REFERAT
MEI 2016
BAGIAN PSIKIATRI
DISUSUN OLEH:
Fadhilah Ramadhani Anwar
(111 2015 0160)
PEMBIMBING SUPERVISOR:
dr. Theodorus Singara, Sp.KJ
PEMBIMBING RESIDEN:
dr. Hutomo Judhi Christiantowibowo
1 | Page
DAFTAR ISI
Halaman judul
Daftar isi
Bab I. Pendahuluan
Pedoman Diagnosis
12
12
Penggolongan Antidepresi
14
a.
b.
c.
d.
e.
f.
14
15
18
19
21
22
SSRI
Trisiklik
Tetrasiklik
MAOI
SNRI
Antagonis 5-HT2
Kesimpulan
25
Daftar Pustaka
26
BAB I
Pendahuluan
2 | Page
3 | Page
BAB II
Pembahasan
2.1. Pengertian Gangguan Depresi (2, 5)
Gangguan depresif adalah gangguan psikiatri yang menonjolkan mood
sebagai masalahnya, dengan berbagai gambaran klinis yakni gangguan episode
4 | Page
5 | Page
Keluhan
Keluhan utama untuk menegakkan gangguan depresi adalah:
1. Afek depresif
2. Kehilangan minat dan kegembiraan, dan
3. Berkurangnya energi yang merujuk pada keadaan mudah lelah dan
menuunnya aktifitas
Allo dan Auto Anamnesis tambahan:
a. Adanya gejala seperti minat dalam melakukan aktivitas/semangat yang
menurun, merasa sedih/murung, nafsu makan berkurang, sulit berkonsentrasi,
kepercayaan diri yang menurun, pesimistis.
b. Keluhan biasanya sering terjadi, atau berlangsung lama, dan terdapat stresor
kehidupan.
c. Menyingkirkan riwayat penyakit fisik dan penggunaan zat (alkohol, tembakau,
stimulan, dan lain-lain)
Diagnosis Klinis
Diagnosis klinis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Kriteria diagnosis berdasarkan ICD 10, yaitu: adanya gejala-gejala kecemasan dan
depresi yang timbul bersama-sama, dan masing-masing gejala tidak menunjukkan
rangkaian gejala yang cukup berat untuk dapat ditegakkannya suatu diagnosis
tersendiri.
8. Pesimistis
9. Rasa tidak berguna/rasa bersalah
2.3 Pedoman Diagnostik(9)
F.32.0 Episode depresi ringan
(g)
Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya
sekitar 2 minggu
Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang
dilakukannya
(g)
Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya
7 | Page
tetap digunakan)
Episode masing-masing, dalam berbagai tingkat keparahan, seringkali
dicetuskan oleh peristiwa kehidupan yang penuh stres atau trauma
mental lain (adanya stres tidak esensial untuk penegakkan diagnosisi)
9 | Page
Pedoman Diagnostik
Kelima
10 | P a g e
11 | P a g e
12 | P a g e
BAB III
Obat Antidepresan
pada
penderita.
Konseling
diperkuat
oleh
apoteker.
Kerja obat dalam tubuh ketika dibarengi obat lain. Penderita perlu
mengatakan pada dokter bahwa ia sedang menelan obat tertentu. Dokter akan
memperhatikan interaksi obat yang diketahuinya.
Obat harus dipertahankan selama 7-15 bulan atau lebih panjang untuk
menghadang episode gangguan depresif berikutnya
14 | P a g e
menghilang ketika obat diteruskan, dan beberapa efek samping menetap seperti
mulut kering, konstipasi dan efek seksual.
Orang berusia lanjut perlu mendapatkan perhatian atas daya absorbsi dan
kepekaannya terhadap efek obat. Monitor obat dan gejala perlu lebih cerma
3.2. Penggolongan Antidepresan(2, 7, 10)
A. Selective Serotonin Reuptake Inhibitors
Obat golongan ini adalah inhibitor selektif penyerapan ulang serotonin.
Farmakodinamik: pengangkut serotonin (SERT) adalah suatu glikoprotein dengan
12 regio transmembran terbenam di membrane ujung akson dan badan sel sel
neuron serotonergic. Ketika serotonin ekstrasel berikatan dengan reseptor
pengangkut, terjadi perubahan konformasi di pengangkut dan serotonin, Na+ dan
Cl- dipindahkan ke dalam sel. Pengikatan K+ intrasel kemudian menyebabkan
kembalinya pengangkut ke konformasi aslinya dan pelepasan serotonin ke dalam
sel. SSRI secara alosentris menghambat pengangkut dengan mengikat reseptor di
luar tempat pengikatan aktif untuk serotonin. Pengikatan ke pengangkut serotonin
menyebabkan inhibisi tonik sistem dopamine, meskipun efek ini memperlihatkan
variabilitas antar individu yang substansial. SSRI tidak berikatan secara agresif
dengan reseptor histamine, muskarinik, atau yang lain.
Fluoxetin
Dosis lazim: 20 mg sehari pada pagi hari, maksimum 80 mg/hari dalam dosis
tunggal atau terbagi.
Kontra Indikasi: hipersensitif terhadap fluoxetin, gagal ginjal yang berat,
penggunaan bersama MAO.
Interaksi Obat: MAO, Lithium, obat yang merangsang aktivitas SSP, anti
depresan, triptofan, karbamazepin, obat yang terkait dengan protein plasma.
Perhatian: penderita epilepsi yang terkendali, penderita kerusakan hati dan
ginjal, gagal jantung, jangan mengemudi / menjalankan mesin.
Sertralin
Dosis lazim: 50 mg/hari bila perlu dinaikkan maksimum 200 mg/hr.
Kontra Indikasi: Hipersensitif terhadap sertralin.
15 | P a g e
Citalopram
Dosis lazim: 20 mg/hari, maksimum 60 mg /hari.
Kontra indikasi: hipersensitif terhadap obat ini.
Interaksi Obat: MAO, sumatripan, simetidin.
Perhatian: kehamilan, menyusui, gangguan mania, kecenderungan bunuh
diri.
Fluvoxamine
Dosis lazim: 50mg dapat diberikan 1x/hari sebaiknya pada malam hari,
maksimum dosis 300 mg.
Interaksi Obat: warfarin, fenitoin, teofilin, propanolol, litium.
Perhatian: Tidak untuk digunakan dalam 2 minggu penghentian terapi MAO,
insufiensi hati, tidak direkomendasikan untuk anak dan epilepsi, hamil dan
laktasi.
Efek samping penggunaan SSRI adalah karena meningkatnya serotonergic,
16 | P a g e
B. Antidepresan Trisiklik
Farmakokinetik, golongan TCA cenderung diserap balik dan memiliki
waktu paruh panjang. Karenanya, sebagian besar diberikan sekali sehari karena
efek mengantuk. TCA mengalami metabolisme ekstensif melalui demetilasi,
hidroksilasi aromatic dan konjugasi glukuronida. Berbagai TCA memiliki jendela
terapuetik yang lebar dan kadar serum dapat digunakan untuk memperkirakan
respon dan toksisitas. Farmakodinamiknya, TCA berfungsi mirip dengan SNRI
(serotonin-noreinefrin
reuptake
inhibitor),
dan
aktifitas
antidepresannya
Sedasi
Hipotensi ortostatis dan pusing serta mudah jatuh merupakan akibat efek
antinoradrenalin, hal ini sering terjadi pada penderita lansia, mengakibatkan
gangguan fungsi seksual.
17 | P a g e
Imipramin
Dosis lazim: 25-50 mg 3x sehari bila perlu dinaikkan sampai maksimum 250300 mg sehari.
Kontra Indikasi: Infark miokard akut
Interaksi Obat: anti hipertensi, obat simpatomimetik, alkohol, obat penekan
SSP.
Perhatian: kombinasi dengan MAO, gangguan kardiovaskular, hipotensi,
gangguan untuk mengemudi, ibu hamil dan menyusui.
Klomipramin
Amitriptilin
18 | P a g e
Mirtazapin
Dosis lazim: 15-45 mg / hari menjelang tidur.
Kontra Indikasi: Hipersensitif terhadap mitrazapin.
Interaksi Obat: dapat memperkuat aksi pengurangan SSP dari alkohol,
memperkuat efek sedatif dari benzodiazepine, MAO.
19 | P a g e
20 | P a g e
dan
histaminergik serta tersebar di otak, hati dan trombosit. MAO-B terutama bekerja
pada tiramin, feniletilamin dan benzilamin. Baik MAO-A dan MAO-B
memetabolisme triptamin dan dopamine.
Kontraindikasi
Hipersensitif terhadap senyawa ini; feokromositoma; gagal jantung
kongestif; riwayat penyakit liver atau fungsi liver abnormal; gangguan ginjal
parah; gangguan serebrovaskular; penyakit kardiovaskular; hipertensi; riwayat
sakit kepala; pemberian bersama dengan MAOI lainnya; senyawa yang terkait
dibenzazepin termasuk antidepresan trisiklik, karbamazepin, dan siklobenzaprin;
bupropion; SRRI; buspiron; simpatomimetik; meperidin; dekstrometorfan;
senyawa anestetik; depresan SSP; antihipertensif; kafein; keju atau makanan lain
dengan kandungan tiramin tinggi.
Maclobemide
Dosis: dosis anjuran 300-600 mg/hari. sediaan tablet 150 mg.
Isokarboksazid
Dosis: 30-60 mg/hari
Fenelzin
Dosis: 45-90 mg/hari
Tranilsipromin
Dosis: 30-60 mg/hari
Efek Samping
Efek samping tersering MAOI yang menyebabkan penghentian terapi
adalah hipotensi ortostatik dan penambahan berat badan. Selain itu, MAOI nonseletif ireversibel memiliki angka efek samping seksual paling tinggi diantara
semua antidepresan. Anorgasmia cukup sering terjadi pada pemberian MAOI
dosis terapeutik. Sifat sebagian MAOI yang mirip dengan amfetamin ikut
berperan menyebabkan insomnia dan kegelisahan pada sebagian pasien. MAOI
dosis tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan pikiran. Karena menghambat
21 | P a g e
metabolisme tiramin dan amin lain dalam makanan, MAOI dapat berinteraksi
dengan makanan tertentu dan dengan obat serotonergic. Terakhir, MAOI
dilaporkan dapat menyebabkan sindrom diskontinuitas yang bermanifestasi
sebagai keadaan mirip delirium disertai psikosis, eksitasi dan kekacauan pikiran.
Interaksi Obat
MAOI berkaitan dengan dua golongan interaksi obat serius. Pertama adalah
interaksi farmakodinamik MAOI dengan obat serotonergic, seperti SSRI, SNRI
dan sebagian besar TCA dan beberapa obat analgesic misalnya meperidin.
Kombinasi suatu MAOI dengan obat serotonergic ini dapat menyebabkan sindrom
serotonin yang mengancam nyawa. Sindrom serotonin diperkirakan disebabkan
oleh stimulasi berlebihan reseptor 5 HT di nucleus griseus sentral dan medulla.
Gejala berkisar dari ringan sampai mematikan dan mencakup trias efek kognitif
(delirium, koma), otonom (hipertensi, takikardi, diaphoresis) dan somatic
(mioklonus, hiperrefleksia, tremor). Sebagia besar antidepresan serotonergic perlu
diperhatikan paling sedikit 2 minggu sebelum MAOI mulai diberikan. Sebaliknya,
MAOI harus dihentikan 2 minggu sebelum obat serotonergic dimulai.
Interaksi
dikombinasikan
serius
kedua
dengan
dengan
tiramin
MAOI
dalam
terjadi
makanan
jika
atau
suatu
dengan
MAOI
substrat
simpatomimetik MAOI. Obat ini mencegah penguraian tiramin di usus, dan hal
ini menyebabkan kadar serum yang tinggi yang meningkatkan efek noradrenergic
perifer, termasuk peningkatan drastis tekanan darah, sehingga dapat mengalami
hipertensi maligna lalu stroke atau infark miokardium.
E. Serotinin-Norepinefrin Reuptake Inhibitor
Farmakodinamiknya adalah bahwa obat golongan SNRI berikatan baik
dengan pengangkut serotonin maupun norepinefrin. NET secara struktur sangat
mirip dengan reseptor pengangkut 5-HT. NET adalah suatu kompleks 12 ranah
transmembran yang secara alosentris mengikat norepinefrin. NET juga memiliki
afinitas rendah terhadap dopamine.
Farmakokinetik, Venlafaksin dimetabolisme secara ekstensif di hati melalui
isoenzim CYP2D6 menjadi O-desmetilvenlafaksin. Keduanya memiliki paruh
serupa sekitan 11 jam. Meskipun waktu paruh relative singkat, kedua obat tersedia
22 | P a g e
Venlafaxine
Dosis lazim: 75 mg/hari bila perlu dapat ditingkatkan menjadi 150-250 mg
1x/hari.
Kontra Indikasi: penggunaan bersama MAO, hamil dan laktasi, anak < 18
tahun.
Interaksi Obat: MAO, obat yang mengaktivasi SSP lain.
Perhatian: riwayat kejang dan penyalahgunaan obat, gangguan ginjal atau sirosis
hati, penyakit jantung tidak stabil, monitor tekanan darah jika penderita mendapat
dosis harian > 200 mg.
F. Antagonis 5-HT2
Dua antidepresan diduga terutama bekerja sebagai antagonisdi reseptor 5HT2 yaitu trazodone dan nefazodone. Farmakokinetik obat ini cepat diserap dan
dimetabolisme ekstensif di hati. Keduaobat ini banyak terikat ke protein dan
memiliki ketersediaan hayati terbatas karena metabolismenya yang ekstensif.
Waktu paruh yang singkat mengharuskan mereka digunakan dalam dosis terpisah
jika dipakai sebagai antidepresan. Namun, trazodone sering kali diresepkan
sebagai dosis tunggal pada malam hari sebagai hipnotik pada dosis yang lebih
rendah daripada digunakan untuk mengobati antidepresi.
Farmakodinamik, efek utama obat ini adalah blockade reseptor 5-HT2.
Inhibisi reseptor ini pada penelitian berkaitan dengan dengan efek antianxietas,
antipsikotik dan antidepresan yang signifikan. Sebaliknya, agonis reseptor 5-HT2A,
misalnya asam lisergat dan meskalin, sering bersifat halusinogenik dan
ansiogenik. Reseptor 5-HT2 adalah reseptor yang terhubung dengan protein G dan
tersebar di seluruh neurokorteks. Nefazodone adalah inhibitor lemah SERT dan
NET, tetapi antagonis kuat reseptor 5-HT2A pascasinaps, demikian pula metabolitmetabolitnya. Trazodon juga merupakan inhibitor lemah, tetapi selektif untuk
SERT dengan efek minimal pada NET. Metabolit utamanya, m-cpp, merupakan
23 | P a g e
antagonis poten 5-HT2 dan banyak dari manfaat trazodon sebagai antidepresan
mungkin berkaitan dengan efek ini. Trazodon juga memiliki efek menghambat
reseptor alpha-adrenergik prasinaps lemah sampai sedang dan antagonis ringan
reseptor H1. Dosis terapeutik trazodon adalah 150-300 mg/hari sedangkan
nefazodone adalah 300-500 mg/hari.
Efek Samping
Efek samping tersering penggunaan obat ini adalah mengantuk dan
gangguan pencernaan. Efek sedative, terutama trazodone dapat cukup berat.
Karena itu, tidak jarang pengobatan insomnia menggunakan trazodone. Efek
samping pada pencernaan tampaknya berkaitan dengan dosis dan lebih ringan
daipada yang disebabkan SNRI atau SSRI. Nefazodon dan trazodon adalah obat
penghambat alpha serta dapat menyebabkan hipotensi ortostatik yang bergantung
dosis pada sebagian pasien.
Interaksi Obat
Nefazodon adalah inhibitor isoenzim CYP3A4 sehingga obat iini dapat
meningkatkan kadar dan karenanya memperparah efek samping banyak obat yang
dependen CYP3A4. Sebagai contoh kadar triazolam meningkat oleh pemberian
bersamaan dengan nefazodon sehingga dianjurkan penurunan dosis triazolam
sebesar 75%. Demikian juga, pemberian nefazodon bersama simvastatin
dilaporkan menyebabkan peningkatan 20 kali lipat kadar simvastatin plasma.
Trazodon adalah substrat, tetapi bukan inhibitor poten CYP3A4. Karenanya,
kombinasi trazodon dengan inhibitor poten CYP3A4, misalnya ritonavir atau
ketokonazol dapat menyebabkan peningkatan substansial kadar trazodon.
24 | P a g e
14
15
16
17
Nama Generik
Amitriptyline
Amoxapine
Tianeptine
Clomipramine
Imipramine
Maclobemide
Maprotiline
Mianserin
Sertraline
Trazodone
Paroxetine
Fluvoxamine
Fluoxetine
Citolopram
Mintazapin
Duloxentine
Venlafaxine
Nama Dagang
Amitriptyiline
Asendin
Stablon
Anafranil
Tafronil
Aurorix
Ludiomil
Tovlon
Zoloft
Trazone
Seroxat
Luvox
Nopres
Sediaan
Drag 25 mg
Tab. 100 mg
Tab. 12,5 mg
Tab. 25 mg
Tab. 25 mg
Tab. 150 mg
Tab. 10-25 mg
Tab. 10, 30 mg
Tab. 50 mg
Tab. 50, 100 mg
Tab. 20 mg
Tab. 50 mg
Caplet 20 mg
Prozac
Cap. 25 mg
Antiprestin
Cap. 10-20 mg
Courage
Tab. 25 mg
Kalxetine
Cap. 10-20 mg
Zactin
Cipram
Remeron
Cymbalta
Efexor-XR
Cap. 20 mg
Tab. 20 mg
Tab. 30 mg
Caplet 30-60 mg
Cap. 75 mg
Dosis Anjuran
75-100 mg/h
200-300 mg/h
25-50 mg/h
75-150 mg/h
75-150 mg/h
300-600 mg/hr
75-150 mg/h
30-60 mg/h
50-100 mg/h
100-200 mg/h
20-40 mg/h
50-100 mg/h
20-40 mg/h
20-60 mg/h
15-45 mg/h
30-60 mg/h
75-150 mg/h
BAB IV
25 | P a g e
Kesimpulan
Depresi merupakan gangguan mood yang disebabkan adanya abnormalitas
biologis, terutama adanya defisiensi relative salah satu atau beberapa aminergic
neurotransmitter (noradrenaline, serotonin dan dopamine) pada celah sinaps di
neuron Sistem Saraf Pusat (khususnya pada sistem Limbik) sehingga aktifitas
reseptor serotonin menurun(10).
Kebanyakan antidepresan melakukan kerja penting terhadap metabolisme
neurotransmitter monoamine dan reseptornya, terutama serotonin dan norepinefrin
(Buckley and Waddington, 2000; Owens et.al, 1997). Keefektifan dan kerja
terapeutik antidepresan, serta bukti kuat kecenderungan genetiknya, memunculkan
dugaan bahwa dasar biologis gangguan mood yang parah kemungkinan
melibatkan fungsi abnormal neurotransmisi monoamine.
Antidepresan yang digunakan saat ini memiliki prinsip kerja yang hampir
sama yaitu menghambat pengambilan kembali serotonin ataupun norepinefrin
serta dopamine. Sehingga memungkinkan semakin banyaknya neurotransmitter di
celah sinaps. Penggolongan secara garis besar yaitu antidepresan trisiklik,
tetrasiklik, MAO inhibitor, SSRI, serta antidepresan atipikal (SNRI dan Antagonis
5-HT2)
26 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
1. Sadock BJ. Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatry. Behavioral
Science/Clinical Psychiatry. 2007;10th Edition. Lippincott Williams & Wilkins.
2.
Buku Saku
Rujukan Ringkas dari PPDGJ III. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FKUnika Atma Jaya; 2007.
10.
Maslim, Rusdi, dr. Sp. KJ . Obat Anti Depresi. Penggunaan Klinis Obat
Psikotropik. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa, FK-Unika Atma Jaya; 2007.
p. 23-35.
27 | P a g e