Anda di halaman 1dari 153

I

KATA PENGANTAR
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia merupakan publikasi triwulanan yang
diterbitkan oleh Kedeputian Bidang Ekonomi Kementerian PPN/Bappenas, yang didasarkan
pada publikasi dan data-data yang sudah dikeluarkan oleh Kementerian/Lembaga, dan
instansi internasional, maupun hasil dari Focus Group Discussion (FGD) yang dilakukan
bersama dengan beberapa Kementerian/Lembaga.
Publikasi triwulan IV tahun 2015 ini memberikan gambaran dan analisa mengenai
perkembangan ekonomi dunia dan Indonesia hingga triwulan IV tahun 2015. Dari sisi
perekonomian dunia, publikasi ini memuat perkembangan ekonomi Amerika Serikat dan
negara-negara kawasan Eropa, serta kondisi ekonomi regional Asia. Dari sisi perekonomian
nasional, publikasi ini membahas pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan IV tahun 2015
dari sisi moneter, fiskal, neraca perdagangan, perkembangan investasi dan kerja sama
internasional, serta industri dalam negeri. Dalam publikasi ini juga tersaji Policy Brief terkait
kebijakan pemerintah dan kondisi ekonomi terkini.
Sangat disadari bahwa publikasi ini masih jauh dari sempurna dan memerlukan banyak
perbaikan dan penyempurnaan. Oleh sebab itu, masukan dan saran yang membangun dari
pembaca tetap sangat diharapkan, agar tujuan dari penyusunan dan penerbitan publikasi ini
dapat tercapai.
Jakarta, Maret 2016

Deputi Bidang Ekonomi BAPPENAS

Ringkasan Eksekutif
Pada tahun 2015, aktivitas perekonomian global masih tetap lemah.
Pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang yang mencakup 70,0 persen
pertumbuhan dunia menurun dalam lima tahun terakhir dan moderasi
perbaikan ekonomi yang terus berlanjut di negara-negara maju. Perkembangan
tersebut dipengaruhi oleh perlambatan dan rebalancing secara bertahap
aktivitas perekonomian Tiongkok, rendahnya harga komoditas energi, dan
pengetatan bertahap kebijakan moneter Amerika Serikat (AS).
Pada triwulan IV tahun 2015, perekonomian Amerika Serikat tumbuh moderat
sebesar 0,7 persen (YoY), melambat dibandingkan triwulan IV tahun 2014 yang
tumbuh sebesar 2,1 persen (YoY). Kondisi ini disebabkan oleh penurunan
aktivitas bisnis sebagai akibat pengurangan stok yang berlimpah, penguatan
mata uang USD, dan perlambatan permintaan global yang berdampak bagi
ekspor.
Perekonomian Tiongkok hingga triwulan IV tahun 2015 masih dipengaruhi oleh
kondisi ekonomi global yang kompleks dan tekanan pembangunan ekonomi
dalam negeri. Pertumbuhan ekonomi Tiongkok pada triwulan IV tahun 2015
sebesar 6,8 persen (YoY), paling rendah sejak tahun 2009. Dengan demikian,
pada tahun 2015 ekonomi Tiongkok hanya tumbuh sebesar 6,9 persen (YoY)
atau paling rendah sejak 25 tahun terakhir. Perkembangan ini dipengaruhi oleh
penurunan harga minyak mentah dan komoditas lainnya, serta masih mencari
kombinasi kebijakan yang tepat untuk memperkuat perekonomian.
Pada triwulan IV tahun 2015, perekonomian Indonesia tumbuh sebesar 5,0
persen (YoY). Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi tahun 2015 adalah 4,8
persen (YoY), dibawah target pertumbuhan ekonomi dalam anggaran
pendapatan dan belanja negara perubahan (APBN-P 2015) yang besarnya 5,7
persen. Salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV
tahun 2015 adalah mulai efektifnya berbagai paket kebijakan ekonomi yang
dikeluarkan oleh pemerintah dan diperkuat dengan membaiknya stabilitas nilai
tukar Rupiah.
Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan IV tahun 2015 mengalami
surplus sebesar USD5,1 miliar, lebih tinggi dibandingkan dengan NPI pada
triwulan III tahun 2015 yang defisit sebesar USD4,6 miliar. Surplus tersebut
didorong oleh meningkatnya surplus neraca transaksi modal dan finansial secara
signifikan. Ekspor Indonesia pada triwulan IV tahun 2015 hanya sebesar
USD35.119,6 juta, mengalami penurunan sebesar 18,8 persen jika dibandingkan
dengan triwulan IV tahun 2014. Di sisi lain, impor Indonesia pada akhir triwulan
IV tahun 2015 adalah sebesar USD34.750,5 juta atau menurun sebesar 19,9

persen (YoY). Seiring dengan surplus NPI, cadangan devisa Indonesia pada
triwulan IV tahun 2015 mencapai USD105,9 miliar atau setara dengan 7,4 bulan
impor.
Pada triwulan IV tahun 2015, tingkat inflasi Indonesia menurun dibandingkan
dengan triwulan III tahun 2015 (YoY). Inflasi tahunan (YoY) Indonesia pada bulan
Oktober-Desember 2015 masing-masing sebesar 6,25 persen, 4,89 persen, dan
3,35 persen. Sementara itu rata-rata IHSG pada triwulan IV tahun 2015 sebesar
4498,2. Dengan demikian, tingkat inflasi hingga akhir tahun 2015 adalah sebesar
3,35 persen (YoY) dengan IHK 122,9.
Realisasi investasi untuk Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) triwulan IV
tahun 2015 sebesar Rp46,2 triliun, lebih besar dari realisasi triwulan IV tahun
2014 atau tumbuh sebesar 10,6 persen. Untuk Penanaman Modal Asing (PMA),
realisasi triwulan IV tahun 2015 sebesar USD7.938,7 juta, dan mengalami
pertumbuhan sebesar 17 persen dibandingkan triwulan IV tahun 2014.
Di sisi lain, sampai dengan akhir tahun 2015, realisasi pembiayaan utang
seluruhnya mencapai Rp374,5 triliun. Sementara itu, total utang pemerintah
pusat mencapai Rp3.098,6 triliun. Realisasi penarikan pinjaman luar negeri
mencapai Rp81,9 triliun atau 168,5 persen dari target yang ditetapkan di dalam
APBN-P 2015.
Penjualan mobil dan motor baik pada triwulan IV tahun 2015 maupun
sepanjang tahun 2015 mengalami penurunan dibandingkan tahun 2014, yang
disebabkan oleh melemahnya daya beli masyarakat akibat perlambatan
ekonomi. Penjualan mobil pada triwulan IV tahun 2015 sebesar 248.610 unit,
turun sebesar 9,7 persen (YoY) dibandingkan triwulan IV tahun 2014. Penjualan
motor pada triwulan IV tahun 2015 sebesar 1,7 juta unit, menurun sebesar 8,57
persen (YoY) dibandingkan triwulan IV tahun 2014. Sepanjang tahun 2015,
penjualan mobil dan motor masing-masing sebanyak 1,0 juta unit dan 6,5 juta
unit, menurun masing-masing sebesar 16 persen (YoY) dan 18 persen (YoY)
dibandingkan tahun 2014.
Penjualan semen pada triwulan IV tahun 2015 sebesar 7.756 juta ton,
meningkat sebesar 7,1 persen dibandingkan triwulan IV tahun 2014. Sementara
itu, sepanjang tahun 2015 penjualan semen mencapai 26.012 juta ton, menurun
1,3 persen dibandingkan tahun 2014.
Kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) pada triwulan IV tahun 2015
meningkat dibandingkan triwulan IV tahun 2014. Jumlah kunjungan wisman
rata-rata per bulan mencapai 839.207 orang, sedangkan total kunjungan selama
tahun 2015 mencapai 9.729.350 orang.

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ..................................................................................................................................................... V
DAFTAR TABEL......................................................................................................................................... VIII
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................................................ X
POLICY BRIEF .............................................................................................................................................. 2
Isu Sektor Industri ............................................................................................................................ 2
Isu Sektor Moneter ........................................................................................................................... 5
PERKEMBANGAN EKONOMI DUNIA................................................................................................... 10
Perkembangan Ekonomi Amerika Serikat ................................................................................ 10
Perkembangan Ekonomi Uni Eropa............................................................................................ 14
Perekonomian Tiongkok ................................................................................................................ 17
Perekonomian Jepang .................................................................................................................... 20
Perekonomian Singapura .............................................................................................................. 22
PERKIRAAN EKONOMI DUNIA 2015-2016 ........................................................................................ 23
PERKEMBANGAN HARGA MINYAK DUNIA ....................................................................................... 29
PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA.......................................................................................... 32
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia .............................................................................................. 32
Indeks Tendensi Konsumen .......................................................................................................... 37
Indeks Keyakinan Konsumen ........................................................................................................ 39
Neraca Pembayaran Indonesia .................................................................................................... 41
PERKEMBANGAN UTANG INDONESIA ............................................................................................... 49
Pembiayaan Utang Pemerintah ................................................................................................... 49
Pagu dan Realisasi Pembiayaan Utang...................................................................................... 49
Posisi Utang Pemerintah ................................................................................................................ 50
Surat Berharga Negara (SBN) ....................................................................................................... 51
Pinjaman ............................................................................................................................................. 54
ISU TERKINI PERDAGANGAN INTERNASIONAL ............................................................................... 56
Paket Kebijakan Ekonomi IX Percepatan Pembangunan Infrastruktur Tenaga
Listrik, Stabilisasi Harga Daging, dan Peningkatan Sektor Logistik Desa-Kota.............. 56
Gejolak Harga Pangan Masih Mengancam Inflasi ................................................................. 57
Volume Resi Gudang dan Pasar Lelang Akan Meningkat 2016 ......................................... 58

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

Survei JBIC 2015: Indonesia Peringkat Kedua Sebagai Negara yang Menjanjikan
untuk Berinvestasi ........................................................................................................................... 59
Layanan Izin Investasi 3 Jam ......................................................................................................... 59
Keuntungan RI Ketika Yuan Jadi Mata Uang Global .............................................................. 60
PERKEMBANGAN PERDAGANGAN ..................................................................................................... 61
Perkembangan Ekspor .................................................................................................................... 61
Perkembangan Impor ..................................................................................................................... 65
Perkembangan Neraca Perdagangan ........................................................................................ 68
Perkembangan Harga Domestik .................................................................................................. 70
Perkembangan Harga Internasional........................................................................................... 71
Kondisi Bisnis Indonesia Triwulan IV Tahun 2015.................................................................. 72
PERKEMBANGAN INVESTASI ................................................................................................................ 75
Perkembangan Investasi ................................................................................................................ 75
Realisasi Investasi Triwulan IV Tahun 2015 ............................................................................. 76
Realisasi Per Sektor ....................................................................................................................... 76
Realisasi Per Lokasi .......................................................................................................................... 77
Realisasi per Negara ........................................................................................................................ 79
PERKEMBANGAN KERJA SAMA EKONOMI INTERNASIONAL ...................................................... 80
Perkembangan Perjanjian Ekonomi Internasional Indonesia ............................................ 80
Perkembangan Ekspor Impor Dalam Kerangka ASEAN-Tiongkok FTA ............................ 80
Ekspor ASEAN Ke RRT ..................................................................................................................... 81
Impor ASEAN dari RRT .................................................................................................................... 82
Perkembangan Perjanjian Ekspor Berdasarkan Surat Keterangan Asal (SKA) .............. 83
Perkembangan Ekspor dan Impor Dalam Kerangka ASEAN FTA ....................................... 85
Ekspor Impor Indonesia-ASEAN................................................................................................... 85
PERKEMBANGAN INDIKATOR MONETER ......................................................................................... 88
Perkembangan Moneter Global .................................................................................................. 88
Perkembangan Moneter Domestik ............................................................................................ 90
INFLASI ......................................................................................................................................................... 92
Inflasi Global ...................................................................................................................................... 92
Inflasi Domestik ................................................................................................................................ 93
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

VI

Nilai Tukar Mata Uang Dunia ....................................................................................................... 95


Indeks Harga Saham ........................................................................................................................ 96
Indeks Harga Komoditas Internasional ..................................................................................... 98
Harga Bahan Pokok Nasional......................................................................................................100
Respon Kebijakan Moneter.........................................................................................................101
SEKTOR PERBANKAN .............................................................................................................................102
PERKEMBANGAN SEKTOR INDUSTRI ...............................................................................................106
Pertumbuhan Industri Pengolahan ..........................................................................................106
Data Penjualan Komoditas Industri Utama............................................................................111
Tenaga Kerja Industri ....................................................................................................................115
Kredit Investasi dan Kredit Modal Kerja Industri .................................................................116
Rencana Pembangunan Industri 2015-2019 .........................................................................117
PERKEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA .........................................................................................118
STATISTIK PERJALANAN WISATAWAN DUNIA.......................................................................118
STATISTIK PERJALANAN WISATAWAN REGIONAL .......................................................................121
STATISTIK PERJALANAN WISATAWAN INDONESIA..............................................................122
Jumlah Wisatawan Mancanegara .............................................................................................122
KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PARIWISATA INDONESIA .............................................................125
10 Destinasi Pariwisata Prioritas ...............................................................................................125
PERKEMBANGAN IPTEK INDONESIA ................................................................................................127
Status Kemajuan Pembangunan Kebun Raya Indonesia Hingga Tahun 2015 ............129
Indeks Kutipan Karya Ilmiah .......................................................................................................132
LAMPIRAN.........................................................................................................................................134
Lampiran 1: Inflasi Domestik (lanjutan) ..................................................................................135
Lampiran 1: Inflasi Domestik (lanjutan) ..................................................................................136
Lampiran 2: Nilai Tukar Mata Uang ..........................................................................................137
Lampiran 3: Indeks Saham Global.............................................................................................138
Lampiran 4: Indeks Harga Komoditas Internasional ...........................................................139
Lampiran 5: Harga Bahan Pokok Nasional .............................................................................140

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

VII

DAFTAR TABEL
Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Amerika Serikat (YoY) ...................................................................................... 12
Tabel 2. Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Eropa dan Uni Eropa.......................................................................... 14
Tabel 3. Purchasing Manager IndexTM Tiongkok Tahun 2015 (YoY) ..................................................................... 19
Tabel 4. Pertumbuhan Ekonomi Singapura Tahun 2015 ..................................................................................... 22
Tabel 5. Pertumbuhan Ekonomi Dunia Menurut IMF ......................................................................................... 23
Tabel 6. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Asia (YoY) .......................................................................................... 26
Tabel 7. Perkembangan Harga Minyak Dunia (USD/barel).................................................................................. 30
Tabel 8.Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I Tahun 2013 Triwulan IV Tahun 2015 Menurut
Lapangan Usaha (YoY) ...................................................................................................................................... 33
Tabel 9. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I Tahun 2013 Triwulan IV Tahun 2015 (Persen) Menurut
Jenis Pengeluaran (YoY) ..................................................................................................................................... 36
Tabel 10. Indeks Tendensi Konsumen Triwulan I Tahun 2014 Triwulan IV Tahun 2015 Menurut Sektor dan
Variabel Pembentuknya .................................................................................................................................... 38
Tabel 11. Indeks Keyakinan Konsumen Indonesia Mei 2015 Januari 2016 ........................................................ 39
Tabel 12. Neraca Pembayaran Indonesia Triwulan I Tahun 2012 Triwulan IV Tahun 2015 (Miliar USD) ............ 45
Tabel 13. Perkembangan Pembiayaan Utang Pemerintah 2011-2015 (triliun rupiah) .......................................... 49
Tabel 14. Pagu Dan Realisasi Pembiayaan Utang 2013-2015 (Triliun Rupiah) ..................................................... 49
Tabel 15. Posisi Utang Pemerintah 2011-2015.................................................................................................... 50
Tabel 16. Persentase Pinjaman dan SBN Terhadap Total Utang Pemerintah 2011- 2015 ..................................... 51
Tabel 17. Posisi Outstanding Surat Berharga Negara 2011 - 2015 (triliun Rupiah) ............................................... 52
Tabel 18. Realisasi Penerbitan Surat Berharga Negara s.d. Tahun 2015 (Neto) (Juta Rupiah) .............................. 53
Tabel 19. Posisi Kepemilikan SBN DOMESTIK 2011 - 2015 (triliun Rupiah) ......................................................... 54
Tabel 20. Realisasi Pembiayaan Utang Melalui Pinjaman 2011 - 2015 (trilun Rupiah) ......................................... 54
Tabel 21. Perkembangan Ekspor Triwulan IV Tahun 2015................................................................................... 62
Tabel 22. Perkembangan 10 Golongan Barang dengan Nilai Ekspor Nonmigas Terbesar Triwulan IV Tahun 2015 63
Tabel 23. Perkembangan 10 Golongan Barang dengan Volume Ekspor Nonmigas Terbesar Triwulan IV 2015 ..... 64
Tabel 24. Perkembangan Ekspor Nonmigas ke Negara Tujuan Utama Triwulan IV Tahun 2015 ........................... 64
Tabel 25. Perkembangan Impor Triwulan IV Tahun 2015 ................................................................................... 66
Tabel 26. Perkembangan Impor Nonmigas Menurut Golongan Barang Terpilih Triwulan IV Tahun 2015............. 67
Tabel 27. Negara Utama Asal Impor Nonmigas Triwulan IV Tahun 2015 ............................................................. 67
Tabel 28. Neraca Perdagangan Indonesia Triwulan IV Tahun 2015 ..................................................................... 68
Tabel 29.Neraca Perdagangan Indonesia-Tiongkok ............................................................................................ 68
Tabel 30.Neraca Perdagangan Indonesia-Jepang................................................................................................ 69
Tabel 31. Neraca Perdagangan Indonesia-Amerika ............................................................................................ 69
Tabel 32. Neraca Perdagangan Indonesia-India .................................................................................................. 69
Tabel 33. Neraca Perdagangan Indonesia-Thailand ............................................................................................ 70
Tabel 34. Harga dan Inflasi Komoditas Tertentu Tahun 2015 .............................................................................. 70

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

VIII

Tabel 35. Perkembangan Harga untuk Komoditas Terpilih ................................................................................. 71


Tabel 36. Indeks Tendensi Bisnis Menurut Sektor Triwulan IV Tahun 2015 ......................................................... 73
Tabel 37. Pertumbuhan dan Share PMTB Triwulan IV Tahun 2015 (persen) ........................................................ 75
Tabel 38. Realisasi PMA dan PMDN Tahun 2010- Triwulan IV Tahun 2015 .......................................................... 76
Tabel 39.Pertumbuhan dan Share Realisasi Investasi PMDN dan PMA Triwulan IV Tahun 2015 Berdasar Sektor 76
Tabel 40. Lima Besar Sektor Realisasi Investasi Triwulan IV Tahun 2015 ............................................................. 77
Tabel 41. Pertumbuhan dan Share Realisasi Investasi PMDN Triwulan IV 2015 Berdasarkan Lokasi (Rp Triliun) .. 78
Tabel 42. Pertumbuhan dan Share Realisasi Investasi PMA Triwulan IV 2015 Berdasarkan Lokasi (USD Juta) ..... 78
Tabel 43. Lima Besar Lokasi Realisasi Investasi Triwulan IV Tahun 2015 ............................................................. 79
Tabel 44. Lima Besar Negara Asal Realisasi Investasi PMA Triwulan IV Tahun 2015 ............................................ 79
Tabel 45. Status Perjanjian Ekonomi Internasional ............................................................................................. 80
Tabel 46. Ekspor ASEAN ke RRT ......................................................................................................................... 81
Tabel 47. Impor ASEAN dari RRT ........................................................................................................................ 82
Tabel 48. Presentase Penggunaan SKA terhadap Total Ekspor Indonesia ............................................................ 83
Tabel 49. Ekspor Indonesia-ASEAN Triwulan IV Tahun 2015 ............................................................................... 85
Tabel 50. Impor Indonesia-ASEAN...................................................................................................................... 86
Tabel 51. Posisi Cadangan Devisa Dunia (miliar USD) ......................................................................................... 88
Tabel 52. Penurunan Suku Bunga Bank Sentral Berbagai Negara Triwulan IV Tahun 2015 (persentase) .............. 89
Tabel 53. Tingkat Inflasi Global Tahun 2015 (YoY) .............................................................................................. 92
Tabel 54. Tingkat Inflasi Domestik Tahun 2015 .................................................................................................. 93
Tabel 55. Tingkat Inflasi Domestik berdasarkan Komponen ............................................................................... 94
Tabel 56. Inflasi berdasarkan Sumbangan (Share) Tahun 2015 ........................................................................... 94
Tabel 57. Share Inflasi Kelompok Pengeluaran terhadap Pembentukan Inflasi Tahunan ..................................... 94
Tabel 58. Tren Global Perjalanan Luar Negeri................................................................................................... 119
Tabel 59. Negara Penyumbang Perjalanan Ke Luar Negeri................................................................................ 120
Tabel 60. Global Competitiveness Index 2012-2015 ......................................................................................... 127
Tabel 61. Jumlah Hasil Litbang Bidang Biologi Spesies dan Catatan Baru .......................................................... 130
Tabel 62. Status Kebun Raya Daerah dalam Rencana Tata Ruang ..................................................................... 131
Tabel 63. Index Kutipan Karya Ilmiah di Beberapa Negara................................................................................ 132
Tabel 64. Nilai Tukar Mata Uang per USD......................................................................................................... 137
Tabel 65. Indeks Saham Global ........................................................................................................................ 138
Tabel 66. Indeks Harga Komoditas Internasional .............................................................................................. 139
Tabel 67. Harga Bahan Pokok Nasional ............................................................................................................ 140

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

IX

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.Perkembangan Harga Beras Setiap Bulan Januari (Rp/Kg) .......................................................... 5
Gambar 2. Perbandingan Harga Rata-Rata Beras Beberapa Negara ............................................................ 6
Gambar 3. Permasalahan Beras di Indonesia .............................................................................................. 6
Gambar 4. Rekomendasi Kebijakan Pengendalian Harga Beras .................................................................. 8
Gambar 5. Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) .................................................................................... 8
Gambar 6. Perkembangan Harga Minyak Dunia (USD/barrel) ...................................................................30
Gambar 7. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I Tahun 2011- Triwulan IV Tahun 2015 (Persen) ....32
Gambar 8. Perkembangan Indeks Tendensi Konsumen Triwulan I Tahun 2013 Triwulan IV Tahun 2015.39
Gambar 9. Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen Indonesia Januari 2015 Januari 2016 ...............41
Gambar 10. Neraca Pembayaran Indonesia Triwulan I Tahun 2014 Triwulan IV Tahun 2015 (Miliar
USD) .........................................................................................................................................................42
Gambar 11. Neraca Perdagangan Non-migas dan Migas Indonesia Triwulan I Tahun 2014 Triwulan III
Tahun 2015 (Miliar USD) .......................................................................................................................... 43
Gambar 12. Neraca Transaksi Finansial Indonesia Triwulan I Tahun 2014 Triwulan IV Tahun 2015
(Miliar USD) ..............................................................................................................................................43
Gambar 13. Nilai dan Volume Ekspor Hingga Des 2015 .............................................................................61
Gambar 14. Nilai dan Volume Impor Hingga September 2015 ...................................................................65
Gambar 15. Indeks Tendensi Bisnis Indonesia Triwulan I Tahun 2010 - Triwulan IV Tahun 2015 ................72
Gambar 16. Persentase Penggunaan SKA Preferensi terhadap Total SKA Preferensi .................................84
Gambar 17. Persentase Penggunaan SKA Nonpreferensi terhadap Total SKA Nonpreferensi .....................84
Gambar 18. Pertumbuhan Uang Beredar 2015 (YoY) .................................................................................91
Gambar 19. Real Effective Exchange Rate ASEAN-5 (2010=100)................................................................96
Gambar 20. Indeks Saham BRIC & Indonesia .............................................................................................97
Gambar 21. Indeks Saham ASEAN-3 & Indonesia ......................................................................................97
Gambar 22. Indeks Saham Negara Maju & Indonesia ................................................................................98
Gambar 23. Perkembangan Indeks Harga Komoditas Pangan Global .........................................................99
Gambar 24. Perkembangan Indeks Harga Komoditas Mineral Global ........................................................99
Gambar 25. Perkembangan Indeks Harga Komoditas Kebutuhan Pokok..................................................100
Gambar 26. Perkembangan Kinerja Bank Umum di Indonesia .................................................................102
Gambar 27. Perkembangan Dana Pihak Ketiga dan Kredit di Indonesia ...................................................103
Gambar 28. Perkembangan Kredit Berdasarkan Tujuan Pemakaiannya ..................................................104
Gambar 29. Pertumbuhan Industri Pengolahan Non-Migas (YoY, %) .......................................................106
Gambar 30. Pertumbuhan Subsektor Industri Pengolahan Non Migas Triwulan III Tahun 2015 (YoY, %) .107
Gambar 31. Komposisi Pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan Non-Migas .........................................108
Gambar 32. Tingkat Upah Minimum Provinsi (UMP) Tahun 2014-2016 ...................................................109
Gambar 33. Ekspor Produk Industri .........................................................................................................110

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

Gambar 34. Penjualan Mobil Tahun 2015 ................................................................................................111


Gambar 35. Penjualan Motor Di Indonesia Tahun 2015 ...........................................................................113
Gambar 36. Penjualan Semen Di Indonesia Tahun 2015 (Juta Ton) .........................................................114
Gambar 37. Tenaga kerja Sektor Industri (Juta Jiwa) ...............................................................................115
Gambar 38. Kredit Modal Kerja Dan Investasi Triwulan IV Tahun 2015 ...................................................116
Gambar 39. Peta Persebaran Kawasan Industri 2015-2019 ......................................................................118
Gambar 40. Outlook Pertumbuhan Perjalanan Ke Luar Negeri (persen) ..................................................120
Gambar 41. Jumlah Wisatawan Inbound Tahun 2015 ..............................................................................121
Gambar 42. Jumlah Wisatawan Mancanegara Inbound 2015 (juta kunjungan) ........................................121
Gambar 43. Jumlah Wisatawan Mancanegara Triwulan IV Tahun 2015 ...................................................122
Gambar 44. Negara Penyumbang Wisman Tahun 2015 ...........................................................................123
Gambar 45. Jumlah Wisatawan Mancanegara Menurut Kebangsaan Hingga Triwulan IV Tahun 2015 .....124
Gambar 46. Jumlah Wisatawan Mancanegara Menurut Lima Besar Pintu Masuk Utama Triwulan IV
Tahun 2015 ............................................................................................................................................ 125
Gambar 47. Persebaran Kebun Raya Indonesia .......................................................................................129
Gambar 48. Inflasi YoY 82 Kabupaten/ Kota Oktober-Desember 2015.....................................................135
Gambar 49. Inflasi MtM 82 Kabupaten/ Kota Oktober - Desember 2015 .................................................136

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

XI

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

POLICY BRIEF
Isu Sektor Industri
Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri Tahun 2016
Yogi Harsudiono, SE, MPA
Penyediaan lapangan pekerjaan yang layak merupakan hal mutlak dari proses
pembangunan nasionalterlebih lagi dengan jumlah populasi Indonesia yang
mencapai lebih dari 250 juta jiwa. Sektor industri nasional memegang peranan
penting dalam menyediakan lapangan pekerjaan formal yang layak bagi tenaga
kerja Indonesia. Salah satu resiko yang dihadapi Indonesia pada tahun 2016 adalah
melemahnya penyerapan tenaga kerja industri akibat perlambatan pertumbuhan
ekonomibaik perekonomian global ataupun domestik.
Pertumbuhan PDB industri pada tahun 2015 mencapai 5,04 persen, walaupun
pertumbuhan tersebut masih lebih tinggi dari pertumbuhan PDB nasional sebesar
4,79 persen, akan tetapi trend pertumbuhan PDB industri sebenarnya menurun
sejak tahun 2011, yang ketika itu mencapai 7,46 persen.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), per Agustus 2015, jumlah tenaga
kerja yang bekerja di sektor industri mencapai 15,25 juta orangsekitar 13,25
persen dari keseluruhan jumlah pekerja yang mencapai 114,82 juta orang. Dari
jumlah tersebut, per tahun 2013, hanya 5 juta tenaga kerja sektor industri yang
bekerja di industri skala besar dan menengah, untuk sisanya bekerja di industri
skala mikro dan kecil.
Dari lima juta tenaga kerja sektor industri skala besar dan menengah, terdapat
hanya empat subsektor industri yang secara kumulatif menyerap 2,6 juta tenaga
kerja industriatau mencapai 52 persen dari total tenaga kerja industri skala besar
dan menengah. Ke-empat subsektor tersebut adalah subsektor tekstil, makanan
minuman, tembakau dan kulit alas kaki. Perkembangan nilai output subsektor
tersebut secara signifikan memberi dampak kepada jumlah tenaga kerja di sektor
industri yang terserap.
Subsektor tekstil merupakan subsektor industri yang paling banyak mempekerjakan
tenaga kerja industri, dengan pabrik-pabrik yang banyak didirikan di Jawa Barat dan
Jawa Tengah. Akan tetapi, percepatan pertumbuhan output subsektor tekstil
mengalami hambatan yang cukup berartikhususnya di tengah perlambatan
perekonomian yang terjadi. Di tahun 2015, pertumbuhan nilai output subsektor
tekstil terkontraksi sebesar 4,79 persen.
Subsektor tekstil merupakan salah satu subsektor industri yang berorientasi pada
pasar global, beberapa produk utama subsektor tekstil, seperti Pakaian Jadi dan

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

Pakaian Jadi Rajutan merupakan produk yang termasuk dalam value chain
industri pakaian global. Untuk kedua jenis produk tersebut, 50 persen dari nilai
output yang dihasilkan merupakan komoditi ekspor. Akan tetapi, ketika
perlambatan ekonomi dunia mulai terjadi di tahun 2013, persentase produk yang
diekspor turun signifikan menjadi kurang dari 30 persendampak langsung dari
penurunan daya beli mitra dagang Indonesia.
Statistik Industri Besar dan Menengah BPS tahun 2013 mencatat bahwa subsektor
tekstil pada tahun 2013 mempekerjakan 1 juta orang, atau mencakup sekitar 21
persen dari tenaga kerja sektor industri skala besar dan menengah. Pertumbuhan
output subsektor tekstil yang negatif pada tahun 2015 dan proyeksi pertumbuhan
ekonomi nasional yang belum menguat di tahun 2016 membuat penyerapan
tenaga kerja subsektor tekstil pada tahun 2016 diperkirakan akan berkurang.
Subsektor makanan minuman mempekerjakan kurang lebih 950 ribu tenaga kerja
(19 persen dari total penyerapan tenaga kerja di sektor industri skala besar dan
menengah). Data yang dimiliki tidak mencakup penyerapan tenaga kerja subsektor
industri makanan pada industri skala mikro dan kecil, akan tetapi berdasarkan hasil
studi literatur dan estimasi sementara, jumlah tenaga kerja subsektor industri
makanan di industri skala mikro dan kecil jumlahnya jauh melebihi yang bekerja di
skala besar dan menengah. Subsektor industri makanan pada tahun 2015
mencatatkan pertumbuhan ekonomi yang positif sebesar 7,54 persenlebih tinggi
dari pertumbuhan sektor industri dan nasional. Bahkan, berdasarkan dekomposisi
pertumbuhan sektor industri tahun 2015, dari keseluruhan 5,04 persen
pertumbuhan sektor industri, 45 persen merupakan kontribusi dari subsektor
industri makanan. Hasil estimasi sementara menunjukkan bahwa, setiap
penambahan satu persen pertumbuhan PDB nasional menghasilkan penambahan
tenaga kerja sektor makanan minuman skala besar dan menengah sebanyak 8.100
tenaga kerja.
Subsektor tembakau mempekerjakan kurang lebih 360 ribu tenaga kerja (sekitar
tujuh persen dari tenaga kerja industri skala besar dan menengah). Subsektor
tembakau sendiri mencatatkan pertumbuhan sebesar 6,43 persen di tahun 2015.
Industri pengolahan tembakau sendiri merupakan industri dengan konsumen
mayoritas adalah pasar domestik, sehingga mekanisme transmisi perlambatan
perekonomian global kepada industri tembakau tidak melalui perubahan daya beli
mitra dagang akan tetapi bersifat tidak langsung melalui penurunan daya beli
konsumen masyarakat Indonesia. Dengan struktur permintaan industri tembakau
yang cenderung tidak elastis maka pertumbuhan nilai output industri tembakau
dan juga beserta jumlah tenaga kerja yang terserap di tahun 2016 diperkirakan
tidak akan berubah signifikan.

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

Subsektor industri kulit alas kaki menyerap tenaga kerja sebanyak kurang lebih 260
ribu tenaga kerja (sekitar lima persen dari tenaga kerja industri skala besar dan
menengah). Pada tahun 2015, subsektor kulit dan alas kaki tumbuh sebesar 3,98
persen. Sebanyak kurang dari 10,0 persen output yang dihasilkan dari subsektor
kulit alas kaki diekspor ke pasar luar negeri dan mayoritas dijual ke pasar domestik.
Serupa dengan industri berbasis pasar domestik lainnya, pertumbuhan subsektor
kulit alas kaki secara mayoritas akan ditentukan oleh perubahan daya beli
masyarakat Indonesia. Hasil estimasi sementara menunjukkan bahwa secara ratarata, setiap kenaikan 1 persen pertumbuhan PDB nasional akan meningkatkan
penyerapan tenaga kerja subsektor kulit alas kaki skala besar dan menengah
sebanyak 4.500 tenaga kerja.
Rekomendasi Kebijakan
Berdasarkan pemetaan kondisi penyerapan tenaga kerja dan proyeksi
pertumbuhan output dari ke-empat subsektor tersebut, maka terdapat tiga pilihan
kebijakan yang dapat diambil pemerintah Indonesia dalam meningkatkan
penyerapan tenaga kerja industri pada tahun 2016:
1. Subsektor industri makanan dan minuman memiliki jumlah tenaga kerja
industri yang besar dan memberikan kontribusi yang cukup berarti
terhadap pertumbuhan ekonomi nasional sehingga leverage terbesar
dalam penyerapan tenaga kerja industri nasional adalah melalui
pertumbuhan subsektor tersebut. Pemerintah dapat memberikan insentif
yang berarti untuk subsektor makanan dan minumanbaik berupa insentif
pajak ataupun perencanaan program pembangunan infrastruktur yang
mendukung subsektor tersebut.
2. Memberikan insentif fiskal kepada subsektor industri tekstil untuk
mengantisipasi turunnya permintaan ekspor produk tekstil melalui
pemotongan pajak perusahaan dan penundaan pembayaran pajak. Selain
itu, juga melakukan percepatan realisasi investasi yang akan dilakukan oleh
perusahaan-perusahaan besar industri tekstil nasionalbaik dalam hal
bantuan kemudahaan perizinan relokasi pabrik tekstil ataupun
pembangunan pabrik baru.
3. Memfokuskan pelaksanaan kebijakan yang bertujuan untuk menjaga daya
beli konsumen lokal untuk mendorong pertumbuhan subsektor yang
berorientasi pada pemenuhan kebutuhan domestik seperti subsektor
industri kulit alas kaki dan subsektor industri pengolahan tembakau.

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

Isu Sektor Moneter


Harga Beras Kembali Naik: Apakah Kesejahteraan Petani Membaik?
Tari Lestari, S.Si.,SE.,MS
Direktorat Keuangan Negara dan Analisa Moneter
Kenaikan harga beras pada awal tahun bukan merupakan hal baru. Setiap
tahun biasanya fenomena ini selalu terjadi secara berulang, diduga karena
pasokan beras yang tidak memadai sementara permintaan tinggi. Akan tetapi,
kenaikan harga beras tersebut tidak lantas membuat petani kita lebih
sejahtera. Studi empiris menggunakan pendekatan ekonometrik dengan data
bulanan periode 2011-2015, menunjukan bahwa petani tidak memiliki
kekuatan untuk menentukan harga. Hal ini diperkuat dengan data yang
menunjukan bahwa Nilai Tukar Petani (NTP) justru menurun ketika harga beras
naik. Kebijakan pengendalian harga beras yang komprehensif dan terintegrasi
dari hulu ke hilir diperlukan untuk mengatasi permasalahan beras.
Keberpihakan kepada petani dengan peninjauan secara periodik Harga
Penetapan Pemerintah (HPP) mutlak dilakukan.

Awal 2016 Harga Beras Kembali Naik


- Pada awal tahun 2016, Indonesia kembali diwarnai dengan masalah kenaikan
harga beras. Badan Pusat Statistik melaporkan bahwa inflasi pada bulan Januari
2016 dipicu salah satunya oleh kenaikan harga beras sebesar 0,51 persen.
- Hingga bulan januari 2016, harga beras kualitas medium di tingkat eceran secara
rata-rata mencapai Rp10.804,- dengan lonjakan harga sebesar 12,02 persen
dibandingkan bulan Januari tahun sebelumnya (Gambar 1).
Gambar 1.Perkembangan Harga Beras Setiap Bulan Januari (Rp/Kg)

Sumber: Kementerian Perdagangan, diolah

Indonesia: Beras Termahal

Jika dibandingkan dengan rata-rata harga beras dunia dan beberapa negara di
Asia selama beberapa tahun terakhir, harga beras di Indonesia selalu lebih
mahal (Gambar 2).

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

Hal ini berbanding terbalik dengan fakta bahwa Indonesia tercatat sebagai
negara ke-tiga penghasil beras terbesar setelah China dan India (FAO, 2015)
yang seharusnya menjamin ketersediaan pasokan beras.
Gambar 2. Perbandingan Harga Rata-Rata Beras Beberapa Negara

Sumber: FAO, data diolah

Permasalahan Beras
- Dengan memanfaatkan hasil monitoring dan evaluasi yang dilakukan oleh
Direktorat Keuangan Negara dan Analisis Moneter pada tahun 2015, dapat
dipetakan beberapa permasalahan terkait kenaikan harga beras yang selama ini
dihadapi.
Gambar 3. Permasalahan Beras di Indonesia

Sumber : TPID, diolah

Hasil Analisis Empiris 1: Petani tidak menentukan harga


- Pembentukan harga beras di pasar berangkat dari asumsi bahwa harga beras
dipengaruhi oleh harga gabah (baik kering giling atau kering panen) yang
ditawarkan oleh petani dan penggiling. Sebagai kontrol, model ini memasukan
nilai tukar rupiah sebagai variabel independen.

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

P_ECERAN=+1P_GKGGILING+2P_GKGPETANI+3P_GKPGILING+4P_GKPPETA
NI+ 5KURS+1 (1)
P_ECERAN=1178.58-1.55*P_GKGGILING+2.67*P_GKGPETANI5.09*P_GKPGILING+4.78*P_GKPPETANI+0.34*KURS
t-stat
(9.18)

(3.19)

p-value
(0.000)
R2

(-1.16)

(2.15)

(-0.69)

(0.64)

(0.0024) (0.2504)

(0.0361)

(0.4939)

(0.5231)

Adj-R2

= 0.9525

= 0.948

DW-Stat = 1.15

- Hasil simulasi model ini menunjukan bahwa pada level signifikansi 5 persen,
harga beras di tingkat eceran dipengaruhi oleh harga gabah kering giling di
tingkat penggilingan dan nilai tukar. Sementara, harga gabah (baik kering giling
ataupun kering panen) di tingkat petani tidak signifikan mempengaruhi harga
beras eceran. Hal ini mengindikasikan bahwa petani tidak memiliki kekuatan
untuk menentukan harga beras di pasar. Ketika harga beras naik, petani tidak
merasakan keuntungan dari kenaikan tersebut.
Hasil Analisis Empiris 2 : Harga beras sensitif terhadap perubahan nilai tukar
() = +() + () + . (2)
log(P_ECERAN) = 1.37 + 0.45 * log(P_GKGGILING)+0.41*log(Kurs)
t-stat

(4.63) (6.87)

(9.97)

p-value

(0.00)

(0.00)

R2

= 0.949

(0.00)
Adj-R2

= 0.947

DW-Stat = 0.958

- Model (2) memperlihatkan bagaimana harga beras di Indonesia sangat


ditentukan oleh volatilitas nilai tukar rupiah.
- Tingkat representatif model diperlihatkan oleh Koefisien Determinasi sebesar
0,9473 (0,95). Hal ini menunjukan bahwa harga gabah kering giling di tingkat
penggilingan dan nilai tukar dapat menjelaskan pembentukan harga beras eceran
sebesar 95,0 persen. Analisis ini sudah mengeliminasi permasalah data time
series, seperti: autokorelasi, stasioneritas, dan multikolinearitas.
Interpretasi
- Setiap kenaikan 1 persen harga gabah kering giling di tingkat penggiling
akan menaikkan harga beras eceran sebesar 0,45 persen.
- Setiap nilai tukar rupiah terdepresiasi 1 persen maka harga beras akan naik
sebesar 0,41 persen.
Hasil Analisis Empiris 3 : HPP belum dapat memberikan insentif yang layak bagi
petani
- Analisis regresi logaritmik univariat antara variabel HPP gabah di tingkat petani
dengan inflasi menunjukan bahwa pada level signifikansi 10 persen setiap

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

kenaikan satu persen inflasi akan menaikkan HPP gabah di tingkat petani sebesar
0,12 persen.
log(P_HPPGABAHPETANI) = 7.859 + 0.12 * log(INFLASI_YoY)
t-stat

(83.06) (2.23)

p-value

(0.00)

R2

= 0.079

(0.0295)
Adj-R2

= 0.063

DW-Stat = 0.099

- Nilai elastisitas ini cukup kecil. Hal ini menunjukan bahwa selama ini, kebijakan
penetapan HPP untuk gabah di tingkat petani belum efektif. Kenaikan inflasi
hampir tidak diimbangi dengan kebijakan untuk menaikan HPP ke tingkat yang
pantas yang dapat menjamin kesejahteraan petani.
- Berdasarkan data yang dirilis BPS, di saat harga beras naik, NTP bulan Januari
tahun 2016 secara nasional justu turun sebesar 0,27 persen dibanding bulan
sebelumnya. Hal ini karena kenaikan Indeks Harga yang dibayar petani (Ib)
sebesar 0,63 persen, lebih tinggi dari Indeks Harga yang diterima petani (It)
sebesar 0,35 persen. Hal ini ditunjukkan dengan penurunan NTP secara signifikan
selama empat tahun terakhir (Gambar 5).
Gambar 5. Rekomendasi Kebijakan Pengendalian Harga Beras

Gambar 4. Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP)

Gambar

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

PERKEMBANGAN EKONOMI DUNIA

Perekonomian Amerika Serikat tumbuh moderat sebesar 0,7 persen (YoY) pada triwulan IV
tahun 2015, melambat dibandingkan triwulan IV tahun 2014 yang tumbuh sebesar 2,1 persen
(YoY).
Perekonomian 28 negara Uni Eropa (EU28) tumbuh sebesar 1,5 persen (YoY) pada triwulan IV
tahun 2015, menguat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tumbuh
sebesar 1,9 persen (YoY).
Sepanjang bulan Oktober hingga Desember 2015, ekonomi Tiongkok sebesar 6,8 persen (YoY),
melemah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 7,2 persen
(YoY).
Pada bulan Januari 2016, IMF dan Bank Dunia memproyeksi perekonomian dunia tahun 2015
tumbuh sebesar 3,4 persen dan 2,9 persen pada tahun 2016

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

PERKEMBANGAN EKONOMI DUNIA


Perekonomian dunia pada
tahun 2015 masih tetap
lemah akibat penurunan
pertumbuhan negaranegara berkembang dan
moderasi pertumbuhan
ekonomi negara-negara
maju

Harga komoditas
mengalami penurunan sejak
bulan September 2015
akibat kenaikan produksi
minyak mentah

Pada tahun 2015, aktivitas perekonomian global


masih tetap lemah. Pertumbuhan ekonomi negaranegara berkembang yang mencakup 70,0 persen
pertumbuhan dunia menurun dalam lima tahun
terakhir dan moderasi perbaikan ekonomi yang
terus berlanjut di negara-negara maju. Tiga faktor
yang mempengaruhi penurunan ekonomi global
adalah: (1) Perlambatan dan rebalancing secara
bertahap aktivitas perekonomian Tiongkok,
khususnya investasi dan manufaktur terhadap
konsumsi dan jasa; (2) rendahnya harga komoditas
energi dan lainnya; (3) pengetatan bertahap
kebijakan moneter Amerika Serikat (AS) yang
menandai perbaikan perekonomian, meskipun
langkah bank sentral di beberapa negara maju
melanjutkan pelonggaran kebijakan moneter.
Harga komoditas khususnya minyak mentah
mengalami penurunan sejak bulan September 2015.
Perkiraan peningkatan produksi negara-negara
anggota OPEC menyebabkan kenaikan supply
minyak mentah terus terjadi, bahkan melampaui
jumlah permintaan. Penurunan harga minyak
berdampak negatif bagi investasi ekstraksi minyak
dan gas, serta mengurangi permintaan agregat
global. Harga komoditas lain seperti baja juga
mengalami penurunan.

Perkembangan Ekonomi Amerika Serikat


Perekonomian Amerika
Serikat tumbuh moderat
sebesar 0,7 persen (YoY)
pada triwulan IV tahun 2015

Perekonomian Amerika Serikat tumbuh moderat


sebesar 0,7 persen (YoY) pada triwulan IV tahun
2015, melambat dibandingkan triwulan IV tahun
2014 yang tumbuh sebesar 2,1 persen (YoY).
Perlambatan ini disebabkan oleh penurunan
aktivitas bisnis sebagai akibat pengurangan stok
yang berlimpah, penguatan mata uang USD, dan
perlambatan permintaan global yang berdampak
bagi ekspor. Meskipun didukung dari kontribusi
positif pada meningkatnya pengeluaran konsumsi

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

10

pribadi, belanja pemerintah pusat, dan investasi


tetap residensial.
Perlambatan konsumsi
Amerika Serikat yang
tumbuh 2,2 persen (YoY)
pada triwulan IV tahun 2015

Belanja Pemerintah Amerika


Serikat tumbuh sebesar 0,7
persen (YoY) pada triwulan
IV tahun 2015

Departemen Perdagangan Amerika Serikat merilis


perlambatan konsumsi yang tumbuh 2,2 persen
(YoY) pada triwulan IV tahun 2015, setelah tumbuh
4,3 persen (YoY) pada periode yang sama tahun
sebelumnya. Konsumsi barang hanya mengalami
kenaikan sebesar 2,4 persen (YoY), dan konsumsi
jasa hanya naik sebesar 2,0 persen (YoY) pada
triwulan IV tahun 2015. Ketidakpastian cuaca
khususnya musim dingin turut menyebabkan tingkat
penjualan yang melambat. Perlambatan ini
memberikan kontribusi yang cukup besar besar
perlambatan pertumbuhan ekonomi karena
pengeluaran konsumsi menyumbang 70,0 persen
dari seluruh perekonomian Amerika Serikat.
Belanja Pemerintah Amerika Serikat secara
keseluruhan tumbuh sebesar 0,7 persen (YoY) pada
triwulan IV tahun 2015, meningkat dibandingkan
triwulan IV tahun 2014 yang terkontraksi menjadi
sebesar -1,4 persen (YoY). Pengeluaran pemerintah
pusat tumbuh sebesar 2,7 persen (YoY),
dibandingkan pada periode yang sama tahun
sebelumnya yang terkontraksi sebesar -5,7 persen.
Sama halnya dengan belanja pemerintah pusat,
belanja pemerintah untuk bidang pertahanan juga
tumbuh sebesar 3,6 persen, meningkat setelah
terkontraksi sebesar -10,3 persen (YoY). Di sisi lain,
belanja pemerintah nonpertahanan mengalami
tumbuh sebesar 1,4 persen pada triwulan IV tahun
2015, melambat setelah tumbuh 2,1 persen (YoY)
pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Berbeda dengan pergerakan belanja-belanja lainnya,
belanja pemerintah daerah mengalami kontraksi
sebesar -0,6 persen (YoY), sedangkan triwulan IV
tahun 2014 tumbuh sebesar 1,3 persen (YoY).

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

11

Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Amerika Serikat (YoY)


2014
2015
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Pertumbuhan Ekonomi
0,9
4,6
4,3
2,1
0,6
3,9
2,0
Konsumsi
Barang

1,3
1,1

3,8
6,7

3,5
4,1

4,3
4,1

1,8
1,1

3,6
5,5

3,0
5,0

Jasa
Investasi
Ekspor
Impor
Belanja Pemerintah
Belanja Pemerintah Pusat
Belanja Pertahanan
Belanja Non-Pertahanan

1,4
2,5
-6,7
2,8
0,0
0,3
4,6
8,9

2,4
12,6
9,8
9,6
1,2
1,2
0,5
2,2

3,1
7,4
1,8
-0,8
1,8
3,7
4,5
2,5

4,3
2,1
5,4
10,3
1,4
5,7
10,3
2,1

2,1
8,6
-6,0
7,1
-0,1
1,1
1,0
1,2

2,7
5,0
5,1
3,0
2,6
0,0
0,3
0,5

2,1
-0,7
0,7
2,3
1,8
0,2
-1,4
2,8

Belanja Pemerintah Daerah

0,2

2,6

0,6

1,3

0,8

4,3

2,8

Q4
0,7
2,2
2,4
2,0
-2,5
-2,5
1,1
0,7
2,7
3,6
1,4
- 0,6

Sumber: Bureau of Economic Analysis, 2016

Investasi Amerika Serikat


terkontraksi sebesar -5,6
persen (YoY), menurun
tajam dibandingkan
triwulan III tahun 2014 yang
tumbuh sebesar 7,4 persen
(YoY)

Neraca perdagangan pada


bulan Desember 2015 masih
menunjukkan posisi defisit
mencapai USD 43,4 miliar

Investasi Amerika Serikat terkontraksi sebesar -2,5


persen (YoY), menurun tajam
dibandingkan
triwulan IV tahun 2014 yang tumbuh sebesar 2,1
persen (YoY). Hal ini disebabkan oleh pelemahan
harga minyak mentah menyebabkan penurunan
investasi khususnya eksplorasi yang turun hingga
35,0 persen pada tahun 2015 atau penurunan paling
tajam sejak 1986. Kontraksi investasi berdampak
pada pengeluaran bisnis khususnya struktural
nonresidensial. Pada tahun 2015, The Fed
menaikkan federal fund rate (suku bunga acuan)
dari 0,0 persen sampai 0,25 persen menjadi 0,25
persen hingga 0,50 persen. Kenaikan FFR
merupakan pertama kalinya sejak tahun 2006.
Kebijakan The Fed dipengaruhi oleh pertimbangan
perkiraan perbaikan pasar tenaga kerja AS, tingkat
pengangguran turun hingga 5,0 persen, dan tingkat
inflasi diperkirakan akan mencapai target 2,0
persen dalam jangka menengah.
Neraca perdagangan pada bulan Desember 2015
masih menunjukkan posisi defisit mencapai
USD43,4 miliar, meningkat dibandingkan bulan
sebelumnya sebesar USD42,2 miliar. Defisit
perdagangan barang naik menjadi sebesar USD 62,5
miliar, sedangkan sektor jasa mengalami

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

12

peningkatan surplus menjadi sebesar USD19,2


miliar. Ekspor barang dan jasa turun menjadi
sebesar USD181,5 miliar. Penurunan kinerja ekspor
barang terutama disebabkan oleh penurunan
jumlah kendaraan, spare part, dan mesin kendaraan
bermotor, bahan dan stok barang industri, serta
makanan dan minuman. Sementara itu, ekspor jasa
mengalami sedikit kenaikan disebabkan oleh jasa
keuangan dan jasa lainnya (jasa penelitian dan
pembangunan, jasa manajerial dan profesional, jasa
hubungan dan teknis perdagangan). Sebaliknya,
impor barang dan jasa meningkat menjadi sebesar
USD224,9 miliar, dengan peningkatan pada impor
barang yang disebabkan oleh kenaikan pada jumlah
kendaraan, spare part, dan mesin kendaraan
bermotor, serta bahan dan stok barang industri.
Sedangkan impor jasa berupa peningkatan biaya
untuk wisata (untuk semua tujuan termasuk
pendidikan) dan jasa lainnya.
Jumlah pengangguran
hingga bulan Desember
2015 tetap sebesar 7,9 juta
orang

Jumlah pengangguran hingga bulan Desember


2015 tetap sebesar 7,9 juta orang. Kenaikan jumlah
lapangan kerja baru tersebar luas di berbagai
sektor, diantaranya pada bisnis jasa dan
profesional, kesehatan, konstruksi, bisnis jasa
makanan dan minuman. Pada bulan Desember
2015, penyerapan tenaga kerja di sektor
nonpertanian sebesar 292.000 orang. Tingkat
partisipasi angkatan kerja AS bulan Desember 2015
sebesar 62,6 persen atau sedikit menurun
dibandingkan bulan yang sama tahun sebelumnya
sebesar 62,7 persen. Pergerakan data tenaga kerja
AS yang cenderung mendatar disebabkan oleh
kontraksi pada sektor manufaktur, penurunan
tajam tingkat ekspor dan dampak kenaikan federal
fund rate.

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

13

Perkembangan Ekonomi Uni Eropa


Penguatan di kawasan
Eropa dan Uni Eropa
kembali berlanjut, meskipun
perbaikan resesi ekonomi
regional akibat krisis
keuangan global 2008 dan
krisis utang Eropa 2010
masih berjalan lambat

Perbaikan resesi ekonomi regional akibat krisis


keuangan global 2008 dan krisis utang Eropa 2010
terus berlanjut, meskipun masih berjalan lambat.
Pada triwulan IV tahun 2015 terjadi perlambatan
ekonomi di kawasan Eropa dan Uni Eropa.
Perlambatan ini disebabkan oleh output sektor
industri yang terus menurun, dan ketidakpastian
ekonomi global dan pelemahan mata uang Euro
yang berkontribusi negatif bagi perekonomian.

Tabel 2. Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Eropa dan Uni Eropa


Pertumbuhan PDB (%)
Tahunan (YoY)
Triwulanan (QtQ)
Kawasan Eropa (U19)
Uni Eropa (U28)
Sumber: Eurostat

Estonia menjadi negara di


kawasan Eropa yang
mencapai pertumbuhan
ekonomi tertinggi pada
triwulan IV tahun 2015
sebesar 1,2 persen (QtQ)

Produksi industri di kawasan


Eropa dan Uni Eropa
mengalami peningkatan
dengan tumbuh masingmasing sebesar 1,0 persen
(YoY) dibandingkan periode
waktu yang sama tahun
sebelumnya

Q4-14
0,9

Q4-15
1,5

Q3-15
0,3

Q4-15
0,3

0,9

1,8

0,4

0,3

Pada triwulan IV tahun 2015, berdasarkan publikasi


Eurostat, Estonia menjadi negara di kawasan Eropa
yang mencapai pertumbuhan ekonomi tertinggi,
dengan pertumbuhan sebesar 1,2 persen (QtQ).
Sementara, perekonomian Jerman diperkirakan
tumbuh 0,3 persen (QtQ), sedikit melambat
dibandingkan triwulan III tahun 2015. Yunani
menjadi negara yang diperkirakan mengalami
kontraksi ekonomi paling dalam dengan
pertumbuhan sebesar -0,6 persen (QtQ). Di sisi lain,
perekonomian Portugal dan Perancis mengalami
pertumbuhan masing-masing sebesar 0,2 persen
(QtQ). Sedangkan Italia dan Spanyol dalam tren
positif yang diperkirakan tumbuh masing-masing
sebesar 0,1 persen (QtQ) dan 0,8 persen (QtQ).
Pada bulan Desember 2015, indeks harga sektor
industri dari keseluruhan industri di kawasan Eropa
dan Uni Eropa kembali mengalami penurunan
masing-masing sebesar -3,0 persen (YoY), dan -3,2
persen (YoY). Sementara, produksi industri di
kawasan Eropa dan Uni Eropa mengalami
pelemahan dengan turun masing-masing sebesar 1,0 persen (YoY) dibandingkan periode yang sama

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

14

tahun sebelumnya. Produksi industri menurun


disebabkan oleh penurunan produksi energi
sebesar -7,3 persen (YoY) dan barang modal
sebesar -2,6 persen (YoY). Disisi lain, produksi
barang konsumsi tidak tahan lama sebesar 1,4
persen (YoY), barang setengah jadi sebesar 0,4
persen (YoY), dan barang konsumsi tahan lama
sebesar 0,8 persen (YoY) mengalami kenaikan,
namun belum dapat mendorong laju produksi
industri. Sementara itu, produksi sektor industri
yang melemah di kawasan Uni Eropa disebabkan
oleh penurunan produksi energi sebesar -5,7 persen
(YoY) dan barang modal sebesar -1,4 persen (YoY),
meskipun produksi barang konsumsi tahan lama,
tidak tahan lama, barang setengah jadi masingmasing meningkat sebesar 0,8 persen (YoY),
sebesar 1,4 persen, dan 0,4 persen (YoY).
Perekonomian Eropa secara
umum mengalami surplus
neraca perdagangan pada
bulan Desember 2015.
Kawasan Eropa mengalami
surplus sebesar EUR24,3
miliar dan Uni Eropa
mengalami surplus sebesar
EUR20,5 miliar

Perekonomian Eropa secara umum mengalami


surplus neraca perdagangan pada bulan Desember
2015. Kawasan Eropa mengalami surplus sebesar
EUR24,3 miliar, sedikit meningkat dibandingkan
bulan Desember 2014 yang besarnya EUR23,6
miliar. Pada Desember 2015, negara-negara Uni
Eropa juga mengalami surplus sebesar EUR20,5
miliar, meningkat dibandingkan bulan Desember
2014 yang surplus sebesar EUR11,4 miliar. Sejalan
dengan tren positif neraca perdagangan Eropa,
volume perdagangan ritel bulan Desember 2015 di
kawasan Eropa meningkat sebesar 2,4 persen (YoY)
dan 3,0 persen (YoY) di Uni Eropa. Hal ini
disebabkan oleh kenaikan penjualan pada sektor
nonmakanan sebesar 1,8 persen (YoY) dan sektor
makanan, minum, dan tembakau sebesar 0,8
persen (YoY). Namun demikian, bahan bakar
kendaraan bermotor turun tipis sebesar 0,8 persen
(YoY). Di sisi lain, peningkatan volume perdagangan
Uni Eropa dipengaruhi oleh kenaikan sektor
nonmakanan sebesar 2,0 persen (YoY), dan sektor
makanan, minuman, dan tembakau sebesar 1,5

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

15

persen (YoY), serta bahan bakar kendaraan


bermotor sebesar 0,1 persen (YoY).
Kondisi fiskal di kawasan
Eropa dan Uni Eropa
menunjukkan perbaikan

Tingkat pengangguran di
kawasan Eropa pada bulan
Desember mencapai 10,4
persen (YoY)

Kondisi fiskal di kawasan Eropa dan Uni Eropa


menunjukkan perbaikan. Rasio defisit anggaran
pemerintah terhadap PDB pada triwulan III tahun
2015 di kawasan Eropa menjadi sebesar 1,8 persen,
sedikit menurun dibandingkan triwulan II tahun
2015 yang besarnya 2,2 persen. Defisit anggaran
pemerintah terhadap PDB di Uni Eropa juga
menurun dari triwulan II tahun 2015 sebesar 2,6
persen menjadi 2,3 persen pada triwulan III tahun
2015. Sementara itu, perbaikan fiskal di kawasan
Eropa dan Uni Eropa diikuti perbaikan kondisi
tingkat utang terhadap PDB. Pada triwulan III tahun
2015, tingkat utang di kawasan Euro mencapai 91,6
persen dari PDB, sedikit menurun jika dibandingkan
triwulan sebelumnya yang mencapai 92,2 persen.
Sejalan dengan penurunan tingkat utang terhadap
PDB di kawasan Eropa, Uni Eropa juga mengalami
sedikit penurunan tingkat utang sebesar 87,7
persen terhadap PDB dibandingkan triwulan II
tahun 2015 yang besarnya 87,8 persen. Pada
triwulan III tahun 2015, Yunani, Italia, dan Portugal
menjadi negara dengan tingkat utang terhadap PDB
tertinggi yaitu masing-masing sebesar 171,0 persen;
134,6 persen; dan 130,5 persen. Sementara itu
negara dengan tingkat utang terhadap PDB
terendah adalah Estonia yang besarnya 9,8 persen,
Luxemburg yang besarnya 21,3 persen, dan Bulgaria
yang besarnya 26,9 persen.
Perbaikan perekonomian negara-negara di kawasan
Eropa diikuti oleh penurunan jumlah pengangguran.
Tingkat pengangguran di kawasan Eropa pada bulan
Desember 2015 mencapai 10,4 persen (YoY),
menurun dibandingkan bulan Desember 2014 yang
besarnya 11,4 persen (YoY), merupakan yang
terendah sejak bulan September 2011. Sementara
itu, tingkat pengangguran di Uni Eropa pada bulan
Desember 2015 sebesar 9,0 persen, menurun

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

16

dibandingkan bulan Desember 2014 yang besarnya


9,9 persen. Eurostat mengestimasi jumlah tenaga
kerja di Uni Eropa sebanyak 21.944 juta orang,
dimana 16.750 juta orang berada di kawasan Eropa.
Jumlah orang yang menganggur di Uni Eropa turun
sebesar 2.026 juta orang, dan 1.501 juta orang di
kawasan Eropa jika dibandingkan dengan bulan
Desember 2014. Tingkat pengangguran tertinggi
dialami Yunani (24,5 persen), dan Spanyol (20,8
persen). Sementara itu tingkat pengangguran paling
rendah adalah Jerman dan Republik Ceko (4,5
persen), serta Malta dan Inggris (5,1 persen pada
Oktober 2015 untuk data Inggris).

Perekonomian Tiongkok
Perekonomian Tiongkok
hingga triwulan IV tahun
2015 masih dipengaruhi
oleh kondisi ekonomi
global dan tekanan
pembangunan ekonomi
dalam negeri

Pertumbuhan ekonomi
Tiongkok sebesar 6,8
persen (YoY) disebabkan
oleh penurunan harga
minyak mentah dan
komoditas lainnya.

Pemerintah
Tiongkok
menerapkan
pola
pembangunan dan strategi baru dengan tetap
menjaga stabilitas, mendorong restrukturisasi,
perbaikan regulasi makroekonomi, reformasi yang
lebih mendalam, mendukung kewirausahaan skala
besar dan inovasi, serta meningkatkan supply barang
dan jasa publik. Hal ini menyebabkan perekonomian
Tiongkok secara bertahap masih moderat.
Sepanjang bulan Oktober hingga Desember 2015,
ekonomi Tiongkok tumbuh sebesar 6,8 persen (YoY),
menurun dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya yang tumbuh sebesar 7,2 persen (YoY).
Pertumbuhan ekonomi Tiongkok pada triwulan IV
tahun 2015 merupakan paling rendah sejak tahun
2009. Pada keseluruhan tahun 2015, ekonomi
Tiongkok tumbuh sebesar 6,9 persen (YoY) atau
paling rendah sejak 25 tahun terakhir. Hal ini
disebabkan oleh penurunan harga minyak mentah
dan komoditas lainnya, serta masih mencari
kombinasi kebijakan yang tepat untuk memperkuat
perekonomian.
Tiongkok
mengharapkan
pertumbuhan yang berkualitas dan berkelanjutan,
serta dapat memaksimalkan instrumen kebijakan
fiskal dan moneter untuk mencegah perlambatan

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

17

tajam yang berdampak pada berkurangnya lapangan


kerja dan pendapatan.
Nilai tambah industri
tersier, primer, dan
sekunder Tiongkok
mengalami
pertumbuhan

Sektor properti Tiongkok


mulai melemah seiring
dengan perlambatan
ekonomi dan tingkat
utang para pengembang
yang cukup tinggi

People's Bank of
Tiongkok (PBoC) masih
memiliki peluang untuk
melaksanakan kebijakan
moneter longgar dalam
rangka mendorong
perekonomian yang
melambat

Dalam laporan yang dirilis National Bureau of Statistic


Tiongkok, nilai tambah industri tersier pada triwulan
IV tahun 2015 menyumbang 49,5 persen dari PDB dan
tumbuh 8,4 persen (YoY). Kondisi ini menandai
percepatan pengembangan dan inovasi di bidang
perindustrian. Nilai tambah industri primer dan
sekunder juga meningkat sebesar 3,9 persen (YoY)
dan 6,0 persen (YoY). Sementara itu, pertumbuhan
produksi industri relatif stabil. Nilai tambah industri
pertambangan dan manufaktur masing-masing
meningkat sebesar 2,7 persen (YoY) dan 7,0 persen
(YoY). Di sisi lain, Kementerian Perdagangan Tiongkok
merilis penjualan retail barang konsumsi pada bulan
Desember 2015 tumbuh 11,1 persen (YoY), atau
menjadi USD436 triliun. Kondisi ini disebabkan oleh
kebijakan pro-konsumsi yang dicanangkan oleh
Pemerintah.
Sektor properti Tiongkok mulai melemah seiring
dengan perlambatan ekonomi dan tingkat utang para
pengembang yang cukup tinggi. Pada triwulan IV
tahun 2015, penjualan bangunan perumahan dan
bangunan komersial tumbuh masing-masing sebesar
16,6 persen (YoY) dan 14,4 persen (YoY). Selain itu ,
total investasi di sektor real estate pada tahun 2015
sebesar CNY9.597,9 miliar atau hanya tumbuh
sebesar 2,8 persen (YoY). Selain itu, luas bangunan
baru secara keseluruhan dan bangunan komersial
mengalami penurunan masing-masing sebesar 14,0
persen (YoY) dan 14,6 persen (YoY).
People's Bank of Tiongkok (PBoC) masih memiliki
peluang untuk melaksanakan kebijakan moneter
longgar dalam rangka mendorong perekonomian yang
melambat. Pada 30 November 2015, Dana Moneter
Internasional (IMF) secara resmi menetapkan
penggunaan mata uang Tiongkok, Renminbi sebagai
mata uang special drawing rights (SDR). Hal ini

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

18

merupakan titik awal reformasi keuangan yang


mendalam dan liberalisasi keuangan. Pada 24
Oktober 2015, PBoC kembali memotong suku bunga
acuan pinjaman dan deposito sebesar 25 basis poin
masing-masing menjadi sebesar 4,35 persen dan 1,5
persen. Selain itu, Giro Wajib Minimum (GWM) juga
diturunkan 50 basis poin menjadi 17,5 persen berlaku
bagi semua bank. Namun demikian, GWM perbankan
khusus pertanian dan UMKM akan mendapat kembali
pengurangan sebesar 50 basis poin.

Perlambatan
pertumbuhan ekonomi
Tiongkok pada tahun
2015 akibat reformasi
struktural berdampak
yang pada kinerja neraca
perdagangan yang
melemah

Perlambatan pertumbuhan ekonomi Tiongkok pada


tahun 2015 akibat reformasi struktural yang
berdampak pada perlambatan kinerja neraca
perdagangan. Perdagangan Tiongkok pada bulan
Desember 2015 hanya mencapai surplus sebesar
USD60,09 miliar, sedikit menguat dibandingkan bulan
November 2015 yang besarnya USD54,1 miliar.
Kinerja ekspor bulan September 2015 mengalami
penurunan sebesar 1,4 persen (YoY). Hal ini
disebabkan gangguan pasar keuangan Tiongkok,
perbaikan ekonomi yang melambat, dan depresiasi
nilai tukar CNY terhadap mata uang lain. Sementara
itu, impor mengalami penurunan sebesar 7,6 persen
(YoY) dibandingkan bulan yang sama tahun
sebelumnya. Kinerja impor yang melemah akibat
pabrik yang menimbun minyak mentah, biji besi, dan
bahan lainnya terkena dampak penurunan harga
komoditas global.

Tabel 3. Purchasing Manager IndexTM Tiongkok Tahun 2015 (YoY)


PMI Tiongkok
November-15
Desember-15
HSBC
50,5
49,4
NBS Tiongkok
49,6
49,7
Sumber: HSBC PMITM dan National Bureau of Statistic Tiongkok, 2016

Perlambatan aktivitas
manufaktur Tiongkok
menunjukkan kontraksi
output industri dan aktivitas
bisnis selama empat bulan
terakhir

Perlambatan aktivitas manufaktur Tiongkok


menunjukkan kontraksi output industri dan aktivitas
bisnis telah menurun selama empat bulan terakhir.
Hal ini disebabkan oleh menurunnya permintaan
konsumen terhadap sektor manufaktur. Pelemahan

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

19

permintaan konsumen dan kompetisi yang semakin


ketat antar bisnis baru berkontribusi pada
kelanjutan penurunan rata-rata tarif, dimana sektor
manufaktur menurunkan biaya input dan
berdampak bagi penurunan tingkat inflasi Tiongkok.
National Bureau of Statistic Tiongkok juga merilis
data PMITM sebesar 49,7 sedikit menguat
dibandingkan bulan November 2015. Hal ini
disebabkan oleh indeks produksi, indeks permintaan
baru, dan indeks waktu pengiriman dari supplier
sebagai indikator pembentuk PMITM nilainya lebih
tinggi dari batas nilai indeks PMITM manufaktur
Tiongkok yang besarnya 50,0. Kondisi ini
menggambarkan
perekonomian
Tiongkok
mengalami perlambatan sektor manufaktur, dimana
lapangan kerja baru di sektor jasa Tiongkok hanya
mengalami sedikit kenaikan dan penciptaan bisnis
baru juga menurun, seiring dengan perusahaan
manufaktur yang hanya tumbuh moderat dalam
enam bulan terakhir.

Perekonomian Jepang
Perekonomian Jepang pada
triwulan IV tahun 2015
diperkirakan terkontraksi
sebesar -1,4 persen (YoY)

Berdasarkan publikasi Cabinet Office, perekonomian


Jepang pada triwulan IV tahun 2015 diperkirakan
terkontraksi sebesar -1,4 persen (YoY). Kondisi ini
merupakan penurunan pertumbuhan ketiga
berturut-turut dan penanda awal fase resesi
ekonomi. Pelemahan ekonomi Jepang disebabkan
oleh konsumsi swasta yang menurun dan apresiasi
mata uang Yen terhadap Dolar yang berdampak
negatif bagi ekspor dan pengeluaran modal. Seiring
dengan penurunan pertumbuhan ekonomi Jepang,
tingkat pengangguran mengalami kenaikan.
Pengangguran Jepang pada bulan Desember 2015
turun 3,3 persen (MtM) dibandingkan bulan
November 2015 yang besarnya 0,0 persen (MtM).
Namun demikian, jumlah pengangguran secara
tahunan menurun hingga sebesar 2,9 persen (YoY)
atau menjadi sebesar 2,04 juta orang dibandingkan
bulan Desember 2014.

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

20

Pemerintah Jepang
mencanangkan Abenomics
2.0 untuk mendorong
tingkat potensi
pertumbuhan

Jepang mengalami
penguatan ekonomi seiring
dengan surplus neraca
perdagangan

Ekspor dan Impor Jepang


mengalami penurunan
masing-masing sebesar -8,0
persen (YoY) dan -18,0
persen (YoY)

Pada bulan September 2015, pemerintah Jepang


mencanangkan kebijakan Abenomics 2.0 setelah
kebijakan sebelumnya yang terfokus pada strategi
pertumbuhan, kebijakan fiskal, dan pelonggaran
moneter untuk mendorong perekonomian keluar
jerat deflasi dianggap kurang berhasil. Kebijakan
Abenomics 2.0 bertujuan untuk mendorong tingkat
potensi pertumbuhan antara lain: (1) Mendorong
pencapaian PDB nominal sebesar JPY600 miliar
pada tahun 2016; (2) bantuan keuangan bagi
keluarga untuk mendorong angka kelahiran hingga
1,8 persen per tahun; (3) tambahan fasilitas
perawat bagi lansia, agar mencapai target 0,0
persen jumlah pekerja meninggalkan pekerjaan
karena menjaga anggota keluarga.
Pada bulan Desember 2015, Jepang mengalami
penguatan ekonomi seiring dengan surplus neraca
perdagangan. Kebijakan pelonggaran moneter yang
cukup agresif yaitu pelemahan mata uang Yen
terhadap USD hingga 16,0 persen berhasil
mendorong perekonomian. Publikasi Departemen
Keuangan
Jepang
memperkirakan
neraca
perdagangan mengalami surplus sebesar JPY140,3
juta pada bulan Desember 2015, meningkat cukup
signifikan dibandingkan pada bulan Desember 2014
yang mengalami defisit besarnya JPY665,6.
Secara umum, nilai ekspor Jepang pada bulan
Desember 2015 turun sebesar -8,0 persen (YoY)
dibandingkan bulan Desember 2014. Hal ini
menandai pelemahan ekspor tiga bulan berturutturut dan penurunan terbesar sejak bulan
September 2015. Namun, volume eskpor
mengalami pertumbuhan sebesar 3,9 persen (YtD).
Pelemahan kinerja ekspor disebabkan pelemahan
permintaan dari Tiongkok, meskipun depresiasi Yen
berhasil mendorong barang ekspor lebih kompetitif.
Sementara itu, impor mengalami penurunan
sebesar -18,0 persen (YoY), dibandingkan bulan
Desember 2014. Kinerja impor yang melemah

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

21

disebabkan oleh penurunan harga minyak mentah


dan permintaan dalam negeri.

Perekonomian Singapura
Penguatan ekonomi
Singapura pada triwulan IV
tahun 2015 disebabkan
oleh penguatan mata uang
Dolar Singapura terhadap
Dolar Amerika Serikat dan
penguatan sektor jasa

Penguatan ekonomi Singapura pada triwulan IV


tahun 2015 disebabkan oleh penguatan mata uang
Dolar Singapura terhadap Dolar Amerika Serikat dan
penguatan sektor jasa yang mempengaruhi dua
pertiga
perekonomian.
Namun
demikian,
permintaan eksternal yang melemah, persaingan
global, kenaikan biaya di sektor bisnis, dan
pertumbuhan tenaga kerja dalam negeri yang
mendatar
mempengaruhi
kinerja
sektor
manufaktur Singapura. Perekonomian Singapura
sangat dipengaruhi oleh siklus bisnis global akibat
keterkaitan investasi dan perdagangan yang besar,
sehingga permasalahan eksternal akan berdampak
besar terhadap kinerja perekonomian dalam negeri
Singapura.

Tabel 4. Pertumbuhan Ekonomi Singapura Tahun 2015


Tahunan (YoY)
Triwulanan (QtQ)
Q4-14
Q4-15
Q3-15
Q4-15
Pertumbuhan Ekonomi
2,1
2,0
1,7
5,7
Industri Barang
Manufaktur

-1,3

-6,0

Konstruksi
0,7
2,2
Industri Jasa
3,1
3,2
Sumber: Kementerian Perindustrian dan Perdagangan Singapura

Seiring dengan perlambatan


ekonomi, kinerja
perdagangan luar negeri
Singapura mengalami
penurunan

-3,5

-3,1

-4,9
2,9

7,0
6,5

Meskipun mengalami penguatan ekonomi, kinerja


perdagangan luar negeri Singapura tetap mengalami
penurunan. Berdasarkan Departement of Statistics
Singapore, kinerja ekspor terkontraksi sebesar -6,4
persen (YoY), menurun dibandingkan bulan
Desember 2014. Sementara, kinerja impor juga
terkontraksi sebesar -10,6 persen (YoY). Pelemahan
kinerja ekspor disebabkan oleh penurunan tajam
ekspor minyak domestik yang terkontraksi hingga 24,9 persen (YoY). Sementara, ekspor domestik
nonminyak juga mengalami penurunan sebesar 7,2
persen (YoY). Namun, re-ekspor minyak menguat
sebesar 0,8 persen (YoY) belum dapat mendorong

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

22

secara optimal laju pertumbuhan ekspor pada bulan


Desember 2015.
Sektor manufaktur
Singapura terkontraksi
pada triwulan IV tahun
2015, sedangkan sektor
konstruksi dan industri
jasa mengalami
pertumbuhan.

Sektor manufaktur Singapura terkontraksi pada


triwulan IV tahun 2015 disebabkan oleh penurunan
rekayasa transportasi, elektronika dan rekayasa
presisi. Di sisi lain, sektor konstruksi Singapura
tumbuh pada triwulan IV tahun 2015 disebabkan
oleh perbaikan aktivitas konstruksi sektor swasta.
Selain itu, industri jasa juga mengalami
pertumbuhan yang didorong oleh kenaikan kinerja
di sektor perdagangan besar dan retail, serta sektor
keuangan dan asuransi.

PERKIRAAN EKONOMI DUNIA 2015-2016


Tabel 5. Pertumbuhan Ekonomi Dunia Menurut IMF
WEO-IMF
Realisasi
Perkiraan
Kelompok Negara
2014
2015
2016
Dunia
3,4
3,1
3,6
Negara Maju
1,8
2,0
2,2
Amerika Serikat
Kawasan Eropa

2,4
0,9

2,6
1,5

Negara Berkembang
4,6
4,0
Tiongkok
7,3
6,8
ASEAN-5
4,6
4,6
Amerika
Latin
dan
1,3
-0,3
Karibia
Sub Sahara Afrika
5,0
3,8
Sumber: World Economic Outlook, Oktober 2015

Resiko ketidakpastian
aktivitas ekonomi global
masih menandai kelanjutan
pelemahan kondisi ekonomi
negara-negara berkembang
dan perbaikan ekonomi
negara-negara maju yang
berjalan lambat

2,8
1,6
4,5
6,3
4,9
0,8
4,3

IMF menjelaskan resiko ketidakpastian aktivitas


ekonomi global masih menandai kelanjutan
pelemahan kondisi ekonomi negara-negara
berkembang dan perbaikan ekonomi negara-negara
maju yang berjalan lambat. Potensi pertumbuhan
PDB dunia yang masih terkoreksi pada tahun 2015
disebabkan oleh penurunan harga komoditas,
depresiasi mata uang negara-negara berkembang,
dan volatilitas pasar keuangan terus meningkat.
Namun demikian, aktivitas perekonomian global
mengalami sedikit penguatan pada tahun 2016.
Perbaikan ekonomi negara-negara maju yang
dimulai tahun 2016 diperkirakan semakin menguat.

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

23

Koreksi pada pertumbuhan


ekonomi dunia disebabkan
oleh perlambatan aktifitas
perekonomian pada negara
berkembang maupun
negara maju

Perbaikan Amerika Serikat


didorong oleh kondisi
pelonggaran keuangan dan
penguatan pasar tenaga
kerja dan properti

Pertumbuhan ekonomi
negara berkembang masih
akan cenderung
melambat pada tahun
2015 disebabkan oleh
pertumbuhan investasi
yang melambat seiring
dengan reformasi
struktural Tiongkok

Bank Dunia juga menyatakan koreksi pada


pertumbuhan ekonomi dunia disebabkan oleh
perlambatan aktifitas perekonomian pada negara
berkembang maupun negara maju akibat
penurunan harga komoditas, perdagangan dunia,
dan aliran modal. Pada tahun 2016, perekonomian
dunia diperkirakan kembali menguat. Disisi lain,
beberapa proyeksi pertumbuhan negara-negara
berkembang mengalami kenaikan secara bertahap
diantaranya Brazil, Rusia, beberapa negara Amerika
Latin, dan Timur Tengah, meskipun perekonomian
Tiongkok diperkirakan masih melambat.
Perbaikan Amerika Serikat diperkirakan terus
berjalan. Hal ini didorong oleh kondisi pelonggaran
keuangan dan penguatan pasar tenaga kerja dan
properti. Namun, penguatan mata uang Dolar yang
berpengaruh pada sektor manufaktur dan
rendahnya harga minyak mentah akan mengurangi
investasi di sektor peralatan dan struktur
pertambangan. Di sisi lain, perekonomian di
kawasan Eropa diperkirakan terus membaik dan
pertumbuhannya cenderung moderat. Hal ini
disebabkan oleh penguatan konsumsi swasta yang
didorong oleh pelemahan harga minyak mentah dan
longgarnya
kebijakan
moneter,
meskipun
berdampak bagi pelemahan net ekspor.
Sementara,
pertumbuhan
ekonomi
negara
berkembang masih akan cenderung melambat pada
tahun 2015. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan
investasi yang melambat seiring dengan reformasi
struktural Tiongkok. India dan seluruh negara
berkembang Asia diperkirakan tumbuh cukup kuat,
walaupun beberapa negara terkena dampak
reformasi struktural Tiongkok dan pelemahan sektor
manufaktur secara global. Perlambatan ekonomi
ASEAN-5 dipengaruhi oleh pelemahan term of trade
Malaysia, serta perbaikan ekonomi Thailand, Filipina,
dan Vietnam akibat penurunan harga minyak
mentah. Disisi lain, pelemahan ekonomi Asia Timur

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

24

dan Pasifik disebabkan oleh perlambatan ekonomi


Tiongkok dan perbaikan ekonomi hampir di seluruh
kawasan. Pertumbuhan moderat diperkirakan terjadi
di Malaysia dan Indonesia, sejalan dengan
berkurangnya gejolak politik Malaysia dan reformasi
ekonomi yang mendorong pertumbuhan investasi
Indonesia. Selain itu, Thailand diperkirakan masih
dibayangi ketidakpastian kondisi politik yang
berimplikasi pada investasi swasta dan tingginya
utang rumah tangga yang menghambat konsumsi
swasta.
Kondisi ekonomi di kawasan
Amerika Latin dan Karibia
Perekonomian
di kawasan
diperkirakan
masih
Sub Sahara
Afrika
melambat
pada
tahun 2015,
cenderung
mengalami
dan
pertumbuhan
perlambatan
sebagai
cenderung
moderat
pada
dampak
tahun
2016dari penurunan
harga komoditas
khususnya minyak mentah

Sementara itu, kondisi ekonomi di kawasan Amerika


Latin dan Karibia diperkirakan masih melambat pada
tahun 2015, dan pertumbuhan cenderung moderat
pada tahun 2016. Proyeksi penurunan harga
komoditas dan pergolakan domestik menekan kinerja
perekonomian beberapa negara di Amerika Latin.
Sementara itu, Brazil sebagai salah satu
perekonomian terbesar di kawasan Amerika Latin
diperkirakan kembali tumbuh dibawah prediksi.
Penurunan kepercayaan konsumen dan bisnis, serta
permintaan dalam negeri terjadi akibat gangguan
politik, penurunan investasi secara cepat, dan
pengetatan kebijakan makroekonomi. Selain itu,
perbaikan permintaan dari pasar Amerika Serikat
akan mendukung perekonomian, seiring dengan
implementasi reformasi struktural di Meksiko dan
perjanjian damai dengan pemberontak di Kolombia.
Perekonomian di kawasan Sub Sahara Afrika
cenderung mengalami perlambatan sebagai dampak
dari kelanjutan pelemahan harga komoditas dan
biaya kredit yang semakin tinggi di beberapa negara
ekonomi terbesar seperti Angola, Nigeria, Afrika
Selatan dan negara eksportir komoditas lainnya. Hal
ini terjadi akibat penurunan permintaan dari
Tiongkok sebagai mitra dagang terbesar negara Sub
Sahara Afrika dan pengetatan kondisi keuangan
global. Perbaikan ekonomi di kawasan Sub Sahara

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

25

Afrika pada tahun 2016 terjadi seiring dengan


penguatan belanja pemerintah dan investasi swasta.
Tabel 6. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Asia (YoY)
Pertumbuhan PDB (%)
2015
2016
2014
ADO
Update
ADO
Update
Asia
6,2
6,3
5,8
6,3
6,0
Asia Timur
6,5
6,5
6,0
6,3
6,0
Tiongkok
7,3
7,2
6,8
7,0
6,7
Jepang
-0,1
1,1
1,5
1,4
1,6
Asia Selatan
6,8
7,2
6,9
7,6
7,3
Asia Tengah
5,1
3,5
3,3
4,5
4,2
ASEAN
4,4
4,9
4,4
5,3
4,9
Singapura
2,9
3,0
2,1
3,4
2,5
Sumber: Asian Development Outlook, 2015

Perekonomian negaranegara berkembang Asia


tahun 2015 dan 2016
kembali dikoreksi, karena
lambatnya perbaikan
ekonomi beberapa negara
maju, serta moderasi
proyeksi pertumbuhan
negara Tiongkok dan India.
menyebar ke seluruh
kawasan

Pada tahun 2015


pertumbuhan ekonomi di
kawasan Asia Timur masih
melambat akibat permintaan
eksternal yang melemah
meskipun terdapat stimulus
fiskal di Korea Selatan dan
kebiijakan akomodatif
pemerintah Tiongkok

ADB
mengeluarkan
proyeksi
mengenai
pertumbuhan negara-negara berkembang di Asia
tahun 2015 dan 2016. Perekonomian negara-negara
berkembang Asia tahun 2015 dan 2016 kembali
dikoreksi, karena lambatnya perbaikan ekonomi
beberapa negara maju, serta moderasi proyeksi
pertumbuhan negara Tiongkok dan India. Prospek
perlambatan negara-negara berkembang Asia
menyebar
ke
seluruh
kawasan.
Proyeksi
pertumbuhan ekonomi kawasan Asia Selatan, Asia
Timur, dan Asia Tenggara diperkirakan masih
cenderung moderat. Sementara, pertumbuhan
ekonomi kawasan Asia Tengah menunjukkan
pelemahan.
ADB memprediksi pada tahun 2015 pertumbuhan
ekonomi di kawasan Asia Timur masih melambat
akibat permintaan eksternal yang melemah,
meskipun terdapat stimulus fiskal di Korea Selatan
dan kebiijakan akomodatif pemerintah Tiongkok.
Perlambatan ekonomi di kawasan Asia Timur paling
dirasakan oleh Mongolia dimana penurunan
penanaman modal asing, output pertanian, dan
kelanjutan kebijakan moneter ketat yang
diberlakukan pemerintah. Selain itu, kinerja ekspor
Taiwan mengalami penurunan akibat perlambatan
ekonomi Tiongkok. Pada tahun 2016, kinerja
perekonomian di negara-negara maju diasumsikan

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

26

mengalami perbaikan yang akan berdampak positif


bagi negara-negara di kawasan Asia Timur kecuali
Tiongkok.
Pertumbuhan ekonomi
Tiongkok tahun 2015
dipengaruhi oleh penurunan
investasi dan produksi
industri kebijakan fiskal
yang lebih kontraktif,
kebijakan moneter
akomodatif, serta nilai tukar
Yuan terhadap USD

Aktivitas perekonomian
Jepang diperkirakan
mengalami penguatan
profit perusahaan swasta,
depresiasi mata uang Yen,
dan penurunan harga
minyak mentah

Estimasi pertumbuhan
ekonomi di kawasan Asia
Selatan menurun
disebabkan oleh
pertumbuhan ekonomi
India yang cenderung
moderat, perlambatan
ekonomi di negaranegara maju,
perdagangan global,
penundaan mengenai
reformasi struktural India

Menurut ADB, pertumbuhan ekonomi Tiongkok


tahun 2015 dipengaruhi oleh penurunan investasi
dan produksi industri, kebijakan fiskal yang lebih
kontraktif, kebijakan moneter akomodatif, serta
nilai tukar Yuan terhadap USD. Sementara, tingkat
ekspor diperkirakan menurun seiring dengan
perbaikan ekonomi negara-negara mitra dagang
yang berjalan lambat. Namun demikian, neraca
perdagangan dan neraca pembayaran dalam kondisi
surplus seiring dengan penurunan impor akibat
fluktuasi harga komoditas dan subtitusi impor. Disisi
lain, pelemahan sektor properti, perlambatan
pertumbuhan investasi, dan reformasi struktural
diperkirakan menekan laju pertumbuhan ekonomi.
Namun, kebijakan fiskal dan moneter yang
komodatif, serta penguatan permintaan eksternal
dan
dalam
negeri
akan
mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi Tiongkok pada tahun 2016.
Aktivitas perekonomian Jepang diperkirakan
mengalami penguatan profit perusahaan swasta,
depresiasi mata uang Yen, dan penurunan harga
minyak mentah mendorong perkiraan pertumbuhan
positif ekonomi Jepang. Pada tahun 2016, fluktuasi
pasar keuangan, devaluasi mata uang Tiongkok, dan
depresiasi mata uang negara lain di Asia dapat
menekan permintaan ekspor Jepang. Konsumsi
dalam negeri dan investasi diproyeksikan mengalami
perbaikan, meskipun fase perlambatan permintaan
eksternal diperkirakan tetap terjadi.
Sementara itu, estimasi pertumbuhan ekonomi di
kawasan Asia Selatan pada tahun 2015 menurun
disebabkan oleh pertumbuhan ekonomi India yang
cenderung moderat, perlambatan ekonomi di
negara-negara maju, perdagangan global, penundaan
mengenai reformasi struktural India yang berakhir

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

27

Perekonomian di kawasan
Asia Tengah diperkirakan
kembali melemah seiring
dengan penurunan harga
komoditas, dan
perlambatan ekonomi
Federasi Rusia serta
Tiongkok

Pertumbuhan Kawasan
ASEAN pada tahun 2015
mengalami perlambatan,
dimana pertumbuhan enam
negara ASEAN dikoreksi
turun dan sebagian besar
negara maju termasuk
Tiongkok

deadlock di parlemen. Disisi lain, perlambatan


aktivitas ekonomi negara-negara lain dapat
memberi sentimen negatif bagi pertumbuhan
kawasan Asia Selatan. Kondisi ini disebabkan oleh
penurunan pendapatan sektor pariwisata Maladewa
dan pemulihan ekonomi akibat gempa besar di
Nepal berjalan lambat, meskipun permintaan dalam
negeri Bangladesh dan Pakistan cukup kuat
Perekonomian di kawasan Asia Tengah diperkirakan
kembali melemah seiring dengan penurunan harga
komoditas, dan perlambatan ekonomi Federasi Rusia.
Pada tahun 2015, pertumbuhan negara-negara
eksportir energi seperti Azerbaijan, Kazakhstan,
Turkmenistan, serta Uzbekistan melambat akibat
penurunan harga minyak mentah dan gas. Di sisi lain,
pertumbuhan ekonomi negara-negara importir
energi seperti Armenia, Georgia, Kirgiztan, serta
Tajikistan juga melambat karena pelemahan
konsumsi domestik akibat remittances yang lebih
rendah. Pada tahun 2016, pelemahan ekonomi pada
sebagian besar negara-negara eksportir akibat
perlambatan ekonomi Federasi Rusia dan Tiongkok
akan menahan laju pertumbuhan ekonomi di
Kawasan Asia Tengah.
Pertumbuhan Kawasan ASEAN pada tahun 2015
mengalami perlambatan, dimana pertumbuhan
enam dari sepuluh negara ASEAN dikoreksi turun
yaitu Indonesia, Kamboja, Laos, Filipina, Singapura,
Thailand. Hal ini disebabkan oleh permintaan yang
melemah di sebagian besar negara maju termasuk
Tiongkok. Selain itu, pelemahan permintaan global,
penurunan harga minyak global, dan komoditas
berpengaruh besar bagi kinerja ekspor Brunei
Darusalam dan Malaysia. Pada tahun 2016,
perekonomian ASEAN diperkirakan membaik
melalui peningkatan ekspor dan investasi
pemerintah, seiring dengan perbaikan kondisi
ekonomi global.

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

28

Proyeksi pertumbuhan
ekonomi Singapura
dikoreksi turun disebabkan
oleh revisi turun
pertumbuhan ekspor pada
negara tujuan ekspor,
serta kontraksi
pertumbuhan pada sektor
manufaktur

Dalam publikasi Asian Development Outlook 2015,


proyeksi pertumbuhan ekonomi Singapura dikoreksi
turun disebabkan oleh revisi turun pertumbuhan
ekspor pada sebagian besar negara tujuan ekspor,
serta kontraksi pertumbuhan pada sektor
manufaktur yang menyebabkan penurunan output
rekayasa transportasi, dan industri biomedis.
Pertumbuhan yang moderat juga ditunjukkan oleh
perkiraan tumbuhnya sektor jasa khususnya
perdagangan besar, retail, bisnis jasa, dan
konstruksi. Pada sisi penerimaan, kenaikan
konsumsi swasta akan mendorong pengeluaran
konsumsi, meskipun permintaan dalam negeri
masih melemah akibat penurunan inventori.

PERKEMBANGAN HARGA MINYAK DUNIA


Pada triwulan IV tahun
2015, pergerakan harga
minyak mentah dunia
mengalami penurunan
akibat kondisi oversupply

Pada triwulan IV tahun 2015, pergerakan harga


minyak mentah dunia mengalami penurunan akibat
kondisi oversupply. Tren harga minyak mentah
cenderung menurun pada triwulan IV tahun 2015
disebabkan oleh OPEC memutuskan kebijakan untuk
tidak melakukan pembatasan produksi, untuk
mempertahankan pangsa pasar. Berdasarkan
publikasi OPEC pada Desember 2015, tingkat
permintaan minyak dunia pada triwulan IV tahun
2015 direvisi turun 0,02 juta barel perhari
dibandingkan publikasi bulan November 2015,
menjadi 93,94 juta barel per hari. Berdasarkan
laporan EIA (Energy Information Administration),
terdapat peningkatan stok distillate sebesar 8,7 juta
barel dan stok gasoline sebesar 4,5 juta barel di
Amerika Serikat pada akhir bulan Desember 2015,
dibandingkan stok pada akhir bulan November
2015, menjadi berturut-turut sebesar 153,1 juta
barel dan 221,4 juta barel. Kondisi ini dapat
mendorong harga minyak mentah sedikit menguat,
mengingat Amerika Serikat merupakan konsumen
minyak kedua terbesar di dunia.

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

29

Tabel 7. Perkembangan Harga Minyak Dunia (USD/barel)


Rata-rata
Rata-rata Bulanan
Triwulanan
Harga Minyak Mentah
Dunia
2015
2015
Q1
Q2
Q3
Juli
Agts
Sept
Crude Oil (Rata-rata)

51.6

60.5

48.8

54.3

45.7

46.3

Crude Oil; Brent

53.9

62.1

50.0

55.9

47.0

47.2

Crude Oil; Dubai

52.2

61.4

49.9

56.3

47.2

46.2

Crude Oil; WTI

48.6

57.8

46.4

50.9

42.9

45.5

42.8

43.1

Indonesian Crude Price


51.6 60.5 45.9 51.81
Oil
Sumber: Pink Sheet World Bank, Kementerian ESDM

Pergerakan harga minyak


ICP sejalan dengan harga
minyak mentah utama di
pasar internasional

Pergerakan harga minyak ICP sejalan dengan harga


minyak mentah utama di pasar internasional.
Penurunan harga minyak ICP disebabkan oleh
produksi minyak mentah OPEC mengalami
peningkatan produksi bulan November 2015 sebesar
0,23 juta barel per hari, dibandingkan bulan Oktober
2015 menjadi 31,7 juta barel per hari. Untuk kawasan
Asia Pasifik, penurunan harga minyak mentah
dipengaruhi oleh penurunan produktifitas kilang
Jepang di Yokkaichi sebesar 255.000 BOPD yang
disebabkan oleh kebakaran dan terdapat penurunan
utilisasi kilang negara Tiongkok sebesar 2,0 persen
menjadi 6,31 juta BOPD atau hanya sebesar 153,1
juta barel dan 221,4 juta barel.

Gambar 6. Perkembangan Harga Minyak Dunia (USD/barrel)

Sumber: Pink Sheet World Bank, Kementerian ESDM

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

30

PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA

Perekonomian Indonesia pada triwulan IV tahun 2015 tumbuh sebesar 5,0 persen (YoY), relatif
sama dibandingkan dengan triwulan IV tahun 2014 yang tumbuh sebesar 5,0 persen (YoY).
Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan IV tahun 2015 mengalami surplus sebesar
USD5,1 miliar, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan NPI pada triwulan III tahun 2015 yang
defisit sebesar USD4,6 miliar.

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

31

PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA


Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Pertumbuhan ekonomi
Indonesia sepanjang tahun
2015 adalah 4,8 persen
(YoY), dengan pertumbuhan
ekonomi sebesar sebesar
5,0 persen (YoY) pada
triwulan IV tahun 2015.

Ekonomi Indonesia sepanjang tahun 2015 tumbuh


sebesar 4,8 persen (YoY), dengan pertumbuhan ekonomi
sebesar sebesar 5,0 persen (YoY) pada triwulan IV tahun
2015. Rata-rata pertumbuhan tersebut di bawah target
pertumbuhan ekonomi dalam anggaran pendapatan
belanja Negara perubahan (APBN-P) 2015 yang besarnya
5,8 persen. Walaupun demikian, pertumbuhan ekonomi
pada triwulan IV tahun 2015 merupakan pertumbuhan
tertinggi selama tahun 2015. Sebelumnya, pada triwulan
I sampai dengan triwulan III tahun 2015, perekonomian
Indonesia hanya tumbuh masing-masing sebesar 4,7
persen (YoY). Salah satu faktor pendorong pertumbuhan
ekonomi pada triwulan IV tahun 2015 adalah mulai
efektifnya berbagai paket kebijakan ekonomi yang
dikeluarkan oleh pemerintah. Selain itu, perekonomian
juga diperkuat dengan perkembangan nilai tukar Rupiah
yang mulai stabil meskipun beberapa negara partner
mengalami perlambatan pertumbuhan.

Gambar 7. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I Tahun 2011- Triwulan IV Tahun 2015 (Persen)

Sumber: Badan Pusat Statistik

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

32

Jasa Keuangan dan Asuransi tumbuh 12,5 persen (YoY)


pada triwulan IV tahun 2015, lebih tinggi dibandingkan
pertumbuhan pada triwulan IV tahun 2014 yang sebesar
7,9 persen (YoY). Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
tumbuh sebesar 7,4 persen (YoY) dari yang sebelumnya
sebesar 6,0 persen (YoY) pada triwulan IV tahun 2014.
Penyediaan Akonomdasi tumbuh sebesar 5,8 persen
(YoY), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada
triwulan IV tahun 2014 yang sebesar 4,6 persen (YoY).
Sementara itu, pertumbuhan Transportasi dan
Pergudangan; Konstruksi; serta Industri Pengolahan
masing-masing tumbuh sebesar 7,7 persen (YoY), 8,2
persen (YoY), serta 4,4 persen (YoY) pada triwulan IV
tahun 2015.

Jasa Keuangan dan


Asuransi; Jasa Kesehatan
dan Kegiatan Sosial;
Penyediaan Akomodasi;
Transportasi dan
Pergudangan; Konstruksi;
serta Industri Pengolahan
masing-masing tumbuh
lebih tinggi dari triwulan IV
tahun 2015.

Kinerja Pertambangan dan Penggalian pada triwulan IV


tahun 2015 tumbuh negatif sebesar 7,9 persen (YoY),
lebih rendah dibandingkan dengan triwulan IV tahun
2014 yang tumbuh sebesar -1,5 persen (YoY). Penurunan
pertumbuhan ini terjadi karena pertumbuhan negatif
pada Pertambangan Batubara dan Lignit sebesar 30,3
persen (YoY). Selain itu, Pertambangan Bijih Logam
hanya tumbuh sebesar 0,0 persen (YoY) pada triwulan IV
tahun 2015. Di sisi lain, Pertambangan Minyak, Gas dan
Panas dan Pertambangan dan Penggalian Lainnya
tumbuh positif masing-masing sebesar 4,5 persen (YoY)
dan 2,7 persen (YoY).

Kinerja Pertambangan dan


Penggalian pada triwulan IV
tahun 2015 tumbuh negatif
sebesar 7,9 persen (YoY).

Tabel 8.Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I Tahun 2013 Triwulan IV Tahun 2015 Menurut
Lapangan Usaha (YoY)
2013
2014
2015
URAIAN
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3

Q4

Pertanian, Kehutanan, dan


Perikanan

4,2

4,6

3,5

4,6

5,2

4,9

3,6

3,3

4,0

6,9

3,3

1,6

Pertambangan dan Penggalian

0,8

1,5

4,2

3,6

-1,0

1,1

1,2

1,5

-1,3

-5,2

-5,7

-7,9

Industri Pengolahan
Pengadaan Listrik, Gas dan
Produksi Es
Pengadaan Air, Pengelolaan
Sampah, Limbah dan Daur Ulang

4,6

5,2

3,5

4,2

4,5

4,8

5,0

4,2

4,0

4,1

4,5

4,4

9,8

4,7

2,4

4,4

3,3

6,5

6,0

6,5

1,7

0,8

0,6

1,8

3,2

2,9

3,3

3,8

4,9

5,8

5,9

6,9

5,4

7,8

8,7

6,8

Konstruksi
Perdagangan Besar dan Eceran;
Reparasi Mobil dan Sepeda

5,4

6,3

6,5

6,2

7,2

6,5

6,5

7,7

6,0

5,4

6,8

8,2

3,1

4,9

5,0

6,2

6,1

5,0

5,2

4,5

4,1

1,7

1,4

2,8

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

33

URAIAN

2013

2014

2015

Q1

Q2

Q3

Q4

Q1

Q2

Q3

Q4

Q1

Q2

Q3

Q4

6,9

8,0

6,3

6,7

7,0

7,6

7,7

7,2

5,8

5,9

7,3

7,7

Motor
Transportasi dan Pergudangan
Penyediaan Akomodasi dan
Makan Minum
Informasi dan Komunikasi

7,0

7,0

6,9

6,3

6,4

6,4

5,8

4,6

3,4

3,8

4,5

5,8

10,6

11,4

10,1

9,5

9,8

10,5

9,8

10,3

10,1

9,7

10,7

9,7

Jasa Keuangan dan Asuransi

12,6

10,3

8,8

3,8

3,6

5,5

1,9

7,9

8,6

2,6

10,4

12,5

Real Estate

8,9

7,7

5,4

4,3

4,7

4,9

5,1

5,3

5,3

5,0

4,8

4,3

Jasa Perusahaan
Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib

7,8

7,6

8,2

8,0

10,3

10,0

9,3

9,7

7,4

7,6

7,6

8,1

1,8

-1,8

6,6

3,8

2,7

-2,5

2,4

6,8

4,7

6,3

1,3

6,7

Jasa Pendidikan
Jasa Kesehatan dan Kegiatan
Sosial
Jasa lainnya

11,1

2,8

7,7

8,3

4,6

4,5

6,3

6,6

5,0

11,7

8,1

5,3

7,0

5,4

8,4

10,7

7,6

8,7

9,6

6,0

7,1

7,5

6,3

7,4

5,6

5,6

6,2

8,2

8,4

9,5

9,5

8,4

8,0

8,1

8,1

8,2

PRODUK DOMESTIK BRUTO

5,5

5,6

5,5

5,6

5,1

5,0

5,0

5,0

4,7

4,7

4,7

5,0

Sumber: Badan Pusat Statistik

Kinerja Penyediaan Listrik


dan Gas tumbuh sebesar 1,8
persen (YoY) melambat.

Perdagangan Besar dan


Eceran; Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor tumbuh
sebesar 2,8 persen (YoY).

Perlambatan pertumbuhan
terjadi pada Pertanian,
Kehutanan, dan Perikanan;
Jasa Perusahaan dan Jasa
Pendidikan, yaitu menjadi
sebesar 1,6 persen (YoY);
8,1 persen (YoY); dan 6,6
persen (YoY).

Kinerja Penyediaan Listrik dan Gas tumbuh sebesar 1,8


persen (YoY) melambat dibandingkan triwulan IV tahun
2014 yang dapat tumbuh sebesar 6,5 persen (YoY).
Perlambatan ini terjadi karena pertumbuhan negatif
pada Pengadaan Gas dan Produksi Es sebesar 4,2 persen
(YoY).
Sementara itu, Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi
Mobil dan Sepeda Motor juga melambat dengan hanya
tumbuh sebesar 2,8 persen (YoY), lebih lambat
dibandingkan dengan triwulan IV tahun 2014 yang
tumbuh sebesar 4,5 persen (YoY). Perlambatan ini
dipengaruhi oleh Perdagangan Besar dan Eceran, Bukan
Mobil dan Sepeda Motor serta Perdagangan Mobil,
Sepeda Motor dan Reparasinya yang tumbuh melambat
menjadi sebesar 2,9 persen (YoY) dan 2,4 persen (YoY)
pada triwulan IV tahun 2015.
Perlambatan pertumbuhan juga terjadi pada Pertanian,
Kehutanan, dan Perikanan dengan pertumbuhan sebesar
1,6 persen (YoY), lebih rendah dibandingkan dengan
pertumbuhan triwulan IV tahun 2014 yang besarnya 3,3
persen (YoY). Jasa Perusahaan juga tumbuh melambat,

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

34

yaitu sebesar 8,1 persen (YoY) pada triwulan IV tahun


2015, lebih rendah dibandingkan dengan triwulan IV
tahun 2014 yang tumbuh sebesar 9,7 persen (YoY). Jasa
Pendidikan juga tumbuh melambat, menjadi sebesar 5,3
persen (YoY), lebih rendah dibandingkan triwulan IV
tahun 2015 yang tumbuh sebesar 6,6 persen (YoY).
Real Estate serta Informasi
dan Komunikasi tumbuh
melambat, masing-masing
sebesar 4,3 persen (YoY)
dan 9,7 persen (YoY).

Perlambatan pertumbuhan
juga terjadi pada Jasa
Lainnya; Administrasi
Pemerintahan, Pertahanan
dan Jaminan Sosial Wajib;
Pengadaan Air, Pengelolaan
Sampah, Limbah dan Daur
Ulang serta yang masingmasing sebesar 8,2 persen
(YoY), 6,7 persen (YoY) dan
6,8 persen (YoY).

Dari sisi pengeluaran,


pertumbuhan ekonomi
Indonesia pada triwulan IV
tahun 2015 ditopang oleh
Pengeluaran Konsumsi
LNPRT, Pengeluaran
Pemerintah dan PMTB.

Kinerja Real Estate juga melambat, yaitu tumbuh sebesar


4,3 persen (YoY) pada triwulan IV tahun 2015, lebih
rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada
triwulan IV tahun 2014 yang besarnya 5,3 persen (YoY).
Informasi dan Komunikasi tumbuh sebesar 9,7 persen
(YoY), lebih rendah dibandingkan triwulan IV tahun 2014
yang tumbuh sebesar 10,3 persen (YoY).
Jasa lainnya tumbuh melambat yaitu sebesar 8,2 persen
(YoY), lebih rendah dari pertumbuhan pada triwulan IV
tahun 2014 yang besarnya 8,4 persen (YoY). Administrasi
Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
tumbuh sebesar 6,7 persen (YoY), juga melambat
dibandingkan dengan triwulan IV tahun 2014 yang
besarnya 6,8 persen (YoY). Sementara itu, Pengadaan Air,
Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang tumbuh
sebesar 6,8 persen (YoY), lebih rendah dibandingkan
triwulan IV tahun 2014 yang tumbuh sebesar 6,9 persen
(YoY).
Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi Indonesia
pada triwulan IV tahun 2015 didorong oleh Pengeluaran
Konsumsi LNPRT, Pengeluaran Konsumsi Pemerintah,
dan Pengeluaran Pembentukan Modal Tetap Domestik
Bruto yang masing-masing tumbuh sebesar 8,3 persen
(YoY), 7,3 persen (YoY) dan 6,9 persen (YoY) pada
triwulan IV tahun 2015. Pengeluaran Konsumsi
Pemerintah yang paling tinggi adalah Konsumsi Individu
yang tumbuh sebesar 10,1 persen (YoY), meningkat
cukup berarti dibandingkan dibanding triwulan IV tahun
2014 yang tumbuh sebesar 2,0 persen (YoY). Sementara
itu, komponen Pengeluaran Pembentukan Modal Tetap
Domestik Bruto terbesar adalah Bangunan yang tumbuh
sebesar 8,2 persen (YoY)

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

35

Tabel 9. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I Tahun 2013 Triwulan IV Tahun 2015 (Persen)
Menurut Jenis Pengeluaran (YoY)
2013
2014
2015
URAIAN
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Pengeluaran Konsumsi
5,7 5,4 5,3
5,3
5,3
5,1
5,1
5,1
5,0
5,0
5,0
Rumahtangga
Pengeluaran Konsumsi LNPRT
6,5 6,4 6,7 12,8 23,2 22,4 5,8 -0,5 -8,1 -8,0
6,6
Pengeluaran Konsumsi
Pemerintah
Pembentukan Modal Tetap
Domestik Bruto

Q4
4,9
8,3

3,0

3,1

12,0

7,7

6,1

-1,8

1,2

0,9

2,9

2,6

7,1

7,3

7,5

5,3

5,6

2,0

5,2

4,1

4,5

4,6

4,6

3,9

4,8

6,9

Ekspor Barang dan Jasa

3,5

2,1

1,3

9,4

3,2

1,4

4,8

-4,6

-0,6

0,0

-0,6

-6,4

Dikurangi Impor Barang dan Jasa

2,9

0,9

4,9

-0,9

5,0

0,4

0,3

3,2

-2,2

-7,0

-5,9

-8,1

PRODUK DOMESTIK BRUTO

5,5

5,6

5,5

5,6

5,1

5,0

5,0

5,0

4,7

4,7

4,7

5,0

Sumber : Badan Pusat Statistik

Pada triwulan IV tahun


2015,
Pengeluaran
Pengeluaran
Konsumsi
Konsumsi LNPRT
tumbuh
Pemerintah
tumbuh
sebesar
sebesar
8,3
persen
(YoY).
7,3 persen (YoY).

Pada triwulan IV tahun 2015, Pengeluaran Konsumsi


LNPRT (Lembaga Non Profit yang Melayani Rumah
Tangga) tumbuh sebesar 8,3 persen (YoY), lebih tinggi
dibandingkan dengan pertumbuhan konsumsi LNPRT
pada triwulan IV tahun 2014 yang sebesar -0,5 persen
(YoY). Pertumbuhan Pengeluaran Konsumsi LNPRT
didorong oleh berbagai kegiatan persiapan, pelaksanaan
dan pasca-PILKADA yang berlangsung pada bulan
Desember 2015.
Sementara itu, Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
tumbuh sebesar 7,3 persen (YoY), meningkat cukup
signifikan dibandingkan pada triwulan IV tahun 2014
yang tumbuh sebesar 0,9 persen (YoY). Peningkatan
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah pada triwulan IV
tahun 2015 didorong oleh peningkatan konsumsi
individu yang besarnya 10,1 persen (YoY) dan
peningkatan konsumsi kolektif sebesar 5,6 persen (YoY).
Komponen konsumsi individu pada triwulan IV tahun
2015 tumbuh lebih besar dibandingkan triwulan IV tahun
2014, yang masing-masing adalah sebesar 2,0 persen
(YoY). Sementara itu, pada triwulan IV tahun 2015
konsumsi kolektif tumbuh lebih besar dibandingkan
triwulan IV tahun 2014 yang sebesar 0,2 persen (YoY).
Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) pada triwulan
IV tahun 2015 tumbuh sebesar 6,9 persen (YoY),
meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan PMTB

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

36

Pembentukan Modal Tetap


Bruto (PMTB) pada triwulan
IV tahun 2015 tumbuh
sebesar 6,9 persen (YoY),
meningkat dibandingkan
dengan pertumbuhan PMTB
pada triwulan IV tahun
2014.

Pada triwulan IV tahun


2015, ekspor barang dan
jasa masih menekan
pertumbuhan ekonomi
Indonesia dimana ekspor
terkontraksi sebesar 6,4
persen (YoY).

Impor barang dan jasa


pada triwulan III tahun 2015
terkontraksi menjadi
sebesar 8,1 persen (YoY).

pada triwulan IV tahun 2014 yang besarnya mencapai 4,6


persen (YoY). Peningkatan PMTB terutama dipengaruhi
oleh pertumbuhan Bangunan sebesar 8,2 persen (YoY),
pertumbuhan Peralatan lainnya sebesar 7,8 persen (YoY)
dan pertumbuhan Kendaraan sebesar 7,3 persen (YoY).
Produk kekayaan intelektual serta Mesin dan
Perlengkapan masing-masing tumbuh sebesar 6,4 persen
(YoY) dan 3,8 persen (YoY) pada triwulan IV tahun 2015.
Sementara itu, Cultivated Biological Resources (CBR)
terkontraksi menjadi sebesar -3,6 persen (YoY) pada
triwulan IV tahun 2015.
Ekspor barang dan jasa masih menekan pertumbuhan
ekonomi Indonesia dimana ekspor barang dan jasa masih
terkontraksi sebesar -6,4 persen (YoY), menurun
dibandingkan triwulan IV tahun 2014 yang terkontraksi
sebesar -4,6 persen (YoY). Ekspor barang nonmigas
tumbuh negatif sebesar -10,0 persen (YoY). Sementara
itu, ekspor barang migas mengalami peningkatan, yaitu
tumbuh sebesar 11,6 persen pada triwulan IV tahun
2015. Di sisi lain, pertumbuhan ekspor jasa relatif tetap
dibandingkan triwulan IV tahun 2015, yaitu sebesar 0,1
persen (YoY). Pertumbuhan negatif ekspor barang dan
jasa tersebut diantaranya dipengaruhi oleh perlambatan
ekonomi negara mitra dagang, seperti Amerika Serikat
yang melemah dari 2,0 persen menjadi 0,7 persen dan
Tiongkok yang melambat dari 6,9 persen menjadi 6,8
persen.
Di sisi lain, impor barang dan jasa terkontraksi sebesar 8,1 persen (YoY) atau menurun signifikan dibandingkan
triwulan IV tahun 2014 yang tumbuh sebesar 3,2 persen
(YoY). Penurunan pertumbuhan impor terjadi akibat
impor barang nonmigas dan jasa yang masing-masing
terkontraksi sebesar -8,1 persen (YoY) dan -7,7 persen
(YoY).

Indeks Tendensi Konsumen


Indeks Tendensi Konsumen (ITK) pada triwulan IV tahun
2015 menurun menjadi 102,8 yang menunjukkan kondisi
ekonomi konsumen menurun dibandingkan triwulan

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

37

Indeks tendensi konsumen


(ITK) pada triwulan IV tahun
2015 menurun.

sebelumnya. Penurunan kondisi ekonomi konsumen


disebabkan oleh penurunan pada semua komponen
indeks. Komponen pendapatan rumah tangga menurun
dengan nilai sebesar 103,1. Selain itu, komponen
pengaruh inflasi terhadap konsumsi makanan sehari-hari
serta tingkat konsumsi beberapa komoditi makanan juga
menurun dengan nilai sebesar 101,9. Tingkat optimisme
konsumen ini lebih rendah dibandingkan dengan triwulan
III tahun 2015 yang mencapai 102,8.

Tabel 10. Indeks Tendensi Konsumen Triwulan I Tahun 2014 Triwulan IV Tahun 2015 Menurut Sektor
dan Variabel Pembentuknya
2014
2015
Variabel Pembentuk
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Pendapatan rumah tangga
Pengaruh inflasi terhadap konsumsi
makanan sehari-hari
Tingkat konsumsi beberapa komoditi
makanan (daging, ikan, susu, buah-buahan,
dll) dan bukan makanan (pakaian,
perumahan, pendidikan, transportasi,
kesehatan, dan rekreasi)
Indeks Tendensi Konsumen
Sumber: Badan Pusat Statistik

Pertumbuhan ITK pada


triwulan IV tahun 2015
menurun, namun
diperkirakan meningkat
pada triwulan I tahun 2016.

108,8

110,7

113,5

106,1

96,63

104,4

108,4

103,1

110,4

112,6

109,9

106,3

109,0

105,6

108,1

101,9

112,5

108,5

113,2

113,0

100,7

105,6

111,6

103,0

110,0

110,8

112,4

107,6

100,9

105,2

109,0

102,8

Pada triwulan IV tahun 2015 pertumbuhan ITK menurun


4,5 persen (YoY), seiring persepsi konsumen yang
menganggap triwulan IV tahun 2015 kurang baik
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Tingkat
persepsi konsumen pada triwulan I tahun 2016
diperkirakan akan lebih tinggi dibandingkan dengan
triwulan IV tahun 2015 dengan ITK yang diperkirakan
besarnya 105,4. Perkiraan membaiknya kondisi ekonomi
konsumen pada triwulan I tahun 2016 didorong oleh
peningkatan semua komponen indeks. Komponen
pendapatan rumah tangga sebesar diperkirakan besarnya
108,1. Sementara itu, komponen rencana pembelian
barang tahan lama, rekreasi, dan pesta/hajatan
diperkirakan besarnya 100,5.

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

38

Gambar 8. Perkembangan Indeks Tendensi Konsumen Triwulan I Tahun 2013 Triwulan IV Tahun 2015

Sumber: Badan Pusat Statistik

Indeks Keyakinan Konsumen


Indeks Keyakinan Konsumen
(IKK) Indonesia, pada bulan
Oktober mulai meningkat
tipis dan terus meningkat
hingga bulan Januari 2016.

Setelah menurun signifikan pada bulan September 2015


yaitu sebesar 97,5, indeks Keyakinan Konsumen (IKK)
Indonesia pada bulan Oktober mulai meningkat tipis
menjadi sebesar 99,3. Peningkatan nilai IKK terus
berlangsung hingga bulan Januari 2016, yaitu mencapai
sebesar 112,6. Peningkatan yang berlangsung dari awal
triwulan III tahun 2015 hingga triwulan IV tahun 2015
tersebut, terutama didorong oleh meningkatnya Indeks
Kondisi Ekonomi (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen
(IEK) yang masing-masing sebesar 11,2 dan 18,2.

Tabel 11. Indeks Keyakinan Konsumen Indonesia Mei 2015 Januari 2016
KETERANGAN

2015

2016

Mei

Jun

Jul

Aug

Sept

Okt

Nov

Des

Jan

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)

112,8

111,3

109,9

112,6

97,5

99,3

103,7

107,5

112,6

Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini


(IKE)

102,6

100,3

98,8

101,2

87,8

87,5

92,6

94,0

99,9

Penghasilan saat ini

120,9

120,5

114,6

121,6

108,1

106,7

109,3

112,3

117,7

Ketersediaan lapangan kerja


Ketepatan waktu pembelian barang
tahan lama

89,5

86,1

84,9

85,0

68,6

66,8

76,8

78,5

88,0

98,5

94,3

97,0

97,1

86,7

88,9

91,7

91,2

93,8

Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)

122,9

122,4

120,9

124,0

107,2

111,2

114,8

121,0

125,4

Ekspektasi Penghasilan

139,5

138,7

137,7

143,4

128,8

131,0

133,1

139,6

143,0

Ekspektasi Ketersediaan Lapangan

107,5

105,9

104,7

107,3

85,7

92,4

96,8

103,5

105,0

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

39

KETERANGAN

2015

2016

Mei

Jun

Jul

Aug

Sept

Okt

Nov

Des

Jan

121,9

122,5

120,4

121,3

106,9

110,2

114,4

120,0

121,1

Kerja
Ekspektasi Kegiatan Usaha
Sumber: Bank Indonesia

IKE kembali menguat pada


bulan November 2015
menjadi sebesar 92,6 dan
terus menguat hingga bulan
Januari 2016 menjadi
sebesar 99,9.

Sejalan dengan IKK, IEK juga


mengalami fluktuasi pada
bulan Mei hingga bulan
September 2015, kemudian
terus meningkat sejak bulan
Oktober 2015 hingga bulan
Januari 2016.

Setelah mengalami fluktuasi pada bulan Mei hingga


bulan September 2015, IKE kembali melemah tipis pada
bulan Oktober 2015 yaitu menjadi sebesar 87,5. Nilai IKE
kembali menguat pada bulan November 2015 menjadi
sebesar 92,6 dan terus menguat hingga bulan Januari
2016 menjadi sebesar 99,9. Pada bulan Januari 2016,
terjadi penguatan IKE dibandingkan dengan tiga bulan
sebelumnya yang disebabkan oleh persepsi responden
terhadap penghasilan yang meningkat dari 106,7 pada
bulan Oktober 2015 menjadi sebesar 117,7 pada bulan
Januari 2016. Selain itu, penguatan IKE juga disebabkan
oleh persepsi responden terhadap ketersediaan
lapangan kerja yang juga meningkat dari 66,8 pada bulan
Oktober 2015 menjadi sebesar 88,0 pada bulan Januari
2016. Indeks persepsi responden terhadap ketepatan
waktu pembelian barang tahan lama pada bulan Januari
2016 juga mengalami peningkatan dibandingkan bulan
Oktober 2015, yaitu menjadi sebesar 93,8.
Sejalan dengan IKK, IEK juga mengalami fluktuasi pada
bulan Mei hingga bulan September 2015, kemudian
terus meningkat sejak bulan Oktober 2015 hingga bulan
Januari 2016. Nilai IEK pada bulan Januari 2016 sebesar
125,4, meningkat dibandingkan dengan IEK pada bulan
Oktober 2015 yang besarnya 111,2. Pada bulan Januari
2016, indeks ekspektasi kegiatan usaha yang meningkat
dari 110,2 pada bulan Oktober 2015 menjadi 121,1. Di
sisi lain, indeks ekspektasi ketersediaan lapangan kerja
dan indeks ekspektasi penghasilan juga mengalami
peningkatan masing-masing sebesar 12,6 dan 12,0 sejak
bulan Oktober 2015 hingga bulan Januari 2016.

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

40

Gambar 9. Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen Indonesia Januari 2015 Januari 2016

Sumber: Bank Indonesia

Trend peningkatan IKK


terjadi pada bulan
Spetember 2015 hingga
bulan Januari 2016.

Trend peningkatan IKK terjadi pada bulan September


2015 hingga bulan Januari 2016 setelah beberapa bulan
sebelumnya mengalami fluktuasi yang cukup besar. Pada
bulan September 2015, pertumbuhan IKK sempat
mengalami pelemahan signifikan sebesar 18,6 persen
(YoY). Pada bulan Oktober 2015, IKK menguat tipis, yaitu
dengan mengalami pelemahan sebesar 17,7 persen
(YoY). Penguatan IKK terus berlanjut hingga bulan
Januari 2016, yaitu dengan pelemahan IKK yang
besarnya 6,3 persen.

Neraca Pembayaran Indonesia


Neraca Pembayaran
Indonesia (NPI) pada
triwulan IV tahun 2015
mengalami surplus sebesar
USD5,1 miliar.

Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan IV


tahun 2015 mengalami surplus sebesar USD5,1 miliar,
meningkat tajam dibandingkan dengan NPI pada
triwulan III tahun 2015 yang defisit sebesar USD4,6
miliar. Surplus tersebut didorong oleh meningkatnya
surplus neraca transaksi modal dan finansial secara
signifikan menjadi sebesar USD9,5 miliar pada triwulan
IV tahun 2015, lebih tinggi dibandingkan triwulan
sebelumnya yang sebesar sebesar USD0,3 miliar.
Sementara itu, defisit neraca transaksi berjalan
meningkat menjadi sebesar USD5,1miliar ( 2,4 persen
PDB), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan III tahun
2015 yang besarnya USD4,2 miliar (1,9 persen PDB).

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

41

Meningkatnya defisit neraca transaksi berjalan tersebut


disebabkan oleh penurunan neraca perdagangan
nonmigas akibat ekspor nonmigas yang tumbuh negatif
sebesar 4,2 persen (QtQ) karena masih lemahnya
permintaan global dan terus menurunnya harga
komoditas.
Gambar 10. Neraca Pembayaran Indonesia Triwulan I Tahun 2014 Triwulan IV Tahun 2015 (Miliar USD)

Sumber: Bank Indonesia

Impor nonmigas tumbuh


sebesar 7,5 persen (QtQ)
seiring dengan
meningkatnya
permintaan domestik

Cadangan devisa
Indonesia pada triwulan
IV tahun 2015 sebesar
USD105,9 miliar

Di sisi lain, impor nonmigas tumbuh sebesar 7,5 persen


(QtQ) seiring dengan meningkatnya permintaan domestik.
Sementara itu, perbaikan kinerja neraca perdagangan
migas, neraca jasa, serta neraca pendapatan primer dan
sekunder tidak bisa mengimbangi penurunan surplus neraca
perdagangan nonmigas. Walaupun demikian, defisit
transaksi berjalan pada triwulan IV tahun 2015 relatif lebih
baik dibandingkan pada triwulan IV tahun 2014 yang
besarnya USD6,0 miliar (2,7 persen PDB).
Seiring dengan surplus NPI, cadangan devisa Indonesia pada
triwulan IV tahun 2015 mencapai sebesar USD105,9 miliar
atau setara dengan 7,4 bulan impor; atau meningkat
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang besarnya
USD 101,7 miliar atau setara dengan 6,8 bulan impor.

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

42

Gambar 11. Neraca Perdagangan Non-migas dan Migas Indonesia Triwulan I Tahun 2014 Triwulan III
Tahun 2015 (Miliar USD)

Sumber: Bank Indonesia

Di sisi lain, neraca transaksi modal dan finansial meningkat


secara signifikan pada triwulan IV tahun 2015 menjadi
sebesar USD9,5 miliar. Surplus tersebut jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan triwulan III tahun 2015 yang besarnya
USD0,3 miliar. Surplus tersebut bersumber dari surplusnya
investasi portofolio seiring masuknya dana asing pada
obligasi pemerintah serta surplus investasi lainnya seiring
bertambahnya penarikan pinjaman luar negeri. Selain itu,
menurunnya ketidakpastian perekonomian global dan
meningkatnya keyakinan terhadap prospek perekonomian
Indonesia juga menjadi pendorong meningkatnya kinerja
neraca transaksi modal dan finansial.

Surplus neraca transaksi


modal dan finansial pada
triwulan IV tahun 2015
meningkat signifikan,
yaitu mencapai USD9,5
miliar.

Gambar 12. Neraca Transaksi Finansial Indonesia Triwulan I Tahun 2014 Triwulan IV Tahun 2015 (Miliar
USD)

10
8
6
4
2
0
-2
-4
-6
-8

Q1

Q2

Q3

Q4

2013

Investasi langsung

Q1

Q2

Q3

Q4

Q1

Q2

2014

Investasi Portofolio

Q3

Q4

2015

Investasi lainnya

Sumber : Bank Indonesia

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

43

Pada triwulan IV tahun 2015


investasi langsung surplus
sebesar USD2,3 miliar, lebih
tinggi dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya yang
besarnya USD1,8 miliar.

Pada triwulan IV tahun


2015, investasi portofolio
surplus sebesar USD4,4
miliar, meningkat signifikan
dari triwulan III tahun 2015
yang defisit sebesar USD1,5
miliar.

Pada triwulan IV tahun 2015


investasi lainnya surplus
sebesar USD2,7 miliar,
meningkat signifikan
dibandingkan dengan
surplus triwulan
sebelumnya yang sebesar
USD0,5 miliar.

Pada triwulan IV tahun 2015, aliran investasi langsung


surplus sebesar USD2,3 miliar, lebih tinggi dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya yang besarnya USD1,8
miliar. Meningkatnya surplus tersebut terutama
dipengaruhi oleh meningkatnya neto aliran masuk
investasi langsung sisi kewajiban yang sebesar USD3,6
miliar dari yang sebelumnya USD3,1 miliar. Selain itu juga
didukung oleh menurunnya arus keluar investasi
langsung sisi asset dari yang sebelumnya USD1,3 miliar
menjadi USD1,2 miliar.
Pada triwulan IV tahun 2015, investasi portofolio surplus
sebesar USD4,4 miliar, meningkat signifikan dari triwulan
III tahun 2015 yang defisit sebesar USD1,5 miliar.
Perkembangan tersebut didorong oleh aksi investor
asing yang melakukan neto beli atas surat utang
pemerintah berdenominasi Rupiah. Selain itu, terjadi
penurunan neto jual asing terhadap surat berharga
sektor swasta domestik, baik berupa saham maupun
obligasi. Dari sisi aset, meningatnya kinerja investasi
portofolio juga didukung oleh pelepasan kepemilikan
atas surat berharga asing oleh masyarakat.
Pada triwulan IV tahun 2015 investasi lainnya surplus
sebesar USD2,7 miliar, meningkat signifikan dibandingkan
dengan surplus triwulan sebelumnya yang besarnya
USD0,5 miliar. Meningkatnya kinerja tersebut didukung
oleh terjadinya surplus aset investasi lainnya yang
besarnya melebihi penurunan surplus kewajiban investasi
lainnya. Surplus sisi aset investasi lainnya bersumber dari
penarikan simpanan sektor swasta domestik pada bank di
luar negeri serta pembayaran atas piutang dagang dan
pinjaman yang diberikan. Sementara itu, turunnya
surplus sisi kewajiban investasi lainnya disebabkan oleh
penurunan surplus investasi lainnya pada sektor publik
yang lebih tinggi dibandingkan dengan peningkatan
surplus investasi lainnya pada sektor swasta.

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

44

Tabel 12. Neraca Pembayaran Indonesia Triwulan I Tahun 2012 Triwulan IV Tahun 2015 (Miliar USD)
2013
2014
2015
Q1

Q2

Q3

Q4

Q1

Q2

Q3

Q4

Q1

Q2

Q3

Q4

-6,0

-10,1

-8,6

-4,3

-4,9

-9,6

-7,0

-6,0

-4,2

-4,3

-4,2

-5,1

1,6

-0,6

0,1

4,7

3,4

-0,4

1,6

2,4

3,1

4,1

4,1

2,0

- Ekspor

44,9

45,2

43,8

48,1

43,9

44,5

43,6

43,2

37,8

39,7

36,1

34,7

- Impor

-43,3

-0,5

-43,7

-43,4

-40,6

-4,5

-42,0

-40,8

-34,8

-35,6

-31,9

32,8

0,1

-0,8

-0,5

4,2

2,8

-0,7

1,2

2,2

2,7

3,8

4,0

2,0

- Ekspor, fob.

44,6

45,0

43,2

47,5

43,4

44,2

43,2

42,9

37,5

39,4

35,7

34,4

- Impor, fob.

-43,3

-45,8

-43,7

-43,4

-40,6

-44,9

-42,0

-40,8

-34,8

-35,6

-3,2

32,4

1. Non-migas

4,1

1,3

2,1

6,3

5,6

2,5

4,3

4,9

3,9

5,9

6,2

3,0

a. Ekspor

36,1

37,0

34,7

38,9

35,8

36,7

36,0

36,6

33,1

34,7

32,0

30,7

b. Impor

-32,0

-35,8

-32,6

-32,6

-30,2

-34,2

-31,6

-31,6

-29,1

-28,8

-25,9

27,7

2. Migas

-2,9

-2,1

-2,6

-2,1

-2,7

-3,2

-3,1

-2,8

-1,3

-2,1

-2,1

-1,0

I. Transaksi Berjalan
A. Barang

1. Barang Dagangan
Umum

a. Ekspor

8,5

7,9

8,5

8,7

7,6

7,5

7,3

6,4

4,4

4,6

3,7

3,7

b. Impor

-11,3

-10,0

-11,2

-10,8

-10,3

-10,7

-10,4

-9,2

-5,6

-6,8

-5,8

-4,7

2. Barang Lainnya

0,4

0,3

0,6

0,6

0,5

0,3

0,4

0,3

0,4

0,3

0,1

-0,1

- Ekspor, fob.

0,4

0,3

0,6

0,6

0,5

0,3

0,4

0,3

0,4

0,3

0,4

0,3

- Impor, fob.

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

-0,3

-0,4

B. Jasa jasa

-2,6

-3,6

-2,8

-3,1

-2,1

-2,8

-2,5

-2,6

-1,8

-2,7

-2,2

-1,8

II. Transaksi Modal

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

III. Transaksi
Finansial

0,0

8,7

4,5

8,6

6,4

14,5

14,5

9,6

5,1

2,2

0,3

9,5

1. Investasi langsung

3,3

3,3

5,4

0,2

2,0

4,4

5,8

2,7

1,7

3,5

1,8

2,3

2. Investasi
portofolio

0,4

3,8

1,5

1,8

8,7

8,0

7,4

1,9

8,5

5,6

-2,2

4,8

3. Investasi lainnya

-6,9

1,6

-2,1

6,7

-4,2

2,0

1,4

5,1

-5,2

-6,8

0,5

2,7

IV. Total (I + II + III)

-6,0

-1,4

-4,1

4,3

1,5

4,9

7,5

3,6

0,9

-2,1

-3,9

4,4

V. Selisih
Perhitungan Bersih

-0,6

-1,0

1,4

-0,1

0,6

-0,6

-1,0

-1,2

0,4

-0,9

-0,7

0,7

VI. Neraca
Keseluruhan (V + VI)

-6,6

-2,5

-2,6

4,4

2,1

4,3

6,5

2,4

1,3

-2,9

-4,6

5,1

104,8

98,1

95,7

99,4

102,6

107,7

111,2

111,9

111,6

108,0

101,7

105,
9

Dalam Bulan Impor

5,7

5,4

5,2

5,5

5,7

6,1

6,3

6,4

6,6

6,8

6,8

7,4

Transaksi Berjalan
(%PDB)

-2,6

-4,2

-3,7

-2,1

-2,3

-4,3

-3,0

-2,7

-2,0

-2,0

-1,9

-2,4

- Posisi Cadangan
Devisa

Sumber : Bank Indonesia

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

45

Box 1.
Dampak Penutupan Empat Perusahaan pada Sektor Industri di Indonesia
Pada awal tahun 2016, sektor industri di Indonesia bergejolak akibat beberapa
perusahaan menghentikan operasinya di Indonesia, yaitu dalam industri otomotif dan
industri elektronik. Dalam industri otomotif, PT Ford Motor Indonesia (FMI) resmi
menututup usahanya di Indonesia pada 25 Januari 2016. Seluruh operasi PT FMI akan
diberhentikan sebelum akhir tahun 2016 dan akan dikonsentrasikan pada sumber daya
yang ada di tempat lain. PT FMI berhenti beroperasi disebabkan oleh penjualan yang
relatif masih kecil dan justru mengalami penurunan dari tahun ke tahun.
Berdasarkan Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gakindo), dalam lima
tahun terakhir sejak tahun 2011 penjualan dan pangsa pasar PT FMI terus menurun.
Pada tahun 2011, penjualan PT FMI mencapai 15.620 unit atau 1,8 persen dari total
penjualan mobil tahun 2011. Pada tahun 2012, penjualan menurun 23,7 persen atau
menjadi 11.958 unit dengan pangsa pasar sebesar 1,1 persen. Pada 2013, penjualan
kembali menurun 17,4 persen yaitu menjadi 9.907 unit dengan pangsa pasar di bawah
1,0 persen. Penjualan PT FMI pada tahun 2014 meningkat 21,2 persen, atau menjadi
sebesar 12.008 unit dengan pangsa pasar mendekati 1,0 persen. Pada tahun 2015
penjualan PT FMI menurun signifikan sebesar 58,5 persen, yaitu menjadi 4.986 unit
dengan pangsa pasar sebesar 0,5 persen.
Dampak penutupan PT FMI secara langsung tidak terlalu signifikan karena hanya
memperkerjakan 32 pekerja. Namun demikian, penutupan tersebut berpengaruh pada
distributor PT FMI yang tersebar di 20 wilayah, atau terdapat potensi pengangguran dari
distributor-distributor PT FMI di ke-20 wilayah tersebut.
Sementara itu, menurut Ketua III Gakindo, Johnny Darmawan, berhentinya PT FMI di
Indonesia tidak mencerminkan potensi pasar otomotif Indonesia di waktu mendatang.
Rasio antara kepemilikan mobil dengan jumlah penduduk di Indonesia masih relatif
rendah. Selain itu, daya beli masyarakat relatif meningkat sehingga menyebabkan
permintaan mobil baru akan relatif tetap tinggi. Sementara itu, menurut Kepala BKPM,
Franky Sibarani, berhentinya operasi PT FMI di Indonesia tidak berpengaruh signifikan
terhadap investasi di Indonesia. Hal senada juga disampaikan oleh Menteri
Perindustrian, Saleh Husein, bahwa PT FMI tidak berinvestasi dengan membangun
pabrik di Indonesia tetapi mengimpor dari pabrik di Thailand, sehingga walaupun
berhenti beroperasi relatif tidak mempengaruhi investasi nasional.
Pada industri elektronik, restrukturisasi perusahaan yang dilakukan oleh Grup Panasonic
Gobel pada tiga pabrik yang berlokasi di Cikarang dan Cileungsi, Jawa Barat serta di
Pasuruan, Jawa Timur menimbulkan kekhawatiran beberapa kalangan.

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

46

PT Toshiba yang berlokasi di Cikarang akan ditutup pada bulan April 2016. Sementara itu,
PT Panasonic Lighting Indonesia (PLI) di Pasuruan, Jawa Timur telah ditutup pada awal
Januari 2016, sedangkan PT PLI yang berlokasi di Cikarang, Jawa Barat akan ditutup pada
bulan Februari 2016.
Kedua pabrik PT PLI di Cikarang dan Pasuruan tersebut kemudian digabung (merger) dan
dikonsentrasikan di Pasuruan, Jawa Timur dan Cileungsi, Jawa Barat. Penggabungan
tersebut bertujuan agar perusahaan dapat mengikuti perkembangan teknologi dan
memperkuat daya saing. PT PLI bermaksud mengganti proses produksi dan teknologi
lampu dengan yang lebih baik dan yang memiliki nilai tambah lebih tinggi. Hal tersebut
dilatarbelangi oleh berubahnya preferensi pasar dari lampu hemat energi compact
fluorencent lamp (CFL) dan beralih ke lampu light emitting diode (LED).
Penutupan ketiga pabrik Grup Panasonic Gobel, menurut Presiden Konfederasi Serikat
Pekerja Indonesia (KSPI), Said Iqbal, berpotensi menimbulkan pemutusan hubungan
kerja (PHK) pada sekitar 2500 pekerja. Jumlah tersebut terdiri dari sekitar 1.700 anggota
KSPI di PT PLI dan 970 anggota KSPI di PT Toshiba. Penutupan pabrik berpotensi
menyebabkan PHK terhadap 600-700 pekerja di PT PLI Pasuruan untuk periode
Desember 2015 sampai dengan Januari 2016, serta 900-1000 pekerja di PT PLI Cikarang
untuk periode Januari 2016 sampai dengan Maret 2016.
Selain PT PLI dan PT Toshiba, PT Samoin dan PT Starlink yang merupakan perusahaan
elektronik dari Korea Selatan juga telah selesai beroperasi di Indonesia pada bulan
Januari 2016. Akibat dari penutupan usaha tersebut adalah terjadinya PHK pada 1.200
pekerja pada PT Samoin dan 500 pekerja pada PT Starlink.
Sementara itu, menurut Ketua Badan Kordinasi Penanaman Modal (BKPM), Franky
Sibarani, penutupan tiga pabrik Grup Panasonic Gobel tidak bisa dijadikan sebagai
indikator melemahnya iklim industri elektronik di Indonesia. Dari puluhan pabrik PT PLI,
tidak semua pabrik menutup operasional usaha dan melakukan PHK. Selain itu, pada
Januari 2016 jumlah permohonan izin prinsip untuk perusahaan elektronik di Indonesia
meningkat 106 persen dibandingkan tahun 2016. Berdasarkan klarifikasi yang diterima
oleh BKPM, jumlah pekerja yang terkena PHK adalah sebanyak 425 pekerja pada PT PLI
dan 360 pekerja pada PT Toshiba.
Beberapa faktor yang dinilai sebagai penyebab melesunya industri elektronik di
Indonesia adalah kondisi pasar yang tidak kondusif akibat pengaruh dari melambatnya
pasar global. Perlambatan ekonomi tersebut menyebabkan turunnya daya beli
masyarakat. Selain itu, menurut ketua KSPI, pengendalian upah yang diatur dalam PP
Nomor 78 tahun 2015 menyebabkan penurunan daya beli masyarakat, terutama buruh
pabrik yang merupakan pasar utama dari industri elektronik.

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

47

PERKEMBANGAN UTANG INDONESIA

Sampai dengan akhir tahun 2015, realisasi pembiayaan utang seluruhnya mencapai Rp374,5
triliun.
Sementara itu, total utang pemerintah pusat mencapai Rp 3.098,6 triliun.
Penerbitan SBN mengalami peningkatan yang cukup siginifikan dari Rp 1.187,7 triliun pada akhir
tahun 2011 menjadi Rp 2.346,7 triliun pada tahun 2015.
Realisasi penarikan pinjaman luar negeri mencapai Rp81,9 triliun atau 168,5 persen dari target
yang ditetapkan di dalam APBN-P 2015.

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

48

PERKEMBANGAN UTANG INDONESIA


Pembiayaan Utang Pemerintah
Dalam tahun 2015, utang
pemerintah mencapai
Rp374,5 triliun

Dalam periode 5 tahun terakhir (2011-2015), realisasi


pembiayaan utang pemerintah meningkat rata-rata sebesar
38,2 persen. Pada tahun 2011 pembiayaan utang
pemerintah mencapai sebesar Rp102,7 triliun dan terus
meningkat menjadi Rp 374,5 triliun di tahun 2015. Di tahun
2015, realisasi pembiayaan bersumber dari SBN (neto)
sebesar Rp361,6 triliun, pinjaman luar negeri (neto) sebesar
Rp12,3 triliun, dan pinjaman dalam negeri (neto) sebesar Rp
0,6 triliun (Tabel 13).

Tabel 13. Perkembangan Pembiayaan Utang Pemerintah 2011-2015 (triliun rupiah)

Jenis Pembiayaan Utang


I
II

SBN (Neto)
Pinjaman Luar Negeri (Neto)
a. Penarikan (Bruto)
i. Pinjaman Program
ii. Pinjaman Proyek
b. Penerusan Pinjaman
c. Pembayaran Cicilan Pokok
III Pinjaman Dalam Negeri (Neto)
Jumlah
Sumber : Kementerian Keuangan

Real
2011

Real
2012

Real
2013

Real
2014

Real
2015

119,9
(17,8)
33,7
15,3
14,3
(4,2)
(47,3)
0,6

159,7
(23,5)
31,4
15,0
12,6
(3,8)
(51,1)
0,8

224,6
(5,8)
51,4
18,4
33,0
(3,9)
(57,2)
0,5

265,0
(13,4)
50,7
16,9
33,8
(1,2)
(64,2)
2,2

361.6
12.3
81.9
55.1
26.8
(3.6)
(66.0)
0.6

102,7

137,0

219,3

253,7

374,5

Rata-Rata
2011-2015
31,8
24,8
37,8
17,1
(3,9)
8,7
(0,8)
38,2

Pagu dan Realisasi Pembiayaan Utang


Dibandingkan SBN,
pinjaman (neto) memiliki
proporsi terbesar terhadap
APBN-P 2015

Pada tabel 14 dapat dilihat pagu dan realisasi pembiayaan


utang sampai dengan Triwulan III tahun 2015. Berdasarkan
komposisinya, pinjaman (neto) memiliki proporsi terbesar
yakni 241,9 persen. Dari besaran tersebut, pinjaman luar
negeri (neto) dan dalam negeri (neto), masing-masing
menyumbangkan proporsi 263 persen dan 37,4 persen.

Tabel 14. Pagu Dan Realisasi Pembiayaan Utang 2013-2015 (Triliun Rupiah)

INSTRUMEN
TOTAL (neto)
PINJAMAN (neto)
Pinjaman Luar Negeri (neto)
- Pinjaman Program
- Pinjaman Proyek
- Penerusan Pinjaman (SLA)
- Pembayaran Cicilan Pokok ULN

Real
2013
219.3
-5.3
-5,8
18,4
36,9
-3,9
-57,2

Real
2014
253,7
-11,3
-13,4
16,9
35,0
-1,2
-64,2

APBN-P
2015
276,7
-18,4
-20,1
7,5
41,1
-4,5
-64,2

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

Real
2015
373,1
12,9
12,3
55,1
26,8
-3,6
-66,0

Persentase
thd APBN-P
135,4%
241,9%
263,0%
734,5%
65,2%
78,9%
102,8%

49

Real
2013

INSTRUMEN
Pinjaman Dalam Negeri (neto)
- Pinjaman Dalam Negeri
- Pembayaran Cicilan Pokok
PDN
SURAT BERHARGA NEGARA (neto)
- SBN
- Jatuh tempo dan Buyback SBN
Sumber : Kementerian Keuangan

Real
2014

APBN-P
2015

Real
2015

Persentase
thd APBN-P

0,5
0,6

2,2
2,4

1,7
2,0

0,6
0,8

37,4%
38,9%

0,1
224,7
327,7
-103,1

0,2
265,0
428,1
-163,2

0,3
295,1
452,2
-157,1

-0,1
361,6
514,0
-152,4

-47,1%
122,5%
113,7%
97,0%

Posisi Utang Pemerintah


Dalam kurun waktu 20112015, total utang
pemerintah pusat
meningkat rata-rata
sebesar 14,4 persen

Posisi utang pemerintah dalam periode tahun 2011-2015


dapat dilihat pada Tabel 15. Total utang pemerintah pusat
mencapai Rp3.098 triliun atau meningkat rata-rata sebesar
14,4 persen. Total utang pemerintah tersebut terdiri atas
dua bagian, yakni utang dalam bentuk pinjaman dan dalam
bentuk SBN. Outstanding pinjaman pemerintah mencapai
sebesar Rp751,9 triliun atau naik rata-rata sebesar 4,9
persen. Sementara itu, outstanding SBN mencapai
Rp2.346,7 triliun atau meningkat rata-rata sebesar 18,6
persen.

Tabel 15. Posisi Utang Pemerintah 2011-2015


Outstanding (triliun rupiah)
2011
2012
2013
2014
Total Utang Pemerintah Pusat
1.809,0 1.977,7 2.375,5 2.608,8
a
Pinjaman
621,3
616,6
714,4
677,6
1, Pinjaman Luar Negeri
620,3
614,8
712,2
674,3
Bilateral*)
381,7
359,8
383,5
334,6
Multilateral**)
213,0
230,2
288,3
292,3
Komersil***)
25,2
24,4
40,0
47,2
Suppliers***)
0,5
0,4
0,4
0,2
Lain-Lain***)
2, Pinjaman Dalam Negeri
1,0
1,8
2,3
3,2
b

SBN
1.187,7
Denominasi Valas
195,6
Denominasi Rupiah
992,0
Catatan:
*Termasuk semi commercial
**Beberapa termasuk semi concessional
***Seluruhnya termasuk commercial
Sumber : Kementerian Keuangan

Porsi pinjaman dalam


struktur utang
pemerintah terus
mengalami penurunan

1.361,1
264,9
1.096,2

1.661,1
399,4
1.261,7

1.931,2
456,6
1.474,6

2015
3.098,6
751,9
748,1
337,8
360,0
50,1
0,2
3,9
2.346,7
610,6
1.736,1

Rata-Rata
2011-2015
14,4
4,9
4,8
-3,0
14,0
18,8
-23,6
39,8
18,6
32,9
15,0

Persentase pinjaman dan SBN terhadap total utang


pemerintah selama 2011- 2015 dapat dilihat pada Tabel 16.
Dalam kurun waktu tersebut, porsi pinjaman dalam struktur

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

50

utang pemerintah terus mengalami penurunan dari 34,3


persen di tahun 2011 menjadi 24,3 persen tahun 2015.
Tabel 16. Persentase Pinjaman dan SBN Terhadap Total Utang Pemerintah 2011- 2015
2011
2012
2013
2014
Total Utang Pemerintah Pusat (triliun rupiah)
1.809,0
1.975,4
2.375,5
2.608,8
a
Pinjaman (triliun rupiah)
621,3
614,3
714,4
677,6
b
SBN (triliun rupiah)
1.187,7
1.361,1
1.661,1
1.931,2
Denominasi Valas
195,6
264,9
399,4
456,6
Denominasi Rupiah
992,0
1.096,2
1.261,7
1.474,6
Prosentase Pinjaman Terhadap Total Utang
Prosentase SBN Valas Terhadap Total Utang
Prosentase SBN Domestik Terhadap Total Utang

34,3
10,8
54,8

31,1
13,4
55,5

30,1
16,8
53,1

26,0
17,5
56,5

2015
3.098,6
751.9
2,346.7
610.6
1,736.1
24,3
19,7
56,0

Sumber: Kementerian Keuangan

Hingga akhir 2015, utang


pemerintah dalam bentuk
SBN mencapai sekitar 75
persen dari total utang
pemerintah

Sebaliknya, porsi SBN dalam struktur utang pemerintah


terus mengalami peningkatan dalam kurun waktu 20112015. Utang pemerintah dalam bentuk SBN sekitar 75
persen dari total utang pemerintah. Porsi outstanding SBN
domestik terhadap total outstanding utang secara rata-rata
berada di atas 50 persen. Sementara itu, porsi outstanding
SBN valas terhadap total utang pemerintah juga mengalami
peningkatan dari 10,8 persen pada tahun 2011 menjadi 19,7
persen tahun 2015.

Surat Berharga Negara (SBN)


Penerbitan SBN mengalami
peningkatan yang cukup
siginifikan selama 2011-2015

Dalam kurun waktu 20112015, penerbitan SBN valas


meningkat rata-rata sebesar
35 persen

Tabel 17 dibawah menunjukkan posisi outstanding SBN


dalam kurun waktu 2011-2015. Penerbitan SBN mengalami
peningkatan yang cukup siginifikan dari Rp1.187,7 triliun
pada akhir tahun 2011 menjadi Rp2.346,7 triliun tahun
2015. Dalam kurun lima tahun terakhir, pasar keuangan
domestik menjadi prioritas penerbitan SBN. Hal ini dapat
dilihat dari peningkatan penerbitan SBN di pasar keuangan
domestik dari tahun ke tahun. Selama periode tersebut,
penerbitan SBN domestik meningkat rata rata sebesar 18,9
persen. Meningkatnya penerbitan SBN tersebut berdampak
pada meningkatnya outstanding SBN domestik.
Outstanding SBN domestik meningkat dari Rp723,6 triliun
pada tahun 2011 menjadi Rp1.446,9 triliun tahun 2015.
Sama halnya dengan SBN domestik, penerbitan SBN valas
di pasar internasional juga mengalami peningkatan yang
cukup signifikan. Dalam kurun waktu 2011-2015,
penerbitan SBN valas meningkat rata-rata sebesar 35

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

51

persen. Outstanding SBN valas meningkat dari Rp195,7


triliun pada tahun 2011 menjadi Rp610,6 triliun tahun
2015. Dalam mata uang asing, sampai dengan 2015,
outstanding SBN valas dalam mata uang USD adalah
sebesar USD39,7 miliar, mata uang Yen Jepang sebesar
JPY255 miliar, dan dalam mata uang euro sebesar EUR2,25
miliar.
Tabel 17. Posisi Outstanding Surat Berharga Negara 2011 - 2015 (triliun Rupiah)
JENIS SBN
I. SBN Rupiah
Fixed Rate
Variable Rate
Zero Coupon
SPN
SBSN
Total SBN Rupiah
II. SBN Valas
SUN (dalam juta USD)
SBSN (dalam juta USD)
SUN (dalam juta JPY)
SUN (dalam juta EUR)
Total SBN Valas
III. Yang tidak diperdagangkan
SPNS
SUP
SPN
SBR
SDHI
Total SBN Valas
GRAND TOTAL SBN
Asumsi Kurs (IDR/USD)
Asumsi Kurs (IDR/JPY)
Asumsi Kurs (IDR/EUR)
Komposisi
SBN Rupiah (dalam %)
SBN Valas (dalam %)
Sumber: Kementerian Keuangan

SBN masih menjadi prioritas


utama dalam pembiayaan
APBN-P 2015

31-Des-11

31-Des-12

31-Des-13

31-Des-14

31-Des-15
1.148.916,0
96.743,0

517.142,0
135.063,0
2.512,0
29.900,0
38.988,0
723.605,0

610.393,0
122.755,0
1.263,0
22.820,0
63.035,0
820.266,0

751.273,0
122.755,0
34.050,0
87.174,0
995.252,0

945.963,0
113.344,0
39.950,0
110.704,0
1.209.961,0

42.950,0
158.236,0
1.446.845,0

18.700,0
1.650,0
95.000,0
195.649,0

22.950,0
2.650,0
155.000,0
264.912,0

27.140,0
4.150,0
155.000,0
399.374,0

29.190,0
5.000,0
155.000,0
1.000,0
456.616,0

32.690,0
7.000,0
255.000,0
2.250,0
610.633,0

244.636,0
23.783,0

240.144,0
35.783,0

234.870,0
31.533,0

229.054,0
2.391,0
33.197,0

5.084,0
222.642,0
22.434,0
2.391,0
36.697,0

268.419,0
1.187.673,0

275.927,0
1.361.105,0

266.403,0
1.661.028,0

264.642,0
1.931.219,0

289.248,0
2.346.726,0

9.068,0
117,0

9.670,0
112,0

12.189,0
116,0

12.440,0
104,0
15.133,0

13.795,0
114,52,0
15.070,0

60,9
16,5

80,5
19,5

59,9
24,0

62,7
23,6

61,7
26,0

Selanjutnya Tabel 18 menunjukkan target dan realisasi


penerbitan SBN 2015 (neto) terkait perannya sebagai
instrumen utama pembiayaan APBN.

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

52

Tabel 18. Realisasi Penerbitan Surat Berharga Negara s.d. Tahun 2015 (Neto) (Juta Rupiah)
Nominal
Target APBN% Realisasi
Target APBNRealisasi sd 31
Uraian
P (defisit
(thd defisit
P
Desember
2,6%)
2,8%)
2015
361.607.128,0
100.0
277.049.800,0 361.607.128,0
SBN Netto
153.612.324,0

SBN Jatuh Tempo 2015


Rencana Buyback
Kebutuhan Penerbitan 2015 (Bruto)*

152.418.613,0

152.418.613,0

100.0

3.000.000,0

1.401.290,0

1.401.290,0

100.0

430.662.124,0

514.025.741,0

514.025.741,0

100.0

SUN

395.511.563,0

SUN Domestik

308.942.874,0

- ON

202.110.000,0

- SPN

52.200.000,0

- Private Placement

27.194.119,0

- SUN RITEL

27.438.755,0

SUN Valas
SBSN
SBSN Domestik
SBSN Valas
Sumber : Kementerian Keuangan

Investor nonbank masih


mendominasi kepemilikan
SBN domestik

Dalam kurun waktu 20112015, kepemilikan investor


asing pada SBN meningkat
menjadi 38,2 persen

86.568.689,0
118.514.178,0
92.092.178,0
26.422.000,0

Posisi kepemilikan SBN domestik 2011-2015 dapat dilihat


pada Tabel 19. Dari sisi kepemilikan, realisasi penerbitan
SBN domestik lebih banyak diserap oleh investor nonbank,
terutama oleh investor asing, asuransi, reksadana, dan
investor lainnya termasuk investor individu. Nilai total SBN
domestik yang diserap oleh investor nonbank mencapai
Rp962,9 triliun atau 65,9 persen dari total SBN domestik.
Investor perbankan menyerap Rp350,1 triliun atau 23,9
persen dari total SBN domestik. Sedangkan sisanya sebesar
10,2 persen dimiliki oleh Institusi Pemerintah.
Tabel 19 juga menunjukkan komposisi kepemilikan SBN
domestik. Kepemilikan investor asing pada SBN domestik
meningkat menjadi 38,2 persen. Di satu sisi, tingginya
kepemilikan asing mengindikasikan instrumen keuangan
Indonesia masih cukup menarik. Sementara di sisi lain,
tingkat kerentanan terhadap pembalikan modal (sudden
reversal) juga semakin meningkat.

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

53

Tabel 19. Posisi Kepemilikan SBN DOMESTIK 2011 - 2015 (triliun Rupiah)
2011

2012

2013

2014

2015

265,0

299,7

335,4

375,6

350,1

7,2

Persentase
Kepemilikan
24,0

7,8

3,1

44,4

41,6

148,9

108,8

10,2

Nonbank
450,8
Reksadana
47,2
Asuransi
93,1
Asing
222,9
Dana Pensiun
34,4
Sekuritas
0,1
Individu
Lain lain
53,1
Total
723,6
Sumber : Kementerian Keuangan

517,5
43,2
83,4
270,5
56,5
0,3

615,4
42,5
129,6
323,8
39,5
0,9
32,5
46,7
995,3

792,8
45,8
150,6
461,4
43,3
0,8
30,4
60,5
1.210,0

962,9
61,6
171,6
558,5
49,8
0,3
42,5
78,5
1461,8

20,9
6,9
16,5
25,8
9,7
16,7

65,9
4,2
11,7
38,2
3,4
0,0
2,9
5,4
100,0

Bank
Institusi Pemerintah

64,6
820,3

Rata-Rata

10,3
19,2

Pinjaman
Realisasi
luar
Realisasipinjaman
pinjaman
luar
negeri
mencapai
Rp81,9
negeri mencapai 164,3
triliun
persen dari APBN-P 2015

Pembiayaan utang melalui pinjaman terdiri dari pinjaman


luar negeri dan pinjaman dalam negeri. Sedangkan
pinjaman luar negeri meliputi pinjaman program dan
pinjaman proyek. Tabel 20 menunjukkan realisasi
pembiayaan utang melalui pinjaman pada tahun 2011-2015.
Realisasi pinjaman luar negeri mencapai 168,5 persen dari
APBN-P 2015. Realisasi pinjaman luar negeri tersebut
merupakan realisasi penarikan pinjaman proyek yang baru
mencapai Rp26,8 triliun (65,2 persen dari APBN-P 2015) dan
pinjaman program sebesar Rp55,1 triliun (734,5 persen dari
APBN-P 2015). Beberapa faktor seperti lambatnya proses
pengadaan barang dan jasa, dan pemberian ijin
pemanfaatan lahan, menjadi penyebab rendahnya realisasi
pinjaman proyek.

Tabel 20. Realisasi Pembiayaan Utang Melalui Pinjaman 2011 - 2015 (trilun Rupiah)
Real
Real
Real
Real
APBN-P Real
Proporsi thd
JENIS PEMBIAYAAN UTANG
2011
2012
2013 2014
2015
2015
APBN-P 2015
PINJAMAN
Pinjaman Luar Negeri
- Pinjaman Program
- Pinjaman Proyek
Pinjaman Dalam Negeri
Sumber : Kementerian Keuangan

34,4
33,8
15,3
14,3
0,6

32,0
31,0
15,0
12,7
0,8

55,8
55,3
18,4
36,9
0,5

54,1
52,0
16,9
35,1
2,2

50,3
48,6
7,5
41,1
1,7

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

82,7
81,9
55,1
26,8
0,8

164,3
168,5
734,5
65,2
45,7

54

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN DOMESTIK


DAN INTERNASIONAL

Nilai total ekspor Indonesia pada triwulan IV tahun 2015 adalah sebesar USD35.119,6 juta,
mengalami penurunan sebesar 18,8 persen jika dibandingkan dengan triwulan IV tahun 2014.
Pada akhir triwulan IV tahun 2015 total impor Indonesia adalah sebesar USD34.750,5 juta
atau menurun sebesar 19,9 persen (YoY).
Neraca perdagangan total Indonesia pada triwulan IV tahun 2015 mengalami surplus sebesar
USD369,1 juta, yang disebabkan karena neraca perdagangan sektor nonmigas surplus sebesar
USD1.394,5 juta.

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

55

ISU TERKINI PERDAGANGAN INTERNASIONAL


Paket Kebijakan Ekonomi IX Percepatan Pembangunan Infrastruktur Tenaga
Listrik, Stabilisasi Harga Daging, dan Peningkatan Sektor Logistik Desa-Kota
Isu prioritas dalam paket
kebijakan ekonomi IX yang
terkait dengan
perdagangan adalah
stabilisasi harga daging
serta peningkatan sektor
logistik dari desa ke pasar
globa.l

Dalam paket kebijakan ekonomi IX, arah kebijakan


diprioritaskan pada 3 (tiga) isu, yaitu (1) percepatan
pembangunan infrastruktur tenaga listrik, (2) stabilisasi
harga daging, dan (3) peningkatan sektor logistik desa-kota.
Terkait isu pertama, Menteri Koordinator Bidang
Perekonomian, Darmin Nasution menyatakan Pemerintah
akan
mengeluarkan
Peraturan
Presiden
untuk
mempercepat
pembangunan
infrastruktur
ketenagalistrikan. Selain demi memenuhi kebutuhan listrik
untuk rakyat, pembangunan infrastruktur ini akan
mendorong pertumbuhan ekonomi sekaligus meningkatkan
rasio elektrifikasi.

Kebijakan yang akan


diambil terkait stabilisasi
harga daging adalah
menambah sumber
alternatif penyediaan
hewan dan produk hewan
dari negara maupun zona
tertentu (yang ditetapkan
OIE).

Terkait isu stabilisasi pasokan dan harga daging sapi, guna


mengatasi terbatasnya jumlah negara pemasok maka
Pemerintah Indonesia perlu memperluas akses dari negara
maupun zona tertentu yang memenuhi syarat kesehatan
hewan - yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Hewan
Internasional (OIE) - untuk menambah alternatif sumber
penyediaan hewan dan produk hewan. Untuk itu Menteri
Pertanian akan menetapkan negara atau zona dalam suatu
negara, unit usaha atau farm untuk pemasukan ternak
dan/atau produk hewan berdasarkan analisis resiko dengan
tetap memperhatikan ketentuan OIE.
Dengan demikian, pemasukan ternak dan produk hewan
dalam kondisi tertentu tetap bisa dilakukan, seperti dalam
keadaan bencana, kurangnya ketersediaan daging, atau
ketika harga daging sedang naik yang bisa memicu inflasi
dan mempengaruhi stabilitas harga. Jenis ternak yang dapat
dimasukkan berupa sapi atau kerbau bakalan, sedangkan
produk hewan yang bisa didatangkan berupa daging tanpa
tulang dari ternak sapi dan/atau kerbau. Kebijakan ini
diharapkan mampu menstabilisasi pasokan daging dalam
negeri dengan harga yang terjangkau dan kesejahteraan
peternak tetap meningkat.

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

56

Pembangunan efisiensi,
daya saing, dan
konektivitas ekonomi
desa-kota dilakukan
melalui deregulasi 5 (lima)
jenis usaha.

Terkait isu sektor logistik dari desa ke pasar global, perlu


dilakukan pembenahan untuk meningkatkan efisiensi dan
daya saing serta pembangunan konektivitas ekonomi desakota. Lima jenis usaha yang dideregulasi, adalah :
a. Pengembangan usaha jasa penyelenggaraan pos
komersial dengan cara menyelaraskan ketentuan
tentang besaran tarif guna mendorong efisiensi jasa
pelayanan pos.
b. Penyatuan pembayaran jasa-jasa kepelabuhanan secara
elektronik (single billing) oleh Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) yang mengoperasikan pelabuhan.
c. Optimalisasi
sinergi
BUMN
sebagai
agregator/konsolidator ekspor produk-produk UKM,
geographical inidications (seperti akar wangi, gambir,
dan sejenisnya), dan ekonomi kreatif (seperti film,
musik, dan sejenisnya).
d. Sistem pelayanan terpadu kepelabuhan secara
elektronik, dengan cara pengembangan port system
menjadi inaportnet yang terintegrasi ke dalam INSW
guna memperlancar pergerakan barang dan dokumen di
pelabuhan.
e. Penggunaan mata uang rupiah untuk transaksi kegiatan
transportasi.

Gejolak Harga Pangan Masih Mengancam Inflasi


Panjangnya rantai logistik
dan tingginya perbedaan
harga pangan antar wilayah
berpotensi menyebabkan
lonjakan harga pangan,
yang akan berujung pada
tekanan inflasi.

Rantai logistik yang panjang


antara lain pada komoditas
beras, cabai merah, bawang
merah, jagung pipilan, dan
daging ayam ras.

Bank Indonesia (BI) mengkhawatirkan tekanan inflasi akibat


gejolak harga bahan makanan. Rantai logistik yang panjang
dan perbedaan harga pangan yang tinggi antar wilayah
Indonesia, membuat potensi lonjakan harga pangan masih
terjadi.
Rantai logistik yang panjang pernah dikeluhkan oleh Badan
Pusat Statistik (BPS). Menurut BPS, saat ini distribusi
perdagangan beras, cabai merah, bawang merah, jagung
pipilan, dan daging ayam ras dari produsen ke konsumen
akhir melibatkan dua hingga sembilan fungsi kelembagaan
usaha perdagangan.
Jalur distribusi perdagangan terpanjang adalah untuk
komoditas cabai merah, bawang merah, dan jagung pipilan
di Jawa Tengah. Sedangkan jalur distribusi perdagangan

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

57

terpanjang untuk komoditas beras dan daging ayam ras ada


di DKI Jakarta.
Rantai perdagangan yang panjang membuat margin
perdagangan dan pengangkutan menjadi lebih besar.
Dengan margin yang besar, biaya yang harus dibayar oleh
konsumen terhadap suatu bahan pangan menjadi lebih
mahal. Selain memperbaiki logistik atau distribusi,
perbaikan produksi juga diperlukan. Sebab gangguan iklim
seperti El Nino dan La Nina mengancam ketersediaan bahan
makanan.

Volume Resi Gudang dan Pasar Lelang Akan Meningkat 2016


Integrasi SRG mobile
dengan PLK diharapkan
akan meningkatkan volume
SRG dan PLK.

Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi


(Bappebti) menyatakan volume Sistem Resi Gudang (SRG)
dan Pasar Lelang Komoditas (PLK) akan meningkat pada
2016 seiring integrasi keduanya melalui perangkat dalam
jaringan (daring/online). Namun, karena masih dalam tahap
embiro,
belum
bisa
diprediksi
seberapa
jauh
perkembangannya. Kepala Bappebti Sutriono Edi, pada
bulan Juni 2016 akan diluncurkan SRG mobile yang
terintegrasi dengan PLK di dua daerah percontohan (pilot
project), yaitu Tasikmalaya dan Ciamis.

Komoditas yang paling


banyak disimpan di gudang
SRG adalah gabah.

Sepanjang 2015, total gudang yang telah mendapat


persetujuan sebagai gudang SRG adalah 117 buah, dengan
lokasi yang tersebar di 19 provinsi, dan 91 diantaranya telah
menerbitkan resi. Jumlah resi gudang yang telah diterbitkan
selama tahun 2009-2015 mencapai 2.173 resi, dengan total
volume komoditas sebanyak 81.440,08 ton. Komoditas yang
paling banyak disimpan di gudang SRG adalah gabah
(68.742,06 ton), beras (6.449,22 ton), dan jagung (5.101,07
ton).

Komoditas dengan transaksi


PLK terbesar (media 2015)
adalah jagung dan beras.

Di samping itu, nilai transaksi PLK medio 2015 mencapai Rp


240,55 miliar, dengan total komoditas berjumlah 136 jenis.
Sepuluh transaksi komoditas terbesar adalah jagung (17,37
persen), beras (16,43 persen), jahe (6,90 persen), lada (6,55
persen), bawang merah (4,74 persen), jeruk (3,58 persen),
kakao (3,11 persen), kopi (2,89 persen), gambir hitam (2,66
persen), dan kacang mete (2,20 persen).

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

58

Survei JBIC 2015: Indonesia Peringkat Kedua Sebagai Negara yang Menjanjikan
untuk Berinvestasi
JBIC melakukan survei mengenai operasi bisnis oleh
perusahaan manufaktur Jepang setiap tahun. Responden
dari survei ini adalah perusahaan manufaktur Jepang yang
memiliki afiliasi di luar negeri. Hasil survei tahun 2015
menunjukkan bahwa Indonesia berada di peringkat kedua
dalam aspek negara yang menjanjikan untuk bisnis di luar
negeri untuk jangka waktu menengah. Peringkat pertama
diduduki oleh India dan peringkat ketiga diduduki oleh RRT.

Menurut hasil survei JBIC


tahun 2015, negara yang
menjanjikan untuk berbisnis
di luar negeri adalah India,
Indonesia, dan RRT.

Alasan Indonesia termasuk


ke dalam negara yang
menjanjikan untuk bisnis
adalah pertumbuhan pasar
lokal di masa datang,
sedangkan isu yang
dominan adalah upah
tenaga kerja yang
meningkat.

Alasan mengapa Indonesia termasuk ke dalam negara yang


menjanjikan untuk bisnis secara berurutan menurut jumlah
koresponden yang menjawab adalah: (a) potensi
pertumbuhan pasar lokal di masa datang, (b) ukuran pasar
lokal saat ini, (c) tenaga kerja yang murah, (d) basis pemasok
untuk perakit dan (e) konsentrasi industri yang sesuai. Di
lain pihak, isu yang diperhatikan untuk Indonesia secara
berurutan adalah: (i) upah tenaga kerja yang meningkat, (ii)
eksekusi hukum yang tidak jelas, (iii) infrastruktur yang tidak
memadai, (iv) ketatnya persaingan dengan perusahaan
lainnya dan (v) kesulitan dalam mempertahankan staf di
level manajer.

India mengungguli
Indonesia karena sumber
daya manusia yang
berkualitas dan tidak ada
masalah dengan kenaikan
upah buruh.

Tahun 2014 dan tahun 2015, India menduduki peringkat


satu sebagai negara yang menjanjikan prospek bisnis
pengusaha Jepang. Faktor utama India menjadi peringkat
satu adalah India memiliki sumber daya manusia yang lebih
berkualitas. Selain itu, di India tidak ada masalah mengenai
kenaikan upah buruh.

Layanan Izin Investasi 3 Jam


BKPM menambahkan
jumlah izin yang dapat
terbit dengan layanan izin
investasi 3 jam menjadi
delapan perizinan dan surat
keterangan peta informasi
ketersediaan lahan.

Di awal tahun 2016, BKPM meningkatkan pelayanan izin


investasi 3 jam dengan bertambahnya jumlah izin yang dapat
diterbitkan. Sebelumnya, jumlah izin yang dapat diterbitkan
hanya tiga yaitu Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), surat
pendirian Perseroan Terbatas (PT) dan izin investasi. Kini
tambahan perizinan yang dapat diterbitkan berjumlah lima
yaitu Tanda Daftar Perusahaan (TDP), Izin Mempekerjakan
Tenaga Asing (IMTA), Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing
(RPTKA), Angka Pengenal Importir Produsen (API-P) dan

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

59

Nomor Induk Kepabeanan (NIK) sehingga total perizinan


yang dapat diterbitkan berjumlah delapan ditambah dengan
surat keterangan peta informasi ketersediaan lahan.
Syarat layanan izin investasi 3
jam tidak berubah.

Walaupun jumlah izin yang dapat diterbitkan bertambah,


syarat dari layanan izin investasi 3 jam ini tetap sama yaitu
investasi bernilai minimal Rp100 miliar dan/atau dapat
menyerap tenaga kerja minimal 1.000 orang. Selain itu,
investor harus datang langsung ke BKPM atau diwakili oleh
salah satu investor dengan membawa surat kuasa. Layanan
3 jam ini mulai diluncurkan tanggal 26 Oktober 2015.
Terdapat tujuh investor yang telah memanfaatkan fasilitas
tersebut.

Keuntungan RI Ketika Yuan Jadi Mata Uang Global


Per Desember 2015 Yuan
diakui oleh IMF sebagai
salah satu mata uang acuan
global.

Dana Moneter Internasional (International Monetary


Fund/IMF) memasukkan mata uang Republik Rakyat
Tiongkok (RRT) Yuan atau Renminbi ke dalam keranjang
mata uang acuan global pada awal Bulan Desember tahun
2015. Masuknya Yuan dalam special drawing right (SDR)
dinilai memang sudah seharusnya mengingat dominasi RRT
di perekonomian dunia semakin besar.
Masuknya Yuan kedalam SDR akan membawa banyak
keuntungan bagi Indonesia. Salah satu yang utama adalah
dalam kegiatan perdagangan, dimana Indonesia dan RRT
dapat menggunakan mata uang Yuan atau Rupiah dalam
setiap transaksi ekspor-impor. Hal tersebut akan
mengurangi ketergantungan pergerakan Rupiah terhadap
perekonomian AS. Secara umum, Pemerintah menyambut
baik perkembangan ini. Hal tersebut ditandai oleh
penandatanganan kesepakatan perpanjangan bilateral
currency swap arrangement (BCSA) yang disepakati pada 1
Oktober 2013 lalu.

Migrasi dari USD ke Yuan


dalam kerjasama
perdagangan Indonesia-RRT
akan mengurangi
ketergantungan Indonesia
terhadap USD.

Lebih lanjut, jika kita melihat dari sisi perdagangan, nilai


ekspor Indonesia ke RRT mencapai USD16 miliar, sementara
nilai ekspor RRT ke Indonesia mencapai USD30 miliar. Jika
sepertiga dari total nilai perdagangan Indonesia-RRT dapat
menggunakan Yuan, tentunya ketergantungan Indonesia
terhadap USD dapat dikurangi. Selain itu, penggunaan mata
uang Yuan juga akan mendorong RRT untuk melakukan

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

60

investasi ke Indonesia. Selama ini hubungan perdagangan


dengan RRT selalu defisit USD14 miliar per tahun. Defisit ini
kiranya dapat diimbangi oleh naiknya nilai investasi RRT di
Indonesia.
Namun, demikian perlu dilakukan antisipasi terhadap
dampak negatif dari penggunaan Yuan -apalagi Indonesia
masih defisit dalam berdagang dengan RRT- terutama
terkait masih terbatasnya jumlah Yuan jika dibandingkan
dengan USD. Dengan kondisi itu, jika permintaan Yuan
meningkat, biaya untuk menggunakan Yuan lebih mahal
dari USD.

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN
Perkembangan Ekspor
Gambar 13. Nilai dan Volume Ekspor Hingga Des 2015

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Nilai total ekspor Indonesia


pada triwulan IV tahun 2015
sebesar USD 35.171,7 juta
dengan pertumbuhan
negatif sebesar 18,7 persen.

Nilai total ekspor Indonesia pada triwulan IV tahun 2015


sebesar USD35.172 juta, mengalami penurunan sebesar 18,7
persen jika dibandingkan dengan periode yang sama
triwulan IV tahun 2014. Secara keseluruhan sepanjang
Januari sampai dengan Desember 2015 nilai total ekspor
mencapai USD150.221,2 juta.
Sementara itu kinerja ekspor nonmigas mencatatkan
penurunan sebesar 15,7 persen pada triwulan IV tahun 2015
dan secara keseluruhan sepanjang Januari sampai dengan
Desember mengalami penurunan sebesar 9,8 persen.
Sedangkan kinerja ekspor nonmigas berdasarkan sektor
pada tahun 2015 ditopang oleh eskpor produk industri yang

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

61

mencatatkan nilai USD106.636,8 juta, meskipun demikian


pertumbuhan ekspor nonmigas tertinggi berdasarkan sektor
adalah ekspor produk pertanian dengan pertumbuhan 48,4
persen.
Komoditas
Nilai Ekspor (USD Juta)

Tabel 21. Perkembangan Ekspor Triwulan IV Tahun 2015


2012
2013
2014
Q4 2014
Q4 2015
190.020,3
182.551,8
175.980,0
43.273,8
35.171,8

2015
150.221,2

Migas

36.977,3

32.633,0

30.018,8

6.616,6

4.261,0

18.551,9

Minyak Mentah

12.293,4

10.204,7

9.528,2

2.338,8

1.403,5

6.457,0

4.163,4

4.299,1

3.623,4

822,8

260,5

1.754,1

20.520,5

18.129,2

17.180,3

3.768,1

2.597,0

10.340,8

Nonmigas

153.043,0

149.918,8

145.961,2

36.657,3

30.910,8

131.643,8

Pertanian

5.569,2

5.713,0

5.770,6

1.548,5

1.375,7

5.629,3

116.125,1

113.029,9

117.330,0

29.480,4

25.433,0

106.636,8

31.329,9

31.159,5

22.850,3

5.626,5

4.199,1

19.434,5

-6,6
-10,9
-11,1
-12,8
-10,3
-5,5
7,8
-5,0
-9,6
100,0
19,5
6,5
2,2
10,8
80,5
2,9
61,1
16,5
-6,6
-2,1
-0,7
-0,3
-1,1
-4,5
0,2
-3,0
-1,6

-3,9
-11,8
-17,0
3,3
-11,7
-2,0
2,6
-2,7
-0,5
100,0
17,9
5,6
2,4
9,9
82,1
3,1
61,9
17,1
-3,9
-2,1
-1,0
0,1
-1,2
-1,7
0,1
-1,7
-0,1

-3,6
-8,0
-6,6
-15,7
-5,2
-2,6
1,0
3,8
-26,7
100,0
17,1
5,4
2,1
9,8
82,9
3,3
66,7
13,0
-3,6
-1,4
-0,4
-0,3
-0,5
-2,2
0,0
2,5
-3,5

-11,0
-25,6
0,0
-31,4
-29,6
-7,7
-0,6
-0,8
-33,3
100,0
15,3
5,4
1,9
8,7
84,7
3,6
68,1
13,0
-11,0
-3,9
0,0
-0,6
-2,6
-6,5
0,0
-0,6
-4,3

-18,7
-35,6
-40,0
-68,3
-31,1
-15,7
-11,2
-13,7
-25,4
100,0
12,1
4,0
0,7
7,4
87,9
3,9
72,3
11,9
-18,7
-4,3
-1,6
-0,5
-2,3
-13,8
-0,4
-9,9
-3,0

-14,6
-37,9
1,3
-27,1
-12,6
-9,8
48,4
37,2
28,9
100,0
12,4
6,4
1,8
10,0
87,6
5,7
107,2
19,6
-14,6
-4,7
0,1
-0,5
-1,3
-8,6
2,8
39,8
5,7

Hasil Minyak
Gas

Industri
Pertambangan
Pertumbuhan Ekspor* (%)
Migas
Minyak Mentah
Hasil Minyak
Gas
Nonmigas
Pertanian
Industri
Pertambangan
Proporsi Ekspor (%)
Migas
Minyak Mentah
Hasil Minyak
Gas
Nonmigas
Pertanian
Industri
Pertambangan
Sumber Pertumbuhan (%)
Migas
Minyak Mentah
Hasil Minyak
Gas
Nonmigas
Pertanian
Industri
Pertambangan

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah


Keterangan (*): pertumbuhan year-on-year (YoY)
Keterangan (**): proporsi terhadap total ekspor (%)

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

62

Komoditas Alas Kaki (HS-64)


dan Pakaian Jadi Bukan
Rajutan (HS-62) merupakan
dua komoditas dengan
pertumbuhan positif yaitu
6,0 persen dan 3,6 persen.

Pada triwulan IV tahun 2015 nilai ekspor nonmigas Indonesia


untuk komoditas adalah Lemak dan Minyak Hewan/Nabati
(HS-15) merupakan komoditas dengan nilai ekspor terbesar
dan mencatatkan nilai USD4.600,6 juta dan juga merupakan
komoditas ekspor nonmigas dengan proporsi terbesar yaitu
15,3 persen terhadap total ekspor.
Sementara itu komoditas ekspor nonmigas yang memiliki
kinerja positif pada triwulan IV tahun 2015 adalah Alas Kaski
(HS-64) dan Pakaian Jadi Buka Rajutan (HS-62) yang secara
berturut-turut mencatatkan pertumbuhan sebesar 6,0
persen dan 3,7 persen.
Selanjutnya komoditas dengan nilai pertumbuhan negatif
terbesar adalah Bahan Bakar Mineral (HS-27) yaitu 27,6
persen (YoY), yang diikuti oleh Perhiasan/Permata (HS-71)
yaitu sebesar -24,8 persen.

Tabel 22. Perkembangan 10 Golongan Barang dengan Nilai Ekspor Nonmigas Terbesar Triwulan IV Tahun 2015
HS
Nilai Ekspor (Juta USD)
Pertumbuhan YoY (%)
Proporsi (%)
Komoditas
Q4 14
Q4 15
Q4 14
Q4 15
Q4 14
Q4 15
15 Lemak & minyak hewan/nabati
5.617,3
4.600,6
2,7
-18,1
13,2
15,3
27 Bahan bakar mineral
4.857,1
3.514,5
-21,2
-27,6
14,8
13,3
85 Mesin/peralatan listrik
2.435,6
2.106,1
-12,2
-13,5
6,7
6,6
40 Karet dan Barang dari Karet
1.500,7
1.330,5
-15,3
-11,3
4,3
4,1
84 Mesin-mesin/Pesawat Mekanik
1.466,7
1.235,4
-9,3
-15,8
3,9
4,0
64 Alas kaki
1.142,6
1.211,5
-29,5
6,0
3,9
3,1
87 Kendaraan dan Bagiannya
1.428,1
1.201,5
-8,4
-15,9
3,8
3,9
44 Kayu, Barang dari Kayu
1.026,3
979,0
-22,3
-4,6
3,2
2,8
62 Pakaian jadi bukan rajutan
942,0
976,4
-31,0
3,7
3,3
2,6
71 Perhiasan/Permata
1.164,5
875,7
2,8
-24,8
2,7
3,2
Total Lainnya
15.075,9
15.841,1
-9,9
5,1
40,3
41,1
Total Nonmigas
36.656,9
33.872,3
-11,7
-7,6
100,0
100,0
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Total volume ekspor nonmigas


Indonesia pada triwulan IV
tahun 2015 adalah sebesar
126.637,4 juta kg.

Total volume ekspor nonmigas Indonesia pada triwulan IV


tahun 2015 adalah sebesar 126.637,5 juta kg dan
mengalami penurunan sebesar -33,8 persen (YoY).
Komoditas dengan volume ekspor terbesar pada triwulan
IV tahun 2015 adalah Lemak dan Minyak Hewan/Nabati
(HS-15) dengan volume 90.407,1 juta kg dan menyumbang
proporsi 53,6 persen terhadap total volume ekspor
nonmigas. Selanjutnya komoditas dengan volume dan
proporsi tebesar kedua adalah Bahan Bakar Mineral (HS-27)
dengan volume 8.486,4 juta kg dan menyumbang proporsi

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

63

3,7 persen terhadap total volume ekspor nonmigas


Indonesia.
Dilihat dari pertumbuhannya, Bahan Bakar Mineral (HS-27)
pada triwulan IV tahun 2015 mencatatkan peningkatan
pertumbuhan sebesar 20,3 persen (YoY). Sementara itu,
Berbagai Produk Kimia (HS-38) merupakan barang ekspor
nonmigas dengan penurunan volume ekspor paling besar
jika dibandingkan dengan sembilan komoditas lainnya
dengan penurunan sebesar 12 persen (YoY).
Tabel 23. Perkembangan 10 Golongan Barang dengan Volume Ekspor Nonmigas Terbesar Triwulan IV 2015
Volume Ekspor (Juta kg)
Pertumbuhan YoY (%)
Proporsi (%)
HS
Komoditi
Q4 2014
Q4 2015
Q4 2014
Q4 2015
Q4 2014
Q4 2015
7.052,8
8.486,4
1,8
20,3
3,6
3,7
27 Bahan bakar mineral
102.545,2
90.407,1
-7,4
-11,8
57,9
53,6
15 Lemak & minyak hewan/nabati
129,6
134,2
-8,4
3,5
0,1
0,1
25 Garam, Belerang, Kapur
736,0
798,5
-16,4
8,5
0,5
0,4
23 Ampas/Sisa Industri Makanan
142,5
135,9
-8,5
-4,7
0,1
0,1
44 Kayu, Barang dari Kayu
60,8
65,6
8,0
7,8
0,0
0,0
26 Bijih, Kerak, dan Abu logam
155,5
153,8
6,6
-1,1
0,1
0,1
48 Kertas/Karton
1.528,3
1.345,2
1,4
-12,0
0,8
0,8
38 Berbagai produk kimia
48,9
48,4
-1,6
-0,9
0,0
0,0
47 Bubur kayu/Pulp
0,6
0,7
1,8
11,3
0,0
0,0
40 Karet dan Barang dari Karet
Total Lainnya
23.835,9
25.061,6
-66,3
5,1
36,9
12,5
Total Nonmigas
191.256,5
126.637,5
0,0
-33,8
100,0
100,0
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Perkembangan ekspor
nonmigas ke-5 (lima) negara
tujuan utama pada triwulan
IV tahun 2015 turun sebesar
13,82 persen (YoY).

Pada triwulan IV tahun 2015 Amerika Serikat merupakan


negara tujuan utama ekspor nonmigas Indonesia dengan
nilai sebesar USD3.692,9 juta. Sementara itu pada posisi
kedua negara tujuan ekspor Indonesia adalah Tiongkok
dengan nilai sebesar USD3.342.2 juta.
Secara keseluruhan perkembangan ekspor nonmigas ke-5
(lima) negara tujuan utama pada triwulan IV tahun 2015
turun sebesar 13,8 persen (YoY). Singapura merupakan
negara tujuan utama ekspor nonmigas yang mencatatkan
penurunan pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 18,6
persen.

Tabel 24. Perkembangan Ekspor Nonmigas ke Negara Tujuan Utama Triwulan IV Tahun 2015
Nilai Ekspor Nonmigas
Pertumbuhan YoY (%)
Proporsi (%)
(Juta USD)
Negara
Q4 2014
Q4 2015
Q4 2014
Q4 2015
Q4 2014
Q4 2015
Japan
3.851,6
3.189,6
-6,4
-17,2
10,5
9,9
China
3.877,7
3.342,2
-39,5
-13,8
10,6
10,4
Singapore
2.474,8
2.015,4
0,2
-18,6
6,8
6,3
India
3.190,4
2.739,9
-9,6
-14,1
8,7
8,5

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

64

Negara

Nilai Ekspor Nonmigas


(Juta USD)
Q4 2014
Q4 2015
3.987,7
3.692,9
17.382,2
14.980,1
19.274,6
17.230,2
36.656,9
32.210,3

United States
Total 5 Negara
Total Lainnya
Total
Nonmigas
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Pertumbuhan YoY (%)


Q4 2014
5,1
-14,4
-0,7
-7,7

Q4 2015
-7,4
-13,8
-10,6
-12,1

Proporsi (%)
Q4 2014
10,9
47,4
52,6
100,0

Q4 2015
11,5
46,5
53,5
100,0

Perkembangan Impor
Gambar 14. Nilai dan Volume Impor Hingga September 2015

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Pada akhir triwulan IV


tahun 2015 total impor
Indonesia adalah sebesar
USD 34.740,8 juta.

Pada triwulan IV tahun 2015 nilai impor Indonesia secara


total adalah sebesar USD 34.740,8 juta atau menurun
sebesar 20,7 persen (YoY). Penurunan nilai impor tersebut
disumbang oleh penurunan impor migas sebanyak 50,2
persen dan impor nonmigas sebesar 11,6 persen.
Berdasarkan golongan penggunaan barang Impor barang,
bahan baku merupakan komoditas yang mencatatkan nilai
impor terbesar pada triwulan IV tahun 2015 sebesar
USD25.551,4 juta. Diikuti oleh impor barang modal dan
barang konsumsi dengan nilai berturut-turut sebesar
USD6.343,5 juta dan USD2.845,9 juta.
Dilihat dari sumbangannnya impor bahan baku memberikan
sumbangan terbesar terhadap impor nonmigas Indonesia
sebesar 73,5 persen diikuti oleh barang modal dan barang
konsumsi sesebar 18,3 persen dan 8,2 persen. Impor bahan
baku juga mencatatkan penurunan pertumbuhan tertinggi
yaitu turun sebesar 23,5 persen diikuti penurunan
pertumbuhan impor barang modal dan barang konsumsi
sebesar 11,8 persen dan 11,0 persen.

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

65

Tabel 25. Perkembangan Impor Triwulan IV Tahun 2015


Komoditas
2012
2013
2014 Q4 2014
Nilai Impor (USD Juta)
191.670,9
186.628,3
178.178,8
43.804,1
Barang Konsumsi
13.415,2
13.138,9
12.667,2
3.197,7
Bahan Baku
140.111,3
141.957,2
136.208,6
33.411,4
Barang Modal
38.144,4
31.532,2
29.303,0
7.195,0
Migas
42.565,3
45.266,0
43.459,9
10.440,1
Minyak Mentah
10.803,2
13.585,8
13.072,5
2.755,6
Hasil Minyak
28.680,5
28.568,1
27.363,2
7.012,3
Gas
3.081,6
3.112,9
3.025,0
672,2
Nonmigas
149.125,3
141.362,3
134.718,9
33.364,0
Pertumbuhan Impor* (%)
8,0
-2,6
-4,5
-5,4
Barang Konsumsi
0,2
-2,1
-3,6
-4,4
Bahan Baku
7,0
1,3
-4,0
-4,9
Barang Modal
15,2
-17,3
-7,1
-7,6
Migas
4,6
6,4
-4,0
-10,3
Minyak Mentah
-3,2
25,8
-3,8
18,5
Hasil Minyak
1,9
-0,4
-4,2
-6,5
Gas
118,2
1,0
-2,8
-17,3
Nonmigas
9,0
-5,2
-4,7
-3,7
Proporsi Impor (%)
100,0
100,0
100,0
100,0
Barang Konsumsi
7,0
7,0
7,1
7,3
Bahan Baku
73,1
76,1
76,4
76,3
Barang Modal
19,9
16,9
16,4
16,4
Migas
22,2
24,3
24,4
23,8
Minyak Mentah
5,6
7,3
7,3
6,3
Hasil Minyak
15,0
15,3
15,4
16,0
Gas
1,6
1,7
1,7
1,5
Nonmigas
77,8
75,7
75,6
76,2
Sumber Pertumbuhan
(%)
8,0
-2,6
-4,5
-5,4
Barang Konsumsi
0,0
-0,1
-0,3
-0,3
Bahan Baku
5,1
1,0
-3,1
-3,8
Barang Modal
3,0
-2,9
-1,2
-1,3
Migas
1,0
1,5
-1,0
-2,4
Minyak Mentah
-0,2
1,9
-0,3
1,2
Hasil Minyak
0,3
-0,1
-0,6
-1,0
Gas
1,9
0,0
0,0
-0,3
Nonmigas
7,0
-3,9
-3,6
-2,8
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Keterangan (*): pertumbuhan year-on-year (YoY)
Keterangan (**): proporsi terhadap total impor (%)

Pertumbuhan impor
nonmigas pada triwulan IV
tahun 2015 (YoY)
mengalami penurunan
sebesar -11,5 persen.

Q4 2015
34.740,8
2.845,9
25.551,4
6.343,5
5.195,6
1.799,7
2.860,8
535,1
29.501,9
-20,7
-11,0
-23,5
-11,8
-50,2
-34,7
-59,2
-20,4
-11,6
100,0
8,2
73,5
18,3
15,0
5,2
8,2
1,5
84,9

2015
147.085,6
10.873,5
107.123,6
24.742,5
48.317,5
18.727,6
25.413,1
4.176,8
98.768,1
-17,5
-14,2
-21,4
-15,6
11,2
43,3
-7,1
38,1
-26,7
100,0
7,4
72,8
16,8
32,8
12,7
17,3
2,8
67,2

-20,7
-0,9
-17,3
-2,2
-7,5
-1,8
-4,9
-0,3
-9,8

-17,5
-1,0
-15,6
-2,6
3,7
5,5
-1,2
1,1
-17,9

Pertumbuhan impor nonmigas pada triwulan IV tahun 2015


(YoY) mengalami penurunan sebesar -11,5 persen disebabkan
oleh adanya penurunan impor di berbagai komoditas
diantaranya penurunan impor Besi dan Baja (HS-72) sebesar 24,5 persen dengan proporsi 5,6 persen dari nilai total impor
nonmigas; penurunan impor Bahan Kimia Organik (HS-29)

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

66

sebesar -20,8 persen dengan proporsi 4,6 persen; serta


penurunan impor Kendaraan Bermotor dan Bagiannya (HS87) sebesar 18,7 persen dengan proporsi impor 3,9 persen.
Tabel 26. Perkembangan Impor Nonmigas Menurut Golongan Barang Terpilih Triwulan IV Tahun 2015

HS

Komoditas

84

Nilai Impor (Juta USD)


Q4 2014
Q4 2015
6.279,8
5.625,1

Mesin dan Peralatan


Mekanik
85 Mesin dan Peralatan Listik
4.188,2
39 Plastik dan Barang dari
2.020,2
Plastik
72 Besi dan Baja
2.191,2
29 Bahan Kimia Organik
1.711,7
87 Kendaraan Bermotor dan
1.403,3
Bagiannya
10 Serealia
1.047,7
73 Benda-benda dari Besi
1.077,9
dan Baja
23 Sisa Industri Makanan
734,2
90 Perangkat Optik
581,5
Total Lainnya
12.128,5
Total Nonmigas
33.364,1
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Nilai impor dari 5 (lima)


negara utama asal impor
Indonesia pada triwulan IV
tahun 2015 mengalami
penurunan sebesar 9,0
persen (YoY).

Pertumbuhan YoY (%)


Q4 2014
Q4 2015
-12,8
-10,4

Proporsi (%)
Q4 2014
Q4 2015
18,8
19,1

4.047,3
1.691,3

-0,2
7,9

-3,4
-16,3

12,6
6,1

13,7
5,7

1.654,5
1.355,9
1.141,4

9,8
-1,2
-23,1

-24,5
-20,8
-18,7

6,6
5,1
4,2

5,6
4,6
3,9

889,2
889,0

1,8
-1,2

-15,1
-17,5

3,1
3,2

3,0
3,0

683,9
581,5
10.952,6
29.511,6

-15,6
-7,8
-0,6
-3,7

-6,8
0,0
-9,7
-11,5

2,2
1,7
36,4
100,0

2,3
2,0
37,1
100,0

Nilai impor nonmigas yang berasal dari 5 (lima) negara utama


asal impor pada triwulan IV tahun 2015 mengalami
penurunan sebesar 9,1 persen (YoY). Negara utama asal
impor nonmigas terbesar Indonesia adalah Tiongkok dimana
pada triwulan IV tahun 2015 nilai impor nonmigas dari
Tiongkok mencatatkan nilai sebesar USD7.712,9 juta, namun
demikian mengalami penurunan pertumbuhan sebesar 4,2
persen.
Sementara itu nilai impor nonmigas Indonesia yang berasal
dari negara-negara di kawasan ASEAN pada triwulan IV tahun
2015 sebesar USD6.500,3 juta dan menyumbangkan proporsi
sebesar 22 persen total impor nonmigas Indonesia.

Tabel 27. Negara Utama Asal Impor Nonmigas Triwulan IV Tahun 2015

Negara
Tiongkok
Jepang
Singapura
Thailand
Amerika
Total 5 Negara
Total Asean

Nilai Impor Nonmigas (Juta USD)


2015
Q4 2014 Q4 2015
29.217,9
8.047,3
7.712,9
13.232,0
3.950,0
3.029,3
8.971,6
2.465,9
2.329,1
8.022,4
2.275,6
1.919,8
7.550,2
1.913,1
1.971,4
66.994,1 18.651,8 16.962,5
26.042,2
7.272,4
6.500,3

Pertumbuhan YoY (%)


2015
Q4 2014
Q4 2015
-4,1
25,5
-4,2
-21,9
-4,0
-23,3
-11,6
-0,1
-5,5
-17,3
85,8
-15,6
-6,8
-49,6
3,0
-11,1
3,6
-9,1
-10,0
-1,0
-10,6

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

2015
22,6
12,6
7,5
7,2
6,0
55,9
21,5

Proporsi (%)
Q4 2014
Q4 2015
24,1
26,1
11,8
10,3
7,4
7,9
6,8
6,5
5,7
6,7
55,9
57,4
21,8
22,0

67

Total Uni Eropa


11.223,3
3.016,6
Total Lainnya
80.860,9 23.075,1
Total Nonmigas
118.126,4 33.364,1
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

2.702,6
20.346,2
29.549,1

-11,4
-13,2
-12,3

-29,6
-17,9
-16,0

-10,4
-11,8
-11,4

9,4
69,1
100,0

9,0
69,2
100,0

9,1
68,9
100,0

Perkembangan Neraca Perdagangan


Pada triwulan IV tahun 2015 Neraca Perdagangan total
Indonesia mencatatkan surplus sebesar USD369,1 juta yang
disumbangkan dari surplus pada neraca perdagangan
nonmigas yang mencatatkan surplus sebesar USD1.394,5
juta sementara pada neraca perdagangan migas
mencatatkan defisit sebesar USD1.025,3 juta. Secara
keseluruhan, neraca perdagangan Indonesia triwulan IV
tahun 2015 mengalami penurunan pertumbuhan 327,8
persen (YoY).

Neraca perdagangan total


Indonesia pada triwulan IV
tahun 2015 mengalami
surplus sebesar USD 1.663,7
juta.

Tabel 28. Neraca Perdagangan Indonesia Triwulan IV Tahun 2015


2014
Ekspor Total (Juta USD)
Ekspor Migas
Ekspor Nonmigas
Impor Total (Juta USD)
Impor Migas
Impor Nonmigas
Neraca Perdagangan (Juta USD)
Migas
Nonmigas
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Neraca perdagangan
Indonesia-Tiongkok
pada triwulan IV
tahun 2015
mengalami deficit.

176292,7
30331,9
145960,8
178178,8
43459,9
134718,9
-1886,1
-13128,0
11241,9

2015
150221,2
18637,0
131643,8
142739,6
24613,2
118126,4
7481,6
-5976,2
13517,4

Q4 14

Q4 15

43273,7
6616,6
36656,3
43804,1
10440,1
33364,0
-530,4
-3823,5
3292,3

35119,6
4176,1
30943,6
34750,5
5201,4
29549,1
369,1
-1025,3
1394,5

YoY
2015
Q4 15
-14,8
-18,8
-38,6
-36,9
-9,8
-15,6
-19,9
-14,6
-43,4
-5,9
-12,3
-17,4
-496,7
327,8
-54,5
47,8
20,2
2,7

Neraca perdagangan Indonesia-Tiongkok pada triwulan IV


tahun 2015 mengalami defisit USD3.844,8 juta, hal itu
disebabkan oleh defisit pada neraca perdagangan sektor
nonmigas sebesar USD4.366,6 juta, yang lebih besar dari
surplus pada sektor migas sebesar USD 521,9 juta.
Tabel 29.Neraca Perdagangan Indonesia-Tiongkok
2014

Ekspor Total (Juta USD)


Ekspor Migas
Ekspor Nonmigas
Impor Total (Juta USD)
Impor Migas
Impor Nonmigas
Neraca Perdagangan (Juta USD)
Migas
Nonmigas
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

17.605,9
1.146,8
16.459,1
30.624,3
162,7
30.461,6
-13.018,4
984,1
-14.002,5

2015
15.045,3
1.785,7
13.259,6
29.404,0
186,1
29.217,9
-14.358,7
1.599,6
-15.958,3

Q4 14

Q4 15

4.365,8
488,1
3.877,7
8.120,0
72,6
8.047,3
-3.754,2
415,5
-4.169,6

3.887,0
540,6
3.346,4
7.731,8
18,8
7.713,0
-3.844,8
521,9
-4.366,6

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

2015
-14,5
55,7
-19,4
-4,0
14,4
-4,1
10,3
62,5
14,0

YoY
Q4 15
-11,0
10,8
-13,7
-4,8
-74,1
-4,2
2,4
25,6
4,7

68

Neraca perdagangan Indonesia-Jepang pada triwulan IV


tahun 2015 mengalami surplus sebesar USD1.289 juta, hal
itu disebabkan oleh surplus pada sektor migas dan
nonmigas masing-masing sebesar USD 1.128,7 juta dan
USD160,3 juta.

Neraca perdagangan
Indonesia-Jepang pada
triwulan IV tahun 2015
mengalami surplus.

Tabel 30.Neraca Perdagangan Indonesia-Jepang

Ekspor Total (Juta USD)


Ekspor Migas
Ekspor Nonmigas
Impor Total (Juta USD)
Impor Migas
Impor Nonmigas
Neraca Perdagangan (Juta USD)
Migas
Nonmigas
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Neraca
perdagangan
Indonesia-Amerika pada
triwulan IV tahun 2015
mengalami surplus.

2014

2015

Q4 14

23.117,5
8.551,7
14.565,8
17.007,6
69,4
16.938,2
6.109,9
8.482,3
-2.372,4

18.014,2
4.924,8
13.089,4
13.262,8
30,8
13.232,0
4.751,4
4.894,0
-142,6

5.823,8
1.972,2
3.851,6
3.963,6
13,6
3.950,0
1.860,2
1.958,6
-98,4

Q4 15
4.325,1
1.135,5
3.189,6
3.036,2
6,8
3.029,3
1.289,0
1.128,7
160,3

2015
-22,1
-42,4
-10,1
-22,0
-55,6
-21,9
-22,2
-42,3
-94,0

YoY
Q4 15
-25,7
-42,4
-17,2
-23,4
-49,7
-23,3
-30,7
-42,4
-262,9

Neraca perdagangan Indonesia-Amerika pada triwulan IV


tahun 2015 mengalami surplus sebesar USD1.931,7 juta. Hal
tersebut disebabkan oleh surplus pada neraca perdagangan
sektor migas dan nonmigas masing-masing sebesar USD210,4
juta dan USD1.721,4 juta.

Tabel 31. Neraca Perdagangan Indonesia-Amerika

Ekspor Total (Juta USD)


Ekspor Migas
Ekspor Nonmigas
Impor Total (Juta USD)
Impor Migas
Impor Nonmigas
Neraca Perdagangan (Juta USD)
Migas
Nonmigas
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Perdagangan IndonesiaIndia pada triwulan IV


tahun 2015juga
menunjukkan kinerja
yang baik.

2014

2015

Q4 14

16.530,1
673,1
15.857,0
8.170,1
67,7
8.102,4
8.360,0
605,4
7.754,6

16.239,2
932,6
15.306,6
7.592,6
42,4
7.550,2
8.646,6
890,2
7.756,4

4.217,2
0,0
3.987,7
1.926,5
13,4
1.913,1
2.290,7
-13,4
2.074,6

Q4 15
3.908,6
215,7
3.692,9
1.976,8
5,4
1.971,5
1.931,7
210,4
1.721,4

2015
-1,8
38,6
-3,5
-7,1
-37,4
-6,8
3,4
47,0
0,0

YoY
Q4 15
-7,3
0,0
-7,4
2,6
-60,1
3,1
-15,7
-1.667,8
-17,0

Perdagangan Indonesia-India selama triwulan IV tahun 2015


mengalami surplus yaitu sebesar USD 2.165,6 juta. Surplus ini
disumbangkan oleh surplus pada neraca perdagangan sektor
migas dan nonmigas masing-masing sebesar USD33,9 juta dan
USD2.131,7 juta.
Tabel 32. Neraca Perdagangan Indonesia-India

Ekspor Total (Juta USD)


Ekspor Migas

2014

2015

Q4 14

12.249,0
25,3

11.713,0
129,0

3.196,3
5,9

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

Q4 15
2.780,2
40,2

YoY
2015
Q4 15
-4,4
-13,0
409,9
585,0

69

Ekspor Nonmigas
Impor Total (Juta USD)
Impor Migas
Impor Nonmigas
Neraca Perdagangan (Juta USD)
Migas
Nonmigas
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

12.223,7
3.952,1
388,2
3.563,9
8.296,9
-362,9
8.659,8

11.584,0
2.741,2
75,7
2.665,5
8.971,8
53,3
8.918,5

3.190,4
800,4
61,6
738,7
2.395,9
-55,8
2.451,7

2.739,8
614,5
6,3
608,2
2.165,6
33,9
2.131,7

-5,2
-30,6
-80,5
-25,2
8,1
-114,7
3,0

-14,1
-23,2
-89,7
-17,7
-9,6
-160,7
-13,1

Neraca perdagangan Indonesia-Thailand pada triwulan IV


tahun 2015 mengalami defisit sebesar USD715,7 juta. Hal
tersebut dicatatkan oleh defisit pada neraca perdagangan
nonmigas sebesar USD862,6 juta lebih besar dari surplus
neraca perdagangan migas sebesar USD146,9 juta.

Neraca Perdagangan
Indonesia-Thailand
mengalami defisit pada
triwulan IV tahun 2015.

Tabel 33. Neraca Perdagangan Indonesia-Thailand

Ekspor Total (Juta USD)


Ekspor Migas
Ekspor Nonmigas
Impor Total (Juta USD)
Impor Migas
Impor Nonmigas
Neraca Perdagangan (Juta USD)
Migas
Nonmigas
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

2014

2015

Q4 14

Q4 15

5.783,1
780,2
5.002,9
9.781,1
86,3
9.694,8
-3.998,0
693,9
-4.691,9

5.507,2
906,8
4.600,4
8.087,1
64,7
8.022,4
-2.579,9
842,1
-3.422,0

1.343,8
169,1
1.174,7
2.291,2
15,6
2.275,7
-947,4
153,5
-1.100,9

1.220,4
163,1
1.057,3
1.936,0
16,2
1.919,8
-715,7
146,9
-862,6

2015
-4,8
16,2
-8,0
-17,3
-25,0
-17,3
-35,5
21,4
-27,1

YoY
Q4 15
-9,2
-3,6
-10,0
-15,5
4,2
-15,6
-24,5
-4,4
-21,7

Perkembangan Harga Domestik


Sejak bulan Januari 2015
hingga Desember 2015, lima
komoditas tertentu
mengalami fluktuasi harga
yang cukup besar.

Sejak Bulan Januari hingga Desember 2015, lima komoditas


tertentu (beras medium, gula pasir, tepung terigu, minyak
goreng kemasan dan minyak goreng curah) mengalami
fluktuasi harga yang cukup besar. Komoditas dengan
pertumbuhan inflasi yang paling tinggi yaitu komoditas gula
pasir dengan nilai sebesar 5,14 persen pada bulan Mei 2015,
dan komoditas beras medium dengan pertumbuhan inflasi
yang paling rendah dengan nilai sebesar -3,95 persen pada
Bulan April 2015.

HARGA

Tabel 34. Harga dan Inflasi Komoditas Tertentu Tahun 2015


Komoditas
Minyak
Goreng
Kemasan
Minyak
Goreng
Curah
Tepung
terigu
Beras
Medium

Unit

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun

Jul

Agust

Sep

Okt

Nop

Des*

Rp/ltr

15.106

15.108

15.214

15.183

15.201

15.216

15.190

15.164

15.173

15.100

15.088

15.040

Rp/ltr

11.331

11.267

11.302

11.220

11.186

11.249

11.212

11.006

10.719

10.708

10.565

10.414

Rp/kg

8.840

8.799

8.833

8.832

8.883

8.904

8.983

9.011

8.986

8.969

8.982

9.050

Rp/kg

9.634

9.929

10.373

9.963

9.925

9.928

10.009

10.122

10.281

10.414

10.520

10.673

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

70

INFLASI PERIODIK

Komoditas

Unit

Gula Pasir
Minyak
Goreng
Kemasan
Minyak
Goreng
Curah
Tepung
terigu
Beras
Medium
Gula Pasir

Rp/kg

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun

Jul

Agust

Sep

Okt

Nop

Des*

11.169

11.157

11.428

11.925

12.538

13.120

13.041

12.927

12.715

12.719

12.752

12.866

0,7

0,7

-0,2

0,1

0,1

-0,2

-0,2

0,1

-0,5

-0,1

-0,3

0,3

-0,6

0,3

-0,7

-0,3

0,6

-0,3

-1,8

-2,6

-0,1

-1,3

-1,4

0,1

-0,5

0,4

0,6

0,2

0,9

0,3

-0,3

-0,2

0,1

0,8

3,2

3,1

4,5

-4

-0,4

0,8

1,1

1,6

1,3

1,5

-0,4

-0,1

2,4

4,4

5,1

4,6

-0,6

-0,9

-1,6

0,3

0,9

Sumber: Kementerian Perdagangan, diolah


*data update terbaru

Perkembangan Harga Internasional


Pada akhir triwulan IV
tahun 2015 (Desember),
sebagian besar harga
komoditas internasional
terpilih mengalami
penurunan.

Berdasarkan data harga komoditas internasional yang


didapat dari Bank Dunia, pada akhir tahun 2015, sebagian
besar harga komoditas internasional yang merupakan
komoditas ekspor Indonesia mengalami penurunan harga,
diantaranya Coal yang mengalami penurunan harga 0,8
persen, Cocoa 0,5 persen, dan Copper 3,4 persen.
Sementara itu, peningkatan harga komoditas terbesar pada
akhir tahun 2015 adalah komoditas Rubber yang harganya
naik sebesar 2,1 persen dan Palm Oil yang naik sebesar 1,8
persen.

Tabel 35. Perkembangan Harga untuk Komoditas Terpilih


Komoditas
Unit
2014
2015
Okt-15
Nov 15
ENERGI
Coal, Australia
($/mt)
841,6
690,1
52,3
52,6
Crude Oil, West Texas
($/bbl)
1117,4
584,5
46,2
42,7
PERTANIAN
Cocoa
($/kg)
36,8
37,6
3,2
3,4
Coffe, robusta
($/kg)
26,6
23,3
1,8
1,8
Palm Oil
($/mt)
9857,3
7472,0
583,0
558,0
Soybeans
($/mt)
5901,3
4685,0
376,0
368,0
Shrimp, Mexican
($/kg)
207,0
172,3
11,4
10,0
Woodpulp
($/mt)
10523,0
10500,0
875,0
875,0
Rubber*,
($/kg)
23,5
18,7
1,3
1,2
Singapore/MYS
LOGAM & MINERAL
Copper
($/mt)
82360,8
66125,5
5216,1
4799,9
Iron ore
($/dmtu)
1163,3
670,0
53,0
47,0
Nickel
($/mt)
202720,5
142351,6
10316,8
9244,3
Tin
($/mt)
262786,5
192799,6
15794,6
14745,3
Zinc
($/mt)
25931,7
23180,1
1724,3
1583,3
INFLASI
Unit
2014,0
2015,0
42278,0
Nov 15
ENERGI
Coal, Australia
(%)
-17,1
-18,0
-4,4
0,5

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

Des-15
52,1
37,2
3,4
1,8
568,0
372,0
10,1
875,0
1,3

4638,8
41,0
8707,8
14691,7
1527,8
42339,0
-0,8

71

Komoditas
Unit
Crude Oil, West Texas
(%)
PERTANIAN
Cocoa
(%)
Coffe, robusta
(%)
Palm Oil
(%)
Soybeans
(%)
Shrimp, Mexican
(%)
Woodpulp
(%)
Rubber*,
(%)
Singapore/MYS
LOGAM & MINERAL
Copper
(%)
Iron ore
(%)
Nickel
(%)
Tin
(%)
Zinc
(%)
Sumber: World Bank, diolah

2014
-4,9

2015
-47,7

Okt-15
1,7

Nov 15
-7,6

Des-15
-12,8

25,6
6,8
-4,1
-8,7
24,7
6,5
-30,0

2,4
-12,4
-24,2
-20,6
-16,8
-0,2
-20,3

-2,5
1,6
8,4
2,2
-21,6
0,0
-0,9

5,1
-1,3
-4,3
-2,1
-12,7
0,0
-6,0

-0,5
-3,0
1,8
1,1
1,9
0,0
2,1

-6,4
-28,4
12,4
-1,7
13,1

-19,7
-42,4
-29,8
-26,6
-10,6

0,0
-7,0
3,8
2,2
0,2

-8,0
-11,3
-10,4
-6,6
-8,2

-3,4
-12,8
-5,8
-0,4
-3,5

Kondisi Bisnis Indonesia Triwulan IV Tahun 2015


Kondisi bisnis di Indonesia
pada triwulan IV tahun 2015
naik dibandingkan triwulan
sebelumnya.

Kondisi bisnis di Indonesia pada triwulan IV tahun 2015


meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya dengan nilai
ITB sebesar 105,22. Peningkatan antara lain pada lapangan
usaha industri pengolahan, pengadaan air, pengadaan listrik
dan gas, informasi dan komunikasi, jasa keuangan dan jasa
perusahaan. Adapun sektor pertanian, peternakan dan
kehutanan dan perikanan merupakan lapangan usaha yang
indeksnya mengalami penurunan. Perkiraan ITB triwulan I
tahun 2016 adalah sebesar 104,28.

Gambar 15. Indeks Tendensi Bisnis Indonesia Triwulan I Tahun 2010 - Triwulan IV Tahun 2015

Sumber: BPS, diolah

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

72

Catatan:
ITB berkisar antara 0 sampai dengan 200 dengan indikasi sebagai berikut:
a. Nilai ITB < 100 menunjukkan kondisi pada triwulan berjalan menurun di banding triwulan sebelumnya
b. Nilai ITB=100 menunjukkan kondisi bisnis pada triwulan berjalan tidak mengalami perubahan
(stagnan) dibanding triwulan sebellumnya
c. Nilai ITB > 100 menunjukkan kondisi bisnis pada triwulan berjalan lebih baik (menigkat)dibanding
triwulan sebelumnya
d. * = Angka perkiraan

Tabel 36. Indeks Tendensi Bisnis Menurut Sektor Triwulan IV Tahun 2015
Variabel pembentuk ITB Trw IV-2015

No
1

Sektor dalam ITB

Pertanian, Peternakan, Kehutanan


dan Perikanan
2
Pertambangan dan Penggalian
3
Industri Pengolahan
4
Pengadaan Listrik dan Gas
5
Pengadaaan Air
6
Kosntruksi
7
Perdagangan Besar, Eceran, Reparasi
dan Perawatan Mobil dan Sepeda
Motor
8
Transportasi dan Pergudangan
9
Penyediaan Akomodasi dan Makan
Minum
10 Informasi dan Komunikasi
11 Jasa Keuangan
12 Real Estat
13 Jasa Perusahaan
14 Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
15 Jasa Pendidikan
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
17 Jasa Lainnya
Indeks Tendensi Bisnis
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

99,6

90,18

Penggunaan
Kapasitas
Produksi/Us
aha
90,18

96,2
99,3
109,3
107,0
109,3
110,5

94,74
101,03
111,18
109,82
107,98
105,03

96,21
102,54
111,2
111,3
113,46
106,78

92,42
102,78
113,54
109,57
108,87
104,59

94,5
99,04
110,17
108,7
103,05
103,79

112,0
109,0

109,08
109,19

111,24
111,86

106,98
109,78

108,18
106,71

108,0
110,8
101,7
109,5
111,0

109,07
112,03
101,45
111,23
117,84

111,05
111,25
104,41
113,25
117,39

108,48
113,51
85,59
108,64
119,78

107,69
112,06
101,47
110,65
117,39

111,5
110,0
109,0
106,0

107,99
108,1
110,02
105,22

109,06
108,86
113,06
107,49

111,83
109,29
108,97
103,95

105,48
106,97
107,92
103,86

ITB Trw
III-2015

ITB Trw
IV-2015

Pendapat
an Usaha

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

Rata
Rata
Jam
Kerja
-

73

PERKEMBANGAN INVESTASI DAN


KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL

Pada sisi penggunaan, pada triwulan IV tahun 2015 pertumbuhan komponen


Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar 6,9 persen (YoY).

Realisasi investasi untuk Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) triwulan IV tahun 2015
sebesar Rp46,2 triliun, tumbuh sebesar 10,6 persen dibanding triwulan IV tahun 2014.

Neraca perdagangan ASEAN-5 dengan Tiongkok selama triwulan IV tahun 2015


mengalami defisit sebesar USD 11.063,8 juta.

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

74

PERKEMBANGAN INVESTASI
Perkembangan Investasi
Struktur pertumbuhan
ekonomi Indonesia pada
triwulan IV tahun 2015
masih didominasi oleh
kelompok provinsi di pulau
Jawa dan Sumatera.

Perekonomian Indonesia triwulan IV tahun 2015 dibanding


periode yang sama tahun 2014 tumbuh 5,04 persen,
sedangkan tahun 2015 dibanding tahun 2014 tumbuh
sebesar sebesar 4,8 persen. Secara spasial, struktur
pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan IV tahun
2015 masih didominasi oleh kelompok provinsi di pulau
Jawa dan Sumatera, dengan kontribusi terhadap PDB
sebesar 58,3 persen, pulau Sumatera sebesar 22,2 persen,
Kalimantan 8,15 persen.
Dalam perhitungan PDB sisi pengeluaran, pertumbuhan
komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB)
triwulan IV tahun 2015 sebesar 6,9 persen (YoY) dibanding
periode yang sama tahun 2014, sementara pertumbuhan
triwulan IV tahun 2015 di banding triwulan III tahun 2015
(QtQ) mengalami kenaikan sebesar 5,0 persen.

Tabel 37. Pertumbuhan dan Share PMTB Triwulan IV Tahun 2015 (persen)
Q4-2014
Q4-2014
Q4-2015
(QtQ)
(YtY)
(QtQ)
Pertumbuhan PDB
-2,1
5,0
-1,8
Pertumbuhan PMTB (YoY)(PDB Konstan)
2,9
4,6
5,0
a. Bangunan
4,1
7,1
6,0
b. Mesin dan Perlengkapan Dalam Negeri
0,4
-9,2
2,6
c. Kendaraan
-3,0
-7,4
-2,5
d. Peralatan Lainnya
6,3
9,7
4,3
e. Sumber Daya Hayati
15,3
7,6
13,1
f. Produk Kekayaan Intelektual
-25,6
12,2
-12,2
Share PMTB terhadap PDB (harga berlaku)
a. Bangunan
b. Mesin dan Perlengkapan Dalam Negeri
c. Kendaraan
d. Peralatan Lainnya
e. Sumber Daya Hayati
f. Produk Kekayaan Intelektual
Sumber: BPS , diolah

Pembentukan Modal Tetap


Domestik Bruto/PMTB pada
triwulan IV tahun 2015
tumbuh sebesar 4,6 persen
(YoY).

34,4
26,1
3,2
1,4
0,5
2,2
0,9

Q4-2015
(YtY)
5,0
6,9
8,2
3,8
7,3
7,8
-3,6
6,4
33,2
25,0
3,2
1,5
0,5
2,0
1,0

Untuk komponen Pembentukan Modal Tetap Domestik


Bruto/PMTB, pertumbuhan triwulan IV tahun 2015 (YoY)
sebesar 6,9 persen secara lebih detil didorong oleh
pertumbuhan Bangunan sebesar 8,2 persen, Peralatan
Lainnya sebesar 7,8 persen dan Kendaraan sebesar 7,3
persen. Adapun sumbangan terbesar dalam komponen

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

75

PMTB pada triwulan IV tahun 2015 secara detil yaitu pada


Bangunan dengan sumbangan 25,0 persen.

Realisasi Investasi Triwulan IV Tahun 2015


Tabel 38. Realisasi PMA dan PMDN Tahun 2010- Triwulan IV Tahun 2015
PMDN
PMA
Pertumbuhan (YoY, %)
TAHUN
(Rp Triliun)
(USD juta)
PMDN
PMA
2010
60,6
16.214,8
60,4
2011
76,0
19.474,2
25,4
2012
92,2
24.564,7
21,3
2013
128,2
28.617,5
39,0
2014
156,1
28.529,7
21,8
2015 Trw IV
46,2
7.938,7
10,6
Sumber : BKPM, diolah

Realisasi investasi untuk


Penanaman Modal Dalam
Negeri (PMDN) maupun
Penanaman Modal Asing
(PMA) triwulan IV tahun
2015 mengalami
pertumbuhan positif.

49,9
20,1
26,1
16,5
-0,3
17,0

Realisasi investasi untuk Penanaman Modal Dalam Negeri


(PMDN) triwulan IV tahun 2015 sebesar Rp46,2 triliun, lebih
besar dari realisasi triwulan IV tahun 2014 atau tumbuh
sebesar 10,6 persen. Untuk Penanaman Modal Asing (PMA),
realisasi triwulan IV tahun 2015 sebesar USD7.938,7 juta,
dan mengalami pertumbuhan sebesar 17 persen
dibandingkan triwulan IV tahun 2014.

Realisasi Per Sektor


Pertumbuhan YoY terbesar
pada PMA adalah sektor
tersier, sedangkan untuk
PMDN adalah sektor
sekunder.

Realisasi per sektor untuk PMA pada triwulan IV tahun 2015


sebesar USD7.938,7 juta atau mengalami pertumbuhan
sebesar 17,0 persen dibandingkan triwulan IV tahun 2014.
Kenaikan terjadi di seluruh sektor, dengan kenaikan
terbesar pada sektor tersier sebesar 25,9 persen. Untuk
PMDN pada periode yang sama terjadi pertumbuhan
sebesar 10,6 persen. Kenaikan ini didorong oleh
pertumbuhan sektor sekunder sebesar 51,1 persen. Adapun
dilihat secara sumbangannya, pada triwulan IV tahun 2015,
untuk PMA sektor sekunder memberikan sumbangan
terbesar dengan sumbangan 40,8 persen dan pemberi
sumbangan terbesar untuk PMDN juga dari sektor sekunder
sebesar 56,3 persen.

Tabel 39.Pertumbuhan dan Share Realisasi Investasi PMDN dan PMA Triwulan IV Tahun 2015 Berdasar Sektor
PMA
PMDN
Jumlah
Jumlah (Rp
Tahun
(USD juta)
Triliun)
Primer
Sekunder
Tersier
Primer
Sekunder
Tersier
2010
3.013,6
3.357,6
9.843,6
16.214,8
12,3
25,5
22,8
60,6
2011
4.870,3
6.779,5
7.824,9
19.474,7
16,3
39,0
20,6
76,0
2012
5.933,1
11.770,0
6.861,7
24.564,7
20,4
49,9
21,9
92,2
2013
6.471,8
17.326,4
6.286,9
30.085,1
25,7
51,2
51,3
128,2
2014
6.991,3
13.019,4
8.519,0
28.529,6
16,5
59,0
80,6
34,6

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

76

Tahun

Primer
1.491,2
1.644,4

PMA
Sekunder
2.869,4
3.241,5

Tersier
2.423,9
3.052,8

Jumlah
(USD juta)
6.784,5
7.938,7

Primer
5,8
2,8

PMDN
Sekunder
17,2
26,0

Tersier
18,7
17,4

Jumlah (Rp
Triliun)
41,7
46,2

10,3

13

25,9

17

-52,7

51,1

-6,9

10,6

20,7

40,8

38,5

100

56,3

37,8

100

2014 TRW IV
2015 TRW IV
Pertumbuhan
(YoY, %)
Share 2015 trw IV
(%)
Sumber : BKPM, diolah

Sektor dengan persentase


realisasi terbesar untuk PMA
adalah sektor Listrik, Gas
dan Air dan untuk PMDN
adalah sektor Industri
Mineral Non Logam.

Dilihat per sektor/bidang usaha, pada triwulan IV tahun


2015 lima sektor/bidang dengan realisasi PMA terbesar dan
persentasenya terhadap total realisasi secara berurutan
adalah sektor Listrik, Gas dan Air dengan persentase 17,5
persen, Industri Logam, Mesin dan Elektronik 12,5 persen,
Perumahan, Kawasan Industri dan Perkantoran 12,0 persen,
Pertambangan 11,7 persen dan Tanaman Pangan dan
Perkebunan 8,2 persen. Untuk PMDN, terbesar secara
berurutan adalah Industri Mineral Non Logam 18,6 persen,
Konstruksi 16,3 persen, Industri Makanan 13,9 persen,
Industri Kimia dan Farmasi 10,1 persen dan Listrik, Gas dan
Air 9,7 persen.

Tabel 40. Lima Besar Sektor Realisasi Investasi Triwulan IV Tahun 2015
PMA
PMDN
Sektor/Bidang Usaha
USD Juta
% Thd total
Sektor/Bidang Usaha
Rp Triliun
Ind. Mineral Non
1 Listrik, Gas dan Air
1.393,2
17,5 1
8,6
Logam
Ind. Logam, Mesin &
2
993,2
12,5 2 Konstruksi
7,5
Elektronik
Perumahan, Kawasan
3
952,3
12,0 3 Industri Makanan
6,4
Ind & Perkantoran
4 Pertambangan
928,2
11,7 4 Ind. Kimia dan Farmasi
4,7
Tanaman Pangan &
5
651,0
8,2 5 Listrik, Gas dan Air
4,5
Perkebunan
Gabungan lainnya
3.020,9
38,1
Gabungan lainnya
14,5
Jumlah / Total
7.938,7
100
Jumlah / Total
46,2
Sumber: BKPM, diolah

% Thd total
18,6
16,3
13,9
10,1
9,7
31,3
100

Realisasi Per Lokasi


Pada triwulan IV tahun
2015, pertumbuhan YoY
realisasi PMDN terbesar
terjadi di Bali dan Nusa
Tenggara.

Berdasar lokasi perwilayah, pada triwulan IV tahun 2015


dibanding triwulan IV tahun 2014, pertumbuhan realisasi
PMDN terbesar terjadi di Bali dan Nusa Tenggara dengan
pertumbuhan sebesar 506,3 persen diikuti Papua sebesar
283,9 persen dan Sulawesi 95,1 persen. Dilihat dari
sumbangannya, Jawa, Sumatera dan Sulawesi memberikan
sumbangan terbesar pada triwulan IV tahun 2015 yaitu 59,4

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

77

persen, 15,6 persen dan 13,2 persen.


Tabel 41. Pertumbuhan dan Share Realisasi Investasi PMDN Triwulan IV 2015 Berdasarkan Lokasi (Rp Triliun)
Lokasi
TAHUN
TOTAL
Sumatera
Jawa
Bali & NT Kalimantan
Sulawesi
Maluku
Papua
2010
4,2
35,1
2,1
14,6
4,3
0,0
0,2
60,6
2011
16,3
37,2
0,4
13,5
7,2
0,0
1,4
76,0
2012
14,3
52,7
3,2
16,7
4,9
0,3
0,1
92,2
2013
22,9
66,5
4,4
28,7
3,6
1,1
0,9
128,2
2014
29,6
97,1
0,5
21,4
7,1
0,2
0,3
156,1
2014 trw IV
8,4
25,7
0,2
4,1
3,1
0,0
0,1
41,7
2015 trw IV
7,2
27,4
1,4
3,8
6,1
0,0
0,3
46,2
Pertumbuhan
-14,5
6,5
506,3
-8,1
95,1
-100
283,9
10,6
(YoY,%)
Share trw IV 2015
15,6
59,4
3
8,2
13,2
0
0,6
100
(%)
Sumber : BKPM, diolah

Pada triwulan IV tahun


2015, pertumbuhan Y-o-Y
realisasi PMA terbesar
terjadi di Maluku.

Untuk PMA
pertumbuhan triwulan IV tahun 2015
dibandingkan triwulan IV tahun 2014
mengalami
pertumbuhan sebesar 17,0 persen dengan pertumbuhan
positif terjadi di Jawa, Bali dan Nusa Tenggara, Kalimantan,
Sulawesi dan Maluku. Lokasi lainnya yaitu Sumatera dan
Papua
mengalami
pertumbuhan
negatif.
Secara
sumbangan, pada triwulan IV tahun 2015 pulau Jawa,
Kalimantan dan Sumatera memberikan sumbangan terbesar
yaitu 50,3 persen, 24,5 persen dan 11,4 persen.

Tabel 42. Pertumbuhan dan Share Realisasi Investasi PMA Triwulan IV 2015 Berdasarkan Lokasi (USD Juta)
LOKASI
TAHUN
TOTAL
Bali &
Sumatera
Jawa
Kalimantan Sulawesi Maluku Papua
NT
2010
747,1 11.498,8
502,7
2.011,4
859,1
248,9
346,8 16.214,8
2011
2.076,3 12.324,8
952,7
1.918,7
715,3
141,4 1.345,0 19.474,2
2012
3.729,3 13.659,9
1.126,6
3.208,7
1.507,1
98,8 1.234,5 24.564,9
2013
3.395,3 17.326,4
888,9
2.773,4
1.498,2
321,2 2.414,2 28.617,5
2014
3.844,5 15.436,7
993,2
4.673,7
2.055,7
111,8 1.414,0 28.529,6
2014 trw IV
929,3
3.816,9
206,5
998,1
486,7
14,7
332,4
6.784,5
2015 trw IV
907,9
3.992,2
260,1
1.945,2
575,0
70,9
187,4
7.938,7
Pertumbuhan
(YoY, %)
-2,3
4,6
26,0
94,9
18,1
381,9
-43,6
17,0
Share Trw IV
2015 (%)
11,4
50,3
3,3
24,5
7,2
0,9
2,4
100,0
Sumber : BKPM, diolah

Pulau Jawa merupakan


lokasi PMDN dan PMA yang
paling diminati.

Berdasar lokasi menurut provinsi, pada triwulan IV tahun


2015 untuk PMDN, tiga dari lima besar lokasi investasi yang
diminati terletak di Pulau Jawa, dengan kontribusi realisasi
PMDN terbesar yaitu Jawa Timur sebesar 36,5 persen.

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

78

Tabel 43. Lima Besar Lokasi Realisasi Investasi Triwulan IV Tahun 2015
PMA
PMDN
Lokasi (Propinsi)
USD Juta
% Thd Total
Lokasi (Propinsi)
Rp Triliun
DKI Jakarta
1.363,70
17,2 Jawa Timur
16,9
Banten
925,9
11,7 Jawa Tengah
5,1
Jawa Timur
910,7
11,5 Sulawesi Selatan
4,4
Kalimantan Tengah
659,8
8,3 Riau
2,8
Kalimantan Timur
613,3
7,7 Banten
2,7
Gabung lainnya
3.465,30
43,7 Gabung lainnya
14,3
Jumlah
7.938,70
100 Jumlah
46,2
Sumber : BKPM, diolah

% Thd Total
36,5
11
9,5
6
5,9
31
100

Untuk PMA, lima lokasi dengan realisasi paling besar


berturut-turut adalah DKI Jakarta, Banten, Jawa Timur,
Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur dengan sumbangan
realisasi PMA terbesar berasal dari DKI Jakarta sebesar 17,2
persen.

Realisasi per Negara


Tabel 44. Lima Besar Negara Asal Realisasi Investasi PMA Triwulan IV Tahun 2015
Negara
USD Juta
% Terhadap Total
Singapura
2.349,80
29,6
Hong Kong
520,6
6,6
Belanda
399,5
5
Jepang
382
4,8
R. R. Tiongkok
222,3
2,8
Gabung Lainnya
4.064,50
51,2
Jumlah
7.938,70
100
Sumber : BKPM, diolah

Singapura merupakan
Negara asal investasi PMA
terbesar pada triwulan IV
tahun 2015.

Pada triwulan IV tahun 2015, empat dari lima besar negara


asal investasi PMA merupakan negara-negara di Asia, yaitu:
1) Singapura, dengan nilai investasi sebesar USD2.349,8 juta
atau 29,6 persen dari total realisasi investasi PMA; 2) Hong
Kong dengan nilai USD520,6 juta (6,6 persen); 3) Jepang
dengan nilai realisasi investasi USD382 juta (4,8 persen); 4)
R. R. Tiongkok dengan nilai realisasi investasi USD222,3 juta
(2,8 persen). Belanda berada di peringkat ke-3 dengan nilai
USD399,5 Juta atau 5,0 persen dari total realisasi investasi
PMA.

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

79

PERKEMBANGAN KERJA SAMA EKONOMI INTERNASIONAL


Perkembangan Perjanjian Ekonomi Internasional Indonesia
Perkembangan perjanjian ekonomi internasional yang dilakukan Indonesia dijelaskan pada
tabel di bawah.
Tabel 45. Status Perjanjian Ekonomi Internasional
PERJANJIAN EKONOMI
STATUS
Negotiations launched
1
ASEAN-EU Free Trade Agreemeent (FTA)
(the 7th round of negotiations)
Negotiations launched
2
ASEAN-Hong Kong, China Free Trade Agreement
(the 3rd round of negotiations)
India-Indonesia Comprehensive Economic
Negotiations launched
3
Cooperation Arrangement
(consultation pre-negotiation)
Indonesia-Australia Comprehensive Economic
Negotiations launched
4
Partnership Agreement
(the 2nd round of negotiations)
Indonesia-European Free Trade Association Free
Negotiations launched
5
Trade Agreement
(the 9th round of negotiations)
Regional Comprehensive Economic Partnership
Negotiations launched
6
(RCEP)
(the 10th round of negotiations)
Republic of Korea-Indonesia Free Trade
Negotiations launched
7
Agreement
(the 7th round of negotiations)
Indonesia-Iran Preferential Trade Agreement
Negotiations launched
8
(PTA)
(the 1st round of negotiations)
9
Indonesia-Chile FTA
Conclusion of Joint Study Group (JSG)
10
Indonesia-Turki FTA
Conclusion of JSG
11
Indonesia-Tunisia FTA
JSG ongoing
12
Indonesia-Mesir FTA
Establishment of JSG
Trade Preferential System of the Organization of
13
Signed but not yet In Effect
the Islamic Conference
14
ASEAN Free Trade Area
Signed and In Effect
ASEAN-Australia-New Zealand Free Trade
15
Signed and In Effect
Agreement
ASEAN-India Comprehensive Economic
16
Signed and In Effect
Cooperation Agreement
ASEAN-Japan Comprehensive Economic
17
Signed and In Effect
Partnership
ASEAN-China Comprehensive Economic
18
Signed and In Effect
Cooperation Agreement
ASEAN-Republic of Korea Comprehensive
19
Signed and In Effect
Economic Cooperation Agreement
20
Japan-Indonesia Economic Partnership Agreement
Signed and In Effect
21
Pakistan-Indonesia Free Trade Agreement
Signed and In Effect
Preferential Tariff Arrangement-Group of Eight
22
Signed and In Effect
Developing Countries
Sumber: aric database, ADB ; Ditjen KPI, Kemendag
No

Perkembangan Ekspor Impor Dalam Kerangka ASEAN-Tiongkok FTA


Neraca perdagangan
ASEAN-5 dengan RRT
selama triwulan IV tahun
2015 mengalami defisit
sebesar USD11.063,8 juta.

Neraca perdagangan ASEAN-5 dengan RRT selama triwulan


IV tahun 2015 mengalami defisit sebesar USD11.063,8 juta.
Indonesia, Filipina, Singapura dan Thailand mengalami
defisit perdagangan dengan RRT masing-masing sebesar

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

80

USD3.107,8 juta, USD2.924,6 juta, USD7.438,1 juta dan


USD854,1 juta. Sementara itu, hanya Malaysia yang
mengalami surplus perdagangan dengan RRT yaitu sebesar
USD3.260,7 juta.

Ekspor ASEAN Ke RRT


Nilai ekspor ASEAN-5 ke
Tiongkok pada triwulan IV
tahun 2015 mengalami
penurunan 4,5 persen (QtQ).

Secara keseluruhan, nilai ekspor ASEAN-5 ke RRT pada


triwulan IV tahun 2015 mengalami penurunan sebesar 4,5
persen (QtQ) dari USD41.459,0 juta menjadi USD39,581,2
juta. Jika dibandingkan dengan kurtal yang sama tahun
sebelumnya, ekspor ASEAN ke RRT mengalami penurunan
sebesar USD3.951,2 juta (9 persen). Hanya Malaysia yang
mengalami pertumbuhan positif di triwulan IV tahun 2015,
yaitu sebesar USD128,1 juta (0,9 persen). Secara nominal,
Thailand mengalami penurunan ekspor paling tinggi pada
triwulan IV, yaitu sebesar USD654,0 juta, diikuti oleh
Singapura (USD512,9 juta), Filipina (USD482,7 juta) dan
Indoneisa (USD356,3 juta). Total nilai ekspor ASEAN-5 ke
RRT pada triwulan IV tahun 2015 hanya sebesar 9 persen
dari seluruh nilai ekspor yang masuk ke RRT.
Tabel 46. Ekspor ASEAN ke RRT
Nilai Ekspor (juta USD)
Q4 2014

ASEAN (5 negara)
Filipina
Machinery, Electrical Equipment
Electrical Machinery and
Equipment
Nuclear Reactors, Machinery
Mineral Products
Indonesia
Mineral Products
Mineral Fuels, Mineral Oils &
Products
Animal or Vegetable Fats and Oils
Indonesia: Machiney, Electrical
Equipment
Malaysia
Machinery, Electrical Equipment
Electrical Machinery and
Equipment
Mineral Products
Mineral Fuels, Mineral Oils &
Product
Singapura

Q3 2015

Q4 2015

Pertumbuhan
Q4 2015
Q4 2015
(QtQ, %)
(YoY, %)
-4,5
-9,1
-9,2
-15,8
-2,7
-10,5

Proporsi*
Q4 2015

43.532,4
5.650,4
3.854,5

41.459,0
5.239,3
3.547,0

39.581,2
4.756,6
3.451,2

2.575,7

2.525,5

2.476,6

-1,9

-3,8

0,6

1.278,8
921,9
5.358,4
2.059,3

1.021,5
1.161,9
5.419,3
1.964,8

974,6
712,5
5.062,9
1.706,2

-4,6
-38,7
-6,6
-13,2

-23,8
-22,7
-5,5
-17,1

0,2
0,2
1,2
0,4

1.705,9

1.781,5

1.631,3

-8,4

-4,4

0,4

666,4

895,9

866,8

-3,2

30,1

0,2

397,3

424,0

429,1

1,2

8,0

0,1

14.451,3
9.558,7

13.557,5
9.289,3

13.685,6
9.643,3

0,9
3,8

-5,3
0,9

3,1
2,2

8.581,4

8.464,2

8.879,3

4,9

3,5

2,0

1.826,8

1.569,4

1.671,3

6,5

-8,5

0,4

1.644,7

1.137,1

1.221,2

7,4

-25,7

0,3

7.960,4

6.961,3

6.448,4

-7,4

-19,0

1,5

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

9,0
1,1
0,8

81

Nilai Ekspor (juta USD)


Q4 2014
Machinery, Electrical Equipment
3.530,9
Electrical Machinery and
2.391,0
Equipment
Nuclear Reactors, Machinery
1.140,0
Plastics, Rubber and Articles
990,9
Thereof
Thailand
10.111,8
Machinery, Electrical Equipment
3.801,5
Electrical Machinery and
2.030,4
Equipment
Nuclear Reactors, Machinery
1.771,1
Plastics, Rubber and Articles
2.168,4
Thereof
Sumber: Statistik Tiongkok, CEIC
Keterangan (*): Terhadap total ekspor Tiongkok

Q3 2015

Q4 2015

Pertumbuhan
Q4 2015
Q4 2015
(QtQ, %)
(YoY, %)
-7,9
-13,0

Proporsi*
Q4 2015

3.333,4

3.071,0

0,7

2.313,8

2.169,0

-6,3

-9,3

0,5

1.019,6

902,0

-11,5

-20,9

0,2

1.039,8

935,5

-10,0

-5,6

0,2

10.281,7
4.028,4

9.627,7
4.309,0

-6,4
7,0

-4,8
13,3

2,2
1,0

2.307,5

2.401,1

4,1

18,3

0,5

1.720,9

1.907,9

10,9

7,7

0,4

1.905,0

1.875,8

-1,5

-13,5

0,4

Pertumbuhan
Q4 2015
Q4 2015
(QtQ, %)
(YoY, %)
-0,04
-7,1
10,6
13,7
11,3
11,3
32,4
71,0

Proporsi*

Impor ASEAN dari RRT


Tabel 47. Impor ASEAN dari RRT
Nilai Impor (juta USD)
Q4 2014
ASEAN (5 negara)
Filipina
Machinery, Electrical Equipment
Textiles and Textile Articles
Electrical Machinery and
Equipment
Miscellaneous Mfg Articles
Indonesia
Machinery, Electrical Equipment
Nuclear Reactors, Machinery
Electrical Machinery and
Equipment
Base Metals and Articles
Malaysia
Machinery, Electrical Equipment
Electrical Machinery and
Equipment
Base Metals and Articles
Nuclear Reactors, Machinery
Singapura
Machinery, Electrical Equipment
Electrical Machinery and
Equipment
Nuclear Reactors, Machinery
Indonesia: Vehicles, Aircraft,
Vessels & Transport Eq
Thailand

Q3 2015

Q4 2015

Q4 2015

54.503,6
6.754,5
1.781,9
810,4

50.665,7
6.945,2
1.782,4
1.046,9

50.645,1
7.681,2
1.984,0
1.385,8

1.113,5

1.140,3

1.356,4

19,0

21,8

0,2

424,4
10.348,5
3.481,4
1.836,4

607,2
8.428,7
2.971,0
1.600,3

585,5
8.170,7
2.962,7
1.619,0

-3,6
-3,1
-0,3
1,2

38,0
-21,0
-14,9
-11,8

0,1
1,3
0,5
0,3

1.645,0

1.370,7

1.343,7

-2,0

-18,3

0,2

1.596,4
12.718,9
3.745,0

1.046,9
10.899,7
3.709,1

1.226,6
10.424,9
3.282,9

17,2
-4,4
-11,5

-23,2
-18,0
-12,3

0,2
1,7
0,5

2.429,8

2.470,2

2.141,5

-13,3

-11,9

0,3

2.118,4
1.315,1
14.500,4
5.862,8

1.312,7
1.238,9
14.441,3
6.416,0

1.164,0
1.141,4
13.886,5
6.092,7

-11,3
-7,9
-3,8
-5,0

-45,1
-13,2
-4,2
3,9

0,2
0,2
2,3
1,0

3.539,5

4.538,0

3.977,8

-12,3

12,4

0,6

2.323,2

1.878,0

2.115,0

12,6

-9,0

0,3

1.555,0

1.735,1

1.285,9

-25,9

-17,3

0,2

10.181,4

9.950,8

10.481,8

5,3

3,0

1,7

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

8,3
1,3
0,3
0,2

82

Nilai Impor (juta USD)


Q4 2014
Machinery, Electrical Equipment
3.738,4
Electrical Machinery and
2.047,6
Equipment
Nuclear Reactors, Machinery
1.690,8
Base Metals and Articles
1.381,9
Sumber: Statistik Tiongkok, CEIC
Keterangan (*): terhadap total impor Tiongkok

Impor ASEAN-5 dari


Tiongkok pada triwulan IV
tahun 2015 turun sebesar
0,04 persen (QtQ).

Q3 2015

Q4 2015

Pertumbuhan
Q4 2015
Q4 2015
(QtQ, %)
(YoY, %)
8,0
17,8

Proporsi*
Q4 2015

4.076,1

4.404,1

0,7

2.411,3

2.778,8

15,2

35,7

0,5

1.664,8
1.271,7

1.625,3
1.103,1

-2,4
-13,3

-3,9
-20,2

0,3
0,2

Impor ASEAN-5 dari RRT pada triwulan IV tahun 2015 turun


sebesar 0,04 persen dari triwulan sebelumnya yang
mencapai USD50.665,7 juta menjadi USD50.645,1 juta. Jika
dibandingkan triwulan yang sama pada tahun 2014, impor
dari RRT ke ASEAN turun sebesar 7,1 persen atau
USD3.858,5 juta. Filipina dan Thailand mengalami
pertumbuhan impor yang positif pada triwulan tahun IV
2015 (QtQ), yaitu masing-masing sebesar USD736,0 juta
(10,6 persen) dan USD531,1 juta (5,3 persen). Sedangkan
Indonesia, Malaysia dan Singapura mengalami penurunan
impor masing-masing sebesar USD258,0 juta (3,1 persen),
USD474,9 juta (4,4 persen) dan USD554,8 juta (3,8 persen).

Perkembangan Perjanjian Ekspor Berdasarkan Surat Keterangan Asal (SKA)


Tabel 48. Presentase Penggunaan SKA terhadap Total Ekspor Indonesia
SKA Preferensi
SKA Nonpreferensi
SKA Preferensi + SKA Non
Periode
(%)
(%)
Preferensi (%)
2012
45,4
11,8
57,2
2013
50,7
12,4
63,1
2014
50,6
11,9
62,5
2015
72,3
13,5
85,8
Sumber : Direktorat Fasilitasi Ekspor dan Impor, Kemendag

Penggunaan SKA Preferensi


dan SKA Nonpreferensi
mencapai 85,8 persen
terhadap total ekspor
Indonesia pada tahun 2015.

Sepanjang tahun 2015, penggunaan SKA Preferensi dan SKA


Nonpreferensi mencapai 85,8 persen terhadap total ekspor
Indonesia dimana SKA Preferensi mendominasi penggunaan
SKA dengan pemanfaatan sebesar 72,3 persen. Form E yang
merupakan SKA Preferensi atas perjanjian ACFTA paling
banyak dimanfaatkan sepanjang tahun 2015 dengan tingkat
pemanfaatan sebesar 23,6 persen, diikuti oleh Form A
(Generalized System of Preferences) sebesar 20,6 persen
(Gambar 16). Pada kurun waktu yang sama Form B
mendominasi pemanfaatan penggunaan SKA Nonpreferensi
dengan tingkat utilisasi sebesar 92,5 persen (Gambar 17).

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

83

Gambar 16. Persentase Penggunaan SKA Preferensi terhadap Total SKA Preferensi

Sumber : Direktorat Fasilitasi Ekspor dan Impor, Kemendag


Gambar 17. Persentase Penggunaan SKA Nonpreferensi terhadap Total SKA Nonpreferensi

Sumber : Direktorat Fasilitasi Ekspor dan Impor, Kemendag

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

84

Perkembangan Ekspor dan Impor Dalam Kerangka ASEAN FTA


Ekspor Impor Indonesia-ASEAN
Pada triwulan IV tahun 2015
Indonesia mengalami defisit
neraca perdagangan
dengan ASEAN sebesar
USD1.283,9 juta.

Ekspor Indonesia-ASEAN
menurun 19,2 persen (YoY)
dengan penurunan paling
tinggi ke Malaysia sebesar
30,3 persen.

Secara akumulasi, total nilai ekspor Indonesia-ASEAN pada


triwulan IV tahun 2015 adalah sebesar USD7.840,3 juta
sedangkan nilai impor Indonesia dari ASEAN terhitung
sebesar USD9.124,2 juta. Sehingga, pada triwulan IV tahun
2015 Indonesia mengalami defisit neraca perdagangan
dengan ASEAN sebesar USD1.283,9 juta. Dibandingkan
dengan negara ASEAN lainnya, Singapura merupakan
negara tujuan ekspor terbesar (37,3 persen) sekaligus
negara asal impor terbesar Indonesia (45,8 persen).
Pertumbuhan ekspor Indonesia-ASEAN pada triwulan IV
tahun 2015 (YoY) secara kumulatif menurun 19,2 persen
dengan penurunan ekspor paling tinggi yaitu ke Malaysia
sebesar 30,3 persen. Pertumbuhan ekspor yang positif
hanya ke negara Kamboja (13,2 persen), Vietnam (11,4
persen) dan Brunei Darussalam (0,4 persen).

Tabel 49. Ekspor Indonesia-ASEAN Triwulan IV Tahun 2015


Nilai Ekspor (juta USD)
Pertumbuhan
Proporsi*
Negara
Okt-15
Nov-15
Des-15
Q4 2015
(YoY, %)
(%)
Brunei Darussalam
14,1
4,9
5,4
24,5
0,4
0,3
Filipina
305,0
307,6
273,7
886,4
-7,1
11,3
Kamboja
36,7
34,1
41,7
112,5
13,2
1,4
Laos
0,9
0,3
0,5
1,7
-4,2
0,0
Malaysia
594,5
519,4
545,7
1.659,5
-30,3
21,2
Myanmar
48,0
71,6
50,5
170,0
-3,0
2,2
Singapura
1.045,9
928,3
947,4
2.921,7
-26,4
37,3
Thailand
448,8
431,3
340,3
1.220,4
-9,2
15,6
Vietnam
288,0
264,1
291,4
843,5
11,4
10,8
Total Ekspor
2.781,9
2.561,6
2.496,7
7.840,3
-19,2
100,0
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Keterangan (*) : proporsi terhadap total ekspor ke ASEAN

Myanmar sebagai negara


importir yang mengalami
pertumbuhan positif
tertinggi.

Demikian halnya dengan ekspor, pertumbuhan impor


Indonesia-ASEAN pada triwulan IV tahun 2015 (YoY) secara
kumulatif mengalami penurunan sebesar 26,7 persen.
Penurunan impor paling tinggi yaitu dari Laos sebesar 99,2
persen. Pertumbuhan impor yang positif dari negara Brunei
Darussalam (2013,8 persen), Kamboja (84,6 persen) dan
Myanmar (68,9 persen). Peningkatan impor yang sangat
besar dari Brunei disebabkan oleh tidak adanya impor migas
pada kuartal IV tahun 2014. Impor dari Brunei pada kurtal

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

85

IV tahun 2014 hanya sebesar USD3,2 juta meningkat


menjadi USD68,2 juta pada kuartal IV tahun 2015.

Negara
Brunei Darussalam
Filipina
Kamboja
Laos
Malaysia
Myanmar
Singapura
Thailand
Vietnam
Total Impor

Okt-15
36,9
52,3
2,3
0,0
595,6
7,7
1.356,7
627,7
200,3
2.879,5

Tabel 50. Impor Indonesia-ASEAN


Nilai Impor(juta USD)
Nov-15
Des-15
Q4 2015
2,7
28,6
68,2
58,1
61,6
172,0
1,8
1,4
5,6
0,0
0,0
636,3
659,1
1.890,9
14,3
15,9
37,9
1.494,1
1.328,4
4.179,2
604,3
704,0
1.936,0
331,9
302,1
834,4
3.143,6
3.101,1
9.124,2

Pertumbuhan
(YoY, %)
2013,8
-1,5
84,6
-99,2
-32,7
68,9
-32,9
-15,5
-9,0
-26,7

Proporsi*
(%)
0,7
1,9
0,1
0,0001
20,7
0,4
45,8
21,2
9,1
100,0

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah


Keterangan (*)
: proporsi terhadap total impor dari ASEAN (%)

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

86

PERKEMBANGAN INDIKATOR
MONETER DAN SEKTOR KEUANGAN

Inflasi tahunan (YoY) Indonesia pada bulan Oktober-Desember 2015 masing-masing


sebesar 6,25 persen, 4,89 persen, dan 3,35 persen.
Rata-rata nilai tukar Rupiah terhadap USD selama triwulan IV tahun 2015 sebesar
Rp13.773 per USD. Dolar Amerika Serikat (USD) mengalami pelemahan terhadap
Rupiah sebesar 5,9 persen dibanding triwulan III tahun 2015.
Rata-rata IHSG pada triwulan IV tahun 2015 sebesar 4498,2.
Rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) pada bulan November 2015
adalah sebesar 21,3 persen, meningkat 0,7 persen dibanding triwulan sebelumnya
(QtQ).
Pada bulan November 2015, rasio kredit bermasalah mengalami peningkatan
sebesar 0,1 persen dibanding triwulan sebelumnya (QtQ), yaitu menjadi 2,6 persen.

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

87

PERKEMBANGAN INDIKATOR MONETER


Perkembangan Moneter Global
Proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia yang moderat
pada tahun 2015 diiringi dengan tren penurunan
cadangan devisa berbagai negara kawasan, terutama
negara maju. Sebaliknya, negara-negara berkembang di
kawasan ASEAN dan India mengalami peningkatan (Tabel
51). Peningkatan cadangan devisa Indonesia pada akhir
Desember merupakan yang tertinggi, hal ini terutama
disebabkan oleh penarikan pinjaman luar negeri, hasil
ekspor migas, dan penerbitan global bonds Pemerintah.

Penurunan cadangan
devisa sebagian besar
terjadi pada negaranegara maju

Tabel 51. Posisi Cadangan Devisa Dunia (miliar USD)


September
Oktober November Desember
BRIC
Brazil
361,4
361,2
Rusia
371,3
369,6
India
350,3
354,2
Tiongkok
3590,3
3604,0
ASEAN-5
Indonesia
101,7
100,7
Malaysia
93,3
94,0
Singapura
251,6
249,8
Thailand
155,5
158,3
Filipina
80,6
81,1
Fragile-5
Turki
119,7
118,6
Afrika Selatan
46,1
46,1
Negara Maju
Jepang
1.248,9
1244,2
Kawasan Euro
721,7
721,2
Inggris
158,0
163,5
Amerika Serikat
121,0
119,6
Sumber: International Monetary Fund, data

Tiongkok mengalami
penurunan cadangan devisa
tertinggi seiring dengan
keputusan pelonggaran
kebijakan moneter pada
Oktober 2015.

%QtQ

357,0
364,7
350,2
3513,0

356,5
368,4
350,4
3406,1

-1,4
-0,8
0,03
-5,1

100,2
94,6
247,1
155,7
80,2

105,9
95,3
247,7
156,5
80,7

4,1
2,1
-1,6
0,6
0,1

116,5
45,1

n.a
n.a

n.a
n.a

1233,0
691,1
154,4
117,0

1233,2
701,4
155,9
118,5

-1,3
-2,8
-1,3
-2,1

Pada Oktober 2015, Peoples Bank of China (PboC)


melonggarkan kebijakan moneter dengan menurunkan
tingkat suku bunganya terutama untuk mencapai target
pertumbuhan ekonomi pada tingkat 7 persen di akhir
tahun 2015. Suku bunga yang lebih rendah diharapkan
dapat merangsang peningkatan pinjaman. Akan tetapi di
sisi lain di tengah penguatan USD, peningkatan pinjaman
meningkatkan risiko berupa peningkatan utang yang
menggerus cadangan devisa Tiongkok pada akhir

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

88

Desember 2015 hingga 5,1 persen dibanding triwulan


sebelumnya (Tabel 51). Pelonggaran kebijakan ini dinilai
belum berhasil membuat Cina mempertahankan
pertumbuhan ekonomi pada tingkat 7 persen dimana
pada akhir 2015 Cina hanya tumbuh 6,8 persen.
Amerika Serikat (The Fed)
telah memulai pengetatan
kebijakan moneternya pada
pertengahan Desember
2015.

Sementara itu, negara


kawasan Eropa dan Jepang
masih melanjutkan
pelonggaran kebijakan
moneter.

Peningkatan suku bunga The Fed merupakan yang


pertama sejak tahun 2006. Keputusan The Fed dalam
meningkatkan suku bunganya didasarkan pada aktivitas
ekonomi yang telah berkembang secara moderat.
Indikator pasar tenaga kerja yang terus menunjukkan
perbaikan beserta laju inflasi yang stabil di bawah dua
persen membuat The Fed semakin yakin untuk
meningkatkan suku bunga pada tingkat 0,5 persen. Pada
tingkat suku bunga ini diyakini bahwa Amerika Serikat
akan mencapai kondisi tenaga kerja yang maksimal
dengan inflasi pada tingkat 2 persen.
European Central Bank (ECB) melanjutkan pelonggaran
kebijakan moneter pada bulan Desember 2015 dengan
menurunkan suku bunga deposito. Selain itu, ECB juga
memperpanjang tanggal jatuh tempo pembelian aset
(dari September 2016 menjadi Maret 2017) dan
berkomitmen untuk menginvestasikan kembali sekuritas
yang telah jatuh tempo untuk memenuhi likuiditas pada
operasi pasar terbuka hingga awal 2018. Neraca ECB
ditargetkan mencapai EUR700 miliar pada tahun 2016
dimana sebelumnya EUR620 miliar pada akhir tahun
2015. Sama halnya dengan ECB, Bank of Japan (BoJ) juga
meningkatkan stimulus moneter pada akhir Januari 2016
dengan menurunkan suku bunga deposito sebesar 10
basis poin. Keputusan ini didasarkan pada masih
rendahnya harga minyak dan ketidakpastian ekonomi
global yang dapat menunda sasaran target inflasi Jepang
di tingkat dua persen.

Tabel 52. Penurunan Suku Bunga Bank Sentral Berbagai Negara Triwulan IV Tahun 2015 (persentase)
Negara
September Oktober November Desember
Amerika Serikat

0,25

0,25

0,25

0,50

Cina

4,60

4,35

4,35

4,35

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

89

Negara

September

Oktober

November

Desember

Hongkong

0,50

0,50

0,50

0,75

Selandia Baru

2,75

2,75

2,75

2,50

Meksiko

3,00

3,00

3,00

3,25

Chili

3,00

3,25

3,25

3,5

Afrika Selatan

6,00

6,00

6,25

6,75

Sumber: Bank Indonesia

Sejumlah bank sentral


emerging market memilih
untuk menaikkan suku
bunganya pada triwulan IV
tahun 2015.

Peningkatan suku bunga terjadi pada beberapa bank


sentral emerging market untuk menekan laju inflasi
(Tabel 55). Tren penurunan harga komoditas dunia tidak
menjadi pertimbangan utama beberapa bank sentral
untuk melonggarkan kebijakan moneternya, seperti
Meksiko, Chili, dan Afrika Selatan karena tekanan
penguatan USD dirasakan sangat berdampak pada
peningkatan inflasi masing-masing negara tersebut.
Sebaliknya, Reserve Bank of New Zealand (RBNZ)
menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin
pada Desember 2015 untuk meningkatkan tingkat inflasi
dari lemahnya aktivitas perdagangan. Begitu juga dengan
Bank Indonesia yang meningkatkan suku bunganya pada
Januari 2016 karena dinilai risiko depresiasi nilai tukar
telah berkurang sebagai dampak The Fed telah
meningkatkan suku bunganya.

Perkembangan Moneter Domestik


Pertumbuhan ekonomi
Indonesia pada triwulan IV
tahun 2015 meningkat tipis
diiringi dengan penurunan
laju inflasi.

Beberapa indikator perekonomian Indonesia pada


triwulan IV tahun 2015 menunjukkan perbaikan.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan IV tahun
2015 meningkat menjadi 5,04 persen (YoY) dibanding
triwulan sebelumnya yang tumbuh 4,74 persen (YoY).
Peningkatan pertumbuhan ekonomi diiringi oleh
penurunan inflasi menjadi 3,35 persen (YoY). Angka
inflasi ini merupakan yang terendah sejak Desember
2009. Sama halnya nilai tukar Rupiah yang mengalami
penguatan dengan rata-rata Rp13773 per USD selama
triwulan IV tahun 2015 dimana sebelumnya Rp13849 per
USD selama triwulan III tahun 2015.

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

90

Rata-rata IHSG selama


triwulan IV tahun 2015
menguat dibanding triwulan
sebelumnya.

Uang beredar dalam arti


luas (M2) pada akhir
triwulan IV tahun 2015
tumbuh melambat sebesar
8,9 persen.

Di tengah perlambatan ekonomi dunia, kinerja pasar


modal Indonesia cukup kondusif dibanding negara lain,
hal ini tercermin pada IHSG yang menguat 8,7 persen
dibanding triwulan III tahun 2015. Selama tahun 2015,
IHSG mencapai titik terendahnya pada akhir September
2015 (triwulan III tahun 2015). Pelemahan indeks saham
ini terutama disebabkan oleh sentimen negatif dari
faktor eksternal seiring dengan pelemahan bursa
Amerika Serikat.
Uang beredar dalam arti luas (M2) pada akhir triwulan IV
tahun 2015 sebesar Rp 4546,7 triliun, tumbuh melambat
8,9 persen (YoY) dibandingkan pertumbuhan pada akhir
triwulan III tahun 2015 yang sebesar 9,2 persen (YoY)
(Gambar 18). Perlambatan tersebut bersumber dari
komponen uang kuasi (simpanan berjangka dan
tabungan baik dalam rupiah maupun valas serta
simpanan giro valuta asing). Sebaliknya, uang beredar
dalam arti sempit (M1) tumbuh meningkat menjadi 12
persen dibandingkan triwulan sebelumnya. Jika dilihat
berdasarkan faktor yang mempengaruhi, perlambatan
pertumbuhan uang beredar terutama disebabkan oleh
melambatnya tagihan bersih kepada Pemerintah Pusat.

Gambar 18. Pertumbuhan Uang Beredar 2015 (YoY)


4600

13.00%
12.00%

Triliun Rupiah

4550

12.00%

10.60%

4500

4450

10.40%
10.20%

4400

11.00%

10.00%
10.00%
9.30%

8.90%

9.20%

4350
Oktober
M2 (LHS)

Pertumbuhan M2

November

9.00%

8.40%

8.00%

Desember

Pertumbuhan Uang Kuasi

Pertumbuhan M1

Sumber: Bank Indonesia

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

91

INFLASI
Inflasi Global
Peningkatan inflasi terjadi
pada negara-negara maju
selama triwulan IV tahun
2015.

Peningkatan inflasi terutama terjadi pada kawasan Euro,


Amerika Serikat, Inggris, dan Jepang. Pada akhir
Desember 2015, Kawasan Euro, Amerika Serikat, Inggris,
dan Jepang masing-masing mencatatkan inflasi sebesar
0,4 persen, 0,7 persen, dan 0,2 persen (Tabel 53). Hal ini
menunjukkan bahwa negara-negara maju tengah
mengalami rebound dari perlambatan ekonomi akibat
krisis.

Tabel 53. Tingkat Inflasi Global Tahun 2015 (YoY)


September Oktober November Desember
Indonesia
6,83
6,25
4,89
3,35
BRIC
Brazil
9,49
9,93
10,48
10,67
Russia
15,7
15,6
15
12,9
India
6,32
5,14
6,72
6,32
Tiongkok
1,6
1,3
1,5
1,6
ASEAN
Singapura
-0,6
-0,8
-0,8
-0,6
Malaysia
2,6
2,5
2,6
2,7
Thailand
-1,07
-0,77
-0,97
-0,85
Filipina
0,4
0,4
1,1
1,5
Vietnam
0
0
0,34
0,6
Negara Maju
Kawasan
Euro
-0,1
0,1
0,2
0,4
Amerika
Serikat
0
0,2
0,5
0,7
Inggris
-0,1
-0,1
0,1
0,2
Jepang
0
0,3
0,3
0,2
Sumber: Bloomberg, data

Peningkatan inflasi juga


terjadi pada sebagian besar
negara emerging market.

Mayoritas emerging market juga mengalami peningkatan


inflasi seperti Brazil, India, Malaysia, Filipina, dan
Vietnam (Tabel 53) seiring dengan pelemahan masingmasing nilai tukar terhadap USD. Di sisi lain, tren
penurunan harga komoditas dunia tidak terlalu
berpengaruh terhadap inflasi beberapa negara emerging
market ini. Sebaliknya, Indonesia tengah merasakan
dampak positif dari penurunan harga komoditas dunia,
terutama komoditas minyak dunia yang membuat
tingkat inflasi semakin menurun. Tekanan Rupiah

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

92

terhadap USD yang cukup kecil juga merupakan salah


satu pendukung inflasi Indonesia dapat teredam.

Inflasi Domestik
Indonesia mengalami penurunan tingkat inflasi jika
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya secara
tahunan (YoY). Tingkat inflasi hingga akhir tahun 2015
tercatat 3,35 persen (YoY) dengan IHK 122,9. Akan tetapi
secara bulanan (MtM) mengalami peningkatan.
Meskipun dampak El-Nino masih dirasakan di beberapa
wilayah hingga akhir bulan Desember 2015, namun
secara keseluruhan stabilitas harga bahan pokok masih
terkendali. Inflasi tahunan (YoY) Indonesia pada bulan
Oktober-Desember 2015 masing-masing sebesar 6,25
persen, 4,89 persen, dan 3,35 persen. Pada periode yang
sama secara bulanan (MtM), Indonesia mengalami inflasi
masing-masing sebesar -0,08 persen, 0,21 persen, dan
0,96 persen (Tabel 54). Inflasi tahunan pada akhir tahun
2015 merupakan yang terendah sejak Desember tahun
2009.

Inflasi bulan Desember 2015


merupakan inflasi tahunan
terendah sejak enam tahun
terakhir.

Tabel 54. Tingkat Inflasi Domestik Tahun 2015


Persentase (%)
Oktober
November Desember
Year-on-Year

6,25

4,89

3,35

Month-to-month

-0,08

0,21

0,96

Tahun kalender

2,16
2,37
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah kembali

Penurunan inflasi tahunan


terutama didorong oleh
rendahnya tingkat inflasi
pada komponen harga
diatur pemerintah.

3,35

Berdasarkan komponennya, secara tahunan (YoY), inflasi


terendah pada Desember tahun 2015 dimiliki oleh
komponen inflasi harga diatur Pemerintah, sebesar 0,39
persen yang menurun cukup drastis dibandingkan periode
sebelumnya. Adapun inflasi harga bergejolak dan inflasi
inti mengalami pergerakan yang cukup stabil di akhir
tahun. Berbeda halnya secara tahunan, ketiga komponen
inflasi pada akhir Desember tahun 2015, secara bulanan
(MtM) mengalami peningkatan inflasi dibanding periode
sebelumnya (Tabel 55).

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

93

Tabel 55. Tingkat Inflasi Domestik berdasarkan Komponen


YoY
MtM
Oktober
November Desember Oktober November

Komponen

Desember

Inti

5,02

4,77

3,95

0,23

0,09

0,23

Bergejolak

6,95

4,84

4,84

-1,22

0,07

3,53

0,39

0,03

0,05

0,86

Diatur pemerintah

9,83
5,61
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah kembali

Sesuai pola seasonal, share


inflasi harga bergejolak dan
diatur pemerintah terhadap
inflasi bulanan cenderung
meningkat mendekati akhir
tahun 2015.

Deflasi yang terjadi pada bulan Oktober 2015 terutama


disumbang oleh komponen inflasi harga bergejolak
dengan sumbangan deflasi sebesar 0,22 persen. Akan
tetapi, pola inflasi ini tidak dapat terlepas dari faktor
seasonal. Mendekati akhir tahun, pada NovemberDesember sumbangan inflasi harga bergejolak semakin
meningkat masing-masing sebesar 0,07 persen dan 0,65
persen. Begitu juga dengan sumbangan inflasi harga
diatur pemerintah (Tabel 56). Sementara itu, inflasi inti
berhasil dijaga kestabilannya di akhir tahun.

Tabel 56. Inflasi berdasarkan Sumbangan (Share) Tahun 2015

Komponen
Oktober

Persentase (%)
November

Desember

UMUM (headline)

-0,08

0,21

0,96

Inti

0,13

0,09

0,13

Bergejolak

-0,22

0,07

0,65

0,05

0,18

Diatur Pemerintah

0,01
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah kembali

Kelompok transportasi,
komunikasi, dan jasa
keuangan menyumbangkan
deflasi terhadap
pembentukan inflasi tahun
2015.

Rendahnya tingkat inflasi pada akhir tahun 2015 sebesar


3,35 persen terutama disumbang oleh deflasi yang
terjadi pada kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa
keuangan. Komoditas yang dominan memberikan
sumbangan deflasi antara lain bensin dan solar.
Sebaliknya, kelompok makanan jadi, minuman, rokok,
dan tembakau beserta kelompok bahan makanan
menyumbang inflasi tertinggi terutama pada komoditas
beras, rokok kretek filter, dan bawang merah (Tabel 57).

Tabel 57. Share Inflasi Kelompok Pengeluaran terhadap Pembentukan Inflasi Tahunan
persentase (%)
Kelompok Pengeluaran
2010
2011
2012
2013
2014
2015
UMUM (headline)

6,96

3,79

4,3

8,38

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

8,36

3,35

94

persentase (%)

Kelompok Pengeluaran
Transpor,
Keuangan

Komunikasi,

2010
dan

Jasa

2011

2012

2013

2014

2015

0,45

0,34

0,35

2,36

2,35

-0,34

Pendidikan, Rekreasi, dan Olah raga

0,23

0,35

0,28

0,26

0,36

0,32

Kesehatan

0,09

0,18

0,12

0,15

0,26

0,24

Sandang

0,45

0,52

0,35

0,04

0,20

0,23

1,01

0,78

0,8

1,48

1,82

0,85

1,23

0,78

1,09

1,34

1,31

1,07

3,5

0,84

1,31

2,75

2,06

0,98

Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan


bakar
Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan
Tembakau
Bahan Makanan
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah kembali

Daerah dengan tingkat


inflasi di atas tingkat inflasi
nasional sebagian besar
dialami oleh kabupaten/
kota di Kawasan Timur.

Secara tahunan (YoY) maupun bulanan (MtM), selama


triwulan IV tahun 2015, terdapat beberapa daerah yang
secara berturut-turut berada di atas inflasi nasional,
yaitu Tangerang, Banjarmasin, Samarinda, dan Mamuju.
Inflasi tahunan tertinggi selama Oktober-November 2015
masing-masing terjadi pada Pontianak (9,79 persen),
Tabalong (8,27 persen), dan Tual (8,58 persen) (Lampiran
1). Sementara itu, inflasi bulanan tertinggi terjadi pada
Manado dan Merauke. Adapun daerah dengan tingkat
inflasi terendah baik secara tahunan (YoY) maupun
bulanan (MtM) dialami oleh beberapa daerah di
kawasan Barat, antara lain Tanjung Pandan, Pangkal
Pinang, Cirebon, dan Meulaboh.

Nilai Tukar Mata Uang Dunia


Selama triwulan IV tahun
2015, USD menguat
terhadap mayoritas mata
uang negara lain.

Tren penguatan USD sejalan dengan normalisasi kebijakan


The Fed dan perbaikan data perekonomian Amerika
Serikat yang memberikan tekanan terhadap hampir semua
mata uang dunia, termasuk Rupiah, baik secara MtM, YtD,
maupun YoY. Tekanan tertinggi secara YtD maupun YoY
dialami oleh Real Brazil dimana penguatan USD terhadap
BRL pada kisaran 45-50 persen (Lampiran 2). Sebaliknya,
pada akhir Desember 2015, USD sempat melemah
terhadap mata uang negara Indonesia, India, Filipina,
kawasan Euro, dan Jepang di tengah respon peningkatan
suku bunga The Fed (Lampiran 2). Hal ini menunjukkan
bahwa negara-negara tersebut memiliki kondisi ekonomi

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

95

domestik yang cukup kondusif dalam


normalisasi kebijakan Amerika Serikat.

merespon

Gambar 19. Real Effective Exchange Rate ASEAN-5 (2010=100)


140

120

100

80

60

40

Feb-95
Jul-95
Dec-95
May-96
Oct-96
Mar-97
Aug-97
Jan-98
Jun-98
Nov-98
Apr-99
Sep-99
Feb-00
Jul-00
Dec-00
May-01
Oct-01
Mar-02
Aug-02
Jan-03
Jun-03
Nov-03
Apr-04
Sep-04
Feb-05
Jul-05
Dec-05
May-06
Oct-06
Mar-07
Aug-07
Jan-08
Jun-08
Nov-08
Apr-09
Sep-09
Feb-10
Jul-10
Dec-10
May-11
Oct-11
Mar-12
Aug-12
Jan-13
Jun-13
Nov-13
Apr-14
Sep-14
Feb-15
Jul-15
Dec-15

20

Indonesia

Thailand

Malaysia

Filipina

Singapura

Sumber: Bank for International Settlements

Nilai tukar riil Rupiah (REER)


tergolong lemah
dibandingkan mata uang
negara sekawasan.

Selama triwulan IV tahun


2015, USD melemah 5,9
persen terhadap Rupiah
dibandingkan triwulan
sebelumnya.

Secara riil, nilai tukar Rupiah relatif lebih rendah


dibandingkan negara sekawasan lainnya, namun
menunjukkan peningkatan memasuki triwulan IV tahun
2015 (lihat Gambar 19). Pada bulan Desember 2015, nilai
REER Indonesia meningkat menjadi 89,78 dibanding
bulan sebelumnya. Real Effective Exchange Rate
Indonesia berada diatas REER Malaysia yang sebesar
86,4. Pada bulan Desember 2015, nilai REER negara
kawasan ASEAN tertinggi dimiliki oleh Filipina sebesar
116,13, disusul REER Singapura dan Thailand masingmasing 109,88 dan 100,31.
Pergerakan nilai tukar pada triwulan IV tahun 2015
menunjukkan kondisi positif. Dolar Amerika Serikat (USD)
melemah 5,9 persen terhadap Rupiah dibandingkan
triwulan sebelumnya. Rata-rata nilai tukar Rupiah
terhadap USD selama triwulan IV tahun 2015 sebesar
Rp13.773,00 per USD dimana pada triwulan III tahun
2015 mencapai Rp14.086 per USD (Lampiran 2).

Indeks Harga Saham


Mayoritas indeks saham
dunia melemah selama
triwulan IV tahun 2015.

Pada posisi akhir bulan, sebagian besar negara selama


triwulan IV tahun 2015 mengalami tren pelemahan
saham, khususnya jika dibandingkan awal tahun (YtD)
dan secara tahunan (YoY). Pelemahan indeks saham

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

96

yang cukup tinggi dialami oleh IHSG, IBOV, STI, dan SETI
(Lampiran 3). Sementara itu, penguatan saham dialami
oleh SSEA dan N225.
Sentimen negatif dari
peningkatan suku bunga
The Fed juga berdampak
pada pelemahan saham
negara maju lainnya.

Peningkatan suku bunga The Fed yang diumumkan


tertanggal 16 Desember tahun 2015 membuat
pergerakan saham dunia melemah. Indeks saham
Amerika Serikat (DJIA dan S&P 500) sendiri di posisi akhir
bulan Desember ikut melemah sebesar 1,7 persen dan
1,8 persen. Pada tanggal 31 Desember 2015, Indeks DJIA
dan S&P 500 ditutup pada level 17.425 dan 2.043,9.
Pelemahan bursa Wall Street ini diikuti dengan
pelemahan indeks saham negara maju lainnya dimana
pelemahan tertinggi dialami oleh saham STOXX-50 yang
mencapai 6,8 persen (Lampiran 3). Akan tetapi, hal
berbeda terjadi pada Indonesia sebagai negara emerging
market yang berhasil mempertahankan penguatan
sahamnya (IHSG) sebesar 3,3 persen (MtM).
Gambar 20. Indeks Saham BRIC & Indonesia

Sumber: Bloomberg, diolah kembali


Gambar 21. Indeks Saham ASEAN-3 & Indonesia

Sumber: Bloomberg, diolah kembali

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

97

Gambar 22. Indeks Saham Negara Maju & Indonesia

Sumber: Bloomberg, diolah kembali

Posisi IHSG pada akhir


triwulan IV tahun 2015
menguat dibandingkan
akhir triwulan sebelumnya.

Pada triwulan III tahun 2015, posisi IHSG pada level


4120,5 adalah yang terendah selama tahun 2015, namun
IHSG berhasil menguatkan kembali posisinya selama
triwulan IV tahun 2015 di tengah shock dari ekonomi
global. Rata-rata IHSG pada triwulan IV tahun 2015
sebesar 4.498,2 menguat 8,7 persen dibandingkan
triwulan sebelumnya. Berbeda halnya dengan
pergerakan indeks saham negara-negara ASEAN
(Malaysia, Singapura, dan Thailand), negara maju, dan
negara emerging market lainnya yang cenderung
menurun, Indonesia memperlihatkan pergerakan yang
positif (Gambar 20, 21, dan 22). Penguatan ini terutama
ditopang oleh kondusifnya perekonomian domestik dan
cukup terkendali dengan dikeluarkannya paket kebijakan
Pemerintah.

Indeks Harga Komoditas Internasional


Selama triwulan IV tahun
2015, sebagian besar harga
komoditas global masih
melanjutkan tren
penurunan.

Pada posisi akhir bulan, baik secara MtM, YtD, maupun


YOY, mayoritas komoditas internasional mengalami tren
penurunan harga (Lampiran 4). Akan tetapi, pergerakan
indeks harga komoditas pangan masih lebih stabil
dibandingkan pergerakan indeks harga komoditas
mineral (Gambar 23 dan 24). Komoditas gula adalah satusatunya komoditas yang mengalami peningkatan indeks
harga selama Oktober-Desember 2015. Peningkatan

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

98

tertinggi komoditas gula terjadi pada bulan Oktober


mencapai 19,3 persen (MtM).
Gambar 23. Perkembangan Indeks Harga Komoditas Pangan Global

Sumber: Bloomberg, data diolah


(3 Januari 2012=100)
Gambar 24. Perkembangan Indeks Harga Komoditas Mineral Global
120
100

80
60
40

EMAS

PERAK

BRENT OIL

TEMBAGA

Jan-16

Oct-15

Jul-15

Apr-15

Jan-15

Oct-14

Jul-14

Apr-14

Jan-14

Oct-13

Jul-13

Apr-13

Jan-13

Oct-12

Jul-12

Apr-12

Jan-12

20

GAS ALAM

Sumber: Bloomberg, data diolah


(3 Januari 2012=100)

Komoditas mineral global


terutama Brent Oil
mengalami penurunan
harga yang tajam hingga di
bawah USD40/barrel.

Pada akhir tahun 2015 komoditas mineral global yang


mengalami penurunan indeks harga tertinggi secara
bulanan (MtM) adalah minyak mentah Brent Oil
mencapai 16,4 persen. Sedangkan emas, gas alam,
tembaga, dan perak mengalami pergerakan indeks harga
yang lebih positif selama triwulan IV tahun 2015
(Lampiran 4). Tren penurunan harga minyak yang terjadi

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

99

sejak pertengahan tahun 2014 lalu karena melimpahnya


pasokan minyak mentah dunia dari Amerika Serikat yang
tidak didukung oleh pembatasan pasokan minyak dari
negara OPEC. Sementara itu, anjloknya harga juga tidak
didukung oleh peningkatan permintaan global akan
komoditas ini.

Harga Bahan Pokok Nasional


Menjelang akhir tahun
2015, harga bahan pokok
domestik cenderung
meningkat.

Selama periode Oktober-Desember 2015 mayoritas


komoditas bahan pokok terpilih mengalami peningkatan
harga (Lampiran 5). Pergerakan peningkatan harga yang
cukup tajam terjadi pada komoditas cabai merah
(keriting dan biasa) beserta bawang merah yang
mencapai 16 persen, baik secara YtD maupun YoY selama
triwulan IV tahun 2015. Komoditas beras juga mengalami
tren peningkatan harga namun tipis pada kisaran 6-8
persen (Gambar 25). Peningkatan harga pada komoditas
pertanian merupakan dampak dari El Nino pada periode
sebelumnya. Sementara itu, hanya minyak goreng curah
yang mengalami penurunan harga berkala secara
bulanan (MtM).

Gambar 25. Perkembangan Indeks Harga Komoditas Kebutuhan Pokok

Sumber: Kementerian Perdagangan, data diolah


(2009=100)

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

100

Respon Kebijakan Moneter

Hingga akhir tahun 2015 BI


memutuskan untuk tetap
mempertahankan suku
bunganya.

Paket kebijakan Bank


Indonesia yang dikeluarkan
pada September 2015
diterapkan secara konsisten

Di bidang moneter,
Pemerintah tetap siaga
memantau fundamental
ekonomi.

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) hingga


akhir tahun 2015 memutuskan untuk mempertahankan
BI rate sebesar 7,5 persen dengan suku bunga Lending
Facility pada level 8,00 persen dan suku bunga Deposit
Facility pada level 5,50 persen. Namun seiring dengan
meredanya ketidakpastian pasar keuangan global dengan
kenaikan Fed Fund rate pada Desember 2015, Bank
Indonesia memutuskan untuk memangkas BI-rate
sebesar 25 basis poin pada tanggal 13-14 Januari tahun
2016 menjadi 7,25 persen. Keputusan ini didasarkan
pada ruang pelonggaran moneter yang semakin terbuka
dan diharapkan dapat memperkuat pelonggaran
kebijakan makroprudensial dan penurunan Giro Wajib
Minimum (GWM) yang telah dilakukan sebelumnya.
Dalam rangka menjaga stabilitas perekonomian, Bank
Indonesia mengeluarkan paket kebijakan pada
September 2015, Bank Indonesia mengeluarkan lima
paket kebijakan, yaitu: (i) Memperkuat pengendalian
inflasi dan mendorong sektor riil dari sisi supply
perekonomian; (ii) Menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah;
(iii) Memperkuat pengelolaan likuiditas Rupiah; (iv)
Memperkuat pengelolaan penawaran dan permintaan
valuta asing (valas); dan (v) Langkah-langkah lanjutan
untuk pendalaman pasar keuangan.
Ada tiga hal yang perlu dicermati terkait respon
kebijakan dalam meredam fluktuasi nilai tukar rupiah,
yaitu: (i) Mempercepat realisasi pembangunan
infrastruktur. Di tengah pelemahan konsumsi dan netekspor, kunci peningkatan pertumbuhan ekonomi adalah
kebijakan fiskal pemerintah. Pemerintah perlu
menerapkan
kebijakan
fiskal
countercyclical.
Pertumbuhan yang tinggi dan membaiknya fundamental
perekonomian Indonesia merupakan kunci untuk
menarik kembali kepercayaan investor dan membangun
persepsi positif pasar, sehingga sudden capital outflow
dapat dihindari; (ii) Meningkatkan ekspor produk
manufaktur, prioritas impor untuk barang modal yang
sifatnya produktif. Current Account Deficit (CAD) yang

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

101

sehat merupakan syarat bagi rupiah untuk kembali


menggeliat. Namun, pemerintah jangan terlena dengan
CAD yang membaik, tanpa melihat komposisi
didalamnya. Peningkatan ekspor harus menjadi modal
utama perbaikan CAD. Sementara impor dapat
diprioritaskan untuk membeli barang modal terutama
yang mendukung pembangunan infratsruktur; (iii)
Manajemen ekspektasi penting. Meningkatkan kualitas
komunikasi publik untuk menciptakan optimisme dan
mengurangi rasa panik di masyarakat. Hal ini bisa
dilakukan dengan menyampaikan capaian yang sudah
dilakukan pemerintah secara berkala, terutama terkait
dengan proyek-proyek besar.
Koordinasi kebijakan antara Pemerintah dan Bank
Indonesia akan terus diintensifkan untuk menjaga
stabilitas makroekonomi. Ke depan, kebijakan moneter
tetap difokuskan untuk menjaga stabilitas makroekonomi
dan stabilitas sistem keuangan melalui penguatan
bauran kebijakan di bidang moneter, makroprudensial,
dan sistem pembayaran. Kebijakan moneter akan tetap
secara konsisten diarahkan untuk mengendalikan inflasi
menuju sasarannya dan defisit transaksi berjalan ke
tingkat yang lebih sehat.

Koordinasi kebijakan
antara Pemerintah dan
Bank Indonesia akan
terus diintensifkan.

SEKTOR PERBANKAN
Gambar 26. Perkembangan Kinerja Bank Umum di Indonesia
25.00

94.00
92.00

20.00

90.00

15.00

86.00
84.00

10.00

82.00
80.00

5.00

LDR (persen)

CAR, NPL (persen)

88.00

78.00
76.00

LDR

CAR

Q4:2015

Q3:2015

Q2:2015

Q1:2015

Q4:2014

Q3:2014

Q2:2014

Q1:2014

Q4:2013

Q3:2013

Q2:2013

Q1:2013

Q4:2012

Q3:2012

Q2:2012

74.00

Q1:2012

0.00

NPL

Sumner: Bank Indonesia


Catatan : Angka triwulan II merupakan angka bulan Agustus 2015

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

102

Stabilitas sistem keuangan tetap terjaga, ditopang oleh


ketahanan sistem perbankan dan kinerja pasar keuangan
yang cukup kuat. Rasio kecukupan modal (Capital
Adequacy Ratio/CAR) kembali mengalami peningkatan
dibanding triwulan sebelumnya. Tercatat CAR pada bulan
November 2015 adalah sebesar 21,3 persen, meningkat
0,7 persen (QtQ) dibanding triwulan sebelumnya. Untuk
rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL)
mengalami penurunan sebesar 0,1 persen (QtQ)
dibanding triwulan sebelumnya menjadi 2,6 persen di
bulan November 2015. Loan to Deposit Ratio (LDR)
kembali mengalami kenaikan sebesar 1,9 persen (QtQ)
pada bulan November 2015 dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya menjadi 90,5 persen.

Stabilitas sistem keuangan


tetap terjaga, ditopang oleh
ketahanan sistem
perbankan dan kinerja
pasar keuangan yang cukup
kuat

Gambar 27. Perkembangan Dana Pihak Ketiga dan Kredit di Indonesia


5,000

30.00

4,500

25.00

4,000

20.00

3,000
2,500

15.00

2,000

10.00

1,500
1,000

Pertumbuhan (%)

DPK, Kredit (triliun Rp)

3,500

5.00

500

DPK

Kredit

Pertumbuhan DPK (yoy)

Q4:2015

Q3:2015

Q2:2015

Q1:2015

Q4:2014

Q3:2014

Q2:2014

Q1:2014

Q3:2013

Q4:2013

Q2:2013

Q1:2013

Q4:2012

Q3:2012

Q2:2012

0.00

Q1:2012

Pertumbuhan Kredit (yoy)

Sumber: Bank Indonesia


Catatan : Angka triwulan I merupakan angka bulan September 2015

Kredit dan Dana Pihak


Ketiga (DPK) perbankan
tetap tumbuh, walaupun
mengalami perlambatan.

Kredit dan Dana Pihak Ketiga (DPK) industri perbankan


tetap tumbuh, walaupun mengalami perlambatan
pertumbuhan. DPK pada triwulan IV tahun 2015 tercatat
sebesar Rp4.335 triliun atau tumbuh sebesar 8,0 persen
dibanding tahun lalu (YoY). Pada triwulan IV tahun 2015,
kredit tercatat sebesar Rp4.083 triliun. Jumlah tersebut
mengalami pertumbuhan sebesar 10,1 persen dibanding
tahun sebelumnya (YoY). Rasio kredit terhadap dana
pihak ketiga (LDR) pada triwulan IV tahun 2015 juga
tercatat lebih dari 90,0 persen. Pertumbuhan DPK yang

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

103

melambat serta rasio LDR yang mencapai lebih dari 90,0


persen akan berimplikasi pada terbatasnya ruang
pertumbuhan kredit yang diberikan perbankan kepada
masyarakat.
Gambar 28. Perkembangan Kredit Berdasarkan Tujuan Pemakaiannya
2,500

40.00

35.00
2,000
30.00

KK, KI, KMK (triliun Rp)

20.00
1,000

15.00

10.00

Pertumbuhan (persen)

25.00

1,500

500
5.00

KI (1.6)

KMK (1.8)

KK (1.10)

Pertumbuhan KI

Pertumbuhan KMK

Q4:2015

Q3:2015

Q2:2015

Q1:2015

Q4:2014

Q3:2014

Q2:2014

Q1:2014

Q4:2013

Q3:2013

Q2: 2013

Q1:2013

Q4:2012

Q3:2012

Q2:2012

0.00
Q1:2012

Pertumbuhan KK

Sumber: Bank Indonesia


Catatan : Angka triwulan I merupakan angka bulan September 2015

Kredit Investasi mengalami


pertumbuhan paling tinggi
dibanding Kredit Modal
Kerja dan Kredit Konsumsi

Kredit Investasi mengalami pertumbuhan paling tinggi


dibanding Kredit Modal Kerja dan Kredit Konsumsi pada
triwulan IV tahun 2015. Kredit Investasi tumbuh sebesar
14,6 persen (YoY) dibandingkan tahun sebelumnya
menjadi Rp1.025 triliun. Kredit Modal Kerja tumbuh
sebesar 8,4 persen (YoY) dibanding tahun sebelumnya
menjadi Rp1.914 triliun. Sedangkan, Kredit Konsumsi
tumbuh sebesar 9,1 persen (YoY) dibanding tahun
sebelumnya menjadi Rp1.143 triliun.

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

104

Pada triwulan IV tahun 2015, PDB industri pengolahan non-migas atas dasar harga berlaku mencapai
540 triliun dan dalam PDB atas dasar harga konstan 2010 mencapai 436,5 triliun. Sektor industri
pengolahan pada triwulan IV tahun 2015 mengalami pertumbuhan mencapai 5,04 persen (YoY).
Rata-rata kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) per bulan selama triwulan keempat tahun ini
sekitar 839.207 orang dengan jumlah total kunjungan wisman 2015 mencapai 9.729.350 orang.
Pilar Inovasi di Indonesia berada di peringkat 30 tahun 2015 untuk 144 negara yang diukur.
Hingga pertengahan tahun 2015, sudah ada 27 Kebun Raya di Indonesia yang tersebar di 20 provinsi.
Pada tahun 2015, Indonesia berada pada peringkat 57 dari 239 negara dalam hal publikasi jurnal
ilmiah internasional.

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

105

PERKEMBANGAN SEKTOR INDUSTRI


Pertumbuhan Industri Pengolahan
Gambar 29. Pertumbuhan Industri Pengolahan Non-Migas (YoY, %)

Sumber: Badan Pusat Statistik 2015, diolah

Pada tahun 2015, PDB


industri pengolahan nonmigas atas dasar harga
berlaku mencapai Rp540
triliun dan tumbuh sebesar
5,04 persen (YoY).

Grafik di atas menggambarkan pertumbuhan PDB


nasional dan industri manufaktur non migas tahun 20092015. Pada tahun 2015, nilai tambah sektor industri
manufaktur non migas pada triwulan IV mencapai Rp540
triliun (Harga Belaku). Secara kumulatif, industri
manufaktur non migas ini mencapai Rp2.097,7 triliun dan
bertumbuh sebesar 5,04 persen (YoY). Pertumbuhan
tersebut
menurun
jika
dibandingkan
dengan
pertumbuhan pada tahun 2014. Namun demikian,
kontribusi nilai tambah sektor industri manufaktur non
migas ini menyumbang 18,2 persen dari total
pendapatan nasional Indonesia pada tahun 2015,
meningkat dari tahun 2014 yang mencapai angka 17,9
persen.

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

106

Gambar 30. Pertumbuhan Subsektor Industri Pengolahan Non Migas Triwulan III Tahun 2015 (YoY, %)

Sumber: Badan Pusat Statistik 2015, diolah

Pertumbuhan tertinggi
dicapai oleh subsektor
industri barang logam;
industri makanan dan
minuman (mamin); industri
mesin dan perlengkapan
yang tumbuh sebesar 7,83
persen, 7,54 persen, dan
7,49 persen.

Grafik di atas menunjukkan pertumbuhan subsektor


industri manufaktur non migas pada tahun 2015.
Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh subsektor industri
barang logam, kemudian diikuti dengan industri makanan
dan minuman, dan industri mesin dan perlengkapan yang
masing-masing mampu bertumbuh masing-masing
sebesar 7,83 persen, 7,54 persen, dan 7,49 persen (YoY).
Tingginya permintaan ekspor dan peningkatan investasi
pada subsektor industri barang logam menyebabkan
subsektor ini mengalami pertumbuhan yang paling
tinggi.
Namun demikian, tidak semua subsektor mengalami
pertumbuhan yang positif. Melanjutkan tren pada
triwulan III, industri kertas, industri kayu, serta industri
tekstil dan pakaian jadi masih mengalami pertumbuhan
negatif masing-masing sebesar (0,11 persen), (1,84
persen), dan (4,79 persen). Industri tekstil dan pakaian
jadi menjadi satu-satunya subsektor yang selalu
mengalami pertumbuhan negatif sepanjang empat
triwulan di tahun 2015 ini. Belum membaiknya kondisi
ekonomi dari pangsa pasar produk tekstil Indonesia,
seperti Amerika Serikat dan Jepang, serta membanjirnya
produk tekstil impor yang memiliki harga lebih murah

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

107

dibandingkan dengan produk lokal menjadi beberapa


penyebab dari mundurnya industri tekstil ini.
Ketidakmampuan hasil industri tekstil dalam negeri
untuk bersaing dengan produk tekstil impor haruslah
menjadi perhatian serius bagi pemangku kebijakan agar
segera menghasilkan kebijakan yang mampu mengatasi
permasalahan tersebut, seperti pemberian insentif
untuk industri hulu, proteksi untuk industri hilir, dan
peninjauan kembali atas penetapan upah minimum
provinsi (UMP).
Gambar 31. Komposisi Pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan Non-Migas

Sumber: Badan Pusat Statistik 2015, diolah

Pada tahun 2015,


subsektor makanan dan
minuman masih menjadi
subsektor yang dominan
dalam industri
pengolahan nonmigas.

Grafik di atas menunjukkan komposisi pertumbuhan


industri manufaktur non migas pada tahun 2015.
Subsektor industri makanan dan minuman menjadi
subsektor yang memberikan kontribusi terbesar bagi
sektor industri manufaktur non migas dengan kontribusi
sebesar 46 persen. Menurut Gabungan Pengusaha
Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (Gapmmi),
subsektor industri makanan dan minuman Indonesia
merupakan industri yang paling siap untuk menghadapi
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Besarnya kontribusi
subsektor ini juga menunjukkan kebenaran pernyataan
tersebut. Selain itu, sudah banyak pengusaha industri
makanan dan minuman yang sudah mengembangkan
usahanya ke negara ASEAN lainnya, seperti Filipina,

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

108

Myanmar, Singapura, dan Vietnam. Namun demikian,


pemerintah dan pengusaha di subsektor ini harus tetap
menjalin kerjasama demi menjaga iklim investasi untuk
menjaga daya saing subsektor industri makanan dan
minuman Indonesia di tingkat ASEAN.
Gambar 32. Tingkat Upah Minimum Provinsi (UMP) Tahun 2014-2016
3,500
2016

2015

2014

3,000

2,500

2,000

1,500

1,000

Kalimantan Utara

Lampung

Jawa Barat

Papua

Papua Barat

Maluku

Maluku Utara

Sulawesi Barat

Sulawesi Tengah

Sulawesi Selatan

Sulawesi Tenggara

Gorontalo

Kalimantan Timur

Kalimantan Tengah

Kalimantan Selatan

NTT

Kalimantan Barat

Bali

NTB

Banten

DKI Jakarta

Bengkulu

Bangka Belitung

Jambi

Sumatera Selatan

Riau

Kepri

Sumatera Barat

Sumatera Utara

Nangroe Aceh Darussalam

0,000

Sulawesi Utara

0,500

Sumber: Kementerian Tenaga Kerja 2016, diolah

Sejak akhir tahun 2015,


penentuan Upah Minimum
Provinsi ditentukan lewat
formula yang pasti.

Pada akhir tahun 2015, pemerintahan Kabinet Indonesia


Kerja mengeluarkan Paket Kebijakan Ekonomi Jilid IV,
yang berfokus kepada kesejahteraan pekerja, antara lain
formula upah minimum provinsi (UMP), memperluas
penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) khususnya bagi
pekerja yang terkena PHK dan pemberian kredit modal
kerja untuk Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

109

Penentuan UMP yang berlangsung tripartit antara buruh,


pengusaha, dan pemerintah yang berlarut-larut dirubah
dengan menggunakan formula. Kebijakan ini merupakan
bukti kehadiran negara dalam bentuk pemberian jaring
pengaman sosial melalui kebijakan upah minimum
dengan sistem formula. Pemerintah berusaha
memastikan agar buruh tidak terjatuh ke dalam upah
murah. Dengan kebijakan ini upah buruh akan naik
setiap tahun dengan besaran yang terukur sekaligus
mengurangi ketidakpastian kepada pengusaha dalam
berusaha.
Formula penentuan UMP yang baru adalah UMP tahun
berjalan ditambah penyesuaian sebesar kenaikan harga
secara umum (inflasi) dan laju pertumbuhan ekonomi.
Memasuki tahun 2016, seluruh 31 provinsi telah
menetapkan UMP tahun 2016 dengan formula tersebut,
sebanyak 30 provinsi telah menetapkan dengan rerata
tidak tertimbang (simple average) sebesar 11,6 persen.
Tingkat UMP tertinggi di Indonesia adalah di DKI Jakarta
yang mencapai Rp3.100.000,00, meningkat 14,8 persen
dibandingkan tahun sebelumnya.

UMP tertinggi di Indonesia


adalah DKI Jakarta yang
mencapai Rp3.100.000 per
bulan.

Gambar 33. Ekspor Produk Industri

35.000

30,00
25,00
20,00
25.434 15,00
10,00
5,00
0,00
-5,00
-10,00
[VALUE] -15,00
-20,00

30.000
25.000
20.000

15.000
10.000
Q1

Q2

Q3
2014

Q4

Q1

Q2

Q3

Q4

2015

Ekspor Produk Industri (juta USD, sb. kiri)


Pertumbuhan Ekspor Produk Industri (persen, sb. kanan, y-on-y)
Sumber: Badan Pusat Statistik 2015, diolah

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

110

Grafik di atas menunjukkan nilai dan pertumbuhan


ekspor Indonesia dari triwulan pertama pada tahun 2014
hingga triwulan keempat tahun 2015. Nilai ekspor
produk industri pada triwulan IV 2015 mencapai
USD25,4 miliar. Jumlah tersebut lebih rendah 13,72
persen dari Triwulan IV pada tahun 2014 (YoY). Salah
satu hal yang menyebabkan penurunan ekspor Indonesia
ini adalah menurunnya permintaan dari pasar utama
produk ekspor Indonesia, seperti Jepang, Eropa, dan
Tiongkok. Penurunan ekspor industri yang sudah
berlangsung selama lima kuartal berturut-turut haruslah
menjadi hal yang mendapatkan perhatian serius bagi
para pemangku kebijakan untuk segera mengeluarkan
kebijakan khusus yang mampu untuk meningkatkan nilai
ekspor Indonesia di tengah kondisi perekonomian global
yang belum pulih sepenuhnya. Selain itu, pemerintah
juga dapat menyiapkan alternatif kebijakan lainnya
untuk mendukung penyerapan produk industri, yakni
dengan cara memperkuat pasar domestik untuk
mengkonsumsi hasil industri Indonesia.

Nilai ekspor produk industri


Indonesia tahun 2015
mencapai USD25,4 miliar.

Data Penjualan Komoditas Industri Utama


Penjualan mobil di Indonesia dianggap sebagai indikator yang mampu menggambarkan
daya beli masyarakat kelas menengah ke atas, sedangkan penjualan motor mampu
mencerminkan daya beli masyarakat kelas menengah ke bawah. Dalam menggambarkan
tingkat pembangunan di Indonesia, penjualan semen dianggap sebagai indikator yang
sesuai.
Gambar 34. Penjualan Mobil Tahun 2015

Sumber: GAIKINDO 2015, diolah

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

111

Penjualan mobil di Triwulan


IV tahun 2015 ini mencapai
248.610 unit atau turun
sebesar 9,7 persen
dibandingkan Triwulan IV
tahun 2015.

Penjualan mobil di Indonesia


pada tahun 2015 mencapai
angka 1.013.293 unit atau
turun sebesar 16 persen jika
dibandingkan dengan
penjualan mobil pada tahun
2014.

Grafik di atas menunjukkan siklus penjualan mobil setiap


triwulannya sekaligus pertumbuhannya secara tahunan
dari tahun 2013 hingga 2015. Penjualan mobil selama
Triwulan IV mencapai angka 248.610 unit atau turun
sebesar 9,7 persen dibandingkan dengan penjualan pada
Triwulan IV tahun 2014. Meskipun tren penurunan masih
berlanjut, namun besarnya penurunan pada Triwulan IV
ini lebih kecil jika dibandingkan dengan penurunan
penjualan pada Triwulan III yang mencapai 17 persen.
Hal ini menunjukkan jika telah terjadi peningkatan
penjualan mobil di Indonesia pada Triwulan IV tahun
2015 ini.
Secara kumulatif, penjualan mobil di Indonesia pada
tahun 2015 (Januari-Desember) mencapai angka
1.013.293 unit atau turun sebesar 16,0 persen jika
dibandingkan dengan penjualan mobil pada tahun 2014
lalu. Penurunan penjualan yang memang sudah
diprediksi sejak awal ini dipengaruhi oleh kondisi
ekonomi Indonesia yang memang mengalami
perlambatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Perlambatan ekonomi ini menyebabkan penurunan
pendapatan masyarakat yang menyebabkan masyarakat
menunda pembelian mobil mereka. Selain itu,
perlambatan ekonomi Indonesia juga menyebabkan
bank menjadi lebih selektif dalam memberikan leasing
kepada konsumen untuk menghindari kredit macet.
Depresiasi rupiah yang terjadi juga semakin memberikan
efek negatif terhadap penjualan mobil akibat kenaikan
harga beberapa tipe mobil untuk mengimbangi kenaikan
harga komponen mobil yang harus di impor. Penurunan
daya beli masyarakat tahun 2015 yang menjadi faktor
utama turunnya penjualan mobil.

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

112

Gambar 35. Penjualan Motor Di Indonesia Tahun 2015

Sumber: GAKINDO dan ASTRA 2015, diolah

Penjualan motor pada


Triwulan IV hanya mencapai
angka 1.658.964 unit atau
mengalami penurunan
sebesar 8,57 persen (YoY)

Penjualan motor 2015


tercatat mencapai 6,48 juta
unit. Turun 1,32 juta dari
tahun 2014

Grafik di atas menggambarkan siklus penjualan motor


setiap triwulannya dan juga pertumbuhannya dari tahun
2013 hingga 2015. Angka penjualan motor pada Triwulan
IV hanya mencapai angka 1.658.964 unit atau mengalami
penurunan sebesar 8,57 persen dibandingkan dengan
penjualan motor pada triwulan yang sama di tahun 2014.
Sama seperti penjualan mobil, besarnya pertumbuhan
penjualan motor para Triwulan IV ini juga semakin positif
dibandingkan dengan Triwulan III tahun 2015 yang
mengalami penurunan sebesar 11 persen (YoY).
Secara kumulatif, penjualan motor di Indonesia pada
tahun 2015 hanya mencapai 6,48 juta unit atau
mengalami penurunan sebesar 18 persen jika
dibandingkan dengan penjualan tahun 2014 yang mampu
mencapai 7,8 juta unit. Pelemahan pertumbuhan
ekonomi Indonesia pada tahun 2015 menjadi dasar dari
penyebab penurunan penjualan motor ini. Akibat dari
lemahnya perekonomian Indonesia, masyarakat menjadi
ragu-ragu untuk melakukan pembelian motor. Keraguraguan tersebut disebabkan oleh ketidakpastian nasib
karyawan terhadap PHK yang mungkin akan terjadi akibat
menurunnya kinerja sektor manufaktur di Indonesia.
Selain itu, kenaikan harga bahan pokok yang terjadi di

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

113

luar Pulau Jawa juga semakin menambah tekanan


terhadap penjualan motor tahun 2015 ini.
Gambar 36. Penjualan Semen Di Indonesia Tahun 2015 (Juta Ton)

Sumber: Asosiasi Semen Indonesia (ASI) 2015, diolah

Penjualan semen di
Indonesia pada triwulan IV
2015 merupakan yang
tertinggi diantara triwulan
yang sama pada tahun 2013
dan 2014

Penjualan semen tahun


2015 menurun 1,3% dari
tahun 2014

Grafik di atas menunjukkan siklus penjualan semen di


Indonesia setiap bulannya dari tahun 2013 hingga 2015.
Penjualan semen pada Triwulan IV tahun 2015
merupakan yang tertinggi jika dibandingkan dengan
triwulan yang sama pada tahun 2013 dan 2014. Pada
Triwulan IV tahun 2015 ini, penjualan semen mencapai
7.756 juta ton atau meningkat sebesar 7,1 persen
dibandingkan Triwulan IV tahun 2014 lalu. Hal ini
disebabkan banyaknya realisasi pembangunan proyek
infrastruktur yang dibangun oleh pemerintah yang sudah
dimulai sejak akhir Triwulan III lalu.
Secara kumulatif, penjualan semen di Indonesia pada
tahun 2015 mencapai 26.012 juta ton. Jumlah tersebut
mengalami penurunan sebesar 1,3 persen dibandingkan
dengan penjualan pada tahun 2014. Penurunan tersebut
dapat dikatakan kenyataan yang cukup baik, mengingat
penurunan sektor lain, seperti mobil dan motor, yang
cukup besar. Penurunan penjualan semen tersebut
berasal dari penurunan penjualan semen pada triwulan I
hingga Triwulan III di tahun 2015. Penurunan pada
triwulan pertama dan kedua tahun 2015 tersebut

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

114

disebabkan masih sedikitnya realisasi proyek


pemerintah, curah hujan yang tinggi di awal tahun yang
menyebabkan penundaan proyek, serta perlambatan
ekonomi global. Memasuki Triwulan IV 2015, penjualan
semen Indonesia meningkat dengan pesat. Hal ini
disebabkan peningkatan realisasi proyek pemerintah
yang dimulai sejak memasuki Triwulan IV ini mampu
meningkatkan penjualan semen pada triwulan IV tahun
2015 ini.

Tenaga Kerja Industri


Gambar 37. Tenaga kerja Sektor Industri (Juta Jiwa)

Sumber: BPS 2015, diolah

Tenaga kerja sektor industri


tahun 2015 relatif tidak
berubah dari tahun 2014

Jumlah tenaga kerja industri bulan Agustus 2015 adalah


sejumlah 15,25 juta tenaga kerja, relatif tidak berubah jika
dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja tahun
sebelumnya. Di tengah lesunya perekonomian dunia yang
ditunjukkan dengan turunnya jumlah penanaman modal
asing dan melemahnya perekonomian negara-negara
partner dagang utama Indonesia, seperti Amerika Serikat,
Tiongkok, dan Singapura, penambahan jumlah tenaga
kerja sektor industri menjadi sebuah hal sulit.
Perkembangan yang menjanjikan adalah mulai tahun
2015, pemerintah Kabinet Indonesia Kerja telah
mengeluarkan sejumlah Paket Kebijakan Ekonomi Jilid I sd
terakhir Jilid IX berupaya untuk mendorong pertumbuhan

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

115

ekonomi melalui sejumlah kebijakan deregulasi,


debirokrasi, penegakan hukum dan kepastian usaha, serta
kebijakan lain untuk mendorong industri nasional, seperti
kebijakan kemudahan pembiayaan ekspor, penetapan
harga gas untuk bahan baku industri, perizinan
perdagangan, hingga mencakup penentuan harga upah
minimum.

Kredit Investasi dan Kredit Modal Kerja Industri


Gambar 38. Kredit Modal Kerja Dan Investasi Triwulan IV Tahun 2015

Sumber: Bank Indonesia 2015, diolah

Penurunan suku bunga


diharapkan mampu menjadi
stimulus bagi sektor
perindustrian dalam
menjalankan operasional
perusahaan dan
meningkatkan investasi di
tengah lemahnya
perekonomian.

Grafik di atas menggambarkan jumlah pinjaman modal


kerja dan investasi dalam mata uang rupiah dan valuta
asing lainnya dari perbankan untuk sektor industri dan
juga menggambarkan suku bunga kredit untuk modal
kerja dan investasi pada sektor industri. Nilai
outstanding loan untuk modal kerja pada triwulan IV
naik menjadi Rp528 triliun atau tumbuh sebesar 1,4
persen dibanding kuartal tiga. Nilai outstanding loan
untuk modal kerja sepanjang tahun 2015 tumbuh
sebesar 11,5 persen dari tahun 2014. Sedangkan nilai
outstanding loan untuk modal investasi pada triwulan IV
menjadi Rp219 triliun atau tumbuh sebesar 3,4 persen
dari kuartal sebelumnya. Nilai outstanding loan untuk

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

116

modal investasi sepanjang tahun 2015 tumbuh sebesar


21,6 persen dari tahun sebelumnya. Tren penurunan
bunga kredit untuk modal kerja dan investasi juga masih
berlanjut di Triwulan IV 2015 ini. Bunga kredit modal
kerja dan investasi adalah sebesar 12,82 persen dan
12,77 persen. Penurunan suku bunga tersebut
diharapkan mampu untuk memicu sektor industri untuk
melakukan kegiatan operasional dan menambah
investasi di tengah kondisi perekonomian yang masih
melemah.

Rencana Pembangunan Industri 2015-2019


Dalam RPJMN, proporsi
sektor industri ditargetkan
mencapai 21,6 persen dari
PDB pada 2019.

Pertumbuhan industri Tahun 2015-2019 ditargetkan agar


lebih tinggi dari pertumbuhan PDB dengan sasaran
proporsi industri manufaktur mencapai 21,6 persen pada
tahun 2019. Untuk mencapai sasaran tersebut, jumlah
industri berskala menengah dan besar ditargetkan untuk
meningkat sebesar 9.000 unit usaha selama 5 tahun ke
depan.
Secara singkat, arah kebijakan pembangunan industri
dalam RPJMN 2015-2019 adalah sebagai berikut:
1. Pengembangan Perwilayahan Industri di luar Pulau
Jawa: (a) Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri
terutama yang berada dalam Koridor ekonomi; (b)
Kawasan Peruntukan Industri; (c) Kawasan Industri;
dan (d) Sentra IKM;
2. Penumbuhan Populasi Industri dengan menambah
paling tidak sekitar 9 ribu usaha industri berskala
besar dan sedang dimana 50 persen tumbuh di luar
Jawa, serta tumbuhnya Industri Kecil sekitar 20 ribu
unit usaha; dan
3. Peningkatan Daya Saing dan Produktivitas (Nilai
Ekspor dan Nilai Tambah Per Tenaga Kerja).

Upaya pemerataan
pembangunan industri
dilakukan dengan
pembangunan 14 kawasan
industri di luar Pulau jawa.

Dalam RPJMN 2015-2019, disebutkan untuk pemerataan


pembangunan pemerintah akan mengembangkan
pusat-pusat pertumbuhan, seperti Kawasan Industri
dan Kawasan Ekonomi Khusus, terutama di luar Pulau
Jawa. Pada pusat-pusat pertumbuhan tersebut akan
dibangun 14 kawasan industri baru di luar Pulau Jawa
yang menjadi unggulan. Pembangunan kawasan ini
diutamakan yang mempunyai nilai tambah tinggi dan
menciptakan banyak kesempatan kerja.

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

117

Gambar 39. Peta Persebaran Kawasan Industri 2015-2019

Sumber: RPJMN 2015-2019, diolah

PERKEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA


STATISTIK PERJALANAN WISATAWAN DUNIA
Situasi global yang tidak
kondusif tidak
mempengaruhi perjalanan
wisatawan dunia tahun
2015.

Dayabeli masyarakat dunia


tahun 2016 diperkirakan
tumbuh.

Faktor yang mempengaruhi jumlah perjalanan wisatawan


dunia, seperti faktor ekonomi, kekerasan, serangan
teroris, dan memanasnya situasi pencari suaka selama
tahun 2015 membuat pasar pariwisata dunia mengalami
tekanan. Industri pariwisata berpotensi kehilangan calon
wisatawan - yang membatalkan niat perjalanannya karena situasi global yang tidak kondusif. Namun,
sepanjang tahun 2015 statistik diluar dugaan
menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Data
World Travel Monitor, sepanjang delapan bulan pertama
2015 menunjukkan peningkatan jumlah perjalanan luar
negeri dunia tumbuh 4,5 persen.
Kondisi ekonomi global yang mencerminkan dayabeli
masyarakat dunia selama tahun 2015 sedikit menurun
tumbuh hanya 2,4 persen, tetapi ekonomi global diprediksi
akan meningkat kembali pada 2016. Menurut World Bank,
pertumbuhan ekonomi tahun 2016 akan tumbuh sebesar

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

118

Tahun 2015 terdapat 1.200


kedatangan wisatawan di
dunia.

2,9 persen. Hal ini tentu menjadi pendorong pariwisata


dunia dari sisi permintaan.
Menurut World Tourism Organization (UNWTO) jumlah
wisatawan asing selama delapan bulan pertama 2015
meningkat 4 persen menjadi 810 juta wisatawan outbound
di seluruh dunia. Sementara World Travel Monitor (IPK
International) menyebutkan selama tahun 2015 ada total
1.024 juta perjalanan luar negeri yang menyumbang 1.200
kedatangan wisatawan di dunia (dengan rerata perjalanan
luar negeri wisatawan mengunjungi 1,2 negara per
perjalanan).
Tabel 58. Tren Global Perjalanan Luar Negeri
2012

2013

2014

Perjalanan ke Luar Negeri (trip)


+4%
Perjalanan ke Luar Negeri (malam)
+2%
Pengeluaran Perjalanan ke Luar Negeri
+9%
(malam)
Sumber: World Travel Monitor 2015, IPK International

+4%
+4%
+1%

+5%
+3%
+2%

Pertumbuhan perjalanan
luar negeri paling besar
tahun 2015 dilakukan oleh
wisatawan asal Timur
Tengah.

Perjalanan wisatawan ke
Asia dan Amerika Utara
diprediksi tumbuh tinggi
tahun 2016.

2015
(8 bulan)
+4.5%
+3%
+4%

Jumlah perjalanan luar negeri yang tercatat di tahun 2015,


didorong oleh wisatawan mancanegara asal Asia Pasifik
(tumbuh 5 persen), Amerika Utara (+5 persen), Amerika
Latin (+ 4 persen), Eropa (+4,5 persen). Jumlah perjalanan
luar negeri yang mengalami peningkatan paling besar
adalah Timur Tengah (tumbuh 9 persen), sedangkan Afrika
mengalami penurunan sebesar 6 persen. Amerika Utara
dan Eropa di luar perkiraan mampu tumbuh dengan
tingkat
yang meyakinkan, ditengah rendahnya
pertumbuhan ekonomi dan kondisi geopolitik dan
serangan terorisme yang memanas.
Sedangkan untuk tahun 2016, di tengah optimisme
membaiknya
ekonomi
dunia
dengan
masih
mempertimbangkan berlarutnya masalah terorisme dunia
dan pencarian suaka di Eropa, kecenderungan wisatawan
mancanegara akan mencari destinasi wisata yang relatif
lebih aman. Pertumbuhan jumlah perjalanan ke Asia dan
Amerika Utara diprediksi masih akan tumbuh tinggi
dengan masing-masing tumbuh sebesar 6 dan 5 persen.
Sementara Eropa, faktor rendahnya prediksi pertumbuhan
ekonomi regional membuat prediksi tumbuh sekitar 3
persen ditahun 2016.

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

119

Gambar 40. Outlook Pertumbuhan Perjalanan Ke Luar Negeri (persen)

Sumber: World Travel Monitor Projection, IPK International

Jerman merupakan negara


penyumbang perjalanan ke
luar negeri terbanyak tahun
2015.

Beberapa kota-metropolitan tujuan utama wisatawan


dunia adalah Paris dengan jumlah 18,8 juta wisatawan,
New York (18,5 juta), London (16,1 juta), Bangkok (14,6
juta), Barcelona (12,4 juta), dan Singapura (10,6 juta).
Negara penyumbang perjalanan ke luar negeri (outbound)
utama di dunia berturut-turut adalah Jerman, Amerika
Serikat, dan Inggris; sementara dari sisi penyumbang
pengeluaran perjalanan ke luar negeri adalah Amerika
Serikat, Republik Rakyat Tiongkok, dan Jerman.

Tabel 59. Negara Penyumbang Perjalanan Ke Luar Negeri


Total Pengeluaran Perjalanan Ke
Peringkat
Total Perjalanan Ke Luar Negeri (trip)
Luar Negeri (pengeluaran)
1
Jerman
Amerika Serikat
2
Amerika Serikat
Republik Rakyat Tiongkok
3
Inggris
Jerman
4
Republik Rakyat Tiongkok
Inggris
5
Perancis
Jepang
6
Kanada
Kanada
Sumber: World Travel Monitor 2015, IPK International

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

120

STATISTIK PERJALANAN WISATAWAN REGIONAL


Gambar 41. Jumlah Wisatawan Inbound Tahun 2015

Sumber: UNWTO 2015, diolah

Terjadi peningkatan total


kunjungan wisman ke
kawasan Asia Tenggara
tahun 2015

Walaupun pertumbuhan ekonomi di kawasan ini relatif


lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya,
namun sepanjang tahun 2015, Asia Pasifik merupakan
salah satu kawasan yang memiliki angka pertumbuhan
yang tertinggi dibandingkan kawasan lain di dunia dengan
pertumbuhan sebesar 5 persen. Di Asia tenggara,
sepanjang 2015 Indonesia menyerap total 9.729.350 juta
wisatawan mancanegara, terbesar keempat dibawah
Thailand, Malaysia, dan Singapura. Selama tahun 2015,
Indonesia tumbuh hanya 2,9 persen. Total wisatawan
mancanegara yang masuk ke kawasan Asia Tenggara
mencapai lebih dari 100 juta wisman, nilai ini meningkat
dari hanya 96,7 juta wisman pada tahun 2014.

Gambar 42. Jumlah Wisatawan Mancanegara Inbound 2015 (juta kunjungan)

Sumber: CEIC 2015, diolah


Keterangan: *) Annualized number; Data tersedia hingga November 2015
**) Annualized number; Data tersedia hingga Oktober 2015

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

121

STATISTIK PERJALANAN WISATAWAN INDONESIA


Jumlah Wisatawan Mancanegara
Gambar 43. Jumlah Wisatawan Mancanegara Triwulan IV Tahun 2015
950,000
913,828

900,000
850,000
800,000
750,000
700,000
650,000
Januari

Februari

Maret

April

Mei

Juni

Jumlah Wisman Tahun 2015

Juli

Agustus September Oktober Nopember Desember


Jumlah Wisman Tahun 2014

Sumber: Kementerian Pariwisata 2015, diolah

Terjadi penurunan jumlah


kunjungan wisman yang
cukup signifikan dari bulan
September 2015 hingga bulan
November 2015.

Peningkatan yang sangat


signifikan terjadi di bulan
Desember 2015 meskipun
sempat menurun di tiga bulan
sebelumnya.

Pada triwulan IV tahun 2015, menunjukkan bahwa


jumlah kunjungan wisman sedikit lebih rendah
dibandingkan dengan jumlah wisman di periode yang
sama tahun sebelumnya. Jumlah wisman dari bulan
September hingga November 2015 secara gradual
mengalami penurunan yang cukup signifikan. Penurunan
jumlah kunjungan wisman tersebut disebabkan oleh
beberapa faktor, antara lain: (1) buka-tutup bandara
Ngurah Rai, Selaparang, dan Blimbingsari akibat
frekuensi letusan Gunung Rinjani yang cukup tinggi, (2)
kabut asap akibat kebakaran hutan di Riau dan
Pontianak yang ditetapkan menjadi bencana nasional, (3)
teror Paris yang menyebabkan turunnya kunjungan
wisman yang asal Eropa, dan (4) abrasi pesisir pantai
selatan yang berada di daerah Bantul.
Meskipun sempat terjadi penurunan, rata-rata
kunjungan wisman per bulan selama Triwulan IV tahun
2015 berjumlah 839.333 orang dan jumlah total
kunjungan wisman tahun 2015 mencapai 9.729.350
orang, angka ini meningkat 2,9 persen dibandingkan
tahun sebelumnya. Pada bulan Desember terjadi
peningkatan yang sangat signifikan, salah satunya,
karena faktor libur panjang (high season). Hingga akhir

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

122

tahun 2015 jumlah wisatawan mancanegara yang


mengunjungi
Indonesia
cenderung
mengalami
peningkatan.
Gambar 44. Negara Penyumbang Wisman Tahun 2015

Sumber: Kementerian Pariwisata 2015, diolah

Wisman dari Singapura masih


menempati posisi pertama
dalam hal kunjungan ke
Indonesia hingga akhir tahun
2015.

Sampai Triwulan IV tahun 2015, wisman yang paling


banyak mengunjungi Indonesia melalui 19 pintu masuk
utama adalah wisatawan berkebangsaan Singapura
sebanyak 1.519.430 orang. Selain wisatawan
berkebangsaan Singapura, terdapat tujuh kebangsaan
lainnya yang banyak mengunjungi Indonesia yaitu
Malaysia, Tiongkok, Australia, Jepang, Korea Selatan,
India, dan Inggris dengan jumlah wisatawan berturutturut sebanyak 1.200.202, 1.121.066, 1.035.325,
492.077, 338.671, 271.252, dan 269.798 orang. Hingga
akhir tahun 2015, terdapat 174 negara yang menerima
bebas visa sehingga menyebabkan terjadinya
peningkatan
jumlah
kunjungan
wisatawan
mancanegara ke Indonesia. Terlepas kondisi
memburuknya hubungan diplomasi pasca hukuman
mati terhadap bandar narkoba, upaya perbaikan yang
dilakukan pemerintah Indonesia untuk memperbaiki
hubungan diplomasi dengan beberapa negara di dunia
berhasil meningkatkan jumlah kunjungan wisman ke
Indonesia.

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

123

Gambar 45. Jumlah Wisatawan Mancanegara Menurut Kebangsaan Hingga Triwulan IV Tahun 2015

Sumber: Kementerian Pariwisata 2015, diolah

Kunjungan wisman yang


masuk melalui Ngurah Rai
meningkat pesat di akhir
tahun 2015.

Wisman masuk Indonesia melalui 19 pintu masuk utama,


antara lain: Soekarno Hatta, Ngurah Rai, Batam
(Kepulauan Riau), Tanjung Uban (Kepulauan Riau), dan
Juanda (Jawa Timur), dengan jumlah kedatangan
terbanyak adalah melalui Ngurah Rai. Tingginya jumlah
wisman yang masuk melalui Ngurah Rai, Soekarno-Hatta,
Batam, dan Juanda-Jatim tidak mengalami pertumbuhan
yang signifikan pada bulan November 2015 dibandingkan
Oktober 2015 khususnya di Ngurah Rai karena faktor
Gunung Rinjani. Namun pada bulan Desember 2015,
kunjungan wisman yang masuk melalui Ngurah Rai
kembali meningkat sangat signifikan. Wisatawan terus
membanjiri objek-objek wisata yang ada di Gumi Keris
Badung dan meningkatnya kunjungan wisatawan ke
Badung dikarenakan banyaknya destinasi wisata di Pulau
Dewata yang menarik untuk dikunjungi. Dinas Provinsi
Bali terus membangun dan mengembangkan obyekobyek wisata baru maupun eksisting. Adapun tiga
destinasi wisata yang paling banyak dikunjungi adalah
Pantai Pandawa, Kutuh, dan Kuta Selatan. Objek wisata
yang dikelola pihak swasta adalah Garuda Wisnu Kencana
(GWK) dan waterboom. Selain itu juga ada objek wisata
Uluwatu, Taman Ayun, Sangeh, Pantai Kuta dan sejumlah
objek wisata lainnya di Badung yang tak pernah sepi dari
wisatawan.

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

124

Gambar 46. Jumlah Wisatawan Mancanegara Menurut Lima Besar Pintu Masuk Utama Triwulan IV Tahun
2015

Sumber: Kementerian Pariwisata 2015, diolah

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PARIWISATA INDONESIA


10 Destinasi Pariwisata Prioritas
Promosi pariwisata besarbesaran dilakukan tahun 2015
dengan target jumlah wisman
sebanyak 11,2 juta.

Pemerintah menargetkan kedatangan wisman ke


Indonesia tahun 2019 sebanyak 20 juta wisatawan.
Untuk dapat mencapai target tersebut, Pemerintah
melalui Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2015
menetapkan kebijakan perkuatan dengan target
jumlah wiswan sebanyak 11,2 juta wisatawan yaitu
melalui (i) pengembangan kawasan ekowisata maritim
dengan pembangunan 4 titik labuh yacht, (ii)
pengembangan ekowisata sungai di Kalimantan
dengan 2 dermaga, dan (iii) pengembangan 10 lokasi
kawasan percontohan ekonomi inklusif berbasis sektor
pariwisata. Selama tahun 2015, Kementerian
Pariwisata memiliki fokus yang sangat besar terhadap
pemasaran (promosi) ke beberapa negara untuk dapat
mendatangkan wisman sebanyak mungkin. Promosi
pariwisata difokuskan pada tiga hal, yakni branding,
advertising, dan selling. Branding 'Wonderful Indonesia'.
Promosi tersebut dilakukan ke tiga pasar utama, yakni
Asean, Asia Pasifik (non-Asean), serta Eropa, Timur
Tengah, dan Afrika (EMEA). Upaya yang dilakukan
Pemerintah tersebut dapat dibilang berhasil karena
peningkatan kedatangan wisman ke Indonesia yang
signifikan tahun 2015.

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

125

Kebutuhan akan SDM bidang


pariwisata sangat tinggi.

Selain pengembangan destinasi dan pemasaran


pariwisata, salah satu sasaran kepariwisataan 2015
adalah meningkatnya kualitas dan kuantitas pendidikan
tinggi pariwisata yang ditandai dengan jumlah lulusan
pendidikan tinggi kepariwisataan yang terserap di pasar
kerja bidang pariwisata sebesar 1.490 orang. Hingga saat
ini, terdapat empat perguruan tinggi kepariwisataan
yang berada di bawah naungan Kementerian Pariwisata
yaitu Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung, Sekolah Tinggi
Pariwisata Denpasar, Akademi Pariwisata Makassar
(berubah status menjadi Politeknik Negeri Makassar
pada tanggal 28 September 2015), dan Akademi
Pariwisata Medan. Pada tahun 2015, jumlah lulusan
keempat perguruan tinggi mencapai lebih dari 1.500
orang dan langsung terserap di pasar kerja bidang
pariwisata. Melihat tingginya kebutuhan industri
pariwisata akan lulusan sumber daya manusia (SDM)
bidang pariwisata, Pemerintah terus berupaya
meningkatkan kapasitas dan kualitas pendidikan tinggi
kepariwisataan nasional.

Tahun 2015 ditetapkan


sepuluh destinasi prioritas
yang akan dibangun hingga
tahun 2019.

Pada triwulan IV 2015, Menko Maritim mengadakan


Rapat Koordinasi dengan Menteri Pariwisata, Menteri
Perhubungan, Menteri PPN/Kepala Bappenas, dan
Menteri PU&PERA. Dalam rapat tersebut diputuskan
bahwa pembangunan sektor pariwisata khususnya
pengembangan destinasi difokuskan pada sepuluh
destinasi prioritas yang akan dibangun dan
dikembangkan bersama antar instansi pemerintah.
Sepuluh destinasi prioritas akan akan dikembangkan
adalah seperti yang ditunjukkan dalam gambar berikut

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

126

Gambar 41. 10 Destinasi Wisata Prioritas 2015-2019

PERKEMBANGAN IPTEK INDONESIA


Global Competitiveness Index
(GCI) tahun 2012-2015 untuk
pilar nnovation dan
Technology Readiness
sebagai representasi
perkembangan iptek
mengalami kenaikan peringkat

Perkembangan iptek negara-negara di dunia secara


umum dapat dilihat dalam Global Competitiveness Index
(GCI) yang dikeluarkan setiap tahun oleh World Economic
Forum, yang direpresentasikan oleh dua pilar yakni
Technology Readiness dan Innovation. Berikut ini
pencapaian Indonesia untuk kedua pilar tersebut
menurut GCI report tahun 2012-2015.

Tabel 60. Global Competitiveness Index 2012-2015


Score
Global Competitiveness Index
9th pillar: Technological Readiness
Availability of latest technologies
Firm-level technology absorption
FDI and technology transfer
Individuals using internet (%)
Broadband internet subscriptions/100
pop
International Internet bandwith, kbps per
user
Mobile broadband subscriptions/100 pop
12th Pillar: Innovation
Capacity for Innovation
Quality of Scientific Research Institutions

Ranks

2012

2013

2014

2015

2012

2013

2014

2015

3,6
4,9
4,9
4,8
18

3,7
5,1
5,1
5
15,4

3,6
5,2
5,1
4,9
15,8

3,5
4,8
5,1
4,6
17,1

85
72
56
61
100

75
60
46
39
113

77
53
42
40
112

85
66
41
54
113

1,1

1,2

1,3

1,2

99

105

101

106

7,2
22,2
3,6
3,9
3,9

17,2
31,9
3,8
4,4
4,1

10,1
31,6
3,9
4,8
4,3

6,2
34,7
3,9
4,7
4,3

94
43
39
30
56

74
53
33
24
46

100
65
31
22
41

111
76
30
30
41

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

127

Score

Global Competitiveness Index


Company Spending on R&D
University-Industry Collaboration in R&D
Gov't Procurement of Advanced Tech
Products
Availability of Scientist and Engineers
PCT patents, applications/million pop
Source: GCI, World Economic Forum, 2012-2015

Berdasakan GCI report,


perkembangan sector iptek
Indonesia berkembang
dengan signifikan

Perkembangan peringkat
Indonesia untuk sub elemen
dari pilar Inovasi kurang
baik

Perkembangan peringkat
Indonesia untuk sub elemen
dari pilar Kesiapan Teknologi
cenderung menurun dalam
lima tahun terakhir

Ranks

2012

2013

2014

2015

2012

2013

2014

2015

3,9
4,2

4,1
4,5

4,0
4,5

4,2
4,5

25
40

23
30

24
30

24
30

4,0
4,3
0,1

4,1
4,5
0,1

4,2
4,6
0,1

4,2
4,6
0,1

29
51
101

25
40
103

13
31
106

13
34
102

Hingga tahun 2015, berdasarkan data di atas sektor iptek


mengalami perkembangan yang cukup berarti
terutama pada sisi peningkatan kemampuan inovasi.
Pilar Inovasi di Indonesia menunjukkan perkembangan
yang cukup baik dalam lima tahun terakhir. Hal tersebut
ditunjukkan dalam peningkatan nilai index Inovasi secara
kontinyu dari tahun 2012 ke tahun 2015 dan juga
ditunjukkan oleh membaiknya peringkat Indonesiadari
peringkat 39 tahun 2012 menjadi peringkat 30 tahun
2015 untuk 144 negara yang diukur. Jika ditelaah lebih
lanjut lagi, lima dari tujuh sub-elemen inovasi yang
diteliti juga sedikit mengalami peningkatan yakni subelemen kualitas lembaga penelitian, jumlah pengeluaran
penelitian, kolaborasi antar institusi, pengadaan dan
jumlah peneliti.
Pengadaan untuk barang berteknologi tinggi di
pemerintah menjadi sub-elemen yang memiliki peringkat
yang paling baikperingkat ke 13 untuk tahun 2015 dari
sebelumnya peringkat 29 pada tahun 2012. Hal ini dapat
menjadi perhatian khusus bagi pemerintah Indonesia
dalam mengidentifikasi pengungkit berkembangnya
sektor iptek di Indonesia. Adapun demikian, dua subelemen lain yang kurang mengalami perkembangan yang
baik adalah kapasitas inovasi dan persentase paten.
Persentase paten khususnya harus menjadi perhatian
bagi pemerintah Indonesia karena sub-elemen ini
merupakan sub-elemen dengan peringkat yang paling
rendah dari sisi inovasiperingkat ke 102 dari 144
negara.
Pilar ke-9 yaitu Kesiapan Teknologi tidak mengalamai
perkembangan yang cukup berarti, tidak hanya di tahun
2015 saja tetapi selama lima tahun terakhir. Hal ini

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

128

membuktikan bahwa perkembangan iptek di Indonesia


salah satunya terkendala dengan kesiapan teknologi di
Indonesia, yang mayoritas banyak bergantung kepada
perkembangan infrastruktur secara keseluruhan di
Indonesia. Dari tujuh sub-elemen pilar kesiapan
teknologi, hanya satu yang menunjukkan perkembangan
yang baik, yaitu sub-elemen penyerapan teknologi di
level perusahaan. Sub-elemen ketersediaan bandwith
juga
menjadi
salah
satu
sub-elemen
yang
perkembangannya
cenderung
menurun
dan
mengkhawatirkan. Di tengah berkembangnya sektor
teknologi informasi yang sangat pesat dan kemungkinan
besar akan terus berlanjut di masa depan, hal ini menjadi
faktor yang diselesaikan oleh pemerintah Indonesia guna
mendorong tumbuhnya inovasi dan pertumbuhan
ekonomi Indonesia.

Status Kemajuan Pembangunan Kebun Raya Indonesia Hingga Tahun 2015


Pengembangan kebun raya
daerah sebagai pusat
konservasi ex-situ.

Dalam bidang sumber daya alam, Pemerintah telah


melakukan kegiatan pengembangan kebun raya daerah
sebagai pusat konservasi ex-situ, eksplorasi biota (flora,
fauna, dan mikroba), dan pengelolaan koleksi spesimen
ilmiah untuk mengungkapkan potensi kemanfaatan
sumber daya alam Indonesia. Peta persebaran kebun
raya di Indonesia dapat dilihat pada gambar di bawah.

Gambar 47. Persebaran Kebun Raya Indonesia

Sumber: LIPI

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

129

Pengembangan kebun raya tersebut memiliki tujuan


untuk meningkatkan penelitian dan pengembangan di
bidang biologi yang difokuskan untuk melakukan
kegiatan eksplorasi dalam upaya menemukan jenis
baru flora, fauna dan mikroba. Dengan dilakukan
penggalian potensi keanekaragaman hayati sampai
tingkat molekuler, sehingga dapat mempercepat
program konservasi dan pemanfaatannya secara
berkelanjutan. Hasil litbang bidang biologi spesies dan
catatan baru yang menjadi salah satu output kegiatan di
kebun raya dapat dilihat di tabel berikut ini:

Pengembangan kebun raya


untuk peningkatan litbang di
bidang biologi agar dapat
mempercepat program
konservasi

Tabel 61. Jumlah Hasil Litbang Bidang Biologi Spesies dan Catatan Baru
Jenis
Jumlah spesies/jenis baru
Jumlah catatan baru
Sumber: LIPI, 2015

Persebaran Kebun Raya


di Indonesia sudah
mencapai 20 provinsi.

Telah ditetapkan 12 kebun


raya di Indonesia yang
termasuk dalam kawasan
perkotaan dalam RPJMN
2015-2019...

2010

2011

2012

2013

2014

34

63

51

32

61

34

55

38

18

31

Hingga pertengahan tahun 2015, sudah ada 27 Kebun


Raya di Indonesia yang tersebar di 20 provinsi. Kebun
raya yang dikelola oleh LIPI berjumlah 5 kebun raya dan
kebun raya yang dikelola Pemerintah Daerah berjumlah
22 kebun raya. Untuk Kebun Raya Daerah, 16 kebun raya
sedang dalam tahap pembangunan dan 6 kebun raya
baru dalam tahap perencanaan (masterplan sudah
diselesaikan,
namun
belum
memasuki
tahap
pembangunan). Pada tahun 2015, penyusunan
masterplan KR Gorontalo dan KR Wakatobi telah
dilakukan. Dua dari 22 Kebun Raya Daerah telah dibuka
untuk publik yaitu KR Massenrempulu Enrekang (Juni
2013) dan KR Balikpapan (Agustus 2014). Direncanakan
dalam 5 tahun ke depan (2015-2019), setidaknya 1 Kebun
Raya Daerah dapat dibuka untuk publik dan 2 Kebun
Raya Daerah yang baru dapat diinisiasi per tahun.
Pada RPJMN tahun 2015-2019, Kementerian Pekerjaan
Umum menetapkan 12 Kebun Raya di Indonesia yang
termasuk dalam kawasan perkotaan, yaitu: 5 kebun raya
yang dikelola LIPI dan 7 kebun raya yang dikelola
Pemerintah Daerah (Atmawidjaja et al., 2014), sedangkan
15 kebun raya yang lain termasuk dalam kawasan non

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

130

perkotaan. Roadmap pembangunan 15 kebun raya non


perkotaan tahun 2015-2019 yang mencakup tahap
perencanaan, pelaksanaan dan pengelolaan disusun
sebagai dasar pemrograman pembangunannya dalam 5
(lima) tahun ke depan.
Pembangunan Kebun Raya
harus sesuai dengan RTRW.

Pembangunan Kebun Raya harus sesuai dengan rencana


tata ruang wilayah (RTRW) provinsi/kabupaten/kota yang
bersangkutan berkaitan dengan lokasi dan nilai strategis
kawasan. Berkaitan dengan lokasi, lahan yang
dimanfaatkan untuk kebun raya harus sesuai dengan
rencana pola ruang dengan fungsi utama apakah sebagai
kawasan lindung atau kawasan budidaya dengan
peruntukan sesuai dengan yang ditetapkan dalam RTRW
provinsi/kabupaten/kota. Sementara berdasarkan nilai
strategis kawasan, tingkat kepentingan dan prioritas
pembangunan kebun raya oleh pemerintah daerah dapat
ditunjukkan apakah kebun raya ditetapkan sebagai
kawasan strategis atau tidak. Berikut ini beberapa contoh
kebun raya yang dikelola Pemerintah Daerah antara lain
yang memiliki perkembangan cukup baik Antara lain di
Katingan (Kalimantan Tengah), Kuningan (Jawa Barat),
Enrekang (Sulawesi Selatan), dan Samosir (Sumatera
Utara):

Tabel 62. Status Kebun Raya Daerah dalam Rencana Tata Ruang
NAMA KEBUN RAYA
KATINGAN
KUNINGAN
MASSENREMPULU
Lokasi
Kabupaten Katingan
Kuningan
Enrekang
provinsi
Pengelola
Status
RTRW

Kabupaten

Provinsi

Nilai
Strategis
Kebun Raya
dalam
RTRW

Kabupaten

Provinsi

SAMOSIR
Samosir

Kalimantan
Tengah
Pemerintah
Kabupaten
Surat
Persetujuan
Substansi
Menteri PU No.
HK.01 03-Dr/21
Surat
Persetujuan
Menteri PU
surat No. HK
.01.03-Mn/13
KSK Lingkungan
Hidup

Jawa Barat

Sulawesi Selatan

Sumatera Utara

Pemerintah
Kabupaten
Perda No. 26
Tahun 2011

Pemerintah
Kabupaten
Perda No. 14
Tahun 2011

Pemerintah
Kabupaten
-

Perda No. 22
Tahun 2010

Perda No.9 Tahun


2009

KSK Lingkungan
Hidup

KSP Lingkungan

Surat
Persetujuan
Substansi
Menteri PU HK.
0103-Dr/516
Persetujuan
Substansi
Menteri PU HK.
0103- Dr/516
KSK Lingkungan

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

131

NAMA KEBUN RAYA


Arahan
Fungsi dan
Peruntukan
dalam
RTRW

KATINGAN

Kabupaten

Kawasan
Budidaya:
Kawasan
peruntukan
budidaya lain

Provinsi

KUNINGAN
Kawasan
Lindung:
Kawasan
perlindungan
alam plasma
nutfah ex-situ
Kawasan
Budidaya:
kawasan
pariwisata alam
-

MASSENREMPULU
Hidup
Kawasan Lindung:
Kawasan
Pelestarian Alam
Kawasan
Budidaya:
Kawasan
peruntukan
pariwisata alam

SAMOSIR
Hidup
-

Kawasan
Budidaya:
Kawasan
pariwisata TWA

Kawasan
Lindung:
Kawasan suaka
alam, pelestarian
alam dan cagar
budaya

Sumber: Roadmap Kebun Raya 2015-2019, LIPI

Indeks Kutipan Karya Ilmiah


Untuk melakukan analisis terhadap kualitas dan
kuantitas karya ilmiah dari penelitian yang dilakukan
oleh peneliti Indonesia, salah satu indikator yang dapat
digunakan adalah Indeks Kutipan Karya Ilmiah (H-index).
Perbandingan H-index dari beberapa negara termasuk
Indonesia dapat dilihat di tabel berikut ini:

Indeks Kutipan Karya Ilmiah


(H-index) digunakan sebagai
indicator kualitas dan
kuantitas karya ilmiah

Tabel 63. Index Kutipan Karya Ilmiah di Beberapa Negara


Country

Rank

Documents

Citable
Documents

Amerika
1
8.626.193
7.876.234
serikat
China
2
3.617.355
3.569.652
India
9
998.544
944.632
Korea Selatan
12
739.229
719.338
Brazil
15
598.234
573.988
Singapore
32
192.942
182.169
Malaysia
36
153.378
148.844
Thailand
43
109.832
104.982
Indonesia
57
32.355
30.770
Vietnam
66
24.473
23.559
Sumber: SCImago Journal and Country Rank

Peringkat Indonesia untuk


publikasi karya ilmiah dan
citation index dibandingkan
beberapa negara tetangga
masih tergolong rendah

Citations
Per
Document

Citations

SelfCitations

HIndex

177.434.935

83.777.658

23

1.648

19.110.353
6.989.150
7.063.429
5.036.027
2.561.645
670.387
976.328
230.610
204.089

10.462.121
2.409.025
1.528.443
1.699.530
331.822
183.198
162.255
26.258
29.994

7
10
12
12
16
9
13
13
14

495
383
424
379
349
165
213
140
133

Pada tahun 2015, Indonesia berada pada peringkat 57


dari 239 negara dalam hal publikasi jurnal ilmiah
internasional. Sampai pada tahun 2015 Indonesia telah
mengeluarkan publikasi jurnal ilmiah sejumlah 32.355
dokumen. Namun peringkat Indonesia masih di bawah

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

132

beberapa negara tetangga seperti Singapura (peringkat


32); Malaysia (36); dan Thailand (43); serta hanya sedikit
di atas Vietnam (66), termasuk untuk nilai H-index.
Akar permasalahan
penyebab minimnya
publikasi dan indeks kutipan
karya ilmiah di Indonesia
adalah kekurangan
penghargaan dan
keterbatasan dana

Secara umum bisa diuraikan beberapa akar


permasalahan penyebab minimnya publikasi dan indeks
kutipan karya ilmiah di Indonesia.
Pertama,
penghargaan atas publikasi karya ilmiah yang belum
sepenuhnya menjadi aset yang dipikirkan. Minimnya
penghargaan terhadap
peneliti yang mampu
menghasilkan publikasi internasional menjadi salah satu
penyebab. Padahal untuk mengirimkan sebuah artikel
ke dalam jurnal internasional butuh melewati seleksi
yang sangat ketat. Semakin tinggi reputasi suatu jurnal,
yang salah satunya diukur melalui impact factor, semakin
ketat proses seleksi yang dilakukan.
Kedua,
keterbatasan sumber daya dan dana. Untuk
menghasilkan karya ilmiah yang berkualitas tentu saja
harus didukung oleh penelitian dan sumber referensi
yang bermutu. Mahalnya biaya berlangganan jurnal
internasional dan kurangnya dana penunjang penelitian
juga menjadi salah satu penyebab ketertinggalan
peneliti Indonesia terhadap perkembangan
ilmu
pengetahuan.

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

133

LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.
5.

INFLASI DOMESTIK KABUPATEN/KOTA


NILAI TUKAR MATA UANG
INDEKS SAHAM GLOBAL
INDEKS HARGA KOMODITAS INTERNASIONAL
HARGA BAHAN POKOK NASIONAL

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

134

Lampiran 1: Inflasi Domestik (lanjutan)


Gambar 48. Inflasi YoY 82 Kabupaten/ Kota Oktober-Desember 2015

Meulaboh
Jayapura
Banda
Aceh
Merauke
Lhokseumawe
Sorong
Sorong
Sibolga
Manokwari
Pematang Siantar
Ternate
Medan
Tual
Padang Sidempuan
9,00%
Ambon
Padang
Mamuju
Bukittinggi
Gorontalo
Tembilahan
Bau-Bau
Pekanbaru
7,00%
Kendari
Dumai
Palopo

Bungo

Parepare

Jambi

5,00%

Makassar

Palembang

Watampone

Lubuk Linggau
3,00%

Bulukumba

Bengkulu

Palu

Bandar Lampg

Manado

Metro

1,00%

Tarakan

Tanjung Pandan

Samarinda

Pangkal Pinang

-1,00%

Balikpapan

Batam

Banjarmasin

Tanjung Pinang

Tabalong

Jakarta

Palangkaraya

Bogor

Sampit

Sukabumi

Singkawang

Bandung

Pontianak

Cirebon

Kupang

Bekasi

Maumere

Depok

Bima

Tasikmalaya

Mataram
Denpasar
Singaraja
Cilegon
Tangerang
Serang
Surabaya
Madiun
Probolinggo
Malang

Oktober

Kediri

Cilacap
Purwokerto
Kudus
Surakarta
Semarang
Tegal
Yogyakarta
Jember
Banyuwangi
Sumenep

November

Desember

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah kembali

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

135

Lampiran 1: Inflasi Domestik (lanjutan)


Gambar 49. Inflasi MtM 82 Kabupaten/ Kota Oktober - Desember 2015

Meulaboh
Jayapura
BandaLhokseumawe
Aceh
Merauke
Sorong
Sibolga
3,00%
Manokwari
Pematang Siantar
Ternate
Medan
Tual
Padang Sidempuan
Ambon
Padang
Mamuju
Bukittinggi
Gorontalo
Tembilahan
2,00%
Bau-Bau

Pekanbaru

Kendari

Dumai

Palopo

Bungo

1,00%

Parepare

Jambi

Makassar

Palembang

Watampone

Lubuk Linggau

0,00%

Bulukumba

Bengkulu

Palu

Bandar Lampg
-1,00%

Manado

Metro

Tarakan

Tanjung Pandan

Samarinda

Pangkal Pinang
-2,00%

Balikpapan

Batam

Banjarmasin

Tanjung Pinang

Tabalong

Jakarta

Palangkaraya

Bogor

Sampit

Sukabumi

Singkawang

Bandung

Pontianak

Cirebon

Kupang

Bekasi

Maumere

Depok

Bima

Tasikmalaya

Mataram

Cilacap

Denpasar
Singaraja
Cilegon
Tangerang
Serang
Surabaya
Madiun
ProbolinggoMalang

Oktober

Kediri

Purwokerto
Kudus
Surakarta
Semarang
Tegal
Yogyakarta
Jember
Banyuwangi
Sumenep

November

Desember

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah kembali

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

136

Lampiran 2: Nilai Tukar Mata Uang


Tabel 64. Nilai Tukar Mata Uang per USD
Negara

PAB

Oktober 2015
MTM
YTD
(%)
(%)

YOY
(%)

PAB

November 2015
MTM
YTD
(%)
(%)

YOY
(%)

PAB

Desember 2015
MTM
YTD
(%)
(%)

YOY
(%)

Rata-rata
Triwulanan

QtQ
(%)

13684

-6,6

10,5

13,2

13847

1,2

11,8

13,4

13788

-0,4

11,3

11,3

13773

-5,9

2,92

-3,7

25,0

31,1

2,9138

0,0

25,0

31,2

2,9172

0,1

25,1

24,9

2,915

-3,6

13,82

-0,2

19,7

25,2

14,448

4,5

25,1

30,6

15,4685

7,1

33,9

33,7

14,580

11,6

Brazil

3,86

-2,3

45,1

55,6

3,8674

0,3

45,5

50,8

3,9608

2,4

49,0

49,0

3,895

0,3

Rusia

63,95

-2,2

10,6

48,7

66,4192

3,9

14,9

34,3

72,5209

9,2

25,5

19,4

67,632

11,0

India

65,27

-0,5

3,0

6,4

66,6675

2,1

5,2

7,5

66,1537

-0,8

4,4

4,9

66,029

0,9

6,32

-0,6

1,8

3,3

6,3984

1,3

3,1

4,1

6,4937

1,5

4,6

4,6

6,403

2,2

Singapura

1,40

-1,5

5,9

9,0

1,4109

0,7

6,6

8,2

1,4185

0,5

7,2

7,0

1,410

-0,3

Malaysia

4,30

-2,1

23,0

30,8

4,26

-1,0

21,8

25,9

4,2943

0,8

22,8

22,8

4,285

-2,3

Thailand

35,62

-2,1

8,1

9,3

35,811

0,5

8,7

9,0

36,03

0,6

9,3

9,5

35,821

-0,9

Filipina

46,85

0,3

4,8

4,4

47,211

0,8

5,6

5,1

46,905

-0,6

4,9

4,9

46,989

0,4

Myanmar

1279

-0,6

24,1

27,4

1301,5

1,8

26,2

26,2

1310

0,7

27,1

26,9

1297

1,8

Kawasan Euro

0,91

1,6

10,0

13,8

0,9466

4,2

14,6

17,8

0,921

-2,7

11,5

11,4

0,925

2,9

Inggris

0,65

-2,0

1,0

3,7

0,6642

2,5

3,5

4,0

0,6786

2,2

5,8

5,7

0,664

2,7

Jepang

120,62

0,6

0,7

7,4

123,11

2,1

2,8

3,8

120,22

-2,3

0,4

0,4

121,317

0,3

1140,54

-3,8

4,3

6,7

1157,9

1,5

5,8

4,5

1175,06

1,5

7,4

7,7

1158

-0,9

Indonesia
Turki
Afrika Selatan
BRIC

Tiongkok
ASEAN-6

Negara Maju

Korea Selatan

Sumber: Bloomberg, posisi akhir bulan

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

137

Lampiran 3: Indeks Saham Global


Tabel 65. Indeks Saham Global

Negara
Indonesia (IHSG)

PAB
4455,2

Oktober 2015
MTM
YTD
(%)
(%)
5,5
-14,8

YOY
(%)
-12,5

November 2015
MTM
YTD
PAB
(%)
(%)
4446,5
-0,2
-14,9

YOY
(%)
-13,7

Desember 2015
MTM YTD
PAB
(%)
(%)
4593,0
3,3 -12,1

YOY
(%)
-12,1

Rata-rata
Triwulanan

QtQ
(%)

4498,2

8,7

BRIC
Brazil (IBOV)

45631,0

1,8

-9,4

-14,9

45627,0

0,0

-9,4

-16,9

43348,0

-5,0

-13,9

-13,9

44868,7

-3,3

Russia (RTSI)

845,5

7,1

6,9

-22,5

847,1

0,2

7,1

-13,1

757,0

-10,6

-4,3

-4,3

816,6

-4,1

26656,8

1,9

-3,1

-4,3

26145,7

-1,9

-5,0

-8,9

26117,5

-0,1

-5,1

-5,0

26306,7

-0,1

3382,6

10,8

4,6

39,8

3445,4

1,9

6,5

28,4

3539,2

2,7

9,4

9,4

3455,7

15,9

Singapura (STI)

2998,4

7,4

-10,9

-8,4

2855,9

-4,7

-15,1

-14,8

2882,7

0,9

-14,3

-14,3

2912,3

3,3

Malaysia (KLCI)

1665,7

2,8

-5,4

-10,2

1672,2

0,4

-5,1

-8,2

1692,5

1,2

-3,9

-3,9

1676,8

4,4

Thailand (SETI)

1394,9

3,4

-6,9

-11,9

1359,7

-2,5

-9,2

-14,7

1288,0

-5,3

-14,0

-14,0

1347,6

-4,5

17663,5

8,5

-0,9

1,6

17719,9

0,3

-0,6

-0,6

17425,0

-1,7

-2,2

-2,2

17602,8

7,0

2079,4

8,3

1,0

3,0

2080,4

0,1

1,0

0,6

2043,9

-1,8

-0,7

-0,7

2067,9

6,5

3418,2

10,2

8,6

9,8

3506,5

2,6

11,4

7,9

3267,5

-6,8

3,8

3,8

3397,4

5,4

19083,1

9,7

9,4

16,3

19747,5

3,5

13,2

13,1

19033,7

-3,6

9,1

9,1

19288,1

9,5

21996,4

-2,8

-6,8

-8,3

21914,4

-0,4

-7,2

-7,2

22183,6

5,1

India (BSE)
Tiongkok (SSEA)
ASEAN-4

Negara Maju
Amerika Serikat
(DJIA)
Amerika Serikat
(S&P 500)
Kawasan
Euro
(STOXX-50)
Jepang (N225)

Hong Kong (Hang


22640,0
8,6
-4,1
-5,7
Seng)
Sumber: Bloomberg (diolah kembali), posisi akhir bulan

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

138

Lampiran 4: Indeks Harga Komoditas Internasional


Tabel 66. Indeks Harga Komoditas Internasional

Oktober 2015
Komoditas

PAB

MTM
(%)

YTD
(%)

November 2015
YOY
(%)

PAB

MTM
(%)

YTD
(%)

Desember 2015
YOY
(%)

PAB

MTM
(%)

YTD
(%)

YOY
(%)

Ratarata
Triwulan

QtQ
(%)

Beras

80,7

-12,0

1,0

-3,3

82,7

2,5

3,6

-3,5

80,3

-2,9

0,7

0,7

81,2

-12,4

Gula

59,2

19,3

0,0

-9,5

60,9

2,8

2,8

-4,2

62,2

2,1

5,0

5,0

60,8

25,2

Gandum

79,5

1,8

-11,5

-2,0

70,0

-11,9

-22,0

-20,3

71,5

2,2

-20,3

-20,3

73,7

-8,3

Kacang Kedelai

72,5

-0,9

-13,3

-15,6

72,3

-0,3

-13,6

-13,3

71,5

-1,1

-14,5

-14,5

72,1

-2,3

Jagung
Minyak Mentah
(Brent Oil)
Gas Alam

64,6

-1,4

-3,7

-1,8

62,9

-2,6

-6,2

-4,2

60,6

-3,6

-9,6

-9,6

62,7

-7,5

44,2

2,5

-13,6

-42,3

39,8

-10,0

-22,2

-36,4

33,2

-16,4

-35,0

-35,0

39,1

50,2

-8,0

-19,9

-40,2

48,3

-3,7

-22,8

-44,5

50,5

4,6

-19,3

-19,3

49,7

-7,4

Emas

69,5

2,3

-3,6

-2,6

64,9

-6,7

-10,0

-9,4

64,6

-0,5

-10,5

-10,5

66,3

-4,9

Tembaga

66,8

-1,0

-18,0

-23,7

59,1

-11,6

-27,5

-28,0

61,6

4,2

-24,4

-24,4

62,5

-8,8

Perak
52,9
-21,7
-0,2
96,3
3 Januari 2012=100
Sumber: Bloomberg (diolah kembali), posisi akhir bulan

47,8

-9,5

-9,7

-9,4

61,6

28,6

16,2

16,2

54,1

-8,8

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

-22,9

139

Lampiran 5: Harga Bahan Pokok Nasional


Tabel 67. Harga Bahan Pokok Nasional

November 2015

Oktober 2015
Komoditas

YOY
(%)
-6,0

10.450

MTM
(%)
-1,7

YTD
(%)
-7,5

YOY
(%)
-7,6

Minyak Goreng Curah

10.630

Daging Sapi

107.680

-0,7

6,4

7,8

109.490

1,7

8,2

9,4

110.520

0,9

9,2

9,0

109.230

Daging Ayam Broiler

29.020

-1,2

-2,2

9,0

31.120

7,2

4,9

15,5

33.930

9,0

14,4

16,2

31.357

Telur Ayam Ras

59.805

-4,7

-3,0

-0,8

60.066

0,4

-2,6

0,2

62.759

4,5

1,8

3,3

60.877

Tepung Terigu

21.810

-2,1

-0,7

10,6

22.860

4,8

4,1

14,4

25.950

13,5

18,1

22,0

23.540

Kedelai Impor

40.976

-1,5

-2,5

-0,8

41.161

0,5

-2,0

-19,3

41.585

1,0

-1,0

0,8

41.241

Kedelai lokal

8.960

-0,1

1,3

1,6

8.990

0,3

1,6

1,8

9.060

0,8

2,4

2,7

9.003

Beras Medium

11.070

0,4

-2,4

-0,6

10.990

-0,7

-3,1

-2,6

10.970

-0,2

-3,2

-3,2

11.010

Gula Pasir

10.860

0,2

-1,5

0,9

11.000

1,3

-0,2

0,7

11.170

1,5

1,3

1,6

11.010

Cabe Merah Keriting

10.410

0,6

9,6

16,2

10.600

1,8

11,6

15,4

10.730

1,2

13,0

14,2

10.580

Cabe Merah Biasa

12.780

0,9

14,5

15,1

12.780

0,0

14,5

13,9

12.960

1,4

16,1

15,8

12.840

10.291
0,5
0,8
2,5
10.242
Bawang Merah
Sumber: Kementerian Perdagangan (diolah kembali), posisi akhir bulan

-0,5

0,3

0,0

10.240

0,0

0,3

0,7

10.258

PAB

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

10.380

MTM
(%)
-0,7

YTD
(%)
-8,1

YOY
(%)
-8,3

Ratarata
Triwulan

MTM
(%)
-1,4

PAB

YTD
(%)
-5,9

Desember 2015
PAB

10.487

140

Untuk memberikan hasil laporan terbaik, kami mengharapkan saran dan kritik
membangun dari pembaca.
Kritik dan saran harap dikirimkan ke alamat surat elektronik berikut
leonard@bappenas.go.id
sidqy@bappenas.go.id
winny@bappenas.go.id
mesdin@bappenas.go.id

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

Anda mungkin juga menyukai