevasi muka air talang hulu (i x L)
= +14.43 (0.0013 x 31) = +14.38
Elevasi dasar talang bagian hilir = elevasi muka air talang hilir kedalaman aliran
= +14.38 1.27 = +13.11
+14.44
+14.43
+14.38
+14.36
1.27 m
1.27 m
1.27 m
+13.17
+13.16
i = 0.0013
+13.11
+13.09
abutment
abutment
pilar
L = 31 m
9
Bangunan Terjun
Bangunan terjun dibangun untuk mengatasi kemiringan medan yang terlalu curam,
sementara kemiringan yang dibutuhkan oleh saluran tergolong landai. Bangunan
terjun biasanya dibangun pada daerah yang kondisi topografinya memiliki
kelerengan yang curam.
Ada 4 bagian dari bangunan terjun yaitu :
-
Bagian Pembawa
Bagian ini berupa terjunan dengan bentuk terjunan tegak (vertikal) atau
terjunan miring. Jika beda tinggi (tinggi terjunan) lebih dari 1.5 m, maka bagian
pembawa berupa terjunan miring, jika beda tinggi (tinggi terjunan) kurang dari
1.5 m maka dipakai bangunan terjun tegak (vertikal).
Peredam Energi
Peredam energi berfungsi untuk mengurangi potensi kerusakan akibat energi
yang terkandung dalam aliran, sehingga tidak merusak konstruksi bangunan
terjun. Tipe peredam energi yang akan dipilih tergantung dari bilangan Froude
yang terjadi di dalam aliran.
10
Berikut ini tipe peredam energi berupa kolam olakan USBR :
1.
2.
3.
4.
Perlindungan Dasar
Segera sesudah aliran mengalami terjunan, kecepatan aliran tergolong masih
tinggi meskipun sudah dipasang bangunan peredam energi, sehingga masih
diperlukan perlindungan dasar saluran yang biasanya berupa pasangan
bronjong (gabion) untuk menghindari gerusan pada dasar saluran atau pada
dinding saluran.
Berikut ini contoh perhitungan hidraulik bangunan terjun :
Pada suatu saluran irigasi akan dibangun bangunan terjun karena kondisi topografi
yang curam. Ddata-data dari saluran tersebut antara lain :
-
Debit rencana Q
7.57 m3/dt
Lebar dasar B
5.77 m
Kedalaman aliran y1
1.65 m
0.00014
Kemiringan dinding m
Koefisien Strickler k
42.5
Beda tinggi antara muka air di hulu dan hilir (terjunan ) z = 1.61 m
Disyaratkan pada saat terjadi Q70, tidak diperbolehkan terjadi penurunan air.
11
Tentukan dimensi bagian pengontrol.
Jawab :
Dibuat terlebih dulu kurva hubungan antara debit Q dengan kedalaman aliran y untuk
saluran tersebut.
0.00014
P
m
6.13
6.49
6.85
7.21
7.57
7.93
8.29
8.65
9.01
9.38
9.74
10.10
10.46
10.82
11.18
11.54
11.90
R
m
0.10
0.19
0.27
0.35
0.43
0.50
0.58
0.64
0.71
0.78
0.84
0.90
0.96
1.02
1.08
1.13
1.19
V
m/dt
0.11
0.16
0.21
0.25
0.29
0.32
0.35
0.38
0.40
0.42
0.45
0.47
0.49
0.51
0.53
0.55
0.56
Q
m3/dt
0.06
0.20
0.39
0.64
0.93
1.28
1.66
2.09
2.57
3.09
3.65
4.26
4.91
5.61
6.35
7.14
7.98
Kurva Q ~ y
1.80
1.60
1.40
y (m)
1.20
1.00
0.80
0.60
0.40
0.20
0.00
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
Q (m3/dt)
12
Bagian pengontrol berupa penyempitan lebar dasar dengan penampang segi empat.
A70
= B. y70 + m. y702
v70
= Q70% / A70
H70
= y70 +
v702/(2g)
Q Cd 2 / 3 (2 / 3g ) .B.H 1.5
Cd = 0.93 + 0.1 (H70/L)
L = panjang bagian pengontrol ( L = 1.5 m)
Untuk L = 1.50 m, maka pada saat Q70% :
Cd70 = 0.93 + 0.1 ( 1.37 / 1.50) = 1.021, sehingga lebar dasar bisa dicari :
Q Cd 2 / 3 (2 / 3g ) .B.H 1.5
5.3 1.021(2 / 3) (2 / 3g ) .B.(1.37)1.5 , maka B = 1.90 m
saluran
pengontrol
Kurva Q ~ y
2.00
y (m)
1.50
1.00
0.50
0.00
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
Q (m3/dt)
13
Gambar 6. Denah Bagian pengontrol