Laporan Triwulan IV Tahun 2015 Deputi Ekonomi Bappenas
Laporan Triwulan IV Tahun 2015 Deputi Ekonomi Bappenas
KATA PENGANTAR
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia merupakan publikasi triwulanan yang
diterbitkan oleh Kedeputian Bidang Ekonomi Kementerian PPN/Bappenas, yang didasarkan
pada publikasi dan data-data yang sudah dikeluarkan oleh Kementerian/Lembaga, dan
instansi internasional, maupun hasil dari Focus Group Discussion (FGD) yang dilakukan
bersama dengan beberapa Kementerian/Lembaga.
Publikasi triwulan IV tahun 2015 ini memberikan gambaran dan analisa mengenai
perkembangan ekonomi dunia dan Indonesia hingga triwulan IV tahun 2015. Dari sisi
perekonomian dunia, publikasi ini memuat perkembangan ekonomi Amerika Serikat dan
negara-negara kawasan Eropa, serta kondisi ekonomi regional Asia. Dari sisi perekonomian
nasional, publikasi ini membahas pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan IV tahun 2015
dari sisi moneter, fiskal, neraca perdagangan, perkembangan investasi dan kerja sama
internasional, serta industri dalam negeri. Dalam publikasi ini juga tersaji Policy Brief terkait
kebijakan pemerintah dan kondisi ekonomi terkini.
Sangat disadari bahwa publikasi ini masih jauh dari sempurna dan memerlukan banyak
perbaikan dan penyempurnaan. Oleh sebab itu, masukan dan saran yang membangun dari
pembaca tetap sangat diharapkan, agar tujuan dari penyusunan dan penerbitan publikasi ini
dapat tercapai.
Jakarta, Maret 2016
Ringkasan Eksekutif
Pada tahun 2015, aktivitas perekonomian global masih tetap lemah.
Pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang yang mencakup 70,0 persen
pertumbuhan dunia menurun dalam lima tahun terakhir dan moderasi
perbaikan ekonomi yang terus berlanjut di negara-negara maju. Perkembangan
tersebut dipengaruhi oleh perlambatan dan rebalancing secara bertahap
aktivitas perekonomian Tiongkok, rendahnya harga komoditas energi, dan
pengetatan bertahap kebijakan moneter Amerika Serikat (AS).
Pada triwulan IV tahun 2015, perekonomian Amerika Serikat tumbuh moderat
sebesar 0,7 persen (YoY), melambat dibandingkan triwulan IV tahun 2014 yang
tumbuh sebesar 2,1 persen (YoY). Kondisi ini disebabkan oleh penurunan
aktivitas bisnis sebagai akibat pengurangan stok yang berlimpah, penguatan
mata uang USD, dan perlambatan permintaan global yang berdampak bagi
ekspor.
Perekonomian Tiongkok hingga triwulan IV tahun 2015 masih dipengaruhi oleh
kondisi ekonomi global yang kompleks dan tekanan pembangunan ekonomi
dalam negeri. Pertumbuhan ekonomi Tiongkok pada triwulan IV tahun 2015
sebesar 6,8 persen (YoY), paling rendah sejak tahun 2009. Dengan demikian,
pada tahun 2015 ekonomi Tiongkok hanya tumbuh sebesar 6,9 persen (YoY)
atau paling rendah sejak 25 tahun terakhir. Perkembangan ini dipengaruhi oleh
penurunan harga minyak mentah dan komoditas lainnya, serta masih mencari
kombinasi kebijakan yang tepat untuk memperkuat perekonomian.
Pada triwulan IV tahun 2015, perekonomian Indonesia tumbuh sebesar 5,0
persen (YoY). Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi tahun 2015 adalah 4,8
persen (YoY), dibawah target pertumbuhan ekonomi dalam anggaran
pendapatan dan belanja negara perubahan (APBN-P 2015) yang besarnya 5,7
persen. Salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV
tahun 2015 adalah mulai efektifnya berbagai paket kebijakan ekonomi yang
dikeluarkan oleh pemerintah dan diperkuat dengan membaiknya stabilitas nilai
tukar Rupiah.
Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan IV tahun 2015 mengalami
surplus sebesar USD5,1 miliar, lebih tinggi dibandingkan dengan NPI pada
triwulan III tahun 2015 yang defisit sebesar USD4,6 miliar. Surplus tersebut
didorong oleh meningkatnya surplus neraca transaksi modal dan finansial secara
signifikan. Ekspor Indonesia pada triwulan IV tahun 2015 hanya sebesar
USD35.119,6 juta, mengalami penurunan sebesar 18,8 persen jika dibandingkan
dengan triwulan IV tahun 2014. Di sisi lain, impor Indonesia pada akhir triwulan
IV tahun 2015 adalah sebesar USD34.750,5 juta atau menurun sebesar 19,9
persen (YoY). Seiring dengan surplus NPI, cadangan devisa Indonesia pada
triwulan IV tahun 2015 mencapai USD105,9 miliar atau setara dengan 7,4 bulan
impor.
Pada triwulan IV tahun 2015, tingkat inflasi Indonesia menurun dibandingkan
dengan triwulan III tahun 2015 (YoY). Inflasi tahunan (YoY) Indonesia pada bulan
Oktober-Desember 2015 masing-masing sebesar 6,25 persen, 4,89 persen, dan
3,35 persen. Sementara itu rata-rata IHSG pada triwulan IV tahun 2015 sebesar
4498,2. Dengan demikian, tingkat inflasi hingga akhir tahun 2015 adalah sebesar
3,35 persen (YoY) dengan IHK 122,9.
Realisasi investasi untuk Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) triwulan IV
tahun 2015 sebesar Rp46,2 triliun, lebih besar dari realisasi triwulan IV tahun
2014 atau tumbuh sebesar 10,6 persen. Untuk Penanaman Modal Asing (PMA),
realisasi triwulan IV tahun 2015 sebesar USD7.938,7 juta, dan mengalami
pertumbuhan sebesar 17 persen dibandingkan triwulan IV tahun 2014.
Di sisi lain, sampai dengan akhir tahun 2015, realisasi pembiayaan utang
seluruhnya mencapai Rp374,5 triliun. Sementara itu, total utang pemerintah
pusat mencapai Rp3.098,6 triliun. Realisasi penarikan pinjaman luar negeri
mencapai Rp81,9 triliun atau 168,5 persen dari target yang ditetapkan di dalam
APBN-P 2015.
Penjualan mobil dan motor baik pada triwulan IV tahun 2015 maupun
sepanjang tahun 2015 mengalami penurunan dibandingkan tahun 2014, yang
disebabkan oleh melemahnya daya beli masyarakat akibat perlambatan
ekonomi. Penjualan mobil pada triwulan IV tahun 2015 sebesar 248.610 unit,
turun sebesar 9,7 persen (YoY) dibandingkan triwulan IV tahun 2014. Penjualan
motor pada triwulan IV tahun 2015 sebesar 1,7 juta unit, menurun sebesar 8,57
persen (YoY) dibandingkan triwulan IV tahun 2014. Sepanjang tahun 2015,
penjualan mobil dan motor masing-masing sebanyak 1,0 juta unit dan 6,5 juta
unit, menurun masing-masing sebesar 16 persen (YoY) dan 18 persen (YoY)
dibandingkan tahun 2014.
Penjualan semen pada triwulan IV tahun 2015 sebesar 7.756 juta ton,
meningkat sebesar 7,1 persen dibandingkan triwulan IV tahun 2014. Sementara
itu, sepanjang tahun 2015 penjualan semen mencapai 26.012 juta ton, menurun
1,3 persen dibandingkan tahun 2014.
Kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) pada triwulan IV tahun 2015
meningkat dibandingkan triwulan IV tahun 2014. Jumlah kunjungan wisman
rata-rata per bulan mencapai 839.207 orang, sedangkan total kunjungan selama
tahun 2015 mencapai 9.729.350 orang.
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ..................................................................................................................................................... V
DAFTAR TABEL......................................................................................................................................... VIII
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................................................ X
POLICY BRIEF .............................................................................................................................................. 2
Isu Sektor Industri ............................................................................................................................ 2
Isu Sektor Moneter ........................................................................................................................... 5
PERKEMBANGAN EKONOMI DUNIA................................................................................................... 10
Perkembangan Ekonomi Amerika Serikat ................................................................................ 10
Perkembangan Ekonomi Uni Eropa............................................................................................ 14
Perekonomian Tiongkok ................................................................................................................ 17
Perekonomian Jepang .................................................................................................................... 20
Perekonomian Singapura .............................................................................................................. 22
PERKIRAAN EKONOMI DUNIA 2015-2016 ........................................................................................ 23
PERKEMBANGAN HARGA MINYAK DUNIA ....................................................................................... 29
PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA.......................................................................................... 32
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia .............................................................................................. 32
Indeks Tendensi Konsumen .......................................................................................................... 37
Indeks Keyakinan Konsumen ........................................................................................................ 39
Neraca Pembayaran Indonesia .................................................................................................... 41
PERKEMBANGAN UTANG INDONESIA ............................................................................................... 49
Pembiayaan Utang Pemerintah ................................................................................................... 49
Pagu dan Realisasi Pembiayaan Utang...................................................................................... 49
Posisi Utang Pemerintah ................................................................................................................ 50
Surat Berharga Negara (SBN) ....................................................................................................... 51
Pinjaman ............................................................................................................................................. 54
ISU TERKINI PERDAGANGAN INTERNASIONAL ............................................................................... 56
Paket Kebijakan Ekonomi IX Percepatan Pembangunan Infrastruktur Tenaga
Listrik, Stabilisasi Harga Daging, dan Peningkatan Sektor Logistik Desa-Kota.............. 56
Gejolak Harga Pangan Masih Mengancam Inflasi ................................................................. 57
Volume Resi Gudang dan Pasar Lelang Akan Meningkat 2016 ......................................... 58
Survei JBIC 2015: Indonesia Peringkat Kedua Sebagai Negara yang Menjanjikan
untuk Berinvestasi ........................................................................................................................... 59
Layanan Izin Investasi 3 Jam ......................................................................................................... 59
Keuntungan RI Ketika Yuan Jadi Mata Uang Global .............................................................. 60
PERKEMBANGAN PERDAGANGAN ..................................................................................................... 61
Perkembangan Ekspor .................................................................................................................... 61
Perkembangan Impor ..................................................................................................................... 65
Perkembangan Neraca Perdagangan ........................................................................................ 68
Perkembangan Harga Domestik .................................................................................................. 70
Perkembangan Harga Internasional........................................................................................... 71
Kondisi Bisnis Indonesia Triwulan IV Tahun 2015.................................................................. 72
PERKEMBANGAN INVESTASI ................................................................................................................ 75
Perkembangan Investasi ................................................................................................................ 75
Realisasi Investasi Triwulan IV Tahun 2015 ............................................................................. 76
Realisasi Per Sektor ....................................................................................................................... 76
Realisasi Per Lokasi .......................................................................................................................... 77
Realisasi per Negara ........................................................................................................................ 79
PERKEMBANGAN KERJA SAMA EKONOMI INTERNASIONAL ...................................................... 80
Perkembangan Perjanjian Ekonomi Internasional Indonesia ............................................ 80
Perkembangan Ekspor Impor Dalam Kerangka ASEAN-Tiongkok FTA ............................ 80
Ekspor ASEAN Ke RRT ..................................................................................................................... 81
Impor ASEAN dari RRT .................................................................................................................... 82
Perkembangan Perjanjian Ekspor Berdasarkan Surat Keterangan Asal (SKA) .............. 83
Perkembangan Ekspor dan Impor Dalam Kerangka ASEAN FTA ....................................... 85
Ekspor Impor Indonesia-ASEAN................................................................................................... 85
PERKEMBANGAN INDIKATOR MONETER ......................................................................................... 88
Perkembangan Moneter Global .................................................................................................. 88
Perkembangan Moneter Domestik ............................................................................................ 90
INFLASI ......................................................................................................................................................... 92
Inflasi Global ...................................................................................................................................... 92
Inflasi Domestik ................................................................................................................................ 93
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
VI
VII
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Amerika Serikat (YoY) ...................................................................................... 12
Tabel 2. Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Eropa dan Uni Eropa.......................................................................... 14
Tabel 3. Purchasing Manager IndexTM Tiongkok Tahun 2015 (YoY) ..................................................................... 19
Tabel 4. Pertumbuhan Ekonomi Singapura Tahun 2015 ..................................................................................... 22
Tabel 5. Pertumbuhan Ekonomi Dunia Menurut IMF ......................................................................................... 23
Tabel 6. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Asia (YoY) .......................................................................................... 26
Tabel 7. Perkembangan Harga Minyak Dunia (USD/barel).................................................................................. 30
Tabel 8.Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I Tahun 2013 Triwulan IV Tahun 2015 Menurut
Lapangan Usaha (YoY) ...................................................................................................................................... 33
Tabel 9. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I Tahun 2013 Triwulan IV Tahun 2015 (Persen) Menurut
Jenis Pengeluaran (YoY) ..................................................................................................................................... 36
Tabel 10. Indeks Tendensi Konsumen Triwulan I Tahun 2014 Triwulan IV Tahun 2015 Menurut Sektor dan
Variabel Pembentuknya .................................................................................................................................... 38
Tabel 11. Indeks Keyakinan Konsumen Indonesia Mei 2015 Januari 2016 ........................................................ 39
Tabel 12. Neraca Pembayaran Indonesia Triwulan I Tahun 2012 Triwulan IV Tahun 2015 (Miliar USD) ............ 45
Tabel 13. Perkembangan Pembiayaan Utang Pemerintah 2011-2015 (triliun rupiah) .......................................... 49
Tabel 14. Pagu Dan Realisasi Pembiayaan Utang 2013-2015 (Triliun Rupiah) ..................................................... 49
Tabel 15. Posisi Utang Pemerintah 2011-2015.................................................................................................... 50
Tabel 16. Persentase Pinjaman dan SBN Terhadap Total Utang Pemerintah 2011- 2015 ..................................... 51
Tabel 17. Posisi Outstanding Surat Berharga Negara 2011 - 2015 (triliun Rupiah) ............................................... 52
Tabel 18. Realisasi Penerbitan Surat Berharga Negara s.d. Tahun 2015 (Neto) (Juta Rupiah) .............................. 53
Tabel 19. Posisi Kepemilikan SBN DOMESTIK 2011 - 2015 (triliun Rupiah) ......................................................... 54
Tabel 20. Realisasi Pembiayaan Utang Melalui Pinjaman 2011 - 2015 (trilun Rupiah) ......................................... 54
Tabel 21. Perkembangan Ekspor Triwulan IV Tahun 2015................................................................................... 62
Tabel 22. Perkembangan 10 Golongan Barang dengan Nilai Ekspor Nonmigas Terbesar Triwulan IV Tahun 2015 63
Tabel 23. Perkembangan 10 Golongan Barang dengan Volume Ekspor Nonmigas Terbesar Triwulan IV 2015 ..... 64
Tabel 24. Perkembangan Ekspor Nonmigas ke Negara Tujuan Utama Triwulan IV Tahun 2015 ........................... 64
Tabel 25. Perkembangan Impor Triwulan IV Tahun 2015 ................................................................................... 66
Tabel 26. Perkembangan Impor Nonmigas Menurut Golongan Barang Terpilih Triwulan IV Tahun 2015............. 67
Tabel 27. Negara Utama Asal Impor Nonmigas Triwulan IV Tahun 2015 ............................................................. 67
Tabel 28. Neraca Perdagangan Indonesia Triwulan IV Tahun 2015 ..................................................................... 68
Tabel 29.Neraca Perdagangan Indonesia-Tiongkok ............................................................................................ 68
Tabel 30.Neraca Perdagangan Indonesia-Jepang................................................................................................ 69
Tabel 31. Neraca Perdagangan Indonesia-Amerika ............................................................................................ 69
Tabel 32. Neraca Perdagangan Indonesia-India .................................................................................................. 69
Tabel 33. Neraca Perdagangan Indonesia-Thailand ............................................................................................ 70
Tabel 34. Harga dan Inflasi Komoditas Tertentu Tahun 2015 .............................................................................. 70
VIII
IX
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.Perkembangan Harga Beras Setiap Bulan Januari (Rp/Kg) .......................................................... 5
Gambar 2. Perbandingan Harga Rata-Rata Beras Beberapa Negara ............................................................ 6
Gambar 3. Permasalahan Beras di Indonesia .............................................................................................. 6
Gambar 4. Rekomendasi Kebijakan Pengendalian Harga Beras .................................................................. 8
Gambar 5. Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) .................................................................................... 8
Gambar 6. Perkembangan Harga Minyak Dunia (USD/barrel) ...................................................................30
Gambar 7. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I Tahun 2011- Triwulan IV Tahun 2015 (Persen) ....32
Gambar 8. Perkembangan Indeks Tendensi Konsumen Triwulan I Tahun 2013 Triwulan IV Tahun 2015.39
Gambar 9. Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen Indonesia Januari 2015 Januari 2016 ...............41
Gambar 10. Neraca Pembayaran Indonesia Triwulan I Tahun 2014 Triwulan IV Tahun 2015 (Miliar
USD) .........................................................................................................................................................42
Gambar 11. Neraca Perdagangan Non-migas dan Migas Indonesia Triwulan I Tahun 2014 Triwulan III
Tahun 2015 (Miliar USD) .......................................................................................................................... 43
Gambar 12. Neraca Transaksi Finansial Indonesia Triwulan I Tahun 2014 Triwulan IV Tahun 2015
(Miliar USD) ..............................................................................................................................................43
Gambar 13. Nilai dan Volume Ekspor Hingga Des 2015 .............................................................................61
Gambar 14. Nilai dan Volume Impor Hingga September 2015 ...................................................................65
Gambar 15. Indeks Tendensi Bisnis Indonesia Triwulan I Tahun 2010 - Triwulan IV Tahun 2015 ................72
Gambar 16. Persentase Penggunaan SKA Preferensi terhadap Total SKA Preferensi .................................84
Gambar 17. Persentase Penggunaan SKA Nonpreferensi terhadap Total SKA Nonpreferensi .....................84
Gambar 18. Pertumbuhan Uang Beredar 2015 (YoY) .................................................................................91
Gambar 19. Real Effective Exchange Rate ASEAN-5 (2010=100)................................................................96
Gambar 20. Indeks Saham BRIC & Indonesia .............................................................................................97
Gambar 21. Indeks Saham ASEAN-3 & Indonesia ......................................................................................97
Gambar 22. Indeks Saham Negara Maju & Indonesia ................................................................................98
Gambar 23. Perkembangan Indeks Harga Komoditas Pangan Global .........................................................99
Gambar 24. Perkembangan Indeks Harga Komoditas Mineral Global ........................................................99
Gambar 25. Perkembangan Indeks Harga Komoditas Kebutuhan Pokok..................................................100
Gambar 26. Perkembangan Kinerja Bank Umum di Indonesia .................................................................102
Gambar 27. Perkembangan Dana Pihak Ketiga dan Kredit di Indonesia ...................................................103
Gambar 28. Perkembangan Kredit Berdasarkan Tujuan Pemakaiannya ..................................................104
Gambar 29. Pertumbuhan Industri Pengolahan Non-Migas (YoY, %) .......................................................106
Gambar 30. Pertumbuhan Subsektor Industri Pengolahan Non Migas Triwulan III Tahun 2015 (YoY, %) .107
Gambar 31. Komposisi Pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan Non-Migas .........................................108
Gambar 32. Tingkat Upah Minimum Provinsi (UMP) Tahun 2014-2016 ...................................................109
Gambar 33. Ekspor Produk Industri .........................................................................................................110
XI
POLICY BRIEF
Isu Sektor Industri
Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri Tahun 2016
Yogi Harsudiono, SE, MPA
Penyediaan lapangan pekerjaan yang layak merupakan hal mutlak dari proses
pembangunan nasionalterlebih lagi dengan jumlah populasi Indonesia yang
mencapai lebih dari 250 juta jiwa. Sektor industri nasional memegang peranan
penting dalam menyediakan lapangan pekerjaan formal yang layak bagi tenaga
kerja Indonesia. Salah satu resiko yang dihadapi Indonesia pada tahun 2016 adalah
melemahnya penyerapan tenaga kerja industri akibat perlambatan pertumbuhan
ekonomibaik perekonomian global ataupun domestik.
Pertumbuhan PDB industri pada tahun 2015 mencapai 5,04 persen, walaupun
pertumbuhan tersebut masih lebih tinggi dari pertumbuhan PDB nasional sebesar
4,79 persen, akan tetapi trend pertumbuhan PDB industri sebenarnya menurun
sejak tahun 2011, yang ketika itu mencapai 7,46 persen.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), per Agustus 2015, jumlah tenaga
kerja yang bekerja di sektor industri mencapai 15,25 juta orangsekitar 13,25
persen dari keseluruhan jumlah pekerja yang mencapai 114,82 juta orang. Dari
jumlah tersebut, per tahun 2013, hanya 5 juta tenaga kerja sektor industri yang
bekerja di industri skala besar dan menengah, untuk sisanya bekerja di industri
skala mikro dan kecil.
Dari lima juta tenaga kerja sektor industri skala besar dan menengah, terdapat
hanya empat subsektor industri yang secara kumulatif menyerap 2,6 juta tenaga
kerja industriatau mencapai 52 persen dari total tenaga kerja industri skala besar
dan menengah. Ke-empat subsektor tersebut adalah subsektor tekstil, makanan
minuman, tembakau dan kulit alas kaki. Perkembangan nilai output subsektor
tersebut secara signifikan memberi dampak kepada jumlah tenaga kerja di sektor
industri yang terserap.
Subsektor tekstil merupakan subsektor industri yang paling banyak mempekerjakan
tenaga kerja industri, dengan pabrik-pabrik yang banyak didirikan di Jawa Barat dan
Jawa Tengah. Akan tetapi, percepatan pertumbuhan output subsektor tekstil
mengalami hambatan yang cukup berartikhususnya di tengah perlambatan
perekonomian yang terjadi. Di tahun 2015, pertumbuhan nilai output subsektor
tekstil terkontraksi sebesar 4,79 persen.
Subsektor tekstil merupakan salah satu subsektor industri yang berorientasi pada
pasar global, beberapa produk utama subsektor tekstil, seperti Pakaian Jadi dan
Pakaian Jadi Rajutan merupakan produk yang termasuk dalam value chain
industri pakaian global. Untuk kedua jenis produk tersebut, 50 persen dari nilai
output yang dihasilkan merupakan komoditi ekspor. Akan tetapi, ketika
perlambatan ekonomi dunia mulai terjadi di tahun 2013, persentase produk yang
diekspor turun signifikan menjadi kurang dari 30 persendampak langsung dari
penurunan daya beli mitra dagang Indonesia.
Statistik Industri Besar dan Menengah BPS tahun 2013 mencatat bahwa subsektor
tekstil pada tahun 2013 mempekerjakan 1 juta orang, atau mencakup sekitar 21
persen dari tenaga kerja sektor industri skala besar dan menengah. Pertumbuhan
output subsektor tekstil yang negatif pada tahun 2015 dan proyeksi pertumbuhan
ekonomi nasional yang belum menguat di tahun 2016 membuat penyerapan
tenaga kerja subsektor tekstil pada tahun 2016 diperkirakan akan berkurang.
Subsektor makanan minuman mempekerjakan kurang lebih 950 ribu tenaga kerja
(19 persen dari total penyerapan tenaga kerja di sektor industri skala besar dan
menengah). Data yang dimiliki tidak mencakup penyerapan tenaga kerja subsektor
industri makanan pada industri skala mikro dan kecil, akan tetapi berdasarkan hasil
studi literatur dan estimasi sementara, jumlah tenaga kerja subsektor industri
makanan di industri skala mikro dan kecil jumlahnya jauh melebihi yang bekerja di
skala besar dan menengah. Subsektor industri makanan pada tahun 2015
mencatatkan pertumbuhan ekonomi yang positif sebesar 7,54 persenlebih tinggi
dari pertumbuhan sektor industri dan nasional. Bahkan, berdasarkan dekomposisi
pertumbuhan sektor industri tahun 2015, dari keseluruhan 5,04 persen
pertumbuhan sektor industri, 45 persen merupakan kontribusi dari subsektor
industri makanan. Hasil estimasi sementara menunjukkan bahwa, setiap
penambahan satu persen pertumbuhan PDB nasional menghasilkan penambahan
tenaga kerja sektor makanan minuman skala besar dan menengah sebanyak 8.100
tenaga kerja.
Subsektor tembakau mempekerjakan kurang lebih 360 ribu tenaga kerja (sekitar
tujuh persen dari tenaga kerja industri skala besar dan menengah). Subsektor
tembakau sendiri mencatatkan pertumbuhan sebesar 6,43 persen di tahun 2015.
Industri pengolahan tembakau sendiri merupakan industri dengan konsumen
mayoritas adalah pasar domestik, sehingga mekanisme transmisi perlambatan
perekonomian global kepada industri tembakau tidak melalui perubahan daya beli
mitra dagang akan tetapi bersifat tidak langsung melalui penurunan daya beli
konsumen masyarakat Indonesia. Dengan struktur permintaan industri tembakau
yang cenderung tidak elastis maka pertumbuhan nilai output industri tembakau
dan juga beserta jumlah tenaga kerja yang terserap di tahun 2016 diperkirakan
tidak akan berubah signifikan.
Subsektor industri kulit alas kaki menyerap tenaga kerja sebanyak kurang lebih 260
ribu tenaga kerja (sekitar lima persen dari tenaga kerja industri skala besar dan
menengah). Pada tahun 2015, subsektor kulit dan alas kaki tumbuh sebesar 3,98
persen. Sebanyak kurang dari 10,0 persen output yang dihasilkan dari subsektor
kulit alas kaki diekspor ke pasar luar negeri dan mayoritas dijual ke pasar domestik.
Serupa dengan industri berbasis pasar domestik lainnya, pertumbuhan subsektor
kulit alas kaki secara mayoritas akan ditentukan oleh perubahan daya beli
masyarakat Indonesia. Hasil estimasi sementara menunjukkan bahwa secara ratarata, setiap kenaikan 1 persen pertumbuhan PDB nasional akan meningkatkan
penyerapan tenaga kerja subsektor kulit alas kaki skala besar dan menengah
sebanyak 4.500 tenaga kerja.
Rekomendasi Kebijakan
Berdasarkan pemetaan kondisi penyerapan tenaga kerja dan proyeksi
pertumbuhan output dari ke-empat subsektor tersebut, maka terdapat tiga pilihan
kebijakan yang dapat diambil pemerintah Indonesia dalam meningkatkan
penyerapan tenaga kerja industri pada tahun 2016:
1. Subsektor industri makanan dan minuman memiliki jumlah tenaga kerja
industri yang besar dan memberikan kontribusi yang cukup berarti
terhadap pertumbuhan ekonomi nasional sehingga leverage terbesar
dalam penyerapan tenaga kerja industri nasional adalah melalui
pertumbuhan subsektor tersebut. Pemerintah dapat memberikan insentif
yang berarti untuk subsektor makanan dan minumanbaik berupa insentif
pajak ataupun perencanaan program pembangunan infrastruktur yang
mendukung subsektor tersebut.
2. Memberikan insentif fiskal kepada subsektor industri tekstil untuk
mengantisipasi turunnya permintaan ekspor produk tekstil melalui
pemotongan pajak perusahaan dan penundaan pembayaran pajak. Selain
itu, juga melakukan percepatan realisasi investasi yang akan dilakukan oleh
perusahaan-perusahaan besar industri tekstil nasionalbaik dalam hal
bantuan kemudahaan perizinan relokasi pabrik tekstil ataupun
pembangunan pabrik baru.
3. Memfokuskan pelaksanaan kebijakan yang bertujuan untuk menjaga daya
beli konsumen lokal untuk mendorong pertumbuhan subsektor yang
berorientasi pada pemenuhan kebutuhan domestik seperti subsektor
industri kulit alas kaki dan subsektor industri pengolahan tembakau.
Jika dibandingkan dengan rata-rata harga beras dunia dan beberapa negara di
Asia selama beberapa tahun terakhir, harga beras di Indonesia selalu lebih
mahal (Gambar 2).
Hal ini berbanding terbalik dengan fakta bahwa Indonesia tercatat sebagai
negara ke-tiga penghasil beras terbesar setelah China dan India (FAO, 2015)
yang seharusnya menjamin ketersediaan pasokan beras.
Gambar 2. Perbandingan Harga Rata-Rata Beras Beberapa Negara
Permasalahan Beras
- Dengan memanfaatkan hasil monitoring dan evaluasi yang dilakukan oleh
Direktorat Keuangan Negara dan Analisis Moneter pada tahun 2015, dapat
dipetakan beberapa permasalahan terkait kenaikan harga beras yang selama ini
dihadapi.
Gambar 3. Permasalahan Beras di Indonesia
P_ECERAN=+1P_GKGGILING+2P_GKGPETANI+3P_GKPGILING+4P_GKPPETA
NI+ 5KURS+1 (1)
P_ECERAN=1178.58-1.55*P_GKGGILING+2.67*P_GKGPETANI5.09*P_GKPGILING+4.78*P_GKPPETANI+0.34*KURS
t-stat
(9.18)
(3.19)
p-value
(0.000)
R2
(-1.16)
(2.15)
(-0.69)
(0.64)
(0.0024) (0.2504)
(0.0361)
(0.4939)
(0.5231)
Adj-R2
= 0.9525
= 0.948
DW-Stat = 1.15
- Hasil simulasi model ini menunjukan bahwa pada level signifikansi 5 persen,
harga beras di tingkat eceran dipengaruhi oleh harga gabah kering giling di
tingkat penggilingan dan nilai tukar. Sementara, harga gabah (baik kering giling
ataupun kering panen) di tingkat petani tidak signifikan mempengaruhi harga
beras eceran. Hal ini mengindikasikan bahwa petani tidak memiliki kekuatan
untuk menentukan harga beras di pasar. Ketika harga beras naik, petani tidak
merasakan keuntungan dari kenaikan tersebut.
Hasil Analisis Empiris 2 : Harga beras sensitif terhadap perubahan nilai tukar
() = +() + () + . (2)
log(P_ECERAN) = 1.37 + 0.45 * log(P_GKGGILING)+0.41*log(Kurs)
t-stat
(4.63) (6.87)
(9.97)
p-value
(0.00)
(0.00)
R2
= 0.949
(0.00)
Adj-R2
= 0.947
DW-Stat = 0.958
kenaikan satu persen inflasi akan menaikkan HPP gabah di tingkat petani sebesar
0,12 persen.
log(P_HPPGABAHPETANI) = 7.859 + 0.12 * log(INFLASI_YoY)
t-stat
(83.06) (2.23)
p-value
(0.00)
R2
= 0.079
(0.0295)
Adj-R2
= 0.063
DW-Stat = 0.099
- Nilai elastisitas ini cukup kecil. Hal ini menunjukan bahwa selama ini, kebijakan
penetapan HPP untuk gabah di tingkat petani belum efektif. Kenaikan inflasi
hampir tidak diimbangi dengan kebijakan untuk menaikan HPP ke tingkat yang
pantas yang dapat menjamin kesejahteraan petani.
- Berdasarkan data yang dirilis BPS, di saat harga beras naik, NTP bulan Januari
tahun 2016 secara nasional justu turun sebesar 0,27 persen dibanding bulan
sebelumnya. Hal ini karena kenaikan Indeks Harga yang dibayar petani (Ib)
sebesar 0,63 persen, lebih tinggi dari Indeks Harga yang diterima petani (It)
sebesar 0,35 persen. Hal ini ditunjukkan dengan penurunan NTP secara signifikan
selama empat tahun terakhir (Gambar 5).
Gambar 5. Rekomendasi Kebijakan Pengendalian Harga Beras
Gambar
Perekonomian Amerika Serikat tumbuh moderat sebesar 0,7 persen (YoY) pada triwulan IV
tahun 2015, melambat dibandingkan triwulan IV tahun 2014 yang tumbuh sebesar 2,1 persen
(YoY).
Perekonomian 28 negara Uni Eropa (EU28) tumbuh sebesar 1,5 persen (YoY) pada triwulan IV
tahun 2015, menguat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tumbuh
sebesar 1,9 persen (YoY).
Sepanjang bulan Oktober hingga Desember 2015, ekonomi Tiongkok sebesar 6,8 persen (YoY),
melemah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 7,2 persen
(YoY).
Pada bulan Januari 2016, IMF dan Bank Dunia memproyeksi perekonomian dunia tahun 2015
tumbuh sebesar 3,4 persen dan 2,9 persen pada tahun 2016
Harga komoditas
mengalami penurunan sejak
bulan September 2015
akibat kenaikan produksi
minyak mentah
10
11
1,3
1,1
3,8
6,7
3,5
4,1
4,3
4,1
1,8
1,1
3,6
5,5
3,0
5,0
Jasa
Investasi
Ekspor
Impor
Belanja Pemerintah
Belanja Pemerintah Pusat
Belanja Pertahanan
Belanja Non-Pertahanan
1,4
2,5
-6,7
2,8
0,0
0,3
4,6
8,9
2,4
12,6
9,8
9,6
1,2
1,2
0,5
2,2
3,1
7,4
1,8
-0,8
1,8
3,7
4,5
2,5
4,3
2,1
5,4
10,3
1,4
5,7
10,3
2,1
2,1
8,6
-6,0
7,1
-0,1
1,1
1,0
1,2
2,7
5,0
5,1
3,0
2,6
0,0
0,3
0,5
2,1
-0,7
0,7
2,3
1,8
0,2
-1,4
2,8
0,2
2,6
0,6
1,3
0,8
4,3
2,8
Q4
0,7
2,2
2,4
2,0
-2,5
-2,5
1,1
0,7
2,7
3,6
1,4
- 0,6
12
13
Q4-14
0,9
Q4-15
1,5
Q3-15
0,3
Q4-15
0,3
0,9
1,8
0,4
0,3
14
15
Tingkat pengangguran di
kawasan Eropa pada bulan
Desember mencapai 10,4
persen (YoY)
16
Perekonomian Tiongkok
Perekonomian Tiongkok
hingga triwulan IV tahun
2015 masih dipengaruhi
oleh kondisi ekonomi
global dan tekanan
pembangunan ekonomi
dalam negeri
Pertumbuhan ekonomi
Tiongkok sebesar 6,8
persen (YoY) disebabkan
oleh penurunan harga
minyak mentah dan
komoditas lainnya.
Pemerintah
Tiongkok
menerapkan
pola
pembangunan dan strategi baru dengan tetap
menjaga stabilitas, mendorong restrukturisasi,
perbaikan regulasi makroekonomi, reformasi yang
lebih mendalam, mendukung kewirausahaan skala
besar dan inovasi, serta meningkatkan supply barang
dan jasa publik. Hal ini menyebabkan perekonomian
Tiongkok secara bertahap masih moderat.
Sepanjang bulan Oktober hingga Desember 2015,
ekonomi Tiongkok tumbuh sebesar 6,8 persen (YoY),
menurun dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya yang tumbuh sebesar 7,2 persen (YoY).
Pertumbuhan ekonomi Tiongkok pada triwulan IV
tahun 2015 merupakan paling rendah sejak tahun
2009. Pada keseluruhan tahun 2015, ekonomi
Tiongkok tumbuh sebesar 6,9 persen (YoY) atau
paling rendah sejak 25 tahun terakhir. Hal ini
disebabkan oleh penurunan harga minyak mentah
dan komoditas lainnya, serta masih mencari
kombinasi kebijakan yang tepat untuk memperkuat
perekonomian.
Tiongkok
mengharapkan
pertumbuhan yang berkualitas dan berkelanjutan,
serta dapat memaksimalkan instrumen kebijakan
fiskal dan moneter untuk mencegah perlambatan
17
People's Bank of
Tiongkok (PBoC) masih
memiliki peluang untuk
melaksanakan kebijakan
moneter longgar dalam
rangka mendorong
perekonomian yang
melambat
18
Perlambatan
pertumbuhan ekonomi
Tiongkok pada tahun
2015 akibat reformasi
struktural berdampak
yang pada kinerja neraca
perdagangan yang
melemah
Perlambatan aktivitas
manufaktur Tiongkok
menunjukkan kontraksi
output industri dan aktivitas
bisnis selama empat bulan
terakhir
19
Perekonomian Jepang
Perekonomian Jepang pada
triwulan IV tahun 2015
diperkirakan terkontraksi
sebesar -1,4 persen (YoY)
20
Pemerintah Jepang
mencanangkan Abenomics
2.0 untuk mendorong
tingkat potensi
pertumbuhan
Jepang mengalami
penguatan ekonomi seiring
dengan surplus neraca
perdagangan
21
Perekonomian Singapura
Penguatan ekonomi
Singapura pada triwulan IV
tahun 2015 disebabkan
oleh penguatan mata uang
Dolar Singapura terhadap
Dolar Amerika Serikat dan
penguatan sektor jasa
-1,3
-6,0
Konstruksi
0,7
2,2
Industri Jasa
3,1
3,2
Sumber: Kementerian Perindustrian dan Perdagangan Singapura
-3,5
-3,1
-4,9
2,9
7,0
6,5
22
2,4
0,9
2,6
1,5
Negara Berkembang
4,6
4,0
Tiongkok
7,3
6,8
ASEAN-5
4,6
4,6
Amerika
Latin
dan
1,3
-0,3
Karibia
Sub Sahara Afrika
5,0
3,8
Sumber: World Economic Outlook, Oktober 2015
Resiko ketidakpastian
aktivitas ekonomi global
masih menandai kelanjutan
pelemahan kondisi ekonomi
negara-negara berkembang
dan perbaikan ekonomi
negara-negara maju yang
berjalan lambat
2,8
1,6
4,5
6,3
4,9
0,8
4,3
23
Pertumbuhan ekonomi
negara berkembang masih
akan cenderung
melambat pada tahun
2015 disebabkan oleh
pertumbuhan investasi
yang melambat seiring
dengan reformasi
struktural Tiongkok
24
25
ADB
mengeluarkan
proyeksi
mengenai
pertumbuhan negara-negara berkembang di Asia
tahun 2015 dan 2016. Perekonomian negara-negara
berkembang Asia tahun 2015 dan 2016 kembali
dikoreksi, karena lambatnya perbaikan ekonomi
beberapa negara maju, serta moderasi proyeksi
pertumbuhan negara Tiongkok dan India. Prospek
perlambatan negara-negara berkembang Asia
menyebar
ke
seluruh
kawasan.
Proyeksi
pertumbuhan ekonomi kawasan Asia Selatan, Asia
Timur, dan Asia Tenggara diperkirakan masih
cenderung moderat. Sementara, pertumbuhan
ekonomi kawasan Asia Tengah menunjukkan
pelemahan.
ADB memprediksi pada tahun 2015 pertumbuhan
ekonomi di kawasan Asia Timur masih melambat
akibat permintaan eksternal yang melemah,
meskipun terdapat stimulus fiskal di Korea Selatan
dan kebiijakan akomodatif pemerintah Tiongkok.
Perlambatan ekonomi di kawasan Asia Timur paling
dirasakan oleh Mongolia dimana penurunan
penanaman modal asing, output pertanian, dan
kelanjutan kebijakan moneter ketat yang
diberlakukan pemerintah. Selain itu, kinerja ekspor
Taiwan mengalami penurunan akibat perlambatan
ekonomi Tiongkok. Pada tahun 2016, kinerja
perekonomian di negara-negara maju diasumsikan
26
Aktivitas perekonomian
Jepang diperkirakan
mengalami penguatan
profit perusahaan swasta,
depresiasi mata uang Yen,
dan penurunan harga
minyak mentah
Estimasi pertumbuhan
ekonomi di kawasan Asia
Selatan menurun
disebabkan oleh
pertumbuhan ekonomi
India yang cenderung
moderat, perlambatan
ekonomi di negaranegara maju,
perdagangan global,
penundaan mengenai
reformasi struktural India
27
Perekonomian di kawasan
Asia Tengah diperkirakan
kembali melemah seiring
dengan penurunan harga
komoditas, dan
perlambatan ekonomi
Federasi Rusia serta
Tiongkok
Pertumbuhan Kawasan
ASEAN pada tahun 2015
mengalami perlambatan,
dimana pertumbuhan enam
negara ASEAN dikoreksi
turun dan sebagian besar
negara maju termasuk
Tiongkok
28
Proyeksi pertumbuhan
ekonomi Singapura
dikoreksi turun disebabkan
oleh revisi turun
pertumbuhan ekspor pada
negara tujuan ekspor,
serta kontraksi
pertumbuhan pada sektor
manufaktur
29
51.6
60.5
48.8
54.3
45.7
46.3
53.9
62.1
50.0
55.9
47.0
47.2
52.2
61.4
49.9
56.3
47.2
46.2
48.6
57.8
46.4
50.9
42.9
45.5
42.8
43.1
30
Perekonomian Indonesia pada triwulan IV tahun 2015 tumbuh sebesar 5,0 persen (YoY), relatif
sama dibandingkan dengan triwulan IV tahun 2014 yang tumbuh sebesar 5,0 persen (YoY).
Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan IV tahun 2015 mengalami surplus sebesar
USD5,1 miliar, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan NPI pada triwulan III tahun 2015 yang
defisit sebesar USD4,6 miliar.
31
Gambar 7. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I Tahun 2011- Triwulan IV Tahun 2015 (Persen)
32
Tabel 8.Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I Tahun 2013 Triwulan IV Tahun 2015 Menurut
Lapangan Usaha (YoY)
2013
2014
2015
URAIAN
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
4,2
4,6
3,5
4,6
5,2
4,9
3,6
3,3
4,0
6,9
3,3
1,6
0,8
1,5
4,2
3,6
-1,0
1,1
1,2
1,5
-1,3
-5,2
-5,7
-7,9
Industri Pengolahan
Pengadaan Listrik, Gas dan
Produksi Es
Pengadaan Air, Pengelolaan
Sampah, Limbah dan Daur Ulang
4,6
5,2
3,5
4,2
4,5
4,8
5,0
4,2
4,0
4,1
4,5
4,4
9,8
4,7
2,4
4,4
3,3
6,5
6,0
6,5
1,7
0,8
0,6
1,8
3,2
2,9
3,3
3,8
4,9
5,8
5,9
6,9
5,4
7,8
8,7
6,8
Konstruksi
Perdagangan Besar dan Eceran;
Reparasi Mobil dan Sepeda
5,4
6,3
6,5
6,2
7,2
6,5
6,5
7,7
6,0
5,4
6,8
8,2
3,1
4,9
5,0
6,2
6,1
5,0
5,2
4,5
4,1
1,7
1,4
2,8
33
URAIAN
2013
2014
2015
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
6,9
8,0
6,3
6,7
7,0
7,6
7,7
7,2
5,8
5,9
7,3
7,7
Motor
Transportasi dan Pergudangan
Penyediaan Akomodasi dan
Makan Minum
Informasi dan Komunikasi
7,0
7,0
6,9
6,3
6,4
6,4
5,8
4,6
3,4
3,8
4,5
5,8
10,6
11,4
10,1
9,5
9,8
10,5
9,8
10,3
10,1
9,7
10,7
9,7
12,6
10,3
8,8
3,8
3,6
5,5
1,9
7,9
8,6
2,6
10,4
12,5
Real Estate
8,9
7,7
5,4
4,3
4,7
4,9
5,1
5,3
5,3
5,0
4,8
4,3
Jasa Perusahaan
Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib
7,8
7,6
8,2
8,0
10,3
10,0
9,3
9,7
7,4
7,6
7,6
8,1
1,8
-1,8
6,6
3,8
2,7
-2,5
2,4
6,8
4,7
6,3
1,3
6,7
Jasa Pendidikan
Jasa Kesehatan dan Kegiatan
Sosial
Jasa lainnya
11,1
2,8
7,7
8,3
4,6
4,5
6,3
6,6
5,0
11,7
8,1
5,3
7,0
5,4
8,4
10,7
7,6
8,7
9,6
6,0
7,1
7,5
6,3
7,4
5,6
5,6
6,2
8,2
8,4
9,5
9,5
8,4
8,0
8,1
8,1
8,2
5,5
5,6
5,5
5,6
5,1
5,0
5,0
5,0
4,7
4,7
4,7
5,0
Perlambatan pertumbuhan
terjadi pada Pertanian,
Kehutanan, dan Perikanan;
Jasa Perusahaan dan Jasa
Pendidikan, yaitu menjadi
sebesar 1,6 persen (YoY);
8,1 persen (YoY); dan 6,6
persen (YoY).
34
Perlambatan pertumbuhan
juga terjadi pada Jasa
Lainnya; Administrasi
Pemerintahan, Pertahanan
dan Jaminan Sosial Wajib;
Pengadaan Air, Pengelolaan
Sampah, Limbah dan Daur
Ulang serta yang masingmasing sebesar 8,2 persen
(YoY), 6,7 persen (YoY) dan
6,8 persen (YoY).
35
Tabel 9. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I Tahun 2013 Triwulan IV Tahun 2015 (Persen)
Menurut Jenis Pengeluaran (YoY)
2013
2014
2015
URAIAN
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Pengeluaran Konsumsi
5,7 5,4 5,3
5,3
5,3
5,1
5,1
5,1
5,0
5,0
5,0
Rumahtangga
Pengeluaran Konsumsi LNPRT
6,5 6,4 6,7 12,8 23,2 22,4 5,8 -0,5 -8,1 -8,0
6,6
Pengeluaran Konsumsi
Pemerintah
Pembentukan Modal Tetap
Domestik Bruto
Q4
4,9
8,3
3,0
3,1
12,0
7,7
6,1
-1,8
1,2
0,9
2,9
2,6
7,1
7,3
7,5
5,3
5,6
2,0
5,2
4,1
4,5
4,6
4,6
3,9
4,8
6,9
3,5
2,1
1,3
9,4
3,2
1,4
4,8
-4,6
-0,6
0,0
-0,6
-6,4
2,9
0,9
4,9
-0,9
5,0
0,4
0,3
3,2
-2,2
-7,0
-5,9
-8,1
5,5
5,6
5,5
5,6
5,1
5,0
5,0
5,0
4,7
4,7
4,7
5,0
36
37
Tabel 10. Indeks Tendensi Konsumen Triwulan I Tahun 2014 Triwulan IV Tahun 2015 Menurut Sektor
dan Variabel Pembentuknya
2014
2015
Variabel Pembentuk
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Pendapatan rumah tangga
Pengaruh inflasi terhadap konsumsi
makanan sehari-hari
Tingkat konsumsi beberapa komoditi
makanan (daging, ikan, susu, buah-buahan,
dll) dan bukan makanan (pakaian,
perumahan, pendidikan, transportasi,
kesehatan, dan rekreasi)
Indeks Tendensi Konsumen
Sumber: Badan Pusat Statistik
108,8
110,7
113,5
106,1
96,63
104,4
108,4
103,1
110,4
112,6
109,9
106,3
109,0
105,6
108,1
101,9
112,5
108,5
113,2
113,0
100,7
105,6
111,6
103,0
110,0
110,8
112,4
107,6
100,9
105,2
109,0
102,8
38
Gambar 8. Perkembangan Indeks Tendensi Konsumen Triwulan I Tahun 2013 Triwulan IV Tahun 2015
Tabel 11. Indeks Keyakinan Konsumen Indonesia Mei 2015 Januari 2016
KETERANGAN
2015
2016
Mei
Jun
Jul
Aug
Sept
Okt
Nov
Des
Jan
112,8
111,3
109,9
112,6
97,5
99,3
103,7
107,5
112,6
102,6
100,3
98,8
101,2
87,8
87,5
92,6
94,0
99,9
120,9
120,5
114,6
121,6
108,1
106,7
109,3
112,3
117,7
89,5
86,1
84,9
85,0
68,6
66,8
76,8
78,5
88,0
98,5
94,3
97,0
97,1
86,7
88,9
91,7
91,2
93,8
122,9
122,4
120,9
124,0
107,2
111,2
114,8
121,0
125,4
Ekspektasi Penghasilan
139,5
138,7
137,7
143,4
128,8
131,0
133,1
139,6
143,0
107,5
105,9
104,7
107,3
85,7
92,4
96,8
103,5
105,0
39
KETERANGAN
2015
2016
Mei
Jun
Jul
Aug
Sept
Okt
Nov
Des
Jan
121,9
122,5
120,4
121,3
106,9
110,2
114,4
120,0
121,1
Kerja
Ekspektasi Kegiatan Usaha
Sumber: Bank Indonesia
40
Gambar 9. Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen Indonesia Januari 2015 Januari 2016
41
Cadangan devisa
Indonesia pada triwulan
IV tahun 2015 sebesar
USD105,9 miliar
42
Gambar 11. Neraca Perdagangan Non-migas dan Migas Indonesia Triwulan I Tahun 2014 Triwulan III
Tahun 2015 (Miliar USD)
Gambar 12. Neraca Transaksi Finansial Indonesia Triwulan I Tahun 2014 Triwulan IV Tahun 2015 (Miliar
USD)
10
8
6
4
2
0
-2
-4
-6
-8
Q1
Q2
Q3
Q4
2013
Investasi langsung
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
2014
Investasi Portofolio
Q3
Q4
2015
Investasi lainnya
43
44
Tabel 12. Neraca Pembayaran Indonesia Triwulan I Tahun 2012 Triwulan IV Tahun 2015 (Miliar USD)
2013
2014
2015
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
-6,0
-10,1
-8,6
-4,3
-4,9
-9,6
-7,0
-6,0
-4,2
-4,3
-4,2
-5,1
1,6
-0,6
0,1
4,7
3,4
-0,4
1,6
2,4
3,1
4,1
4,1
2,0
- Ekspor
44,9
45,2
43,8
48,1
43,9
44,5
43,6
43,2
37,8
39,7
36,1
34,7
- Impor
-43,3
-0,5
-43,7
-43,4
-40,6
-4,5
-42,0
-40,8
-34,8
-35,6
-31,9
32,8
0,1
-0,8
-0,5
4,2
2,8
-0,7
1,2
2,2
2,7
3,8
4,0
2,0
- Ekspor, fob.
44,6
45,0
43,2
47,5
43,4
44,2
43,2
42,9
37,5
39,4
35,7
34,4
- Impor, fob.
-43,3
-45,8
-43,7
-43,4
-40,6
-44,9
-42,0
-40,8
-34,8
-35,6
-3,2
32,4
1. Non-migas
4,1
1,3
2,1
6,3
5,6
2,5
4,3
4,9
3,9
5,9
6,2
3,0
a. Ekspor
36,1
37,0
34,7
38,9
35,8
36,7
36,0
36,6
33,1
34,7
32,0
30,7
b. Impor
-32,0
-35,8
-32,6
-32,6
-30,2
-34,2
-31,6
-31,6
-29,1
-28,8
-25,9
27,7
2. Migas
-2,9
-2,1
-2,6
-2,1
-2,7
-3,2
-3,1
-2,8
-1,3
-2,1
-2,1
-1,0
I. Transaksi Berjalan
A. Barang
1. Barang Dagangan
Umum
a. Ekspor
8,5
7,9
8,5
8,7
7,6
7,5
7,3
6,4
4,4
4,6
3,7
3,7
b. Impor
-11,3
-10,0
-11,2
-10,8
-10,3
-10,7
-10,4
-9,2
-5,6
-6,8
-5,8
-4,7
2. Barang Lainnya
0,4
0,3
0,6
0,6
0,5
0,3
0,4
0,3
0,4
0,3
0,1
-0,1
- Ekspor, fob.
0,4
0,3
0,6
0,6
0,5
0,3
0,4
0,3
0,4
0,3
0,4
0,3
- Impor, fob.
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
-0,3
-0,4
B. Jasa jasa
-2,6
-3,6
-2,8
-3,1
-2,1
-2,8
-2,5
-2,6
-1,8
-2,7
-2,2
-1,8
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
III. Transaksi
Finansial
0,0
8,7
4,5
8,6
6,4
14,5
14,5
9,6
5,1
2,2
0,3
9,5
1. Investasi langsung
3,3
3,3
5,4
0,2
2,0
4,4
5,8
2,7
1,7
3,5
1,8
2,3
2. Investasi
portofolio
0,4
3,8
1,5
1,8
8,7
8,0
7,4
1,9
8,5
5,6
-2,2
4,8
3. Investasi lainnya
-6,9
1,6
-2,1
6,7
-4,2
2,0
1,4
5,1
-5,2
-6,8
0,5
2,7
-6,0
-1,4
-4,1
4,3
1,5
4,9
7,5
3,6
0,9
-2,1
-3,9
4,4
V. Selisih
Perhitungan Bersih
-0,6
-1,0
1,4
-0,1
0,6
-0,6
-1,0
-1,2
0,4
-0,9
-0,7
0,7
VI. Neraca
Keseluruhan (V + VI)
-6,6
-2,5
-2,6
4,4
2,1
4,3
6,5
2,4
1,3
-2,9
-4,6
5,1
104,8
98,1
95,7
99,4
102,6
107,7
111,2
111,9
111,6
108,0
101,7
105,
9
5,7
5,4
5,2
5,5
5,7
6,1
6,3
6,4
6,6
6,8
6,8
7,4
Transaksi Berjalan
(%PDB)
-2,6
-4,2
-3,7
-2,1
-2,3
-4,3
-3,0
-2,7
-2,0
-2,0
-1,9
-2,4
- Posisi Cadangan
Devisa
45
Box 1.
Dampak Penutupan Empat Perusahaan pada Sektor Industri di Indonesia
Pada awal tahun 2016, sektor industri di Indonesia bergejolak akibat beberapa
perusahaan menghentikan operasinya di Indonesia, yaitu dalam industri otomotif dan
industri elektronik. Dalam industri otomotif, PT Ford Motor Indonesia (FMI) resmi
menututup usahanya di Indonesia pada 25 Januari 2016. Seluruh operasi PT FMI akan
diberhentikan sebelum akhir tahun 2016 dan akan dikonsentrasikan pada sumber daya
yang ada di tempat lain. PT FMI berhenti beroperasi disebabkan oleh penjualan yang
relatif masih kecil dan justru mengalami penurunan dari tahun ke tahun.
Berdasarkan Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gakindo), dalam lima
tahun terakhir sejak tahun 2011 penjualan dan pangsa pasar PT FMI terus menurun.
Pada tahun 2011, penjualan PT FMI mencapai 15.620 unit atau 1,8 persen dari total
penjualan mobil tahun 2011. Pada tahun 2012, penjualan menurun 23,7 persen atau
menjadi 11.958 unit dengan pangsa pasar sebesar 1,1 persen. Pada 2013, penjualan
kembali menurun 17,4 persen yaitu menjadi 9.907 unit dengan pangsa pasar di bawah
1,0 persen. Penjualan PT FMI pada tahun 2014 meningkat 21,2 persen, atau menjadi
sebesar 12.008 unit dengan pangsa pasar mendekati 1,0 persen. Pada tahun 2015
penjualan PT FMI menurun signifikan sebesar 58,5 persen, yaitu menjadi 4.986 unit
dengan pangsa pasar sebesar 0,5 persen.
Dampak penutupan PT FMI secara langsung tidak terlalu signifikan karena hanya
memperkerjakan 32 pekerja. Namun demikian, penutupan tersebut berpengaruh pada
distributor PT FMI yang tersebar di 20 wilayah, atau terdapat potensi pengangguran dari
distributor-distributor PT FMI di ke-20 wilayah tersebut.
Sementara itu, menurut Ketua III Gakindo, Johnny Darmawan, berhentinya PT FMI di
Indonesia tidak mencerminkan potensi pasar otomotif Indonesia di waktu mendatang.
Rasio antara kepemilikan mobil dengan jumlah penduduk di Indonesia masih relatif
rendah. Selain itu, daya beli masyarakat relatif meningkat sehingga menyebabkan
permintaan mobil baru akan relatif tetap tinggi. Sementara itu, menurut Kepala BKPM,
Franky Sibarani, berhentinya operasi PT FMI di Indonesia tidak berpengaruh signifikan
terhadap investasi di Indonesia. Hal senada juga disampaikan oleh Menteri
Perindustrian, Saleh Husein, bahwa PT FMI tidak berinvestasi dengan membangun
pabrik di Indonesia tetapi mengimpor dari pabrik di Thailand, sehingga walaupun
berhenti beroperasi relatif tidak mempengaruhi investasi nasional.
Pada industri elektronik, restrukturisasi perusahaan yang dilakukan oleh Grup Panasonic
Gobel pada tiga pabrik yang berlokasi di Cikarang dan Cileungsi, Jawa Barat serta di
Pasuruan, Jawa Timur menimbulkan kekhawatiran beberapa kalangan.
46
PT Toshiba yang berlokasi di Cikarang akan ditutup pada bulan April 2016. Sementara itu,
PT Panasonic Lighting Indonesia (PLI) di Pasuruan, Jawa Timur telah ditutup pada awal
Januari 2016, sedangkan PT PLI yang berlokasi di Cikarang, Jawa Barat akan ditutup pada
bulan Februari 2016.
Kedua pabrik PT PLI di Cikarang dan Pasuruan tersebut kemudian digabung (merger) dan
dikonsentrasikan di Pasuruan, Jawa Timur dan Cileungsi, Jawa Barat. Penggabungan
tersebut bertujuan agar perusahaan dapat mengikuti perkembangan teknologi dan
memperkuat daya saing. PT PLI bermaksud mengganti proses produksi dan teknologi
lampu dengan yang lebih baik dan yang memiliki nilai tambah lebih tinggi. Hal tersebut
dilatarbelangi oleh berubahnya preferensi pasar dari lampu hemat energi compact
fluorencent lamp (CFL) dan beralih ke lampu light emitting diode (LED).
Penutupan ketiga pabrik Grup Panasonic Gobel, menurut Presiden Konfederasi Serikat
Pekerja Indonesia (KSPI), Said Iqbal, berpotensi menimbulkan pemutusan hubungan
kerja (PHK) pada sekitar 2500 pekerja. Jumlah tersebut terdiri dari sekitar 1.700 anggota
KSPI di PT PLI dan 970 anggota KSPI di PT Toshiba. Penutupan pabrik berpotensi
menyebabkan PHK terhadap 600-700 pekerja di PT PLI Pasuruan untuk periode
Desember 2015 sampai dengan Januari 2016, serta 900-1000 pekerja di PT PLI Cikarang
untuk periode Januari 2016 sampai dengan Maret 2016.
Selain PT PLI dan PT Toshiba, PT Samoin dan PT Starlink yang merupakan perusahaan
elektronik dari Korea Selatan juga telah selesai beroperasi di Indonesia pada bulan
Januari 2016. Akibat dari penutupan usaha tersebut adalah terjadinya PHK pada 1.200
pekerja pada PT Samoin dan 500 pekerja pada PT Starlink.
Sementara itu, menurut Ketua Badan Kordinasi Penanaman Modal (BKPM), Franky
Sibarani, penutupan tiga pabrik Grup Panasonic Gobel tidak bisa dijadikan sebagai
indikator melemahnya iklim industri elektronik di Indonesia. Dari puluhan pabrik PT PLI,
tidak semua pabrik menutup operasional usaha dan melakukan PHK. Selain itu, pada
Januari 2016 jumlah permohonan izin prinsip untuk perusahaan elektronik di Indonesia
meningkat 106 persen dibandingkan tahun 2016. Berdasarkan klarifikasi yang diterima
oleh BKPM, jumlah pekerja yang terkena PHK adalah sebanyak 425 pekerja pada PT PLI
dan 360 pekerja pada PT Toshiba.
Beberapa faktor yang dinilai sebagai penyebab melesunya industri elektronik di
Indonesia adalah kondisi pasar yang tidak kondusif akibat pengaruh dari melambatnya
pasar global. Perlambatan ekonomi tersebut menyebabkan turunnya daya beli
masyarakat. Selain itu, menurut ketua KSPI, pengendalian upah yang diatur dalam PP
Nomor 78 tahun 2015 menyebabkan penurunan daya beli masyarakat, terutama buruh
pabrik yang merupakan pasar utama dari industri elektronik.
47
Sampai dengan akhir tahun 2015, realisasi pembiayaan utang seluruhnya mencapai Rp374,5
triliun.
Sementara itu, total utang pemerintah pusat mencapai Rp 3.098,6 triliun.
Penerbitan SBN mengalami peningkatan yang cukup siginifikan dari Rp 1.187,7 triliun pada akhir
tahun 2011 menjadi Rp 2.346,7 triliun pada tahun 2015.
Realisasi penarikan pinjaman luar negeri mencapai Rp81,9 triliun atau 168,5 persen dari target
yang ditetapkan di dalam APBN-P 2015.
48
SBN (Neto)
Pinjaman Luar Negeri (Neto)
a. Penarikan (Bruto)
i. Pinjaman Program
ii. Pinjaman Proyek
b. Penerusan Pinjaman
c. Pembayaran Cicilan Pokok
III Pinjaman Dalam Negeri (Neto)
Jumlah
Sumber : Kementerian Keuangan
Real
2011
Real
2012
Real
2013
Real
2014
Real
2015
119,9
(17,8)
33,7
15,3
14,3
(4,2)
(47,3)
0,6
159,7
(23,5)
31,4
15,0
12,6
(3,8)
(51,1)
0,8
224,6
(5,8)
51,4
18,4
33,0
(3,9)
(57,2)
0,5
265,0
(13,4)
50,7
16,9
33,8
(1,2)
(64,2)
2,2
361.6
12.3
81.9
55.1
26.8
(3.6)
(66.0)
0.6
102,7
137,0
219,3
253,7
374,5
Rata-Rata
2011-2015
31,8
24,8
37,8
17,1
(3,9)
8,7
(0,8)
38,2
Tabel 14. Pagu Dan Realisasi Pembiayaan Utang 2013-2015 (Triliun Rupiah)
INSTRUMEN
TOTAL (neto)
PINJAMAN (neto)
Pinjaman Luar Negeri (neto)
- Pinjaman Program
- Pinjaman Proyek
- Penerusan Pinjaman (SLA)
- Pembayaran Cicilan Pokok ULN
Real
2013
219.3
-5.3
-5,8
18,4
36,9
-3,9
-57,2
Real
2014
253,7
-11,3
-13,4
16,9
35,0
-1,2
-64,2
APBN-P
2015
276,7
-18,4
-20,1
7,5
41,1
-4,5
-64,2
Real
2015
373,1
12,9
12,3
55,1
26,8
-3,6
-66,0
Persentase
thd APBN-P
135,4%
241,9%
263,0%
734,5%
65,2%
78,9%
102,8%
49
Real
2013
INSTRUMEN
Pinjaman Dalam Negeri (neto)
- Pinjaman Dalam Negeri
- Pembayaran Cicilan Pokok
PDN
SURAT BERHARGA NEGARA (neto)
- SBN
- Jatuh tempo dan Buyback SBN
Sumber : Kementerian Keuangan
Real
2014
APBN-P
2015
Real
2015
Persentase
thd APBN-P
0,5
0,6
2,2
2,4
1,7
2,0
0,6
0,8
37,4%
38,9%
0,1
224,7
327,7
-103,1
0,2
265,0
428,1
-163,2
0,3
295,1
452,2
-157,1
-0,1
361,6
514,0
-152,4
-47,1%
122,5%
113,7%
97,0%
SBN
1.187,7
Denominasi Valas
195,6
Denominasi Rupiah
992,0
Catatan:
*Termasuk semi commercial
**Beberapa termasuk semi concessional
***Seluruhnya termasuk commercial
Sumber : Kementerian Keuangan
1.361,1
264,9
1.096,2
1.661,1
399,4
1.261,7
1.931,2
456,6
1.474,6
2015
3.098,6
751,9
748,1
337,8
360,0
50,1
0,2
3,9
2.346,7
610,6
1.736,1
Rata-Rata
2011-2015
14,4
4,9
4,8
-3,0
14,0
18,8
-23,6
39,8
18,6
32,9
15,0
50
34,3
10,8
54,8
31,1
13,4
55,5
30,1
16,8
53,1
26,0
17,5
56,5
2015
3.098,6
751.9
2,346.7
610.6
1,736.1
24,3
19,7
56,0
51
31-Des-11
31-Des-12
31-Des-13
31-Des-14
31-Des-15
1.148.916,0
96.743,0
517.142,0
135.063,0
2.512,0
29.900,0
38.988,0
723.605,0
610.393,0
122.755,0
1.263,0
22.820,0
63.035,0
820.266,0
751.273,0
122.755,0
34.050,0
87.174,0
995.252,0
945.963,0
113.344,0
39.950,0
110.704,0
1.209.961,0
42.950,0
158.236,0
1.446.845,0
18.700,0
1.650,0
95.000,0
195.649,0
22.950,0
2.650,0
155.000,0
264.912,0
27.140,0
4.150,0
155.000,0
399.374,0
29.190,0
5.000,0
155.000,0
1.000,0
456.616,0
32.690,0
7.000,0
255.000,0
2.250,0
610.633,0
244.636,0
23.783,0
240.144,0
35.783,0
234.870,0
31.533,0
229.054,0
2.391,0
33.197,0
5.084,0
222.642,0
22.434,0
2.391,0
36.697,0
268.419,0
1.187.673,0
275.927,0
1.361.105,0
266.403,0
1.661.028,0
264.642,0
1.931.219,0
289.248,0
2.346.726,0
9.068,0
117,0
9.670,0
112,0
12.189,0
116,0
12.440,0
104,0
15.133,0
13.795,0
114,52,0
15.070,0
60,9
16,5
80,5
19,5
59,9
24,0
62,7
23,6
61,7
26,0
52
Tabel 18. Realisasi Penerbitan Surat Berharga Negara s.d. Tahun 2015 (Neto) (Juta Rupiah)
Nominal
Target APBN% Realisasi
Target APBNRealisasi sd 31
Uraian
P (defisit
(thd defisit
P
Desember
2,6%)
2,8%)
2015
361.607.128,0
100.0
277.049.800,0 361.607.128,0
SBN Netto
153.612.324,0
152.418.613,0
152.418.613,0
100.0
3.000.000,0
1.401.290,0
1.401.290,0
100.0
430.662.124,0
514.025.741,0
514.025.741,0
100.0
SUN
395.511.563,0
SUN Domestik
308.942.874,0
- ON
202.110.000,0
- SPN
52.200.000,0
- Private Placement
27.194.119,0
- SUN RITEL
27.438.755,0
SUN Valas
SBSN
SBSN Domestik
SBSN Valas
Sumber : Kementerian Keuangan
86.568.689,0
118.514.178,0
92.092.178,0
26.422.000,0
53
Tabel 19. Posisi Kepemilikan SBN DOMESTIK 2011 - 2015 (triliun Rupiah)
2011
2012
2013
2014
2015
265,0
299,7
335,4
375,6
350,1
7,2
Persentase
Kepemilikan
24,0
7,8
3,1
44,4
41,6
148,9
108,8
10,2
Nonbank
450,8
Reksadana
47,2
Asuransi
93,1
Asing
222,9
Dana Pensiun
34,4
Sekuritas
0,1
Individu
Lain lain
53,1
Total
723,6
Sumber : Kementerian Keuangan
517,5
43,2
83,4
270,5
56,5
0,3
615,4
42,5
129,6
323,8
39,5
0,9
32,5
46,7
995,3
792,8
45,8
150,6
461,4
43,3
0,8
30,4
60,5
1.210,0
962,9
61,6
171,6
558,5
49,8
0,3
42,5
78,5
1461,8
20,9
6,9
16,5
25,8
9,7
16,7
65,9
4,2
11,7
38,2
3,4
0,0
2,9
5,4
100,0
Bank
Institusi Pemerintah
64,6
820,3
Rata-Rata
10,3
19,2
Pinjaman
Realisasi
luar
Realisasipinjaman
pinjaman
luar
negeri
mencapai
Rp81,9
negeri mencapai 164,3
triliun
persen dari APBN-P 2015
Tabel 20. Realisasi Pembiayaan Utang Melalui Pinjaman 2011 - 2015 (trilun Rupiah)
Real
Real
Real
Real
APBN-P Real
Proporsi thd
JENIS PEMBIAYAAN UTANG
2011
2012
2013 2014
2015
2015
APBN-P 2015
PINJAMAN
Pinjaman Luar Negeri
- Pinjaman Program
- Pinjaman Proyek
Pinjaman Dalam Negeri
Sumber : Kementerian Keuangan
34,4
33,8
15,3
14,3
0,6
32,0
31,0
15,0
12,7
0,8
55,8
55,3
18,4
36,9
0,5
54,1
52,0
16,9
35,1
2,2
50,3
48,6
7,5
41,1
1,7
82,7
81,9
55,1
26,8
0,8
164,3
168,5
734,5
65,2
45,7
54
Nilai total ekspor Indonesia pada triwulan IV tahun 2015 adalah sebesar USD35.119,6 juta,
mengalami penurunan sebesar 18,8 persen jika dibandingkan dengan triwulan IV tahun 2014.
Pada akhir triwulan IV tahun 2015 total impor Indonesia adalah sebesar USD34.750,5 juta
atau menurun sebesar 19,9 persen (YoY).
Neraca perdagangan total Indonesia pada triwulan IV tahun 2015 mengalami surplus sebesar
USD369,1 juta, yang disebabkan karena neraca perdagangan sektor nonmigas surplus sebesar
USD1.394,5 juta.
55
56
Pembangunan efisiensi,
daya saing, dan
konektivitas ekonomi
desa-kota dilakukan
melalui deregulasi 5 (lima)
jenis usaha.
57
58
Survei JBIC 2015: Indonesia Peringkat Kedua Sebagai Negara yang Menjanjikan
untuk Berinvestasi
JBIC melakukan survei mengenai operasi bisnis oleh
perusahaan manufaktur Jepang setiap tahun. Responden
dari survei ini adalah perusahaan manufaktur Jepang yang
memiliki afiliasi di luar negeri. Hasil survei tahun 2015
menunjukkan bahwa Indonesia berada di peringkat kedua
dalam aspek negara yang menjanjikan untuk bisnis di luar
negeri untuk jangka waktu menengah. Peringkat pertama
diduduki oleh India dan peringkat ketiga diduduki oleh RRT.
India mengungguli
Indonesia karena sumber
daya manusia yang
berkualitas dan tidak ada
masalah dengan kenaikan
upah buruh.
59
60
PERKEMBANGAN PERDAGANGAN
Perkembangan Ekspor
Gambar 13. Nilai dan Volume Ekspor Hingga Des 2015
61
2015
150.221,2
Migas
36.977,3
32.633,0
30.018,8
6.616,6
4.261,0
18.551,9
Minyak Mentah
12.293,4
10.204,7
9.528,2
2.338,8
1.403,5
6.457,0
4.163,4
4.299,1
3.623,4
822,8
260,5
1.754,1
20.520,5
18.129,2
17.180,3
3.768,1
2.597,0
10.340,8
Nonmigas
153.043,0
149.918,8
145.961,2
36.657,3
30.910,8
131.643,8
Pertanian
5.569,2
5.713,0
5.770,6
1.548,5
1.375,7
5.629,3
116.125,1
113.029,9
117.330,0
29.480,4
25.433,0
106.636,8
31.329,9
31.159,5
22.850,3
5.626,5
4.199,1
19.434,5
-6,6
-10,9
-11,1
-12,8
-10,3
-5,5
7,8
-5,0
-9,6
100,0
19,5
6,5
2,2
10,8
80,5
2,9
61,1
16,5
-6,6
-2,1
-0,7
-0,3
-1,1
-4,5
0,2
-3,0
-1,6
-3,9
-11,8
-17,0
3,3
-11,7
-2,0
2,6
-2,7
-0,5
100,0
17,9
5,6
2,4
9,9
82,1
3,1
61,9
17,1
-3,9
-2,1
-1,0
0,1
-1,2
-1,7
0,1
-1,7
-0,1
-3,6
-8,0
-6,6
-15,7
-5,2
-2,6
1,0
3,8
-26,7
100,0
17,1
5,4
2,1
9,8
82,9
3,3
66,7
13,0
-3,6
-1,4
-0,4
-0,3
-0,5
-2,2
0,0
2,5
-3,5
-11,0
-25,6
0,0
-31,4
-29,6
-7,7
-0,6
-0,8
-33,3
100,0
15,3
5,4
1,9
8,7
84,7
3,6
68,1
13,0
-11,0
-3,9
0,0
-0,6
-2,6
-6,5
0,0
-0,6
-4,3
-18,7
-35,6
-40,0
-68,3
-31,1
-15,7
-11,2
-13,7
-25,4
100,0
12,1
4,0
0,7
7,4
87,9
3,9
72,3
11,9
-18,7
-4,3
-1,6
-0,5
-2,3
-13,8
-0,4
-9,9
-3,0
-14,6
-37,9
1,3
-27,1
-12,6
-9,8
48,4
37,2
28,9
100,0
12,4
6,4
1,8
10,0
87,6
5,7
107,2
19,6
-14,6
-4,7
0,1
-0,5
-1,3
-8,6
2,8
39,8
5,7
Hasil Minyak
Gas
Industri
Pertambangan
Pertumbuhan Ekspor* (%)
Migas
Minyak Mentah
Hasil Minyak
Gas
Nonmigas
Pertanian
Industri
Pertambangan
Proporsi Ekspor (%)
Migas
Minyak Mentah
Hasil Minyak
Gas
Nonmigas
Pertanian
Industri
Pertambangan
Sumber Pertumbuhan (%)
Migas
Minyak Mentah
Hasil Minyak
Gas
Nonmigas
Pertanian
Industri
Pertambangan
62
Tabel 22. Perkembangan 10 Golongan Barang dengan Nilai Ekspor Nonmigas Terbesar Triwulan IV Tahun 2015
HS
Nilai Ekspor (Juta USD)
Pertumbuhan YoY (%)
Proporsi (%)
Komoditas
Q4 14
Q4 15
Q4 14
Q4 15
Q4 14
Q4 15
15 Lemak & minyak hewan/nabati
5.617,3
4.600,6
2,7
-18,1
13,2
15,3
27 Bahan bakar mineral
4.857,1
3.514,5
-21,2
-27,6
14,8
13,3
85 Mesin/peralatan listrik
2.435,6
2.106,1
-12,2
-13,5
6,7
6,6
40 Karet dan Barang dari Karet
1.500,7
1.330,5
-15,3
-11,3
4,3
4,1
84 Mesin-mesin/Pesawat Mekanik
1.466,7
1.235,4
-9,3
-15,8
3,9
4,0
64 Alas kaki
1.142,6
1.211,5
-29,5
6,0
3,9
3,1
87 Kendaraan dan Bagiannya
1.428,1
1.201,5
-8,4
-15,9
3,8
3,9
44 Kayu, Barang dari Kayu
1.026,3
979,0
-22,3
-4,6
3,2
2,8
62 Pakaian jadi bukan rajutan
942,0
976,4
-31,0
3,7
3,3
2,6
71 Perhiasan/Permata
1.164,5
875,7
2,8
-24,8
2,7
3,2
Total Lainnya
15.075,9
15.841,1
-9,9
5,1
40,3
41,1
Total Nonmigas
36.656,9
33.872,3
-11,7
-7,6
100,0
100,0
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
63
Perkembangan ekspor
nonmigas ke-5 (lima) negara
tujuan utama pada triwulan
IV tahun 2015 turun sebesar
13,82 persen (YoY).
Tabel 24. Perkembangan Ekspor Nonmigas ke Negara Tujuan Utama Triwulan IV Tahun 2015
Nilai Ekspor Nonmigas
Pertumbuhan YoY (%)
Proporsi (%)
(Juta USD)
Negara
Q4 2014
Q4 2015
Q4 2014
Q4 2015
Q4 2014
Q4 2015
Japan
3.851,6
3.189,6
-6,4
-17,2
10,5
9,9
China
3.877,7
3.342,2
-39,5
-13,8
10,6
10,4
Singapore
2.474,8
2.015,4
0,2
-18,6
6,8
6,3
India
3.190,4
2.739,9
-9,6
-14,1
8,7
8,5
64
Negara
United States
Total 5 Negara
Total Lainnya
Total
Nonmigas
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Q4 2015
-7,4
-13,8
-10,6
-12,1
Proporsi (%)
Q4 2014
10,9
47,4
52,6
100,0
Q4 2015
11,5
46,5
53,5
100,0
Perkembangan Impor
Gambar 14. Nilai dan Volume Impor Hingga September 2015
65
Pertumbuhan impor
nonmigas pada triwulan IV
tahun 2015 (YoY)
mengalami penurunan
sebesar -11,5 persen.
Q4 2015
34.740,8
2.845,9
25.551,4
6.343,5
5.195,6
1.799,7
2.860,8
535,1
29.501,9
-20,7
-11,0
-23,5
-11,8
-50,2
-34,7
-59,2
-20,4
-11,6
100,0
8,2
73,5
18,3
15,0
5,2
8,2
1,5
84,9
2015
147.085,6
10.873,5
107.123,6
24.742,5
48.317,5
18.727,6
25.413,1
4.176,8
98.768,1
-17,5
-14,2
-21,4
-15,6
11,2
43,3
-7,1
38,1
-26,7
100,0
7,4
72,8
16,8
32,8
12,7
17,3
2,8
67,2
-20,7
-0,9
-17,3
-2,2
-7,5
-1,8
-4,9
-0,3
-9,8
-17,5
-1,0
-15,6
-2,6
3,7
5,5
-1,2
1,1
-17,9
66
HS
Komoditas
84
Proporsi (%)
Q4 2014
Q4 2015
18,8
19,1
4.047,3
1.691,3
-0,2
7,9
-3,4
-16,3
12,6
6,1
13,7
5,7
1.654,5
1.355,9
1.141,4
9,8
-1,2
-23,1
-24,5
-20,8
-18,7
6,6
5,1
4,2
5,6
4,6
3,9
889,2
889,0
1,8
-1,2
-15,1
-17,5
3,1
3,2
3,0
3,0
683,9
581,5
10.952,6
29.511,6
-15,6
-7,8
-0,6
-3,7
-6,8
0,0
-9,7
-11,5
2,2
1,7
36,4
100,0
2,3
2,0
37,1
100,0
Tabel 27. Negara Utama Asal Impor Nonmigas Triwulan IV Tahun 2015
Negara
Tiongkok
Jepang
Singapura
Thailand
Amerika
Total 5 Negara
Total Asean
2015
22,6
12,6
7,5
7,2
6,0
55,9
21,5
Proporsi (%)
Q4 2014
Q4 2015
24,1
26,1
11,8
10,3
7,4
7,9
6,8
6,5
5,7
6,7
55,9
57,4
21,8
22,0
67
2.702,6
20.346,2
29.549,1
-11,4
-13,2
-12,3
-29,6
-17,9
-16,0
-10,4
-11,8
-11,4
9,4
69,1
100,0
9,0
69,2
100,0
9,1
68,9
100,0
Neraca perdagangan
Indonesia-Tiongkok
pada triwulan IV
tahun 2015
mengalami deficit.
176292,7
30331,9
145960,8
178178,8
43459,9
134718,9
-1886,1
-13128,0
11241,9
2015
150221,2
18637,0
131643,8
142739,6
24613,2
118126,4
7481,6
-5976,2
13517,4
Q4 14
Q4 15
43273,7
6616,6
36656,3
43804,1
10440,1
33364,0
-530,4
-3823,5
3292,3
35119,6
4176,1
30943,6
34750,5
5201,4
29549,1
369,1
-1025,3
1394,5
YoY
2015
Q4 15
-14,8
-18,8
-38,6
-36,9
-9,8
-15,6
-19,9
-14,6
-43,4
-5,9
-12,3
-17,4
-496,7
327,8
-54,5
47,8
20,2
2,7
17.605,9
1.146,8
16.459,1
30.624,3
162,7
30.461,6
-13.018,4
984,1
-14.002,5
2015
15.045,3
1.785,7
13.259,6
29.404,0
186,1
29.217,9
-14.358,7
1.599,6
-15.958,3
Q4 14
Q4 15
4.365,8
488,1
3.877,7
8.120,0
72,6
8.047,3
-3.754,2
415,5
-4.169,6
3.887,0
540,6
3.346,4
7.731,8
18,8
7.713,0
-3.844,8
521,9
-4.366,6
2015
-14,5
55,7
-19,4
-4,0
14,4
-4,1
10,3
62,5
14,0
YoY
Q4 15
-11,0
10,8
-13,7
-4,8
-74,1
-4,2
2,4
25,6
4,7
68
Neraca perdagangan
Indonesia-Jepang pada
triwulan IV tahun 2015
mengalami surplus.
Neraca
perdagangan
Indonesia-Amerika pada
triwulan IV tahun 2015
mengalami surplus.
2014
2015
Q4 14
23.117,5
8.551,7
14.565,8
17.007,6
69,4
16.938,2
6.109,9
8.482,3
-2.372,4
18.014,2
4.924,8
13.089,4
13.262,8
30,8
13.232,0
4.751,4
4.894,0
-142,6
5.823,8
1.972,2
3.851,6
3.963,6
13,6
3.950,0
1.860,2
1.958,6
-98,4
Q4 15
4.325,1
1.135,5
3.189,6
3.036,2
6,8
3.029,3
1.289,0
1.128,7
160,3
2015
-22,1
-42,4
-10,1
-22,0
-55,6
-21,9
-22,2
-42,3
-94,0
YoY
Q4 15
-25,7
-42,4
-17,2
-23,4
-49,7
-23,3
-30,7
-42,4
-262,9
2014
2015
Q4 14
16.530,1
673,1
15.857,0
8.170,1
67,7
8.102,4
8.360,0
605,4
7.754,6
16.239,2
932,6
15.306,6
7.592,6
42,4
7.550,2
8.646,6
890,2
7.756,4
4.217,2
0,0
3.987,7
1.926,5
13,4
1.913,1
2.290,7
-13,4
2.074,6
Q4 15
3.908,6
215,7
3.692,9
1.976,8
5,4
1.971,5
1.931,7
210,4
1.721,4
2015
-1,8
38,6
-3,5
-7,1
-37,4
-6,8
3,4
47,0
0,0
YoY
Q4 15
-7,3
0,0
-7,4
2,6
-60,1
3,1
-15,7
-1.667,8
-17,0
2014
2015
Q4 14
12.249,0
25,3
11.713,0
129,0
3.196,3
5,9
Q4 15
2.780,2
40,2
YoY
2015
Q4 15
-4,4
-13,0
409,9
585,0
69
Ekspor Nonmigas
Impor Total (Juta USD)
Impor Migas
Impor Nonmigas
Neraca Perdagangan (Juta USD)
Migas
Nonmigas
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
12.223,7
3.952,1
388,2
3.563,9
8.296,9
-362,9
8.659,8
11.584,0
2.741,2
75,7
2.665,5
8.971,8
53,3
8.918,5
3.190,4
800,4
61,6
738,7
2.395,9
-55,8
2.451,7
2.739,8
614,5
6,3
608,2
2.165,6
33,9
2.131,7
-5,2
-30,6
-80,5
-25,2
8,1
-114,7
3,0
-14,1
-23,2
-89,7
-17,7
-9,6
-160,7
-13,1
Neraca Perdagangan
Indonesia-Thailand
mengalami defisit pada
triwulan IV tahun 2015.
2014
2015
Q4 14
Q4 15
5.783,1
780,2
5.002,9
9.781,1
86,3
9.694,8
-3.998,0
693,9
-4.691,9
5.507,2
906,8
4.600,4
8.087,1
64,7
8.022,4
-2.579,9
842,1
-3.422,0
1.343,8
169,1
1.174,7
2.291,2
15,6
2.275,7
-947,4
153,5
-1.100,9
1.220,4
163,1
1.057,3
1.936,0
16,2
1.919,8
-715,7
146,9
-862,6
2015
-4,8
16,2
-8,0
-17,3
-25,0
-17,3
-35,5
21,4
-27,1
YoY
Q4 15
-9,2
-3,6
-10,0
-15,5
4,2
-15,6
-24,5
-4,4
-21,7
HARGA
Unit
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agust
Sep
Okt
Nop
Des*
Rp/ltr
15.106
15.108
15.214
15.183
15.201
15.216
15.190
15.164
15.173
15.100
15.088
15.040
Rp/ltr
11.331
11.267
11.302
11.220
11.186
11.249
11.212
11.006
10.719
10.708
10.565
10.414
Rp/kg
8.840
8.799
8.833
8.832
8.883
8.904
8.983
9.011
8.986
8.969
8.982
9.050
Rp/kg
9.634
9.929
10.373
9.963
9.925
9.928
10.009
10.122
10.281
10.414
10.520
10.673
70
INFLASI PERIODIK
Komoditas
Unit
Gula Pasir
Minyak
Goreng
Kemasan
Minyak
Goreng
Curah
Tepung
terigu
Beras
Medium
Gula Pasir
Rp/kg
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agust
Sep
Okt
Nop
Des*
11.169
11.157
11.428
11.925
12.538
13.120
13.041
12.927
12.715
12.719
12.752
12.866
0,7
0,7
-0,2
0,1
0,1
-0,2
-0,2
0,1
-0,5
-0,1
-0,3
0,3
-0,6
0,3
-0,7
-0,3
0,6
-0,3
-1,8
-2,6
-0,1
-1,3
-1,4
0,1
-0,5
0,4
0,6
0,2
0,9
0,3
-0,3
-0,2
0,1
0,8
3,2
3,1
4,5
-4
-0,4
0,8
1,1
1,6
1,3
1,5
-0,4
-0,1
2,4
4,4
5,1
4,6
-0,6
-0,9
-1,6
0,3
0,9
Des-15
52,1
37,2
3,4
1,8
568,0
372,0
10,1
875,0
1,3
4638,8
41,0
8707,8
14691,7
1527,8
42339,0
-0,8
71
Komoditas
Unit
Crude Oil, West Texas
(%)
PERTANIAN
Cocoa
(%)
Coffe, robusta
(%)
Palm Oil
(%)
Soybeans
(%)
Shrimp, Mexican
(%)
Woodpulp
(%)
Rubber*,
(%)
Singapore/MYS
LOGAM & MINERAL
Copper
(%)
Iron ore
(%)
Nickel
(%)
Tin
(%)
Zinc
(%)
Sumber: World Bank, diolah
2014
-4,9
2015
-47,7
Okt-15
1,7
Nov 15
-7,6
Des-15
-12,8
25,6
6,8
-4,1
-8,7
24,7
6,5
-30,0
2,4
-12,4
-24,2
-20,6
-16,8
-0,2
-20,3
-2,5
1,6
8,4
2,2
-21,6
0,0
-0,9
5,1
-1,3
-4,3
-2,1
-12,7
0,0
-6,0
-0,5
-3,0
1,8
1,1
1,9
0,0
2,1
-6,4
-28,4
12,4
-1,7
13,1
-19,7
-42,4
-29,8
-26,6
-10,6
0,0
-7,0
3,8
2,2
0,2
-8,0
-11,3
-10,4
-6,6
-8,2
-3,4
-12,8
-5,8
-0,4
-3,5
Gambar 15. Indeks Tendensi Bisnis Indonesia Triwulan I Tahun 2010 - Triwulan IV Tahun 2015
72
Catatan:
ITB berkisar antara 0 sampai dengan 200 dengan indikasi sebagai berikut:
a. Nilai ITB < 100 menunjukkan kondisi pada triwulan berjalan menurun di banding triwulan sebelumnya
b. Nilai ITB=100 menunjukkan kondisi bisnis pada triwulan berjalan tidak mengalami perubahan
(stagnan) dibanding triwulan sebellumnya
c. Nilai ITB > 100 menunjukkan kondisi bisnis pada triwulan berjalan lebih baik (menigkat)dibanding
triwulan sebelumnya
d. * = Angka perkiraan
Tabel 36. Indeks Tendensi Bisnis Menurut Sektor Triwulan IV Tahun 2015
Variabel pembentuk ITB Trw IV-2015
No
1
99,6
90,18
Penggunaan
Kapasitas
Produksi/Us
aha
90,18
96,2
99,3
109,3
107,0
109,3
110,5
94,74
101,03
111,18
109,82
107,98
105,03
96,21
102,54
111,2
111,3
113,46
106,78
92,42
102,78
113,54
109,57
108,87
104,59
94,5
99,04
110,17
108,7
103,05
103,79
112,0
109,0
109,08
109,19
111,24
111,86
106,98
109,78
108,18
106,71
108,0
110,8
101,7
109,5
111,0
109,07
112,03
101,45
111,23
117,84
111,05
111,25
104,41
113,25
117,39
108,48
113,51
85,59
108,64
119,78
107,69
112,06
101,47
110,65
117,39
111,5
110,0
109,0
106,0
107,99
108,1
110,02
105,22
109,06
108,86
113,06
107,49
111,83
109,29
108,97
103,95
105,48
106,97
107,92
103,86
ITB Trw
III-2015
ITB Trw
IV-2015
Pendapat
an Usaha
Rata
Rata
Jam
Kerja
-
73
Realisasi investasi untuk Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) triwulan IV tahun 2015
sebesar Rp46,2 triliun, tumbuh sebesar 10,6 persen dibanding triwulan IV tahun 2014.
74
PERKEMBANGAN INVESTASI
Perkembangan Investasi
Struktur pertumbuhan
ekonomi Indonesia pada
triwulan IV tahun 2015
masih didominasi oleh
kelompok provinsi di pulau
Jawa dan Sumatera.
Tabel 37. Pertumbuhan dan Share PMTB Triwulan IV Tahun 2015 (persen)
Q4-2014
Q4-2014
Q4-2015
(QtQ)
(YtY)
(QtQ)
Pertumbuhan PDB
-2,1
5,0
-1,8
Pertumbuhan PMTB (YoY)(PDB Konstan)
2,9
4,6
5,0
a. Bangunan
4,1
7,1
6,0
b. Mesin dan Perlengkapan Dalam Negeri
0,4
-9,2
2,6
c. Kendaraan
-3,0
-7,4
-2,5
d. Peralatan Lainnya
6,3
9,7
4,3
e. Sumber Daya Hayati
15,3
7,6
13,1
f. Produk Kekayaan Intelektual
-25,6
12,2
-12,2
Share PMTB terhadap PDB (harga berlaku)
a. Bangunan
b. Mesin dan Perlengkapan Dalam Negeri
c. Kendaraan
d. Peralatan Lainnya
e. Sumber Daya Hayati
f. Produk Kekayaan Intelektual
Sumber: BPS , diolah
34,4
26,1
3,2
1,4
0,5
2,2
0,9
Q4-2015
(YtY)
5,0
6,9
8,2
3,8
7,3
7,8
-3,6
6,4
33,2
25,0
3,2
1,5
0,5
2,0
1,0
75
49,9
20,1
26,1
16,5
-0,3
17,0
Tabel 39.Pertumbuhan dan Share Realisasi Investasi PMDN dan PMA Triwulan IV Tahun 2015 Berdasar Sektor
PMA
PMDN
Jumlah
Jumlah (Rp
Tahun
(USD juta)
Triliun)
Primer
Sekunder
Tersier
Primer
Sekunder
Tersier
2010
3.013,6
3.357,6
9.843,6
16.214,8
12,3
25,5
22,8
60,6
2011
4.870,3
6.779,5
7.824,9
19.474,7
16,3
39,0
20,6
76,0
2012
5.933,1
11.770,0
6.861,7
24.564,7
20,4
49,9
21,9
92,2
2013
6.471,8
17.326,4
6.286,9
30.085,1
25,7
51,2
51,3
128,2
2014
6.991,3
13.019,4
8.519,0
28.529,6
16,5
59,0
80,6
34,6
76
Tahun
Primer
1.491,2
1.644,4
PMA
Sekunder
2.869,4
3.241,5
Tersier
2.423,9
3.052,8
Jumlah
(USD juta)
6.784,5
7.938,7
Primer
5,8
2,8
PMDN
Sekunder
17,2
26,0
Tersier
18,7
17,4
Jumlah (Rp
Triliun)
41,7
46,2
10,3
13
25,9
17
-52,7
51,1
-6,9
10,6
20,7
40,8
38,5
100
56,3
37,8
100
2014 TRW IV
2015 TRW IV
Pertumbuhan
(YoY, %)
Share 2015 trw IV
(%)
Sumber : BKPM, diolah
Tabel 40. Lima Besar Sektor Realisasi Investasi Triwulan IV Tahun 2015
PMA
PMDN
Sektor/Bidang Usaha
USD Juta
% Thd total
Sektor/Bidang Usaha
Rp Triliun
Ind. Mineral Non
1 Listrik, Gas dan Air
1.393,2
17,5 1
8,6
Logam
Ind. Logam, Mesin &
2
993,2
12,5 2 Konstruksi
7,5
Elektronik
Perumahan, Kawasan
3
952,3
12,0 3 Industri Makanan
6,4
Ind & Perkantoran
4 Pertambangan
928,2
11,7 4 Ind. Kimia dan Farmasi
4,7
Tanaman Pangan &
5
651,0
8,2 5 Listrik, Gas dan Air
4,5
Perkebunan
Gabungan lainnya
3.020,9
38,1
Gabungan lainnya
14,5
Jumlah / Total
7.938,7
100
Jumlah / Total
46,2
Sumber: BKPM, diolah
% Thd total
18,6
16,3
13,9
10,1
9,7
31,3
100
77
Untuk PMA
pertumbuhan triwulan IV tahun 2015
dibandingkan triwulan IV tahun 2014
mengalami
pertumbuhan sebesar 17,0 persen dengan pertumbuhan
positif terjadi di Jawa, Bali dan Nusa Tenggara, Kalimantan,
Sulawesi dan Maluku. Lokasi lainnya yaitu Sumatera dan
Papua
mengalami
pertumbuhan
negatif.
Secara
sumbangan, pada triwulan IV tahun 2015 pulau Jawa,
Kalimantan dan Sumatera memberikan sumbangan terbesar
yaitu 50,3 persen, 24,5 persen dan 11,4 persen.
Tabel 42. Pertumbuhan dan Share Realisasi Investasi PMA Triwulan IV 2015 Berdasarkan Lokasi (USD Juta)
LOKASI
TAHUN
TOTAL
Bali &
Sumatera
Jawa
Kalimantan Sulawesi Maluku Papua
NT
2010
747,1 11.498,8
502,7
2.011,4
859,1
248,9
346,8 16.214,8
2011
2.076,3 12.324,8
952,7
1.918,7
715,3
141,4 1.345,0 19.474,2
2012
3.729,3 13.659,9
1.126,6
3.208,7
1.507,1
98,8 1.234,5 24.564,9
2013
3.395,3 17.326,4
888,9
2.773,4
1.498,2
321,2 2.414,2 28.617,5
2014
3.844,5 15.436,7
993,2
4.673,7
2.055,7
111,8 1.414,0 28.529,6
2014 trw IV
929,3
3.816,9
206,5
998,1
486,7
14,7
332,4
6.784,5
2015 trw IV
907,9
3.992,2
260,1
1.945,2
575,0
70,9
187,4
7.938,7
Pertumbuhan
(YoY, %)
-2,3
4,6
26,0
94,9
18,1
381,9
-43,6
17,0
Share Trw IV
2015 (%)
11,4
50,3
3,3
24,5
7,2
0,9
2,4
100,0
Sumber : BKPM, diolah
78
Tabel 43. Lima Besar Lokasi Realisasi Investasi Triwulan IV Tahun 2015
PMA
PMDN
Lokasi (Propinsi)
USD Juta
% Thd Total
Lokasi (Propinsi)
Rp Triliun
DKI Jakarta
1.363,70
17,2 Jawa Timur
16,9
Banten
925,9
11,7 Jawa Tengah
5,1
Jawa Timur
910,7
11,5 Sulawesi Selatan
4,4
Kalimantan Tengah
659,8
8,3 Riau
2,8
Kalimantan Timur
613,3
7,7 Banten
2,7
Gabung lainnya
3.465,30
43,7 Gabung lainnya
14,3
Jumlah
7.938,70
100 Jumlah
46,2
Sumber : BKPM, diolah
% Thd Total
36,5
11
9,5
6
5,9
31
100
Singapura merupakan
Negara asal investasi PMA
terbesar pada triwulan IV
tahun 2015.
79
80
ASEAN (5 negara)
Filipina
Machinery, Electrical Equipment
Electrical Machinery and
Equipment
Nuclear Reactors, Machinery
Mineral Products
Indonesia
Mineral Products
Mineral Fuels, Mineral Oils &
Products
Animal or Vegetable Fats and Oils
Indonesia: Machiney, Electrical
Equipment
Malaysia
Machinery, Electrical Equipment
Electrical Machinery and
Equipment
Mineral Products
Mineral Fuels, Mineral Oils &
Product
Singapura
Q3 2015
Q4 2015
Pertumbuhan
Q4 2015
Q4 2015
(QtQ, %)
(YoY, %)
-4,5
-9,1
-9,2
-15,8
-2,7
-10,5
Proporsi*
Q4 2015
43.532,4
5.650,4
3.854,5
41.459,0
5.239,3
3.547,0
39.581,2
4.756,6
3.451,2
2.575,7
2.525,5
2.476,6
-1,9
-3,8
0,6
1.278,8
921,9
5.358,4
2.059,3
1.021,5
1.161,9
5.419,3
1.964,8
974,6
712,5
5.062,9
1.706,2
-4,6
-38,7
-6,6
-13,2
-23,8
-22,7
-5,5
-17,1
0,2
0,2
1,2
0,4
1.705,9
1.781,5
1.631,3
-8,4
-4,4
0,4
666,4
895,9
866,8
-3,2
30,1
0,2
397,3
424,0
429,1
1,2
8,0
0,1
14.451,3
9.558,7
13.557,5
9.289,3
13.685,6
9.643,3
0,9
3,8
-5,3
0,9
3,1
2,2
8.581,4
8.464,2
8.879,3
4,9
3,5
2,0
1.826,8
1.569,4
1.671,3
6,5
-8,5
0,4
1.644,7
1.137,1
1.221,2
7,4
-25,7
0,3
7.960,4
6.961,3
6.448,4
-7,4
-19,0
1,5
9,0
1,1
0,8
81
Q3 2015
Q4 2015
Pertumbuhan
Q4 2015
Q4 2015
(QtQ, %)
(YoY, %)
-7,9
-13,0
Proporsi*
Q4 2015
3.333,4
3.071,0
0,7
2.313,8
2.169,0
-6,3
-9,3
0,5
1.019,6
902,0
-11,5
-20,9
0,2
1.039,8
935,5
-10,0
-5,6
0,2
10.281,7
4.028,4
9.627,7
4.309,0
-6,4
7,0
-4,8
13,3
2,2
1,0
2.307,5
2.401,1
4,1
18,3
0,5
1.720,9
1.907,9
10,9
7,7
0,4
1.905,0
1.875,8
-1,5
-13,5
0,4
Pertumbuhan
Q4 2015
Q4 2015
(QtQ, %)
(YoY, %)
-0,04
-7,1
10,6
13,7
11,3
11,3
32,4
71,0
Proporsi*
Q3 2015
Q4 2015
Q4 2015
54.503,6
6.754,5
1.781,9
810,4
50.665,7
6.945,2
1.782,4
1.046,9
50.645,1
7.681,2
1.984,0
1.385,8
1.113,5
1.140,3
1.356,4
19,0
21,8
0,2
424,4
10.348,5
3.481,4
1.836,4
607,2
8.428,7
2.971,0
1.600,3
585,5
8.170,7
2.962,7
1.619,0
-3,6
-3,1
-0,3
1,2
38,0
-21,0
-14,9
-11,8
0,1
1,3
0,5
0,3
1.645,0
1.370,7
1.343,7
-2,0
-18,3
0,2
1.596,4
12.718,9
3.745,0
1.046,9
10.899,7
3.709,1
1.226,6
10.424,9
3.282,9
17,2
-4,4
-11,5
-23,2
-18,0
-12,3
0,2
1,7
0,5
2.429,8
2.470,2
2.141,5
-13,3
-11,9
0,3
2.118,4
1.315,1
14.500,4
5.862,8
1.312,7
1.238,9
14.441,3
6.416,0
1.164,0
1.141,4
13.886,5
6.092,7
-11,3
-7,9
-3,8
-5,0
-45,1
-13,2
-4,2
3,9
0,2
0,2
2,3
1,0
3.539,5
4.538,0
3.977,8
-12,3
12,4
0,6
2.323,2
1.878,0
2.115,0
12,6
-9,0
0,3
1.555,0
1.735,1
1.285,9
-25,9
-17,3
0,2
10.181,4
9.950,8
10.481,8
5,3
3,0
1,7
8,3
1,3
0,3
0,2
82
Q3 2015
Q4 2015
Pertumbuhan
Q4 2015
Q4 2015
(QtQ, %)
(YoY, %)
8,0
17,8
Proporsi*
Q4 2015
4.076,1
4.404,1
0,7
2.411,3
2.778,8
15,2
35,7
0,5
1.664,8
1.271,7
1.625,3
1.103,1
-2,4
-13,3
-3,9
-20,2
0,3
0,2
83
Gambar 16. Persentase Penggunaan SKA Preferensi terhadap Total SKA Preferensi
84
Ekspor Indonesia-ASEAN
menurun 19,2 persen (YoY)
dengan penurunan paling
tinggi ke Malaysia sebesar
30,3 persen.
85
Negara
Brunei Darussalam
Filipina
Kamboja
Laos
Malaysia
Myanmar
Singapura
Thailand
Vietnam
Total Impor
Okt-15
36,9
52,3
2,3
0,0
595,6
7,7
1.356,7
627,7
200,3
2.879,5
Pertumbuhan
(YoY, %)
2013,8
-1,5
84,6
-99,2
-32,7
68,9
-32,9
-15,5
-9,0
-26,7
Proporsi*
(%)
0,7
1,9
0,1
0,0001
20,7
0,4
45,8
21,2
9,1
100,0
86
PERKEMBANGAN INDIKATOR
MONETER DAN SEKTOR KEUANGAN
87
Penurunan cadangan
devisa sebagian besar
terjadi pada negaranegara maju
Tiongkok mengalami
penurunan cadangan devisa
tertinggi seiring dengan
keputusan pelonggaran
kebijakan moneter pada
Oktober 2015.
%QtQ
357,0
364,7
350,2
3513,0
356,5
368,4
350,4
3406,1
-1,4
-0,8
0,03
-5,1
100,2
94,6
247,1
155,7
80,2
105,9
95,3
247,7
156,5
80,7
4,1
2,1
-1,6
0,6
0,1
116,5
45,1
n.a
n.a
n.a
n.a
1233,0
691,1
154,4
117,0
1233,2
701,4
155,9
118,5
-1,3
-2,8
-1,3
-2,1
88
Tabel 52. Penurunan Suku Bunga Bank Sentral Berbagai Negara Triwulan IV Tahun 2015 (persentase)
Negara
September Oktober November Desember
Amerika Serikat
0,25
0,25
0,25
0,50
Cina
4,60
4,35
4,35
4,35
89
Negara
September
Oktober
November
Desember
Hongkong
0,50
0,50
0,50
0,75
Selandia Baru
2,75
2,75
2,75
2,50
Meksiko
3,00
3,00
3,00
3,25
Chili
3,00
3,25
3,25
3,5
Afrika Selatan
6,00
6,00
6,25
6,75
90
13.00%
12.00%
Triliun Rupiah
4550
12.00%
10.60%
4500
4450
10.40%
10.20%
4400
11.00%
10.00%
10.00%
9.30%
8.90%
9.20%
4350
Oktober
M2 (LHS)
Pertumbuhan M2
November
9.00%
8.40%
8.00%
Desember
Pertumbuhan M1
91
INFLASI
Inflasi Global
Peningkatan inflasi terjadi
pada negara-negara maju
selama triwulan IV tahun
2015.
92
Inflasi Domestik
Indonesia mengalami penurunan tingkat inflasi jika
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya secara
tahunan (YoY). Tingkat inflasi hingga akhir tahun 2015
tercatat 3,35 persen (YoY) dengan IHK 122,9. Akan tetapi
secara bulanan (MtM) mengalami peningkatan.
Meskipun dampak El-Nino masih dirasakan di beberapa
wilayah hingga akhir bulan Desember 2015, namun
secara keseluruhan stabilitas harga bahan pokok masih
terkendali. Inflasi tahunan (YoY) Indonesia pada bulan
Oktober-Desember 2015 masing-masing sebesar 6,25
persen, 4,89 persen, dan 3,35 persen. Pada periode yang
sama secara bulanan (MtM), Indonesia mengalami inflasi
masing-masing sebesar -0,08 persen, 0,21 persen, dan
0,96 persen (Tabel 54). Inflasi tahunan pada akhir tahun
2015 merupakan yang terendah sejak Desember tahun
2009.
6,25
4,89
3,35
Month-to-month
-0,08
0,21
0,96
Tahun kalender
2,16
2,37
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah kembali
3,35
93
Komponen
Desember
Inti
5,02
4,77
3,95
0,23
0,09
0,23
Bergejolak
6,95
4,84
4,84
-1,22
0,07
3,53
0,39
0,03
0,05
0,86
Diatur pemerintah
9,83
5,61
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah kembali
Komponen
Oktober
Persentase (%)
November
Desember
UMUM (headline)
-0,08
0,21
0,96
Inti
0,13
0,09
0,13
Bergejolak
-0,22
0,07
0,65
0,05
0,18
Diatur Pemerintah
0,01
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah kembali
Kelompok transportasi,
komunikasi, dan jasa
keuangan menyumbangkan
deflasi terhadap
pembentukan inflasi tahun
2015.
Tabel 57. Share Inflasi Kelompok Pengeluaran terhadap Pembentukan Inflasi Tahunan
persentase (%)
Kelompok Pengeluaran
2010
2011
2012
2013
2014
2015
UMUM (headline)
6,96
3,79
4,3
8,38
8,36
3,35
94
persentase (%)
Kelompok Pengeluaran
Transpor,
Keuangan
Komunikasi,
2010
dan
Jasa
2011
2012
2013
2014
2015
0,45
0,34
0,35
2,36
2,35
-0,34
0,23
0,35
0,28
0,26
0,36
0,32
Kesehatan
0,09
0,18
0,12
0,15
0,26
0,24
Sandang
0,45
0,52
0,35
0,04
0,20
0,23
1,01
0,78
0,8
1,48
1,82
0,85
1,23
0,78
1,09
1,34
1,31
1,07
3,5
0,84
1,31
2,75
2,06
0,98
95
merespon
120
100
80
60
40
Feb-95
Jul-95
Dec-95
May-96
Oct-96
Mar-97
Aug-97
Jan-98
Jun-98
Nov-98
Apr-99
Sep-99
Feb-00
Jul-00
Dec-00
May-01
Oct-01
Mar-02
Aug-02
Jan-03
Jun-03
Nov-03
Apr-04
Sep-04
Feb-05
Jul-05
Dec-05
May-06
Oct-06
Mar-07
Aug-07
Jan-08
Jun-08
Nov-08
Apr-09
Sep-09
Feb-10
Jul-10
Dec-10
May-11
Oct-11
Mar-12
Aug-12
Jan-13
Jun-13
Nov-13
Apr-14
Sep-14
Feb-15
Jul-15
Dec-15
20
Indonesia
Thailand
Malaysia
Filipina
Singapura
96
yang cukup tinggi dialami oleh IHSG, IBOV, STI, dan SETI
(Lampiran 3). Sementara itu, penguatan saham dialami
oleh SSEA dan N225.
Sentimen negatif dari
peningkatan suku bunga
The Fed juga berdampak
pada pelemahan saham
negara maju lainnya.
97
98
80
60
40
EMAS
PERAK
BRENT OIL
TEMBAGA
Jan-16
Oct-15
Jul-15
Apr-15
Jan-15
Oct-14
Jul-14
Apr-14
Jan-14
Oct-13
Jul-13
Apr-13
Jan-13
Oct-12
Jul-12
Apr-12
Jan-12
20
GAS ALAM
99
100
Di bidang moneter,
Pemerintah tetap siaga
memantau fundamental
ekonomi.
101
Koordinasi kebijakan
antara Pemerintah dan
Bank Indonesia akan
terus diintensifkan.
SEKTOR PERBANKAN
Gambar 26. Perkembangan Kinerja Bank Umum di Indonesia
25.00
94.00
92.00
20.00
90.00
15.00
86.00
84.00
10.00
82.00
80.00
5.00
LDR (persen)
88.00
78.00
76.00
LDR
CAR
Q4:2015
Q3:2015
Q2:2015
Q1:2015
Q4:2014
Q3:2014
Q2:2014
Q1:2014
Q4:2013
Q3:2013
Q2:2013
Q1:2013
Q4:2012
Q3:2012
Q2:2012
74.00
Q1:2012
0.00
NPL
102
30.00
4,500
25.00
4,000
20.00
3,000
2,500
15.00
2,000
10.00
1,500
1,000
Pertumbuhan (%)
3,500
5.00
500
DPK
Kredit
Q4:2015
Q3:2015
Q2:2015
Q1:2015
Q4:2014
Q3:2014
Q2:2014
Q1:2014
Q3:2013
Q4:2013
Q2:2013
Q1:2013
Q4:2012
Q3:2012
Q2:2012
0.00
Q1:2012
103
40.00
35.00
2,000
30.00
20.00
1,000
15.00
10.00
Pertumbuhan (persen)
25.00
1,500
500
5.00
KI (1.6)
KMK (1.8)
KK (1.10)
Pertumbuhan KI
Pertumbuhan KMK
Q4:2015
Q3:2015
Q2:2015
Q1:2015
Q4:2014
Q3:2014
Q2:2014
Q1:2014
Q4:2013
Q3:2013
Q2: 2013
Q1:2013
Q4:2012
Q3:2012
Q2:2012
0.00
Q1:2012
Pertumbuhan KK
104
Pada triwulan IV tahun 2015, PDB industri pengolahan non-migas atas dasar harga berlaku mencapai
540 triliun dan dalam PDB atas dasar harga konstan 2010 mencapai 436,5 triliun. Sektor industri
pengolahan pada triwulan IV tahun 2015 mengalami pertumbuhan mencapai 5,04 persen (YoY).
Rata-rata kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) per bulan selama triwulan keempat tahun ini
sekitar 839.207 orang dengan jumlah total kunjungan wisman 2015 mencapai 9.729.350 orang.
Pilar Inovasi di Indonesia berada di peringkat 30 tahun 2015 untuk 144 negara yang diukur.
Hingga pertengahan tahun 2015, sudah ada 27 Kebun Raya di Indonesia yang tersebar di 20 provinsi.
Pada tahun 2015, Indonesia berada pada peringkat 57 dari 239 negara dalam hal publikasi jurnal
ilmiah internasional.
105
106
Gambar 30. Pertumbuhan Subsektor Industri Pengolahan Non Migas Triwulan III Tahun 2015 (YoY, %)
Pertumbuhan tertinggi
dicapai oleh subsektor
industri barang logam;
industri makanan dan
minuman (mamin); industri
mesin dan perlengkapan
yang tumbuh sebesar 7,83
persen, 7,54 persen, dan
7,49 persen.
107
108
2015
2014
3,000
2,500
2,000
1,500
1,000
Kalimantan Utara
Lampung
Jawa Barat
Papua
Papua Barat
Maluku
Maluku Utara
Sulawesi Barat
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Kalimantan Timur
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
NTT
Kalimantan Barat
Bali
NTB
Banten
DKI Jakarta
Bengkulu
Bangka Belitung
Jambi
Sumatera Selatan
Riau
Kepri
Sumatera Barat
Sumatera Utara
0,000
Sulawesi Utara
0,500
109
35.000
30,00
25,00
20,00
25.434 15,00
10,00
5,00
0,00
-5,00
-10,00
[VALUE] -15,00
-20,00
30.000
25.000
20.000
15.000
10.000
Q1
Q2
Q3
2014
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
2015
110
111
112
113
Penjualan semen di
Indonesia pada triwulan IV
2015 merupakan yang
tertinggi diantara triwulan
yang sama pada tahun 2013
dan 2014
114
115
116
Upaya pemerataan
pembangunan industri
dilakukan dengan
pembangunan 14 kawasan
industri di luar Pulau jawa.
117
118
2013
2014
+4%
+4%
+1%
+5%
+3%
+2%
Pertumbuhan perjalanan
luar negeri paling besar
tahun 2015 dilakukan oleh
wisatawan asal Timur
Tengah.
Perjalanan wisatawan ke
Asia dan Amerika Utara
diprediksi tumbuh tinggi
tahun 2016.
2015
(8 bulan)
+4.5%
+3%
+4%
119
120
121
900,000
850,000
800,000
750,000
700,000
650,000
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
122
123
Gambar 45. Jumlah Wisatawan Mancanegara Menurut Kebangsaan Hingga Triwulan IV Tahun 2015
124
Gambar 46. Jumlah Wisatawan Mancanegara Menurut Lima Besar Pintu Masuk Utama Triwulan IV Tahun
2015
125
126
Ranks
2012
2013
2014
2015
2012
2013
2014
2015
3,6
4,9
4,9
4,8
18
3,7
5,1
5,1
5
15,4
3,6
5,2
5,1
4,9
15,8
3,5
4,8
5,1
4,6
17,1
85
72
56
61
100
75
60
46
39
113
77
53
42
40
112
85
66
41
54
113
1,1
1,2
1,3
1,2
99
105
101
106
7,2
22,2
3,6
3,9
3,9
17,2
31,9
3,8
4,4
4,1
10,1
31,6
3,9
4,8
4,3
6,2
34,7
3,9
4,7
4,3
94
43
39
30
56
74
53
33
24
46
100
65
31
22
41
111
76
30
30
41
127
Score
Perkembangan peringkat
Indonesia untuk sub elemen
dari pilar Inovasi kurang
baik
Perkembangan peringkat
Indonesia untuk sub elemen
dari pilar Kesiapan Teknologi
cenderung menurun dalam
lima tahun terakhir
Ranks
2012
2013
2014
2015
2012
2013
2014
2015
3,9
4,2
4,1
4,5
4,0
4,5
4,2
4,5
25
40
23
30
24
30
24
30
4,0
4,3
0,1
4,1
4,5
0,1
4,2
4,6
0,1
4,2
4,6
0,1
29
51
101
25
40
103
13
31
106
13
34
102
128
Sumber: LIPI
129
Tabel 61. Jumlah Hasil Litbang Bidang Biologi Spesies dan Catatan Baru
Jenis
Jumlah spesies/jenis baru
Jumlah catatan baru
Sumber: LIPI, 2015
2010
2011
2012
2013
2014
34
63
51
32
61
34
55
38
18
31
130
Tabel 62. Status Kebun Raya Daerah dalam Rencana Tata Ruang
NAMA KEBUN RAYA
KATINGAN
KUNINGAN
MASSENREMPULU
Lokasi
Kabupaten Katingan
Kuningan
Enrekang
provinsi
Pengelola
Status
RTRW
Kabupaten
Provinsi
Nilai
Strategis
Kebun Raya
dalam
RTRW
Kabupaten
Provinsi
SAMOSIR
Samosir
Kalimantan
Tengah
Pemerintah
Kabupaten
Surat
Persetujuan
Substansi
Menteri PU No.
HK.01 03-Dr/21
Surat
Persetujuan
Menteri PU
surat No. HK
.01.03-Mn/13
KSK Lingkungan
Hidup
Jawa Barat
Sulawesi Selatan
Sumatera Utara
Pemerintah
Kabupaten
Perda No. 26
Tahun 2011
Pemerintah
Kabupaten
Perda No. 14
Tahun 2011
Pemerintah
Kabupaten
-
Perda No. 22
Tahun 2010
KSK Lingkungan
Hidup
KSP Lingkungan
Surat
Persetujuan
Substansi
Menteri PU HK.
0103-Dr/516
Persetujuan
Substansi
Menteri PU HK.
0103- Dr/516
KSK Lingkungan
131
KATINGAN
Kabupaten
Kawasan
Budidaya:
Kawasan
peruntukan
budidaya lain
Provinsi
KUNINGAN
Kawasan
Lindung:
Kawasan
perlindungan
alam plasma
nutfah ex-situ
Kawasan
Budidaya:
kawasan
pariwisata alam
-
MASSENREMPULU
Hidup
Kawasan Lindung:
Kawasan
Pelestarian Alam
Kawasan
Budidaya:
Kawasan
peruntukan
pariwisata alam
SAMOSIR
Hidup
-
Kawasan
Budidaya:
Kawasan
pariwisata TWA
Kawasan
Lindung:
Kawasan suaka
alam, pelestarian
alam dan cagar
budaya
Rank
Documents
Citable
Documents
Amerika
1
8.626.193
7.876.234
serikat
China
2
3.617.355
3.569.652
India
9
998.544
944.632
Korea Selatan
12
739.229
719.338
Brazil
15
598.234
573.988
Singapore
32
192.942
182.169
Malaysia
36
153.378
148.844
Thailand
43
109.832
104.982
Indonesia
57
32.355
30.770
Vietnam
66
24.473
23.559
Sumber: SCImago Journal and Country Rank
Citations
Per
Document
Citations
SelfCitations
HIndex
177.434.935
83.777.658
23
1.648
19.110.353
6.989.150
7.063.429
5.036.027
2.561.645
670.387
976.328
230.610
204.089
10.462.121
2.409.025
1.528.443
1.699.530
331.822
183.198
162.255
26.258
29.994
7
10
12
12
16
9
13
13
14
495
383
424
379
349
165
213
140
133
132
133
LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.
5.
134
Meulaboh
Jayapura
Banda
Aceh
Merauke
Lhokseumawe
Sorong
Sorong
Sibolga
Manokwari
Pematang Siantar
Ternate
Medan
Tual
Padang Sidempuan
9,00%
Ambon
Padang
Mamuju
Bukittinggi
Gorontalo
Tembilahan
Bau-Bau
Pekanbaru
7,00%
Kendari
Dumai
Palopo
Bungo
Parepare
Jambi
5,00%
Makassar
Palembang
Watampone
Lubuk Linggau
3,00%
Bulukumba
Bengkulu
Palu
Bandar Lampg
Manado
Metro
1,00%
Tarakan
Tanjung Pandan
Samarinda
Pangkal Pinang
-1,00%
Balikpapan
Batam
Banjarmasin
Tanjung Pinang
Tabalong
Jakarta
Palangkaraya
Bogor
Sampit
Sukabumi
Singkawang
Bandung
Pontianak
Cirebon
Kupang
Bekasi
Maumere
Depok
Bima
Tasikmalaya
Mataram
Denpasar
Singaraja
Cilegon
Tangerang
Serang
Surabaya
Madiun
Probolinggo
Malang
Oktober
Kediri
Cilacap
Purwokerto
Kudus
Surakarta
Semarang
Tegal
Yogyakarta
Jember
Banyuwangi
Sumenep
November
Desember
135
Meulaboh
Jayapura
BandaLhokseumawe
Aceh
Merauke
Sorong
Sibolga
3,00%
Manokwari
Pematang Siantar
Ternate
Medan
Tual
Padang Sidempuan
Ambon
Padang
Mamuju
Bukittinggi
Gorontalo
Tembilahan
2,00%
Bau-Bau
Pekanbaru
Kendari
Dumai
Palopo
Bungo
1,00%
Parepare
Jambi
Makassar
Palembang
Watampone
Lubuk Linggau
0,00%
Bulukumba
Bengkulu
Palu
Bandar Lampg
-1,00%
Manado
Metro
Tarakan
Tanjung Pandan
Samarinda
Pangkal Pinang
-2,00%
Balikpapan
Batam
Banjarmasin
Tanjung Pinang
Tabalong
Jakarta
Palangkaraya
Bogor
Sampit
Sukabumi
Singkawang
Bandung
Pontianak
Cirebon
Kupang
Bekasi
Maumere
Depok
Bima
Tasikmalaya
Mataram
Cilacap
Denpasar
Singaraja
Cilegon
Tangerang
Serang
Surabaya
Madiun
ProbolinggoMalang
Oktober
Kediri
Purwokerto
Kudus
Surakarta
Semarang
Tegal
Yogyakarta
Jember
Banyuwangi
Sumenep
November
Desember
136
PAB
Oktober 2015
MTM
YTD
(%)
(%)
YOY
(%)
PAB
November 2015
MTM
YTD
(%)
(%)
YOY
(%)
PAB
Desember 2015
MTM
YTD
(%)
(%)
YOY
(%)
Rata-rata
Triwulanan
QtQ
(%)
13684
-6,6
10,5
13,2
13847
1,2
11,8
13,4
13788
-0,4
11,3
11,3
13773
-5,9
2,92
-3,7
25,0
31,1
2,9138
0,0
25,0
31,2
2,9172
0,1
25,1
24,9
2,915
-3,6
13,82
-0,2
19,7
25,2
14,448
4,5
25,1
30,6
15,4685
7,1
33,9
33,7
14,580
11,6
Brazil
3,86
-2,3
45,1
55,6
3,8674
0,3
45,5
50,8
3,9608
2,4
49,0
49,0
3,895
0,3
Rusia
63,95
-2,2
10,6
48,7
66,4192
3,9
14,9
34,3
72,5209
9,2
25,5
19,4
67,632
11,0
India
65,27
-0,5
3,0
6,4
66,6675
2,1
5,2
7,5
66,1537
-0,8
4,4
4,9
66,029
0,9
6,32
-0,6
1,8
3,3
6,3984
1,3
3,1
4,1
6,4937
1,5
4,6
4,6
6,403
2,2
Singapura
1,40
-1,5
5,9
9,0
1,4109
0,7
6,6
8,2
1,4185
0,5
7,2
7,0
1,410
-0,3
Malaysia
4,30
-2,1
23,0
30,8
4,26
-1,0
21,8
25,9
4,2943
0,8
22,8
22,8
4,285
-2,3
Thailand
35,62
-2,1
8,1
9,3
35,811
0,5
8,7
9,0
36,03
0,6
9,3
9,5
35,821
-0,9
Filipina
46,85
0,3
4,8
4,4
47,211
0,8
5,6
5,1
46,905
-0,6
4,9
4,9
46,989
0,4
Myanmar
1279
-0,6
24,1
27,4
1301,5
1,8
26,2
26,2
1310
0,7
27,1
26,9
1297
1,8
Kawasan Euro
0,91
1,6
10,0
13,8
0,9466
4,2
14,6
17,8
0,921
-2,7
11,5
11,4
0,925
2,9
Inggris
0,65
-2,0
1,0
3,7
0,6642
2,5
3,5
4,0
0,6786
2,2
5,8
5,7
0,664
2,7
Jepang
120,62
0,6
0,7
7,4
123,11
2,1
2,8
3,8
120,22
-2,3
0,4
0,4
121,317
0,3
1140,54
-3,8
4,3
6,7
1157,9
1,5
5,8
4,5
1175,06
1,5
7,4
7,7
1158
-0,9
Indonesia
Turki
Afrika Selatan
BRIC
Tiongkok
ASEAN-6
Negara Maju
Korea Selatan
137
Negara
Indonesia (IHSG)
PAB
4455,2
Oktober 2015
MTM
YTD
(%)
(%)
5,5
-14,8
YOY
(%)
-12,5
November 2015
MTM
YTD
PAB
(%)
(%)
4446,5
-0,2
-14,9
YOY
(%)
-13,7
Desember 2015
MTM YTD
PAB
(%)
(%)
4593,0
3,3 -12,1
YOY
(%)
-12,1
Rata-rata
Triwulanan
QtQ
(%)
4498,2
8,7
BRIC
Brazil (IBOV)
45631,0
1,8
-9,4
-14,9
45627,0
0,0
-9,4
-16,9
43348,0
-5,0
-13,9
-13,9
44868,7
-3,3
Russia (RTSI)
845,5
7,1
6,9
-22,5
847,1
0,2
7,1
-13,1
757,0
-10,6
-4,3
-4,3
816,6
-4,1
26656,8
1,9
-3,1
-4,3
26145,7
-1,9
-5,0
-8,9
26117,5
-0,1
-5,1
-5,0
26306,7
-0,1
3382,6
10,8
4,6
39,8
3445,4
1,9
6,5
28,4
3539,2
2,7
9,4
9,4
3455,7
15,9
Singapura (STI)
2998,4
7,4
-10,9
-8,4
2855,9
-4,7
-15,1
-14,8
2882,7
0,9
-14,3
-14,3
2912,3
3,3
Malaysia (KLCI)
1665,7
2,8
-5,4
-10,2
1672,2
0,4
-5,1
-8,2
1692,5
1,2
-3,9
-3,9
1676,8
4,4
Thailand (SETI)
1394,9
3,4
-6,9
-11,9
1359,7
-2,5
-9,2
-14,7
1288,0
-5,3
-14,0
-14,0
1347,6
-4,5
17663,5
8,5
-0,9
1,6
17719,9
0,3
-0,6
-0,6
17425,0
-1,7
-2,2
-2,2
17602,8
7,0
2079,4
8,3
1,0
3,0
2080,4
0,1
1,0
0,6
2043,9
-1,8
-0,7
-0,7
2067,9
6,5
3418,2
10,2
8,6
9,8
3506,5
2,6
11,4
7,9
3267,5
-6,8
3,8
3,8
3397,4
5,4
19083,1
9,7
9,4
16,3
19747,5
3,5
13,2
13,1
19033,7
-3,6
9,1
9,1
19288,1
9,5
21996,4
-2,8
-6,8
-8,3
21914,4
-0,4
-7,2
-7,2
22183,6
5,1
India (BSE)
Tiongkok (SSEA)
ASEAN-4
Negara Maju
Amerika Serikat
(DJIA)
Amerika Serikat
(S&P 500)
Kawasan
Euro
(STOXX-50)
Jepang (N225)
138
Oktober 2015
Komoditas
PAB
MTM
(%)
YTD
(%)
November 2015
YOY
(%)
PAB
MTM
(%)
YTD
(%)
Desember 2015
YOY
(%)
PAB
MTM
(%)
YTD
(%)
YOY
(%)
Ratarata
Triwulan
QtQ
(%)
Beras
80,7
-12,0
1,0
-3,3
82,7
2,5
3,6
-3,5
80,3
-2,9
0,7
0,7
81,2
-12,4
Gula
59,2
19,3
0,0
-9,5
60,9
2,8
2,8
-4,2
62,2
2,1
5,0
5,0
60,8
25,2
Gandum
79,5
1,8
-11,5
-2,0
70,0
-11,9
-22,0
-20,3
71,5
2,2
-20,3
-20,3
73,7
-8,3
Kacang Kedelai
72,5
-0,9
-13,3
-15,6
72,3
-0,3
-13,6
-13,3
71,5
-1,1
-14,5
-14,5
72,1
-2,3
Jagung
Minyak Mentah
(Brent Oil)
Gas Alam
64,6
-1,4
-3,7
-1,8
62,9
-2,6
-6,2
-4,2
60,6
-3,6
-9,6
-9,6
62,7
-7,5
44,2
2,5
-13,6
-42,3
39,8
-10,0
-22,2
-36,4
33,2
-16,4
-35,0
-35,0
39,1
50,2
-8,0
-19,9
-40,2
48,3
-3,7
-22,8
-44,5
50,5
4,6
-19,3
-19,3
49,7
-7,4
Emas
69,5
2,3
-3,6
-2,6
64,9
-6,7
-10,0
-9,4
64,6
-0,5
-10,5
-10,5
66,3
-4,9
Tembaga
66,8
-1,0
-18,0
-23,7
59,1
-11,6
-27,5
-28,0
61,6
4,2
-24,4
-24,4
62,5
-8,8
Perak
52,9
-21,7
-0,2
96,3
3 Januari 2012=100
Sumber: Bloomberg (diolah kembali), posisi akhir bulan
47,8
-9,5
-9,7
-9,4
61,6
28,6
16,2
16,2
54,1
-8,8
-22,9
139
November 2015
Oktober 2015
Komoditas
YOY
(%)
-6,0
10.450
MTM
(%)
-1,7
YTD
(%)
-7,5
YOY
(%)
-7,6
10.630
Daging Sapi
107.680
-0,7
6,4
7,8
109.490
1,7
8,2
9,4
110.520
0,9
9,2
9,0
109.230
29.020
-1,2
-2,2
9,0
31.120
7,2
4,9
15,5
33.930
9,0
14,4
16,2
31.357
59.805
-4,7
-3,0
-0,8
60.066
0,4
-2,6
0,2
62.759
4,5
1,8
3,3
60.877
Tepung Terigu
21.810
-2,1
-0,7
10,6
22.860
4,8
4,1
14,4
25.950
13,5
18,1
22,0
23.540
Kedelai Impor
40.976
-1,5
-2,5
-0,8
41.161
0,5
-2,0
-19,3
41.585
1,0
-1,0
0,8
41.241
Kedelai lokal
8.960
-0,1
1,3
1,6
8.990
0,3
1,6
1,8
9.060
0,8
2,4
2,7
9.003
Beras Medium
11.070
0,4
-2,4
-0,6
10.990
-0,7
-3,1
-2,6
10.970
-0,2
-3,2
-3,2
11.010
Gula Pasir
10.860
0,2
-1,5
0,9
11.000
1,3
-0,2
0,7
11.170
1,5
1,3
1,6
11.010
10.410
0,6
9,6
16,2
10.600
1,8
11,6
15,4
10.730
1,2
13,0
14,2
10.580
12.780
0,9
14,5
15,1
12.780
0,0
14,5
13,9
12.960
1,4
16,1
15,8
12.840
10.291
0,5
0,8
2,5
10.242
Bawang Merah
Sumber: Kementerian Perdagangan (diolah kembali), posisi akhir bulan
-0,5
0,3
0,0
10.240
0,0
0,3
0,7
10.258
PAB
10.380
MTM
(%)
-0,7
YTD
(%)
-8,1
YOY
(%)
-8,3
Ratarata
Triwulan
MTM
(%)
-1,4
PAB
YTD
(%)
-5,9
Desember 2015
PAB
10.487
140
Untuk memberikan hasil laporan terbaik, kami mengharapkan saran dan kritik
membangun dari pembaca.
Kritik dan saran harap dikirimkan ke alamat surat elektronik berikut
leonard@bappenas.go.id
sidqy@bappenas.go.id
winny@bappenas.go.id
mesdin@bappenas.go.id