Anda di halaman 1dari 7

Cerita dari # Korea

Isinya mengiris hati saya sebagai sesama # TKI yang senasib dengan
mereka walaupun beda Negara.
Menceritakan Fakta Pahit, Getir hingga manisnya di #Korea
Semua #TKI dimanapun berada wajib baca dan Share sebanyak-banyak
nya...
------------------------------------RINDU TEBAL DARI KOREA
Ruko 5 lantai seperti kebanyakan bangunan lainnya, bagian bawah di
depan jalan masuk ada kaca, lalu tangga dan lift kecil ada disana. Kami
naik ke lantai 3, ruko yang bagian depannya berantakan itu ternyata
adalah masjid.
Para pekerja di Busan dan Yangsan patungan menyewa seharga 1 juta
Won perbulan, atau sekitar 11 juta Rupiah yang mereka namakan Masjid
Miftahul Jannah, Kerinduan akan masjid tempat mereka berkumpul dan
beribadah bersama di tengah masyarakat yang agamanya gado-gado,
bahkan mayoritas tidak beragama. Tercatat 43% masyarakat atheis
disana. Di lokasi lain bahkan keterbatasan tempat membuat Masjid di
lantai atas, di lantai bawahnya untuk tempat bisnis karaoke milik orang
Korea.
Malam itu kami sholat tarawih bersama sekitar 25 orang, lanjut dengan
bincang sederhana dengan dua kawan saya Bang Jay dan Mas Mono,
tak terasa lewat tengah malam.
Esok hari kami memberi seminar untuk para pekerja dan mahasiswa di
Busan, kota terbesar kedua di Korea Selatan Berjarak 450 km dari Seoul
di ujung selatan semenanjung Korea, tak sampai 3 jam dilalui dengan

kereta cepat KTX yang bisa meluncur maksimal 300km/jam.


Ada banyak rindu dan cerita disana, para pekerja bergaji UMR 11 juta
rupiah perbulan, jika dengan kerja lembur mereka bisa membawa pulang
uang 15-20 juta perbulan. Mereka pergi jauh meninggalkan keluarga di
Indonesia, meninggalkan cap pengangguran dan status tak punya uang
di rumah, yang jelas status yang membuat tidak nyaman. Sektor
manufaktur paling banyak menyerap tenaga mereka, dari pabrik baja,
pabrik kawat, onderdil mobil, konveksi, onderdil handphone, hingga
kelautan, banyak yang menjadi anak buah kapal yang melaut setiap hari.
Beberapa mahasiswa yang saya temui adalah mereka yang mengambil
S2, ada yang lulusan UGM, Undip, dan berbagai kampus lainnya. Mereka
berbaur dengan para pekerja asal Indonesia. Akrab tanpa membedakan
kalo "aku mahasiswa dan engkau pekerja"
Seminar di Busan hari ini begitu akrab dan mengena, walaupun peserta
tidak membludak karena acara di hari Sabtu masih banyak yang bekerja,
bahkan ada yang masuk hitungan lembur dengan nilai 1,5 kali gaji
hariannya.
Kereta KTX malamnya langsung mengantar kami kembali ke Seoul, larut
malam hanya dua jam menjelang sahur baru kami bisa merebahkan
badan. Bulan Juni-Juli ini matahari ada di belahan utara, sehingga
puasa di Korea lebih lama waktunya, sahur pukul 3.30 dan buka pukul
20.00, sekitar 16,5 jam waktu berpuasa, lebih lama dari Indonesia yang
hanya 13 jam saja.
Seminar di Jumin Ansan hari itu ramai sekali, siang jam 10 ruangan
sudah penuh. Ansan memang pusatnya komunitas dan berbagai
paguyuban para pekerja dari Indonesia. Ada paguyuban dari Pati, Jogja,

Ponorogo, Surabaya, Banyumas, Lombok, Jawa Barat dan lain-lain.


Banyak para pekerja yang juga membuka warung makan dengan selera
dan menu Indonesia, yang tentu saja para pekerja dari Indonesia yang
jadi target konsumennya. Data dari KBRI Seoul ada 40.000 lebih pekerja
Indonesia di berbagai kota di Korea, ada banyak juga yang sudah
overstay, dan jadi TKI ilegal di sana.
Sore harinya, kami diminta lagi untuk bicara di Masjid Ansan, tiga jam
menjelang buka puasa sudah penuh di lantai 5, hingga sesi tanya jawab
kami selesaikan tepat jam 20.00 waktu azan Magrib menggema.
Selama 3 hari di tiga acara yang berbeda, saya banyak mendengar cerita
mereka, suka duka bekerja di Korea, rela menahan rindu jauh dari
keluarga dan orang tua. Ditengah kebahagiaan mendapatkan gaji yang
besar, ada kegalauan dan kebingungan tentang langkah mereka ke
depan.
Berikut beberapa catatannya:
1. Waktu bekerja di Korea terbatas, satu kontrak selama 4 tahun 10
bulan. Jika mau memperpanjang harus ikut seleksi lagi.
2. Usia yang dibatasi maksimal 40 tahun, padahal pendaftar
membludak yang berusia 20 an, mereka yang bekerja sudah bolak balik
dan sudah expired waktunya banyak yang memilih jadi pekerja ilegal,
kucing-kucingan dengan polisi Korea. Kalo sial tertangkap proses
hukum berjalan, baru dideportasi dan langsung di blacklist tidak bisa
masuk Korea selamanya.
3. Gaji besar bukan jaminan kemakmuran jika tidak dikelola dengan
benar. Gaya hidup dan euforia dengan teknologi baru mudah mereka
miliki. Seorang pekerja meminta foto bareng dengan iPad Air 2 miliknya,

HP Samsung Galaxi S5 lazim di genggaman mereka. Bukan gadged


murah semua.
4. Tawaran investasi abal-abal yang ditawarkan lewat kawan atau
keluarganya di Indonesia, ada yang menawarkan investasi dengan return
10% tiap bulan. Artinya jika dia menyerahkan uang 100 juta, dijanjikan
tiap bulan dapat 10 juta/bulan.. Siapa yang tak tergiur? Barulah ketika
sadar itu money game, bonus 10 juta diambilkan dari member-member
baru yang bergabung, cukup hitungan bulan bertumbangan, uang
hangus, pengelola kabur entah kemana.
5. Uang hasil kerja semuanya dikirimkan ke Indonesia, dikelola oleh
anggota keluarga yang tidak amanah. Bayangkan tiap bulan diguyur
uang kiriman 5-10 juta, godaan besar untuk keluarganya di Indonesia,
gaya hidup berubah, beli ini itu barang-barang konsumtif yang habis
pakai, tau-tau menjelang kontrak habis gak punya tabungan sama
sekali.
6. Gula manis dikerubung semut, yang kerja di Korea empuk jadi
sasaran untuk berhutang, saudara dan kawan lama di Indonesia tiba-tiba
baik semua, sering kontak basa basi ujung-ujungnya minta dipinjami.
Sekali uang keluar nagihnya kelimpungan, mmmm.. Bayar hutang
memang pekerjaan paling berat sedunia.
7. Gampang terlena, ada yang bercerita banyak kawannya usai kerja di
Korea terlena jadi pengangguran, sampai akhirnya gelagepan uang
ratusan juta di rekening telah sirna, kelimpungan akhirnya ikut seleksi
berangkat ke Korea lagi, mau sampai kapan?
Saya memberikan langkah-langkah merencanakan hidup untuk mereka,
seperti ini:

1. Buat rekening khusus untuk menabung, jangan dicampur dengan


keuangan harian. Dari gaji 15 juta misal bisa menyisihkan 7 juta
perbulan sudah luar biasa, rekening itu tidak boleh diotak-atik. Setahun
terkumpul 84 juta, selama 4 tahun 10 bulan terkumpul 406 juta.
2. Jangan investasi sembarangan, jangan gampang tertarik pada rayuan
apapun. Mending uangnya tiap tahun dibelikan tanah, harga 40-100 juta
di beberapa lokasi, setelah 5 tahun harganya pasti naiknya. Pada
waktunya tinggal dijual untuk modal usaha.
3. Tunda kesenangan, tak perlu bergaya hidup mewah, pamer dan hurahura, buat apa itu semua? Hanya untuk dipamerkan di video Facebook
dan jadi pergunjingan kawan-kawan TKI dari negara lainnya? Sayang
uangmu, sayang waktumu, sayang harga dirimu.. Hanya semu semua..
"Rumangsamu penak? Yooo puenaaak!" Celoteh oknum nakal di videovideo facebook itu, sambil memecahkan HP, menghajar laptop dengan
palu sampai berantakan.. Ck ck!
4. Jangan sembarangan membuka usaha yang asal diserahkan pada
saudara atau kawan lama di Indonesia. Saudara dan kawan di awal
begitu menyakinkan, jika sudah megang uang bisa jadi syaitonirojim!
Amanahnya hilang! Sabarlah..
5. Selama bekerja di Korea mulailah mencari informasi usaha yang akan
dikerjakan ketika pulang nanti. Cari informasi sebanyak-banyaknya jenis
usahanya, modalnya, perlengkapannya. Internet membuat informasi
apapun di tangan.
Buatlah semua rencana bisnis yang tertulis... tulis dan tulis. Bukan
hanya sekedar di angan-angan. Kalo sudah tempelkan itu dikamar,
dengan gambar usaha orang lain gakpapa. Tulis dengan deadline

waktunya, misal: "Desember 2017 saya pulang ke Indonesia, inilah


warung makan saya di tengah kota Salatiga beromzet 5 juta sehari!"
Boleeeh.. Gak dilarang.. Itu dream yang akan merasuk ke otak jadi
afirmasi, anggep aja pas ada malaikat masuk ke kamarmu ikut
mengaminkan.
6. Bukalah keberkahan dengan menafkahi orang tua, banyak pekerja
yang masih muda belum menikah, ketika saya tanya apakah sudah rutin
mengirim uang untuk ibu-bapaknya? Banyak yang menggelengkan
kepala..
Saya ingatkan, kata Kanjeng Nabi Muhammad SAW: "Sembilan bulan
engkau di perutnya, kau hisap susunya, darah dan dagingnya menjadi
bagian tubuhmu. Kau dan seluruh hartamu adalah milik ibumu..."
Barulah mata mereka berkaca-kaca...
Rutinlah tiap bulan mengirim rezeki untuk orang tuamu, mereka mungkin
tidak terang-terangan meminta, sebagai anak.. kita yang harusnya tau
diri saja.
7. Jangan menunda-nunda, waktu terus berjalan. Persiapkan semuanya
dari sekarang. Cukup sekali saja bekerja di luar negeri, dapatkan
modalnya, lalu pulanglah ke Indonesia punya usaha yang benar-benar
DITEKUNI.
Waktu kemarin, di Masjid Busan ada anak muda dari Jambi menyeret
tas besarnya. Dia hanya memegang visa turis selama 2 minggu, nekat
ke Korea ingin jadi pekerja ilegal. Suaranya terbata-bata, sudah tiga hari
terlunta-lunta di negeri orang yang tidak dikenalnya. Kawan-kawan
pekerja di Busan berusaha mencarikan solusi untuknya.
Di Masjid Ansan siang itu ada satu pekerja yang usai dirukiyah, masih

linglung, gerakan tangannya kacau, tingkahnya aneh dan limbung.


Menurut kawannya dia terlalu lelah. Bekerja di pabrik 12-15 jam sehari,
istirahat hanya makan sebentar lalu kembali bekerja lagi hingga larut
malam nanti. Stres tingkat tinggi, tak ada keluarganya yang menemani.
Mereka semuanya saudara kita, orang-orang dengan rindu tebal yang
tertahan di hati, kerinduan hidup dan berkumpul di tengah hangat
keluarga yang mereka cintai jauh di negeri sendiri. Pertaruhan waktu,
pikiran dan tenaga untuk masa depan, yang belum tentu cemerlang jika
dilalui dengan kecerobohan.
@Saptuari
Sumber https://www.facebook.com/groups/109438006059782/
permalink/123784487958467/

Anda mungkin juga menyukai