Anda di halaman 1dari 27

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1; Latar Belakang

Keluarga Berencana (KB) adalah gerakan untuk membentuk suatu keluarga


yang sehat dan sejahtera dengan membatasi kelahiran. Program ini salah satu
tujuannya adalah penjarangan kehamilan dengan menggunakan metode kontrasepsi
dan menciptakan kesejahteraan ekonomi dan sosial bagi seluruh smasyarakat melalui
usaha-usaha perencanaan dan pengendalian penduduk.1
Kontrasepsi adalah upaya mencegah kehamilan yang bersifat sementara
ataupun menetap. Kontrasepsi memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelemahan dari
kontrasepsi adalah terganggunya pola haid diantaranya adalah amenorhoe, menoragia
dan muncul bercak (spotting), terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian
pemakaian, pertambahan berat badan 1,5 - 2 kg. Pertambahan berat badan disebabkan
oleh retensi cairan, bertambahnya lemak pada tubuh, dan meningkatkan selera
makan.2 Dari ketiga kontrasepsi hormonal yaitu Pil, Suntik dan susuk memiliki salah
satu efek samping yang sama yaitu mengalami peningkatan berat badan.3
Kontrasepsi hormonal adalah kontrasepsi yang bertujuan untuk mencegah
terjadinya kehamilan yang

mengandung hormon estrogen dan progesteron,

diantaranya ada dalam bentuk pil, suntik dan implant. Pada pemakaian kontrasepsi
hormonal, dimana menggunakan hormon progesterone dan estrogen dalam terapinya,
terjadi peningkatan jumlah hormon progesteron dan estrogen di dalam tubuh dengan
efek androgeniknya, hormon progesteron merangsang pusat pengendali nafsu makan

di hipothalamus yang menyebabkan akseptor makan lebih banyak dari biasanya,


sehingga nafsu makan, akan bertambah dan berakibat makan lebih banyak (efek
anabolik).2
Estrogen sendiri akan bertambah sehingga dapat meningkatkan deposit lemak di
jaringan subkutan. Semakin banyak lipid yang terbentuk, maka cadangan energi di
dalam jaringan adiposa akan semakin meningkat, biasanya terdapat di daerah pinggul,
paha dan payudara wanita. Hal ini tentu saja akan semakin memburuk jika tidak
dikontrol dan tidak diimbangi dengan pola hidup sehat seperti berolahraga secara
teratur dan pola makan yang baik, sehingga peningkatan berat badan tidak dapat
dihindari.2
Berat badan adalah ukuran yang lazim atau sering dipakai untuk menilai
keadaan suatu gizi manusia. Menurut Cipto Surono dalam Mabella, mengatakan
bahwa berat badan adalah ukuran tubuh dalam sisi beratnya yang ditimbang dalam
keadaan berpakaian minimal tanpa perlengkapan apapun.4
Peningkatan berat badan adalah keadaan dimana berat badan berubah dari
berat normal, hal ini dapat menjadi keluhan yang mengganggu para wanita yang
menggunakan kontrasespsi hormonal, sekalipun berat badan ini bukan merupakan
fenomena yang seragam. Sebagian pertambahan berat badan dapat disebabkan oleh
retensi cairan, tetapi cenderung terjadi akibat peningkatan asupan makanan.
Peningkatan berat badan yang tidak terkontrol merupakan sesuatu yang ditakuti
akseptor KB.5
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh University of texas Medical
Branch (UTMB) tahun 2008, wanita yang menggunakan kontrasepsi hormonal (Depo
Medroxy Progesterone Acetate DMPA) atau dikenal dengan kontrasepsi suntik 3
bulan, rata-rata mengalami peningkatan berat badan sebanyak 11 pon atau 5,5 kg dan

mengalami peningkatan lemak tubuh sebanyak 3,4% dalam waktu 3 tahun


pemakaian.6
Pada tahun 2012 jumlah akseptor KB di Indonesia yaitu jumlah akseptor KB
Suntik sebanyak (65,31%), akseptor KB IUD sebanyak (5,34%), akseptor KB
Implant sebanyak (5,96%), akseptor KB Kontap sebanyak (3,73%), akseptor KB
Kondom sebanyak (0,13%), akseptor KB Intravagina/tissue sebanyak (0,11%) dan
akseptor KB dengan cara tradisional sebanyak (0,87%).7
Provinsi Lampung pada tahun 2014, jumlah akseptor KB yaitu: akseptor KB
Pil sebanyak 36,70%, akseptor KB IUD sebanyak 12,79%, akseptor KB Implant
sebanyak 11,29%, akseptor KB Suntik sebanyak 37,90%, MOP/MOW sebanyak
2,65% dan akseptor KB Kondom sebanyak 0,96%.8
Berdasarkan data dari BKKBN tahun 2014 di Kota Bandar Lampung kesertaan KB
IUD 246 orang (1,67%), MOP 72 orang (0,48%), MOW 531 orang (3,60%), Kondom
219 orang (1,48%), Implant 1.448 orang (9,83%), Suntik 6.721 orang (45,63%), Pil
5.492 orang (37,28%) total akseptor KB semuanya 14.729 orang.8
Berdasarkan beberapa hasil penelitian yang dilakukan terhadap akseptor KB
suntik menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan KB
suntik adalah terjadinya gangguan menstruasi 51,25%, kenaikan berat badan 36,25%
dan peningkatan tekanan darah 3,75%.9
Berdasarkan data rekapitulasi pendataan PUS TK. Puskesmas tahun 2014 di
Kecamatan Rajabasa Kota Bandar Lampung terdapat 738 PUS dengan PUS GAKIN
berjumlah 319 orang, PUS 4T 251 orang, Akseptor KB aktif 122 orang, Akseptor KB
GAKIN 31 orang dan Akseptor KB 4T 7 orang. Akseptor KB Pil sebanyak 46 orang,
akseptor KB Suntik 70 orang dan Akseptor KB Kondom 6 orang.8
Berdasarkan fenomena tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penenelitian dengan

judul Hubungan Penggunaan Kontrasepsi Dengan Berat Badan Pada Akseptor


KB di Wilayah Kerja Puskesmas Rajabasa Indah Kota Bandar Lampung
Tahun 2015.
1.2; Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka permasalahan penelitian


yang dapat dirumuskan adalah Apakah ada hubungan penggunaan kontrasepsi
dengan berat badan pada akseptor KB di Wilayah Kerja Puskesmas Rajabasa Indah
Kota Bandar Lampung Provinsi Lampung?.

1.3; Tujuan Penelitian


1.3.1; Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan penggunaan kontrasepsi dengan berat badan


pada akseptor KB di Wilayah Kerja Puskesmas Rajabasa Indah Kota Bandar
Lampung Provinsi Lampung.

1.3.2; Tujuan Khusus


1; Untuk mengetahui distribusi frekuensi berat badan akseptor KB di Wilayah Kerja

Puskesmas Rajabasa Indah Kota Bandar Lampung Provinsi Lampung


2; Untuk mengetahui distribusi frekuensi berat badan akseptor di Wilayah Kerja

Puskesmas Rajabasa Indah Kota Bandar Lampung Provinsi Lampung


3; Untuk mengetahui hubungan penggunaan kontrasepsi dengan berat badan pada

akseptor KB di Wilayah Kerja Puskesmas Rajabasa Indah Kota Bandar Lampung


Provinsi Lampung.

1.4; Manfaat Penelitian


1.4.1; Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai tambahan informasi dalam pengembangan keperawatan maternitas


khususnya dalam pembelajaran tentang hubungan penggunaan kontrasepsi dengan
berat badan pada akseptor KB.
1.4.2; Bagi Akseptor KB

Menambah wawasan dan pengetahuan tentang hubungan penggunaan


kontrasepsi dengan berat badan.

1.4.3; Bagi Peneliti

Memberikan pengalaman bagi peneliti dalam melaksanakan penelitian secara


mandiri dan meneliti lebih dalam tentang hubungan penggunaan kontrasepsi dengan
berat badan pada akseptor KB pada wanita pasangan usia subur.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1; Konsep Kontrasepsi

Kontrasepsi adalah upaya mencegah kehamilan yang bersifat sementara


ataupun menetap. Kontrasepsi dapat dilakukan tanpa menggunakan alat, secara
mekanis, menggunakan obat/alat, atau dengan operasi.10

2.1.1; Kontrasepsi Hormonal


2.1.1.1; Pengertian Kontrasepsi Hormonal

Kontrasepsi hormonal adalah alat kontrasepsi yang bertujuan untuk mencegah


terjadinya kehamilan yang

mengandung hormon estrogen, progesteron dan

kombinasi keduanya. Diantaranya ada dalam bentuk pil dan suntik dan implant. Pada
perkembangan dan percobaan selanjutnya telah dibuat berbagai pil KB oral dengan
tujuan meningatkan efektivitas, mengurangi efek samping, dan meminimalkan
keluhan peserta KB.11

2.1.1.2; Jenis Kontrasepsi Hormonal


1; Kontrasepsi Pil

Adalah suatu cara kontrasepsi untuk wanita yang berbentuk pil/tablet di dalam
strip yang berisi gabungan hormon estrogen dan hormon progesteron atau yang
hanya terdiri dari hormon progesteron saja. Ada tiga macam pil kontrasepsi, yaitu
minipil, pil kombinasi dan pil pasca sanggama (morning after pil). Yang umum
digunakan adalah pil kombinasi antara esterogen dan progesteron. Minipil yang
hanya mengandung progrestin dosis rendah biasanya diberikan pada ibu yang
menyusui (hingga kira-kira 9 bulan setelah melahirkan.11
Pil yang berjumlah 21 sampai 22 mulai dari hari ke- 5 haid tiap hari, 1 pil terus
menerus atau sesuai hari di dalam bungkus. Sebaiknya pil diminum dalam waktu
yang kurang lebih sama tiap harinya, misalnya malam sebelum tidur. Beberapa hari
setelah minum pil dihentikan, biasanya terjadi withdrawl bleeding, lalu pil bungkus
ke- 2 diminum mulai hari ke- 5 perdarahan tersebut. Jika tidak terjadi withdrawl
bleeding, pil bungkus ke- 2 diminum mulai 7 hari setelah pil bungkus pertama habis.
Sedangkan pil yang berjumlah 28 diminum terus menerus tiap malam. 7 pil terakhir
mengandung zat besi atau gula. 11

Keuntungan
a; Reversible dan dapat dipercaya
b; Tidak berhubungan dengan hubungan seksual
c; Mengurangi resiko anemia, penyakit kanker ganas pada payudara
d; Dapat meredakan dismenore dan gejala pramenstruasi
e; Perlindunngan terhadap kanker endometrium dan ovarium dan penyakit radang

pelvis.
Efek samping
a; Spotting (bercak-bercak darah)
b; Jerawat
c; Berat badan naik
d; Tekanan darah tinggi
2; Kontrasepsi Suntik

Kontrasepsi suntik adalah alat kontrasepsi berupa cairan yang berisi hanya
hormon progesteron disuntikkan ke dalam tubuh wanita secara periodik. Saat ini
terdapat dua macam kontrasepsi suntikan, yaitu golongan progestin seperti Depo
Provera, Depo Geston, Depo Progestin, Noristerat, dan golongan progestin dengan
campuran estrogen propionat, seperti Cyclo Provera (Cyclofem). Suntikan diberikan
mulai hari ke- 3 sampai ke-5 pasca persalinan, segera keguguran atau pada interval
lima hari pertama haid. Hormon disuntikan secara intramuskular dalam di daerah
gluterus maksimus atau deltoid. Selanjutnya Cyclofem diberikan tiap bulan,
Noristerat tiap 2 bulan dan Depo Provera tiap 3 bulan sekali.12
Jenis KB suntik:

1; Upjhon company (1958)


a; Depo provera yang mengandung medroxy progesteron asetat 150 mgr.
b; Cyclofem yang mengandung medroxy progeteron asetat 50 mgr dan

komponen estrogen.
2; Schering AG (1957)

Norigest 200 mgr yang merupakan derivat testosteron.


Keuntungan KB Suntik :
a; Pemberiannya sederhana setiap 8-12 minggu
b; Tingkat efektivitasnya tinggi
c; Hubungan seks dengan suntikan KB bebas
d; Pengawasan medis yang ringan
e; Dapat dipakai-diberikan pasca persalinan, pasca keguguran, atau pasca

menstruasi.
f;

Tidak mengganggu pengeluaran laktasi dan tumbuh kembang bayi


Efek samping:

a; Gangguan haid
b; Perubahan berat badan
c; Keputihan
d; Jerawat
3; Kontrasepsi Implant atau Susuk

Alat kontrasepsi bawah kulit atau implant adalah kontrasepsi yang disusupkan di
bawah kulit. Preparat yang terdapat saat ini adalah implant dengan nama dagang
"norplant" maupun "implanon". Alat kontrasepsi ini disusupkan di bawah kulit lengan

atas sebelah dalam. Bentuknya semacam tabung-tabung kecil atau pembungkus


plastik berongga dan ukurannya sebesar batang korek api. Susuk dipasang seperti
kipas dengan enam buah kapsul atau tergantung jenis susuk yang akan dipakai. Di
dalamnya berisi zat aktif berupa hormon. Susuk tersebut akan mengeluarkan hormon
sedikit demi sedikit. Jadi, konsep kerjanya menghalangi terjadinya ovulasi dan
menghalangi migrasi sperma.12
Setiap kapsul susuk KB mengandung 36 mgr Levonogestrel yang akan
dikeluarkan setiap harinya sebanyak 80 mcg. Konsep mekanisme kerjanya sebagai
progesteron yang dapat menghalangi pengeluaran LH sehinggga tidak terjadi ovulasi,
mengentalkan lendir servik dan menghalangi migrasi spermatozoa, dan menyebabkan
situasi endometrium tidak siap menjadi tempat nidasi.11
Keuntungan metode susuk KB :
a; Dipasang selama lima tahun
b; Kontrol medis ringan
c; Dapat dilayani didaerah pedesaan
d; Penyulit medis tidak terlalu tinggi
e; Biaya ringan

Efek samping metode susuk KB:


a; Menimbulkan gangguan menstruasi, yaitu tidak mendapat menstruasi dan terjadi

perdarahan yang tidak teratur


b; Berat badan bertambah
c; Menimbulkan akne, ketegangan payudara

10

2.1.2; Kontrasepsi Non Hormonal


1; Intra Uterine Device (IUD)

IUD adalah salah satu alat KB/kontrasepsi yang dipasang oleh dokter atau
bidan terlatih didalam rahim wanita pasangan usia subur. Oleh karena itu metode ini
disebut juga dengan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR).12
Menurut jenisnya IUD, dibagi 3 type, yaitu :
a; Terbuat dari plastik (Lippes Loop atau baja anti karat).
b; Mengandung tembaga, yaitu CuT 380 A, CuT 200C, Multiload, dan NOVA T.
c; Mengandung hormon Steroid seperti

Progestaset yang mengandung Progesteron dan Levonoval yang mengandung


Levonogestrel. BKKBN menggunakan CuT 380 A sebagai standar yang dibuat oleh
PT Kimia Farma.3
Cara kerja : Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii,
mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri, mencegah sperma
dan ovum bertemu, memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus.
Keuntungan IUD: Sebagai kontrasepsi efektifitasnya tinggi, IUD dapat efektif
segera setelah pemasangan, metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT 380
A dan tidak perlu ganti), sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat, tidak
mempengaruhi kualitas dan volume Air Susu Ibu.12
Kerugian IUD: Menimbulkan efek samping (perubahan siklus haid (umumnya
pada 3 bulan pertama dan akan berkurang setelah 3 bulan), haid lebih lama dan
banyak, perdarahan (spotting) antar menstruasi, saat haid lebih sakit, secret vagina
lebih banyak), tidak mencegah Infeksi Menular Seksual (IMS) termasuk HIV/AIDS,

11

pemasangan dan pencabutan IUD harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
terlatih.13

2; Kondom

Kondom merupakan selubung atau sarung karet yang dipasang pada penis saat
berhubungan seksual. Cara kerja kondom yaitu untuk menghalangi terjadinya
pertemuan sperma dan sel telur dengan cara mengemas sperma diujung selubung
karet yang dipasang pasa penis sehingga sperma tersebut tidak tercurah ke dalam
saluran reproduksi perempuan, selain itu kondom juga dapat mencegah penularan
mikroorganisme contohnya Human Immunodeficiency Virus (HIV) dari satu pasangan
kepada pasangan yang lain. Secara ilmiah didapatkan hanya sedikit angka kegagalan
kondom yaitu 2-12 kehamilan per 100 perempuan per tahun.
Keuntungan menggunakan kondom adalah:
a; Efektif bila digunakan dengan benar
b; Tidak mengganggu kesehatan pengguna
c; Murah dan dapat dibeli secara umum

Kerugian menggunakan kondom adalah :


a; Agak mengganggu hubungan seksual (mengurangi sentuhan langsung
b; Harus selalu tersedia setiap kali berhubungan seksual
c; Cara penggunaan sangat mempengaruhi keberhasilan kontrasepsi.1
2.2; Konsep Peningkatan Berat Badan
2.2.1; Pengertian Peningkatan Berat Badan

12

Berat badan adalah ukuran yang lazim atau sering dipakai untuk menilai
keadaan suatu gizi manusia. Menurut Cipto Surono, berat badan adalah ukuran tubuh
dalam sisi beratnya yang ditimbang dalam keadaan berpakaian minimal tanpa
perlengkapan apapun. Berat badan diukur dengan alat ukur berat badan dengan suatu
satuan kilogram.14
Peningkatan berat badan adalah keadaan dimana berat badan berubah dari
berat normal. Peningkatan berat badan dapat diukur secara antropometri melalui
tinggi badan ideal dan berat badan ideal.

2.2.2; Pengukuran Berat Badan

BMI atau Body Mass Index seseorang, diukur berdasarkan berat dan tinggi
badan. Perhitungan ini dilakukan untuk mengetahui apakah berat badan seseorang
underweight (di bawah normal), normal, overweight (di atas normal), atau obese
(jauh di atas normal). BMI tidak diukur berdasarkan jenis kelamin ataupun usia. BMI
juga tidak bisa dihitung jika orang tersebut dalam keadaan hamil, pada olahragawan,
dan anak-anak, karena mereka masih dalam tahap tumbuh kembang.14
Rumus perhitungan BMI adalah:

Berat badan : (tinggi badan/100)2


Jika hasil perhitungannya di bawah 17, orang tersebut dikatakan underweight.
Jika angkanya antara 18 hingga 21, maka indeks massa tubuhnya normal. Jika
angkanya di atas 25, orang tersebut overweight, dan jika di atas 29 artinya orang
tersebut sudah mengalami obesitas.

13

2.2.3; Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Peningkatan Berat Badan14


1; Psikologis

Psikologis dapat berkolerasi dengan berat badan. Menurut satu penelitian di


tahun 2012 yang dipublikasikan dalam American Journal of Public Health
menemukan bahwa orang yang sedang depresi cenderung akan mengalami kenaikan
berat badan yang signifikan yang lebih parah adalah orang yang depresi namun tidak
berkonsultasi ataupun melaporkan masalahnya ke dokter atau ahlinya. Hal ini bisa
berpengaruh pada berat badan mereka yang naik lebih cepat jika dibandingkan
dengan orang yang melaporkan masalah depresinya. Orang seperti ini kemungkinan
disebabkan karena melarikan masalahnya ke aktivitas makan yang tidak terkontrol
seperti makan makanan tinggi lemak, tinggi kalori, ataupun makanan enak lainnya
namun tidak sehat.

2; Efek samping obat-obatan

Ada daftar panjang obat yang dapat menyebabkan kenaikan berat badan. Jika
anda sedang mengkonsumsi pil KB, penambah hormon, steroid,beta-blocker untuk
penyakit jantung dan tekanan darah, obat anti kejang, obat kanker payudara seperti
Tamoxifen, obat untuk rheumatoid arthritis, beberapa obat migrain dan nyeri ulu hati,
maka bisa jadi itulah penyebab naiknya berat badan anda. Pengaruh yang dihasilkan
obat-obat tersebut juga bisa berbeda, beberapa mungkin mempengaruhi nafsu makan,
beberapa mungkin mempengaruhi metabolisme. Jika anda menduga obat yang anda
konsumsi tersebut berpengaruh pada berat badan anda, cobalah konsultasi dengan

14

dokter anda yang mungkin dapat memberikan obat alternatif yang tidak memiliki efek
samping tertentu.
3; Masalah pencernaan

Masalah pencernaan, termasuk buang air besar yang tidak lancar juga dapat
menjelaskan permasalahan berat badan anda yang naik. Idealnya, Anda makan, dan
kemudian, satu jam kemudian, Anda memiliki gerakan usus, kata Dr Hedaya. Jika
anda tidak begitu teratur buang air besar bisa jadi anda kurang serat, dehidrasi,
ataupun efek dari obat-obatan yang anda konsumsi. Maka dari itu makanlah makanan
yang kaya akan serat dan jaga tubuh anda tetap terhidrasi.

4; Usia

Pada umur 40 tahun ke atas kita tidak membakar kalori sebanyak saat di usia 20an. Jadi kita perlu olahraga lebih dan mengurangi makan untuk menjaga metabolisme
tetap baik. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa olahraga lebih penting dari pada
diet menjaga berat badan dengan jangka panjang.

5; Kekurangan aktifitas dan kemudahan hidup

Kegemukan dapat terjadi bukan hanya karena makanan berlebih, tetapi juga
karena aktifitas fisik berkurang, sehingga terjadi kelebihan energi. Berbagai
kemudahan hidup juga menyebabkan berkurangnya aktifitas fisik, serta kemajuan
teknologi diberbagai bidang kehidupan mendorong masyarakat untuk menempuh
kehidupan yang tidak memerlukan kerja fisik yang berat.

15

6; Pola konsumsi makanan

Pola makanan masyarakat perkotaan yang tinggi kalori dan lemak serta rendah
serat memicu peningkatan jumlah penderita obesitas. Masyarakat diperkotaan
cenderung sibuk, biasanya lebih menyukai mengkonsumsi makanan cepat saji,
dengan alasan lebih praktis. Meskipun, mereka mengetahui bahwa nilai kalori yang
terkandung dalam makanan.

2.2.4;

Resiko Akibat Peningkatan BB Yang Berlebih Bagi Kesehatan.14

1; Gangguan jantung dan pembuluh darah

Obesitas merupakan penyebab utama terjadinya penyakit jantung dan


pembuluh darah (kardiovaskuler). Pasalnya, obesitas menyebabkan peningkatan
beban kerja jantung, karena dengan bertambah besar tubuh seseorang maka jantung
harus bekerja lebih keras memompakan darah ke seluruh jaringan tubuh. Bila
kemampuan kerja jantung sudah terlampaui, terjadilah yang disebut gagal jantung.
Tanda-tandanya, napas sesak dan timbulnya bengkak pada tungkai.
Pengidap obesitas juga sering mengalami tekanan darah tinggi (hipertensi)
karena pembuluh darah menyempit akibat jepitan timbunan lemak. Kombinasi
obesitas dan hipertensi ini tentu saja memperberat kerja jantung. Akibatnya, timbul
penebalan pada dinding bilik jantung disertai kekurangan oksigen. Keadaan ini akan
mempercepat timbulnya gagal jantung.

2; Gangguan fungsi paru-paru

16

Lagi-lagi timbunan lemak menjadi pemicu masalah. Pada pengidap obesitas,


timbunan ini dapat menekan saluran pernapasan. Ini bisa menyebabkan terjadinya
henti napas saat tidur (sleep apnea). Gangguan seperti ini lama-lama dapat
menyebabkan gagal jantung juga dan berujung dengan kematian.

3; Menyebabkan diabetes dan peningkatan kolesterol

Obesitas dapat menyebabkan terjadinya penyakit kencing manis (diabetes


melitus). Ini disebabkan timbulnya gangguan fungsi insulin pada pengidapnya.
Insulin adalah hormon yang diproduksi oleh tubuh. Fungsinya antara lain
memasukkan gula dari dalam darah ke dalam sel-sel tubuh untuk digunakan sebagai
sumber energi. Akibat gangguan fungsi insulin, gula tidak dapat masuk ke dalam sel,
sehingga tetap beredar dalam darah. Ini dapat diketahui dari kadar gula darah yang
meningkat. Gangguan fungsi insulin ternyata juga mengakibatkan gangguan
metabolisme lemak (dislipidemia). Ini dapat dilihat dari terjadinya peningkatan kadar
kolesterol total, kolesterol LDL (kolesterol jahat), trigliserida, namun disertai
penurunan kolesterol HDL (kolesterol baik).
Peningkatan kadar kolesterol jahat disertai penurunan kadar kolesterol
berujung terbentuknya kerak dalam pembuluh darah (arterosklerosis). Arterosklerosis
akan memperkecil diameter pembuluh darah, sehingga menyebabkan penyakit
jantung koroner dan serangan stroke.

4; Gangguan persendian

17

Peningkatan berat badan yang berlebihan akan menyebabkan peningkatan


beban pada persendian penyangga berat. Misalnya persendian lutut sehingga lamalama dapat menimbulkan peradangan persendian (osteoartritis). Gejala-gejalanya
antara lain, nyeri pada sendi, diikuti dengan pembengkakan. Sendi juga menjadi kaku
tak bisa digerakkan yang terparah, penderita tidak sanggup berjalan lagi.

5; Gangguan sistem hormonal

Peningkatan berat badan yang berlebih ternyata juga mempengaruhi sistem


hormonal dalam tubuh. Pada anak gadis, obesitas menyebabkan haid pertama
(menarkhe) datang lebih awal. Pada wanita dewasa, obesitas dapat menyebabkan
gangguan keseimbangan hormonal (hiperandrogenisme, hirsutisme), dan gangguan
siklus menstruasi. Pada wanita, obesitas juga peningkatan risiko timbulnya batu
empedu. Ini terjadi karena cairan empedu menjadi lebih kental.

6; Meningkatkan risiko penyakit ganas

Hasil penelitian menunjukkan, pada wanita yang sudah mengalami


menopause, obesitas meningkatkan risiko timbulnya kanker rahim (endometrium) dan
kanker payudara. Sedangkan pada pria, kegemukan dapat meningkatkan risiko
terserang kanker prostat dan kanker usus besar (kolorektal).

7; Gangguan psikologis

18

Orang dengan obesitas juga sering kali mengalami gangguan psikologis


berupa rasa rendah diri, keadaan depresi, bahkan bisa terkucil dari pergaulan sosial.
Terlebih lagi bila lingkungan di sekitarnya tidak memberi dukungan, melainkan lebih
banyak memperolok-olok kegemukannya.

2.2.5; Pengaruh Penggunaan Kontrasepsi Hormonal Terhadap Peningkatan

Berat Badan.
Pada pemakaian kontrasepsi hormonal, dimana menggunakan hormon
progesterone dan estrogen dalam terapinya, terjadi peningkatan jumlah hormon
progesteron dan estrogen di dalam tubuh dengan efek androgeniknya, hormon
progesteron merangsang pusat pengendali nafsu makan di hipothalamus yang
menyebabkan akseptor makan lebih banyak dari biasanya, sehingga nafsu makan,
akan bertambah dan berakibat makan lebih banyak (efek anabolik).2
Estrogen sendiri akan bertambah sehingga dapat meningkatkan deposit lemak
di jaringan subkutan. Semakin banyak lipid yang terbentuk, maka cadangan energi di
dalam jaringan adiposa akan semakin meningkat, biasanya terdapat di daerah pinggul,
paha dan payudara wanita.14 Hal ini tentu saja akan semakin memburuk jika tidak
dikontrol dan tidak diimbangi dengan pola hidup sehat seperti berolahraga secara
teratur dan pola makan yang baik, sehingga peningkatan berat badan tidak dapat
dihindari.
Depo Provera adalah 6-alfa-medroksiprogesteron merupakan longacting
progestin yang digunakan untuk tujuan kontrasepsi parenteral, mempunyai efek
progesteron yang kuat dan sangat efektif. Dalam penggunaan jangka panjang (hingga

19

2 tahun) DMPA dapat memicu peningkatan berat badan, kekeringan vagina,


menurunkan libido, gangguan emosi, sakit kepala, nervositas, jerawat karena
penggunaan hormonal dapat menimbulkan ketidakseimbangan antara hormon
estrogen.1
Risiko peningkatan berat badan kemungkinan disebabkan karena hormon
progesteron dapat meningkatkan kadar insulin dalam darah, sehingga menyebabkan
karbohidrat dan glukosa disimpan sebagai glikogen terutama di dalam hati dan otot.
Apabila jumlah karbohidrat maupun glukosa yang akan dirubah menjadi lemak,
sehingga lemak dibawah kulit bertambah, selain itu progesterone juga menyebabkan
peningkatan nafsu makan dan menurunkan aktivitas fisik, akibatnya pemakaian
kontrasepsi suntikan menyebabkan peningkatan berat badan. Sedangkan peningkatan
berat badan pada responden kontrasepsi non DMPA kemungkinan disebabkan oleh
faktor genetik dan juga faktor lain seperti asupan makanan, gaya hidup, perilaku,
lingkungan, sosial, psikologis nutrisi pada masa anak-anak bukan karena faktor dari
alat kontrasepsinya.1

2.3; Hasil Penelitian Terkait


1; Hasil penelitian Gusti Ayu Triana Dewi (2008) tentang Hubungan Antara

Penggunaan Kontrasepsi Hormonal Dengan Peningkatan Berat Badan Pada


Wanita Pasangan Usia Subur Di Puskesmas Kelurahan Grogol Kecamatan Limo
Kodya Depok Khususnya Rw.07 Tahun 2008 Hasil penelitian dengan Chi
Square didapatkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara penggunaan

20

kontrasepsi hormonal dengan peningkatan berat badan pada wanita pasangan usia
subur, dimana nilai Chi Square hitung 40,043 > Chi Square tabel 3,481 dan jika
dilihat dari nilai p value adalah 0,000 lebih kecil dari nilai alpha yaitu 0,005,
dengan taraf kepercayaan 95%.15
2; Hasil penelitian Haryati dkk (2012) tentang Pengaruh Lamanya Pemakaian Alat
Kontrasepsi Depo Medroxy Progesterone Acetate (DMPA) Terhadap Kenaikan
Berat Badan Di BPS Supriyatni Desa Paketingan Kecamatan Sampang Kabupaten
Cilacap Tahun 2012 Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata lama
pemakaian 23 bulan dengan rata-rata kenaikan berat badan 5,30 kg, nilai thitung =
23,277 nilai R= 0,950 dan nilai R = 90,25%.16
3; Hasil penelitian Tri Mei Wulandari (2009) tentang Perbedaan Peningkatan Berat

Badan Ibu Usia Subur Antara Pengguna Kontrasepsi Hormonal Suntik Dengan Pil
Di Desa Wonosari Tuban Tahun 2009. Penelitian menunjukkan bahwa dari uji
Paired t-Test didapatkan perbedaan peningkatan berat badan dengan nilai selisih
0,44. hal ini menunjukkan adanya perbedaan yang tidak bermakna. 17

Faktor yang mempengaruhi berat badan:


2.4; Kerangka Teori
1; Gaya hidup
a; Aktivitas
Berdasarkan
tinjauan pustaka yang telah diuraikan, maka digambarkan kerangka
b; Pola konsumsi
2; sebagai
Usia berikut :
teori
3; Obat-obatan:
a; Penambah hormon
Gambar 2.1
b; Steroid
Kerangka Teori.1
c; Beta-blocker
d; Obat anti kejang
e; Obat kanker payudara
f; obat untuk rheumatoid arthritis
g; beberapa obat migrain dan nyeri ulu

hati
h; Penggunaan alat kontrasepsi
4; Psikologis
5; Masalah pencernaan

21

Peningkatan Berat
Badan

2.5; Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau
kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau antara variable yang
satu dengan variable yang lain dari masalah yang ingin diteliti. 18 Berdasarkan uraian
dan penjelasan pada bagian tinjauan pustaka sebelumya maka dapat dibuat kerangka
konsep sebagai berikut :
Gambar 3.1
Kerangka Konsep
Variabel Independen
Penggunaan kontrasepsi
hormonal

Variabel Dependen
Peningkatan berat badan

22

2.6; Hipotesis

Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah:


Ha:

Ada hubungan penggunaan kontrasepsi dengan berat badan pada akseptor KB


di Wilayah Kerja Puskesmas Rajabasa Indah Kota Bandar Lampung Provinsi
Lampung

Ho:

Tidak ada hubungan penggunaan kontrasepsi dengan berat badan pada


akseptor KB di Wilayah Kerja Puskesmas Rajabasa Indah Kota Bandar
Lampung Provinsi Lampung

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1; Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian Survei Analitik. Survei analitik adalah suvei
atau penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan
ini terjadi. 18

23

3.2; Tempat dan Waktu


3.2.1; Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Rajabasa Indah Kota


Bandar Lampung Provinsi Lampung.

3.2.2; Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari-Maret 2016

3.3; Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan rancangan Case Control


adalah suatu penelitian (survey) analitik yang menyangkut bagaimana faktor resiko
dipelajari dengan menggunakan pendekatan retrospektive.18

3.4; Subjek Penelitian


3.4.1; Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang akan diteliti. 29
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh akseptor KB hormonal dan non
hormonal di Wilayah Kerja Puskesmas Rajabasa Indah Kota Bandar Lampung
Provinsi Lampung dengan jumlah populasi 738 orang

24

3.4.2; Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi atau keseluruhan objek yang diteliti dan
dianggap mewakili seluruh populasi.18 Sampel penelitian ini adalah akseptor KB
hormonal dan non hormonal di Wilayah Kerja Puskesmas Rajabasa Indah Kota
Bandar Lampung Provinsi Lampung pada waktu dilakukan penelitian yang
memenuhi kriteria penelitian sebagai berikut:
n
Penentuan besar sampel menggunakan rumus

N
1 N d2

Keterangan: 18
N

= besar populasi

= besar sampel

= tingkat presisi yang diinginkan: 0,05

738
1 738 0,05 2

473
400
1 473 0,0025
orang

n = 400 orang
1; Kriteria Insklusi
a; Responden telah menggunakan kontrasepsi minimal 1 tahun
b; Responden

yang

bersedia

menandatangani Inform Consent.


2; Kriteria Ekslusi
a; Responden sedang sakit

untuk

mengikuti

penelitian

dan

telah

25

b; Responden yang tidak bersedia untuk mengikuti penelitian dan tidak

menandatangani Inform Consent.

3.5; Variabel Penelitian

Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang
dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep pengertian
tertentu.18 Adapun variabel dalam penelitian ini adalah penggunaan kontrasepsi
hormonal dan non hormonal sebagai variabel independent dan peningkatan berat
badan sebagai variabel dependent.

3.6; Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional dan


berdasarkan karakteristik yang diamati, memungkinkan peneliti untuk melakukan
observasi alat pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena.
Penyusunan definisi operasional variabel perlu, karena akan menunjukkan alat
pengambilan data mana yang cocok digunakan.18

Gambar 3.2
Definisi Operasional
No
1

Variabel
Penggunaan
kontrasepsi
hormonal dan
hormonal

Definisi
Cara ukur
Alat ukur
Operasional
Pemakaian
Studi
Dokumentasi
kontrasepsi
dokumentasi
hormonal (pil,
Suntik, Susuk)

Hasil ukur

0; Kontrasepsi
hormonal

1; Kontrasepsi non
hormanal

Skala ukur
Ordinal

26

Peningkatan
berat badan

Kenaikan berat Observasi


badan dari berat
badan
sebelumnya

Timbangan

0; Meningkat
1; Menurut

Ordinal

3.7; Pengumpulan Data

Jenis data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh
dengan melakukan wawancara oleh peneliti kepada responden, dengan menggunakan
kuesioner yang telah disiapkan peneliti.
3.8; Pengolahan Data

Tahap pengolahan data dimulai dengan melakukan cek kelengkapan terhadap


seluruh isian dari kuesioner. Kemudian, data yang diperoleh diolah dengan tahapan
sebagai berikut :18
1; Editing

Tahap untuk melakukan pengecekan isian lembar observasi


2; Scoring

Dalam hal ini, tidak ada pedoman baku untuk scoring sehingga penetapan scoring
harus konsisten.

3; Coding

Merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka
atau bilangan untuk memudahkan dalam proses analisis dan mempercepat pada saat
memasukkan data.
4; Processing

27

Memasukan data yang telah diskor kedalam komputer seperti ke dalam spread
sheet program excel atau ke dalam program SPSS (Statistical Product and Service
Solutions). Data dapat dimasukkan ke dalam format kolom dengan menggunakan cara
manual
5; Cleaning

Cleaning (pembersihan data) merupakan kegiatan pengecekan data yang sudah


dimasukkan dengan melihat ada tidaknya kesalahan yang terjadi. Kesalahan tersebut
dimungkinkan terjadi pada saat memasukkan data ke komputer

3.9; Analisis Data

Analisa data dibagi menjadi dua tahap, yaitu : 18


3.9.1; Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dan


presentasi variabel yang diteliti, seperti karakteristik usia dan jenis kelamin.
3.9.3; Analisis Bivariat

Analisis bivariate pada penelitian ini menggunakan Chi Square (X2). Pada Chi
Square digunakan untuk menguji hubungan variabel independen dengan variabel
dependen.

Anda mungkin juga menyukai