Anda di halaman 1dari 24

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


Berikut ini adalah hasil identifikasi dari survey yang dilakukan
sehubungan dengan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Petugas Pengambil
Kontrol Darah di Laboratorium. Pemantauan dan identifikasi ini dilakukan di
laboratorium RS Ibnu Sina Makassar dengan metode walk through survey dengan
menggunakan checklist, kuesioner, dan kamera.
IV.I. Hasil Identifikasi
1.

Faktor Risiko Hazard Petugas Laboratorium Pengambil Darah


a. Faktor Biologis

Tabel 1.a
Petugas
Item Hazard Biologi
1
a. Pernah terkontaminasi langsung dengan darah dan
2
cairan tubuh pasien melalui tergores atau tertusuk
3
jarum suntik
4
Total
1
2
b. Pernah terkontaminasi langsung dengan darah dan
cairan tubuh pasien melalui cara lain
3
4
Total
1
2
c. Tersedia wadah pembuangan jarum suntik dan
sampah medis
3
4
Total
1
2
d. Membuang jarum suntik di tempat yang telah
disediakan
3
4
Total
1
e. Membuang darah dan cairan tubuh di tempat yang
telah disediakan
2
3

Ya

Tidak

4
Total
1
2
3
4

f. Mencuci tangan mengunakan sabun sebelum dan


sesudah bekerja dengan benar
Total

1
2
3
4

g.

Tersedianya bahan alternatif cuci tangan di


tempat kerja
Total

Sumber:Data primer

Dari daftar checklist faktor biologis pada tabel 1.a memperlihatkan bahwa
sebanyak 3 orang petugasnya pernah terkontaminasi dengan cairan tubuh pasien
baik akibat tergores dan tertusuk jarum suntik maupun dengan cara lain yang
mengakibatkan darah/cairan tubuh tersebut menyentuh langsung bagian tubuh
mereka, sebanyak 4 orang telah melakukan pemilahan dan pembuangan sampah
medis, jarum suntik dan non medis ke wadah yang telah diapkan oleh pihak RS,
serta sebanyak 4 orang pula mengaku telah melakukan cuci tangan menggunakan
sabun sebelum dan setelah bekerja yang didukung oleh tersedianya bahan
alternatif lain cuci tangan berupa hand sanitizer yang tergantung siap pakai di
dinding.
b. Faktor Kimia
Tabel 1.b
Petugas
1
2
3
4

Item Hazard Kimia

Ya

Tidak

Pernah terkontaminasi dengan reagen/solvent


Total

Sumber:Data primer

Dari hasil daftar checklist faktor kimia pada tabel 1.b diatas
memperlihatkan bahwa sebanyak 3 orang petugas mengaku pernah
terkontaminasi dengan reagen/solvent dan hanya 1 orang yang menyatakan

tidak pernah sehingga dengan demikian, hampir semua petugas laboratorium


pernah terkontaminasi dengan reagen/solvent yang kerap digunakan di
laboratorium.
c. Faktor Ergonomi
Tabel 1.c
Petugas
1

Item hazard ergonomi

2
3
4

Merasa kurang nyaman saat bekerja (stress atau nyeri


pinggang, pegal, mudah lelah dll)
Total

Ya

Tidak

Sumber:Data primer

Dari hasil checklist hazard ergonomi diatas, memperlihatkan


bahwa semua petugas menyatakan kurang nyaman saat bekerja (stress fisik
berupa nyeri pinggang, pegal, mudah lelah, dll).
d. Faktor Fisik
Tabel 1.d
Petugas
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4

Item hazard fisik

Ya

Tidak

Total

Pencahayaan yang kurang di ruang kamar


pemeriksaan, laboratorium, ruang perawatan dan
kantor administrasi yang dapat menyebabkan
gangguan penglihatan dan kecelakaan kerja
Total

Kebisingan akibat mesin yang dapat menyebabkan


stress dan ketulian

Suhu dan kelembaban yang tinggi di tempat kerja


Total

1
2
3
4

Pernah terimbas kecelakaan/kebakaran akibat


lingkungan sekitar.
Total

Sumber:Data primer

Dari hasil checklist hazard fisik yang ditampilkan pada tabel 1.d
memperlihatkan bahwa semua petugas tidak merasakan kebisingan akibat
mesin yang digunakan, semua petugas tidak merasa kurangnya pencahayaan di
ruang kamar pemeriksaan, laboratorium, ruang perawatan dan kantor
administrasi yang dapat menyebabkan gangguan penglihatan dan kecelakaan
kerja, semua petugas tidak pernah terimbas kecelakaan/kebakaran akibat
lingkungan sekitar, serta semua petugas tidak merasa adanya temperatur dan
kelembaban yang tinggi di tempat kerja.
e. Faktor Psikososial
Tabel 1. e
Petugas
1
2
3
4

Item Hazard Psikososial

Hubungan kerja yang kurang serasi antara pimpinan


dan bawahan atau sesama teman kerja
Total

1
2
3
4

Merasa bahwa pelayanan yang ramah adalah tuntutan


semata
Total

1
2
3
4

Tidak

Merasa lingkungan kerja monoton


Total

1
2
3
4

Ya

Merasa terbebani secara mental karena menjadi


panutan bagi mitra kerja di sektor formal ataupun
informal
Total

Sumber:Data primer

Dari hasil checklist hazard psikososial yang ditampilkan pada tabel 1.e
memperlihatkan bahwa semua petugas merasa lingkungan kerja mereka
monoton, semua petugas tidak merasa bahwa pelayanan yang ramah adalah
tuntutan semata, semua petugas tidak merasa bahwa terdapat hubungan kerja

yang kurang serasi antara pimpinan dan bawahan atau sesama teman kerja,
serta semua petugas tidak merasa merasa terbebani secara mental karena
menjadi panutan bagi mitra kerja di sektor formal ataupun informal.
2.

Alat - Alat Kerja yang Berpotensi Mengganggu Kesehatan Petugas


Pengambil Darah di Laboratorium
Petugas
1
2
3
4

Alat alat di Laboratorium

Ya

Tidak

Total

Total

Total

Jarum suntik

1
2
3
4

Reagen/ Solvent

1
2
3
4

Mesin- mesin terkait

Sumber:Data primer

Dari hasil checklist alat-alat di laboratorium yang ditampilkan pada tabel


diatas

memperlihatkan bahwa semua petugas merasa bahwa penggunaan

jarum suntik dan reagen/solvent dapat membahayakan kesehatan dan


keselamatan kerja mereka, sebaliknya semua petugas berpendapat bahwa
mesin yang mereka gunakan tidak berpotensi mengganggu kesehatan mereka.
3. Alat Pelindung Diri (APD) yang Digunakan Petugas Pengambil Kontrol
Darah Di Laboratorium
Petugas
1
2
3
4

Item APD

Tidak

Tersedianya APD di tempat kerja


Total

Ya

Mengetahui fungsi/peranan APD

2
3
4
Total
1
2
3
4

Menyimpan, memelihara dan merawat APD yang


telah di gunakan pada tempat yang seharusnya
Total

1
2
3
4

Menggunakan proteksi kaki (misalnya sepatu tahan


bahan kimia yang menutupi kaki hingga mata kaki)
Total

1
2
3
4

Menggunakan pakaian pelindung (misalnya baju atau


jas yang tahan terhadap bahan kimia)
Total

1
2
3
4

Menggunakan respirator (misalnya masker dengan


filter)
Total

1
2
3
4

Menggunakan proteksi kepala dan rambut (misalnya


helm dan kap)
Total

1
2
3
4

Menggunakan proteksi mata dan wajah (misalnya


pelindung muka, kacamata pelindung)
Total

1
2
3
4

Penggunaan APD tidak mengganggu aktifitas


/nyaman dipakai
Total

Sumber:Data primer

Dari hasil checklist APD di laboratorium yang ditampilkan pada tabel


diatas

memperlihatkan bahwa semua petugas berpendapat bahwa telah

disediakannya APD di RS, semua petugas mengetahui fungsi/peranan APD,

semua petugas tidak menggunakan proteksi mata dan wajah (misalnya


pelindung muka, kacamata pelindung), semua petugas tidak menggunakan
proteksi kepala dan rambut (misalnya helm dan kap), semua petugas telah
menggunakan respirator (misalnya masker dengan filter), semua petugas telah
menggunakan pakaian pelindung (misalnya baju atau jas yang tahan terhadap
bahan kimia), semua petugas belum menggunakan proteksi kaki (misalnya
sepatu tahan bahan kimia yang menutupi kaki hingga mata kaki), semua
petugas menyimpan, memelihara dan merawat APD yang telah di gunakan
pada tempat yang seharusny, dan semua petugas merasa bahwa penggunaan
APD tidak mengganggu aktifitas /nyaman dipakai.
4. Pentingnya Ketersediaan Kotak Pertolongan Pertama pada Kecelakaan
(P3K) bagi Petugas Laboratorium
Petugas
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4

Ketersedian Kit P3K

Ya

Tidak

Total

Total

Tersedianya Kotak P3K di tempat kerja

Mengetahui peranan, isi dan fungsi kit P3K

Menyimpan dan merawat kotak P3K dengan benar


Total

Sumber:Data primer

Dari hasil checklist ketersediaan kit P3K di laboratorium yang ditampilkan


pada tabel diatas memperlihatkan bahwa semua petugas berpendapat bahwa tidak
tersedianya kit P3K di RS, semua petugas mengetahui peranan, isi dan fungsi kit
P3K, semua petugas tidak/belum menyimpan dan merawat kotak P3K dengan
benar.

5.

Pentingnya Pemeriksaan Kesehatan (sebelum kerja, berkala, berkala


khusus) bagi Petugas Laboratorium
Petugas
1
2
3
4

Item Kontrol Pemeriksaan Kesehatan

Apakah selama bekerja telah/pernah menjalani


pemeriksaan kesehatan berkala
Total

1
2
3
4

Menggunakan proteksi mata dan wajah (misalnya


pelindung muka, kacamata pelindung)
Total

1
2
3
4

Apakah sebelum bekerja telah/pernah melakukan


pemeriksaan kesehatan dengan lengkap
Total

1
2
3
4

Tidak

Mengetahui perenan pemeriksaan kesehatan sebelum


kerja, berkala dan berkala khusus bagi petugas
laboratorium
Total

1
2
3
4

Ya

Apakah selama bekerja telah/pernah menjalani


pemeriksaan kesehatan berkala khusus
Total

Sumber:Data primer

Dari hasil checklist kontrol pemeriksaan kesehatan di laboratorium yang


ditampilkan pada tabel diatas memperlihatkan bahwa semua petugas mengetahui
peranan pemeriksaan kesehatan sebelum kerja, berkala dan berkala khusus ,
khususnya bagi petugas laboratorium, hanya satu orang petugas yang pernah
memeriksakan kesehatannya sebelum bekerja di laboratorium dan sebanyak 3
orang petugas yang tidak memeriksakan kesehatannya terlebih dahulu sebelum
bekerja di laboratorium, semua petugas yang selama bekerja di laboratorium
menggaku belum pernah menjalani pemeriksaan kesehatan berkala, pun belum
pernah menjalani pemeriksaan kesehatan berkala khusus.

6.

Peraturan Pemerintah tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)


di tempat kerja
Petugas
1
2
3
4

Peraturan Pemerintah tentang K3 di tempat kerja

Tidak

Adanya sosialisasi Peraturan Pemerintah tentang K3


di tempat kerja
Total

1
2
3
4

Ya

Mengetahui Peraturan Pemerintah tentang K3 di


tempat kerja
Total

1
2
3
4

Dukungan RS terhadap peraturan K3 di tempat kerja


Total

Sumber:Data primer

Dari hasil checklist peraturan pemerintah tentangg K3 di laboratorium yang


ditampilkan pada tabel diatas

memperlihatkan bahwa semua petugas belum

pernah mendapatkan sosialisasi tentang peraturan pemerintah mengenai K3


ditempat kerja mereka, semua petugas mengetahui adanya peraturan pemerintah
sehubungan dengan K3 ditempat kerja, semua petugas merasakan dukungan RS
terhadap peraturan pemerintah tentang K3 di tempat kerja.

7.

Keluhan/ Penyakit sehubungan dengan K3 Petugas Pengambil Darah di


Laboratorium
Petugas
.
1
2
3

Keluhan
Inhalasi
Infeksi saluran napas (batuk, flu, alergi, sesak
napas,dll)

YA TIDAK

4
Total 4
1
2
3
4

Digestif
Tertelan bahan-bahan yang telah terkontaminasi
akibat gerakan yang tidak disadari dari tangan ke
mulut (Diare, Penyakit infeksi terkait kontaminan,
dll)
Total 4

Kulit dan selaput lender


1
2
3
4

Luka akibbat tertusuk/ tergores jarum suntik


Total 4

1
2
3
4

Terkontaminasi dengan darah, cairan tubuh dan


reagen
Total 4

1
2
3
4

Terkena cipratan atau percikan cairan tubuh ke


selaput lendir mulut, rongga hidung dan
konjungtiva mata dan gerakan tangan ke muka
Total 4

Sumber:Data primer

Dari hasil checklist keluhan/penyakit sehubungan dengan K3 di laboratorium


yang ditampilkan pada tabel diatas memperlihatkan bahwa semua petugas pernah
mengalami infeksi inhalasi, digestif dan gangguan kulit dan selaput lendir.
8.

Upaya Preventif dan Promosi K3 sehubungan dengan Kegiatan Petugas


Pengambil Darah di Laboratorium
Petugas
1
2
3
4

Upaya Preventif & Promotif K3 di Laoratorium


Pentingkah upaya preventif dan promosi K3 sebagai
petugas laboratorium di tempat kerja

Ya

Tidak

Total
1
2
3
4

Selama bekerja, apakah ada upaya RS untuk


melakukan pemantauan lingkngan kerja terkait faktor
risiko ancaman kesehatan yang dapat terjadi
Total

1
2
3
4

Apakah ada upaya preventif dan promosi K3 dari


pihak RS sehubungan dengan kegiatan petugas
pengambil kontrol darah di laboratorium
Total

1
2
3
4

Selama bekerja, apakah ada upaya RS untuk


melakukan pelatihan atau penyuluhan tentang
peranan K3 bagi petugas laboratorium
Total

Sumber:Data primer

Dari hasil checklist upaya preventif dan promosi K3 sehubungan dengan


kegiatan petugas di laboratorium yang ditampilkan pada tabel diatas
memperlihatkan bahwa semua petugas berpendapat bahwa upaya preventif dan
promosi K3 sebagai petugas laboratorium penting untuk dilakukan, semua petugas
mengaku belum pernah melihat adanya upaya preventif dan promosi K3 dari
pihak RS sehubungan dengan kegiatan petugas pengambil kontrol darah di
laboratorium, semua petugas mengaku belum pernah melihat adanya upaya RS
untuk melakukan pemantauan lingkngan kerja terkait faktor risiko ancaman
kesehatan yang dapat terjadi, semua petugas mengaku belum pernah melihat
adanya ada upaya RS untuk melakukan pelatihan atau penyuluhan tentang
peranan K3 bagi petugas laboratorium.
IV. II. Pembahasan
1. Faktor Risiko Hazard Petugas Laboratorium Pengambil Darah
a. Faktor Biologis
Dari daftar checklist faktor biologis pada tabel 1.a memperlihatkan bahwa
sebanyak 3 orang petugasnya pernah terkontaminasi dengan cairan tubuh
pasien baik akibat tergores dan tertusuk jarum suntik maupun dengan cara
lain yang mengakibatkan darah/cairan tubuh tersebut menyentuh langsung

bagian tubuh mereka, sebanyak 4 orang telah melakukan pemilahan dan


pembuangan sampah medis, jarum suntik dan non medis ke wadah yang
telah diapkan oleh pihak RS, serta sebanyak 4 orang pula mengaku telah
melakukan cuci tangan menggunakan sabun sebelum dan setelah bekerja
yang didukung oleh tersedianya bahan alternatif lain cuci tangan berupa
hand sanitizer yang tergantung siap pakai di dinding.

Gambar (A). Wadah cuci tangan beserta sabun. (B) Tempat sampah medis, non medis dan
alternatif pencuci tangan. (C) Tempat sampah non medis

Kondisi laboratorium yang kerap berhubungan dengan cairan tubuh pasien


disertai dengan kurangnya jumlah petugas yang berbanding terbalik dengan
semakin banyaknya pasien membuat para petugas terkadang ceroboh dalam

mengamankan pemakaian jarum suntik sehingga angka kejadian ancaman dan


kecelakaan hal tersebut masih menjadi perhatian khusus di RS Ibnu Sina.
Sehingga hal tersebut menunjukkan bahwa masih terdapatnya ancaman/hazard
biologi di RS Ibnu Sina Makassar.
b. Faktor Kimia
Dari hasil daftar checklist faktor kimia pada tabel 1.b diatas
memperlihatkan bahwa sebanyak 3 orang petugas mengaku pernah
terkontaminasi dengan reagen/solvent dan hanya 1 orang yang menyatakan
tidak pernah sehingga dengan demikian, hampir semua petugas laboratorium
pernah terkontaminasi dengan reagen/solvent yang kerap digunakan di
laboratorium

D
Gambar (D) menunjukkan aktivitas petugas laboratorium
yang kerap bersentuhan dengan bahan bahan kimia.

Hal ini menunjukkan bahwa hazard kimia pun dapat menjadi faktor
yang dapat mengancam kesehatan dan keselamatan kerja pada petugas
laboratorium di RS Ibnu Sina. Semua bahan yang ada dilaboratorium cepat
atau lambat ini dapat memberi dampak negatif terhadap kesehatan petugas
yang derajat efek nya tergantung dari jenis dan potensial bahan tersebut.
c.

Faktor Ergonomi

Dari hasil checklist hazard ergonomi diatas, memperlihatkan


bahwa semua petugas menyatakan kurang nyaman saat bekerja (stress fisik
berupa nyeri pinggang, pegal, mudah lelah, dll).

E
Gambar (E) Petugas pengambil darah yang berdiri sejak pasien pertama datang
hingga jam kerja selesai

Dalam melakukan pekerjaannya, tampak bahwa para petugas saat


beinteraksi dengan pasien dalam keadaan berdiri, tidak ada kursi dibelakang
pemeriksa/laboran, sementara satu per satu pasien masuk secara bergantian
untuk diambil darahnya membuat petugas akan tetap berdiri hingga pasien
terakhir masuk. Jika hal ini terus berlanjut, secara progresif petugas tentu
akan merasa kurang nyaman dan dapat menggangggu kesehatan baik berupa
stress fisik dan keluhan lain. Posisi kerja yang salah dan dipaksakan dapat
menyebabkan mudah lelah sehingga kerja menjadi kurang efisien dan dalam
jangka panjang dapat menyebakan gangguan fisik dan psikologis (stress)
dengan keluhan yang paling sering adalah nyeri pinggang kerja (low back
pain). Hal ini menunjukkan bahwa masih terdapatnya faktor hazard
ergonomis yang dinilai dapat mengancam kesehatan dan keselamatan kerja
pada petugas laboratorium di RS Ibnu Sina..
d.

Faktor Fisik
Dari hasil checklist hazard fisik yang ditampilkan pada tabel 1.d

memperlihatkan bahwa semua petugas tidak merasakan kebisingan akibat mesin


yang digunakan, semua petugas tidak merasa kurangnya pencahayaan di ruang

kamar pemeriksaan, laboratorium, ruang perawatan dan kantor administrasi yang


dapat menyebabkan gangguan penglihatan dan kecelakaan kerja, semua petugas
tidak pernah terimbas kecelakaan/kebakaran akibat lingkungan sekitar, serta
semua petugas tidak merasa adanya temperatur dan kelembaban yang tinggi di
tempat kerja.

Gambar (F) menunjukkan salah satu beberapa alat yang berada dilaboratorium, tidak
menyebabkan kebisingan. (G) situasi dan kondisi petugas di laboratorium diantara berbagai
alat disekitanya.

Gambar (H) dan (I) menunjukkan adanya alat penyejuk ruangan sehingga suhu dan kelmbaban
di laboratorium dapat dikontrol oleh petugas disertai dengan adekuatnya pencahayaan di dalam
ruangan laboratorium.

Sehingga hasil survey memperlihatkan bahwa secara fisik, meski kondisi


ruangan yang sarat dengan alat-alat yang canggih dan kecil, namun semua
petugas yang bertugas di dalam laboratorium tidak memiliki hazard fisik yang
berarti terhadap kesehatan dan keselamatan kerja mereka.
e.

Faktor Psikososial
Dari hasil checklist hazard psikososial yang ditampilkan pada tabel 1.e

memperlihatkan bahwa semua petugas merasa lingkungan kerja mereka monoton,


semua petugas tidak merasa bahwa pelayanan yang ramah adalah tuntutan semata,
semua petugas tidak merasa bahwa terdapat hubungan kerja yang kurang serasi

antara pimpinan dan bawahan atau sesama teman kerja, serta semua petugas tidak
merasa merasa terbebani secara mental karena menjadi panutan bagi mitra kerja di
sektor formal ataupun informal.

Gambar (J), (K), (L). Memperlihatkan kerja petugas yang monoton diruangan (M), (N) yang tidak
begitu luas

Lingkungan kerja yang monoton dapat mempengaruhi kesehatan dan


keselamatan kerja oleh karena lingkungan kerja yang monoton dapat
mengakibatkan stress fisik dan stress psikis, stress yang berkepanjangan dapat
menurunkan semangat bekerja dan dapat menurunkan imunitas, sehingga tentu
berpengaruh bagi kesehatan dan kinerja petugas tersebut.

1.

Alat - Alat Kerja yang Berpotensi Mengganggu Kesehatan Petugas


Pengambil Darah di Laboratorium
Dari hasil checklist alat-alat di laboratorium yang ditampilkan pada tabel

diatas memperlihatkan bahwa semua petugas merasa bahwa penggunaan jarum


suntik dan reagen/solvent dapat membahayakan kesehatan dan keselamatan kerja
mereka, sebaliknya semua petugas berpendapat bahwa mesin yang mereka
gunakan tidak berpotensi mengganggu kesehatan mereka. Jarum suntik dan
reagen/solvent dinilai memang membahayakan oleh karena itu butuh ketelitian
dalam mengamankannya. Adapun mesin yang digunakan di RS Ibnu Sina adalah
mesin-mesin kedap suara dan tidak beradiasi, sehingga ancaman alat yang
membahayakan masih terbatas pada jarum suntik dan reagen/solvent di
laboratorium saja.
2. Alat Pelindung Diri (APD) yang Digunakan Petugas Pengambil Kontrol
Darah Di Laboratorium
Dari hasil checklist APD di laboratorium yang ditampilkan pada tabel diatas
memperlihatkan bahwa semua petugas berpendapat bahwa telah disediakannya
APD di RS, semua petugas mengetahui fungsi/peranan APD, semua petugas tidak
menggunakan proteksi mata dan wajah (misalnya pelindung muka, kacamata
pelindung), semua petugas tidak menggunakan proteksi kepala dan rambut
(misalnya helm dan kap), semua petugas telah menggunakan respirator (misalnya
masker dengan filter), semua petugas telah menggunakan pakaian pelindung
(misalnya baju atau jas yang tahan terhadap bahan kimia), semua petugas belum
menggunakan proteksi kaki (misalnya sepatu tahan bahan kimia yang menutupi
kaki hingga mata kaki), semua petugas menyimpan, memelihara dan merawat
APD yang telah di gunakan pada tempat yang seharusny, dan semua petugas
merasa bahwa penggunaan APD tidak mengganggu aktifitas /nyaman dipakai.
.

Gambar (O) dan (P). Pemakaian APD pada petugas pengambil darah di laboratorium RS Ibnu Sina

Dari hasil survey, pengunaan APD pada petugas laboratorium di RS Ibnu Sina
ternyata belum sempurna, dikarenakan masih belum terpakainya beberapa APD
yang lain seperti penutup kepala, kacamata pelindung dan alas kaki yang
menutupi kaki hingga mata kaki. Sehingga penggunaan APD di RS Ibnu Sina
masih perlu mendapat perhatian khusus.
3.

Pentingnya Ketersediaan Kotak Pertolongan Pertama pada Kecelakaan


(P3K) bagi Petugas Laboratorium
Dari hasil checklist ketersediaan kit P3K di laboratorium yang ditampilkan

pada tabel diatas memperlihatkan bahwa semua petugas berpendapat bahwa tidak

tersedianya kit P3K di RS, semua petugas mengetahui peranan, isi dan fungsi kit
P3K, semua petugas tidak/belum menyimpan dan merawat kotak P3K dengan
benar. Hal ini menunjukkan bahwa belum terdapatnya kit P3K di laboratorium RS
Ibnu Sina. Sebagaimana kita ketahui bahwa ketersediaan alat P3K di laboratorium
sangat diutuhkan sebagai penanganan awal saat terjadi kecelakaan di tempat kerja
sebelum kemudian ditangani lebih lanjut oleh tenaga kesehatan yang
berkompeten.
4.

Pentingnya Pemeriksaan Kesehatan (sebelum kerja, berkala, berkala


khusus) bagi Petugas Laboratorium
Dari hasil checklist kontrol pemeriksaan kesehatan di laboratorium yang

ditampilkan pada tabel diatas memperlihatkan bahwa semua petugas mengetahui


peranan dan pentingya pemeriksaan kesehatan sebelum kerja, berkala dan berkala
khusus, khususnya bagi petugas laboratorium, hanya satu orang petugas yang
pernah memeriksakan kesehatannya sebelum bekerja di laboratorium dan
sebanyak 3 orang petugas yang tidak memeriksakan kesehatannya terlebih dahulu
sebelum bekerja di laboratorium, semua petugas yang selama bekerja di
laboratorium mengaku belum pernah menjalani pemeriksaan kesehatan berkala,
pun belum pernah menjalani pemeriksaan kesehatan berkala khusus. Hal ini
menunjukkan bahwa masih minimnya kewaspadaan para petugas, RS terhadap
kesehatan mereka masing-masing.
5.

Peraturan Pemerintah tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)


di tempat kerja
Dari hasil checklist peraturan pemerintah tentangg K3 di laboratorium yang

ditampilkan pada tabel diatas

memperlihatkan bahwa semua petugas belum

pernah mendapatkan sosialisasi tentang peraturan pemerintah mengenai K3


ditempat kerja mereka, semua petugas mengetahui adanya peraturan pemerintah
sehubungan dengan K3 ditempat kerja, semua petugas merasakan dukungan RS
terhadap peraturan pemerintah tentang K3 di tempat kerja. Hal ini menunjukkan

bahwa masih kurangnya upaya dari pihak RS Ibnu Sina terhadap sosialisasi,
promosi dan preventif K3 bagi petugas laboratorium.
6.

Keluhan/ Penyakit sehubungan dengan K3 Petugas Pengambil Darah di


Laboratorium
Dari hasil checklist keluhan/penyakit sehubungan dengan K3 di laboratorium

yang ditampilkan pada tabel diatas memperlihatkan bahwa semua petugas pernah
mengalami infeksi inhalasi, digestif dan gangguan kulit dan selaput lendir. Hal ini
menunjukkan bahwa petugas laboratorium rentan terhadap ancaman penyakit
akibat kerja dilingkungan laboratorium itu sendiri.
7.

Upaya Preventif dan Promosi K3 sehubungan dengan Kegiatan Petugas


Pengambil Darah di Laboratorium
Dari hasil checklist upaya preventif dan promosi K3 sehubungan dengan

kegiatan petugas di laboratorium yang ditampilkan pada tabel diatas


memperlihatkan bahwa semua petugas berpendapat bahwa upaya preventif dan
promosi K3 sebagai petugas laboratorium penting untuk dilakukan, semua petugas
mengaku belum pernah melihat adanya upaya preventif dan promosi K3 dari
pihak RS sehubungan dengan kegiatan petugas pengambil kontrol darah di
laboratorium, semua petugas mengaku belum pernah melihat adanya upaya RS
untuk melakukan pemantauan lingkngan kerja terkait faktor risiko ancaman
kesehatan yang dapat terjadi, semua petugas mengaku belum pernah melihat
adanya ada upaya RS untuk melakukan pelatihan atau penyuluhan tentang
peranan K3 bagi petugas laboratorium. Hal ini kembali menunjukkan bahwa
peran RS terhadap upaya preventif dan promosi K3 sehubungan dengan kegiatan
petugas di laboratorium masih kurang.

BAB V
PENUTUP
V.I. Kesimpulan

A. Faktor Risiko Hazard Petugas Laboratorium Pengambil Darah


a. Faktor Biologis
Masih terdapatnya ancaman hazard biologi bagi petugas laboratorium
RS Ibnu Sina. Ancaman hazard biologi tersebut adalah terjadinya
kecelakaan kerja berupa terkontaminasinya petugas dengan cairan tubuh
pasien akibat tergores dan tertusuk jarum suntik dengan distribusi 3 orang
petugas yang mengaku pernah mengalami dan hanya satu orang yang
mengaku belum pernah tertusuk/tergores jarum suntik.
b. Faktor Kimia
Masih terdapatnya ancaman hazard kimia bagi petugas laboratorium RS
Ibnu Sina. Ancaman hazard kimia tersebut adalah terjadinya kecelakaan
kerja berupa terkontaminasinya petugas dengan reagen/solvent akibat
kecerobohan petugas itu sendiri dengan distribusi 3 orang petugas yang
pernah terkontaminasi dan hanya satu orang yang mengaku belum pernah
terkontaminasi dengan reagen/solvent.
c. Faktor Ergonomi
Masih terdapatnya ancaman hazard ergonomi bagi petugas laboratorium
RS Ibnu Sina. Ancaman hazard ergonomi tersebut adalah posisi kerja yang
salah (berdiri) dengan distribusi 4 orang petugas yang mana dalam waktu
lama dapat menyebabkan mudah lelah dan stress fisik bagi petugas
laboratorim.
d. Faktor Fisik
Tidak terdapat ancaman yang berarti pada hazard fisik dikarenakan alat
beserta situasi dan kondisi di laboratorium RS Ibnu Sina cukup kondusif.
e. Faktor Psikososial
Masih terdapatnya ancaman hazard psikososial bagi petugas
laboratorium RS Ibnu Sina. Ancaman hazard psiokososial tersebut adalah
situasi lingkungan kerja yang monoton bagi para petugas dengan distribusi
petugas yang mengalaminya sebanyak 4 orang petugas
B. Alat - Alat Kerja yang Berpotensi Mengganggu Kesehatan Petugas
Pengambil Darah di Laboratorium
Terdapat dua jenis alat-alat kerja yang dinilai berpotensi dapat
mencelakakan/ mengganggu petugas laboratorium, yaitu jarum suntik dan
reagen/solvent. Adapun mesin yang digunakan di RS Ibnu Sina adalah

mesin - mesin kedap suara dan tidak beradiasi, sehingga dinilai tidak
membahayakan bagi petugas.
C. Alat Pelindung Diri (APD) yang Digunakan Petugas Pengambil
Kontrol Darah Di Laboratorium
Telah terdapat APD di RS Ibnu sina. Namun pengggunaannya masih
belum sempurna dengan ditribusi sebanyak 4 orang petugas yang belum
memakai beberapa komponen APD lain seperti penutup kepala, kacamata
pelindung dan alas kaki yang menutupi kaki hingga mata kaki.
D. Pentingnya Ketersediaan Kotak Pertolongan Pertama

pada

Kecelakaan (P3K) bagi Petugas Laboratorium


Belum terdapatnya kit P3K di laboratorium RS Ibnu Sina. Dengan
distribusi 4 orang petugas yang mengaku bahwa tidak terdapatnya kit P3K
di ruang kerja mereka.
E. Pentingnya Pemeriksaan Kesehatan (sebelum kerja, berkala, berkala
khusus) bagi Petugas Laboratorium
Masih minimnya kewaspadaan para petugas dan RS terhadap kesehatan
karyawan selaku petugas laboratorium yang terbukti dengan masih
kurangnya kesadaran untuk memeriksakan kesehatan saat sebelum bekerja
dan saat dimana mereka telah bekerja. Hanya seorang yang pernah
memeriksakan kesehatannya sebelum bekerja, 3 orang petugas lainnya
tidak pernah memeriksakan kesehatannya sebelumnya, serta keempat
orang

petugas

terseut

selama

telah

mendapatkan

pekerjaan

di

laboraratorium belum pernah memeriksakan kesehatannya secara berkala


pun berkala khusus.
F. Peraturan Pemerintah tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(K3) di tempat kerja
Kurangnya upaya dari pihak RS Ibnu Sina terhadap sosialisasi peraturan
pemerintah tentang K3 di tempat kerja bagi petugas laboratorium RS Ibnu
Sina yang dapat dinilai dari keempat petugas menyatakan belum pernah
mendapatkan sosialisasi tentang peraturan pemerintah mengenai K3

ditempat kerja mereka.


G. Keluhan/ Penyakit sehubungan dengan K3 Petugas Pengambil Darah
di Laboratorium
Keempat petugas laboratorium RS Ibnu Sina pernah mengalami infeksi
inhalasi, digestif dan gangguan kulit dan selaput lendir.
H. Upaya Preventif dan Promosi K3 sehubungan dengan Kegiatan
Petugas Pengambil Darah di Laboratorium
Masih kurangnya peran RS terhadap upaya preventif dan promosi K3
sehubungan dengan kegiatan petugas di laboratorium, yang dapat dinilai
dari keempat petugas menyatakan belum pernah mendapatkan pelatihan
dan penyuluhan serta tinjauan langsung dari pihak RS Ibnu sina.
V. II. Saran
Kondisi laboratorium yang kerap berhubungan dengan cairan tubuh pasien
disertai dengan kurangnya jumlah petugas yang berbanding terbalik dengan
semakin banyaknya pasien di harapkan para petugas dan pihak RS untuk semakin
memperhatikan kesehatan dan keselamatan kerja masing masing baik melalui
kesadaran langsung dari para petugas dalam menilai dan mewaspadai hazard
dilingkungan kerja, menggunakan APD yang sempurna, pengadaan kit P3K
sebagai tanggap awal terhadap kecelakaan, kesadaran untuk memeriksakan
kesehatan berkala dan berkala khusus, serta adanya dukungan dari pihak RS
dalam hal upaya preventif, promosi kesehatan dan keselamatan kerja seperti
mengadakan pelatihan dan penyuluhan mengenai K3, pemantauan langsung
lingkungan kerja terkait faktor resiko ancaman kesehatan di laboratorium serta
mengadakan pemeriksaan kesehatan bagi para petugasnya, khususnya para
petugas laboratorium.

Anda mungkin juga menyukai