Kelompok 9
Nama Kelompok
: 1. Lezy Maidela
(1313023045)
(13130230
3. Veni Darmawanti
(1313023084)
4. Yusi Zulianti
(13130230
Cl
Cu
sebuah atom tembaga. Dua atom hidrogen dapat disubstitusi oleh satu atom
tembaga karena tembaga memiliki valensi dua sedangkan hidrogen satu. Pada
waktu Graham mengajukan teori amoniumnya, teori tentang ikatan kovalen
belum muncul. Graham tidak dapat menjelaskan sejumlah fakta mengapa
senyawa kompleks yang mengandung NH3 jumlahnya berbeda dengan valensi
ion logam. Teori amoniumnya hanya sesuai bila diterapkan apabila NH3 yang
terikat pada ion logam jumlahnya sama dengan valensi ion logam tersebut.
b. Teori Rantai
Pada akhir abad ke-19 Christian Wilhelm Blomstarnd (1826-1897) mengajukan
gagasan bahwa antarmolekul NH3 dapat membentuk rantai seperti halnya rantai
karbon. Hal ini didasari oleh pengaruh perkembangan kimia organik saat itu.
Menurutnya, rantai dari NH3 ini dianalogikan pada rantai karbon ( -CH2- )
karena atom N yang memiliki 5 valensi dapat dianalogikan dengan atom C yang
memiliki 4 valensi.
Kemudian Teori Blomstrand ini disempurnakan oleh Sophus Mads Jorgensen.
Menurutnya didalam senyawa kompleks banyaknya atom atau gugus yang
terikat bergantung pada valensi logam pusatmya. Ada beberapa ketentuan yang
diajukannya yaitu diantaranya:
1.) apabila tidak ada atom lain yang diikat oleh atom logam, banyaknya NH3
yang terikat bergantung pada valensi logam
2.) jumlah NH3 yang terdapat dalam rantai - NH3- tergantung pada banyaknya
NH3 dalam senyawa kompleks
3.) terkait dengan kereaktifan atom halogen, untuk senyawa kompleks yang
mengandung atom halogen, atom halogen dibagi menjadi dua macam, yakni
halogen lebih dekat (terikat langsung pada atom logam) yang dapat
diendapkan dan halogen lebih jauh (terikat dengan perantara rantai - NH3-)
yang dapat diendapkan.
Tetapi teori ini terbantahkan karena ditemukannya senyawa kompleks
CoCl3.3NH3.
Menurut
teori
ini
seharusnya
senyawa
kompleks
kobalt
yang
mengandung
amonia
dan
klorida
dengan
1.) Ion logam dalam senyawa kompleks memiliki dua jenis valensi, yakni valensi
primer dan valensi sekunder
2.) Valensi primer ion logam dalam senyawa kompleks hanya dapat dipenuhi oleh
anion, sedangkan valensi sekunder ion logam dalam senyawa kompleks dapat
dipenuhi oleh anion maupun molekul netral yang memiliki pasangan elektron
bebas (PEB)
3.) Valensi sekunder diarahkan pada geometri tertentu di sekitar ion logam (ion
pusat) sehingga valensi sekunder memiliki ruangan dan bentuk geometri
tertentu.
4.) Ion logam pusat dengan anion atau molekul netral yang memiliki PEB terikat
membentuk senyawa kompleks. Sehingga, valensi sekunder harus dipenuhi
secara sempurna baru kemudian valensi primer dipenuhi apabila membentuk
kompleks kation.
5.) Umumnya senyawa kompleks dalam larutannya terdapat sebagai partikelpartikel diskrit.
Berdasarkan postulat tersebut, Werner dapat menjelaskan fakta eksperimen yang
terjadi pada senyawa kompleks CoCl3.3NH3 . Menuru Werner, ion kobalt pada
senyawa kompleks tersebut tidak memiliki valensi primer, akan tetapi hanya
memiliki valensi sekunder saja yakni enam.
Selain itu juga Werner menerangkan susunan atom-atom dalam senyawa kompleks
luteo, purpureo, dan praseo. Menurutnya, ketiga senyawa kompleks tersebut
memiliki valensi sekunder yang sama, yakni enam. Yang membedakannya adalah
valensi primernya, pada senyawa kompleks luteo adalah 3, pada purpureo valensi
primernya adalah 2, dan pada praseso valensi primernya adalah 1.
3. Apa yang dimaksud dengan bilangan atom efektif? Jelaskan lengkap dengan
contohnya.
Jawab:
Bilangan atom efektif adalah jumlah elektron yang mengelilingi ion pusat,
termasuk yang didonorkan oleh ligan. Jadi, Sidgwick mengungkapkan sebuah
gagasan yang menyatakan bahwa senyawa kompleks baik dalam bentuk molekul
ataupun ion akan stabil apabila memiliki jumlah elektron, baik dari ligan dan atom
pusat, sama dengan jumlah elektron yang dimiliki oleh unsur-unsur golongan gas
mulia. Gagasan ini pun dikenal aturan bilangan atom efektif (effective atomic
number, EAN, rule). Gagasan ini didasari oleh teori oktet Gilbert Newton Lewis
pada senyawa dengan ikatan koordinasi. Sidwick memandang ligan sebagai basa
Lewis yang mendonorkan satu atau lebih pasangan elektron ke ion logam pusat
yang berperan sebagai asam Lewis. Jadi apabila jumlah elektron pada senyawa
kompleks sama dengan jumlah elektron pasa kripton (36), xenon(54), atau radon
(86) maka senyawa tersebut dikatakan memenuhi aturan EAN.
Contohnya:
Ex1
Ex2
Ex3
Co
= 27e
Ag
= 47 e
Pt
=78 e
Co3+
= 24 e
Ag+ = 46 e
Pt4+
= 74 e
6NO2
= 12 e
4NH3 = 8 e
6Cl
+12 e
[Co(NO2)6]3+
[Ag(NH3)5]+
[Pt(Cl)6]2
Namun banyak pula bermunculan senyawa kompleks yang bersifat stabil meskipun
tidak mengikuti aturan EAN. Sehingga, menyebabkan aturan ini menjadi kurang
berkembang dan dirasa tidak bermanfaat. Selain itu juga, teori ini tidak
menerangkan senyawa kompleks secara logis meskipun mengacu pada stabilitas
unsur-unsur gas mulia. Dalam praktiknya, ternyata ada kecendrungan bahwa
senyawa kompleks yang mengikuti aturan EAN lebih mudah disintesis daripada
yang tidak mengikuti aturan EAN.
4.
Hibridisasi N :
Hibridisasi NH3:
2s
2s2
2p3
2p
3s
Molekul NH3 dapat berikatan dengan ion logam Fe2+. Keduanya dapat berikatan
melalui ikatan kovalen koordinasi, karena atom N memiliki sepasang electron
bebas yang dapat disumbangkan ketika berikatan dengan logam Fe2+.
5.
BM
Dimana adalam momen magnet dan n adalah banyaknya electron yang tidak
berpasangan.
6.
3d6
4s2
4p
3d5
4s
4p
[Ar]
Ion Fe2+ (hibridisasi) :
[Ar]
NH3
Fe2+
NH3
NH3
NH3
7. Ion kompleks
Konfigurasi elektron :
Ion
(keadaan dasar)
Ion
Hibridisasi sp3d2
(hibridisasi)
Ion
(bersifat paramagnetik)
Ion logam pusat pada senyawa kompleks
Senyawa kompleks
menggunakan 2 orbital 4d yang terletak setelah atau diluar orbital 3d, sehingga
senyawa kompleks
Struktur
8. Ion kompleks
bersifat diamagnetic. Jelaskan lengkap dengan
hibridisasinya ! Gambarkan strukturnya.
Jawab :
Konfigurasi elektron :
Ion
(keadaan dasar)
Ion
(tereksitasi)
Ion
(hibridisasi)
Hibridisasi dsp2
Ion
(bersifat diamagnetik)
strukturnya :
9. Ion kompleks
bersifat diamagnetic. Jelaskan dengan teori
ikatan valensi lengkap dengan hibridisasinya ! Gambarkan strukturnya.
Jawab :
Konfigurasi elektron :
Ion
(keadaan dasar)
:
Ion
Hibridisasi sp3
(hibridisasi)
Ion
(bersifat diamagnetik)
strukturnya:
10. Jenis ikatan apa yang terjadi dari keempat ion kompleks tersebut? Apakah
ada perbedaan dengan ikatan pada senyawa sederhana dalam hal orbital yang
terhibridisasinya ?
Jawab :
Jenis ikatan yang terjadi pada keempat senyawa kompleks tersebut adalah ikatan
kovalen koordinasi. Perbedaan antara senyawa sederhana dan senyawa kompleks
adalah hibridisasi pada senyawa kompleks itu melibatkan orbital d sedangkan
hibridisasi pada senyawa sederhana hanya melibatkan orbital s, dan p.
4s
4p
4s
4p
[ Ar]
Hibridisasi sp3
4s
4p
[ Ar]
Dapat dilihat bahwa unsur Cu berada d sebelah H , dimana semakin kekanan akan
semakin mudah tereduksi ,begitupun dengan Cu yang berada di sebelah kanan H
sehingga Cu tidak mudah teroksidasi tetapi mudah mengalami reduksi .
Struktur
12. Mengapa teori ikatan valensi tidak dapat menjelaskan fenomena yang terjadi
pada kompleks [Cu(H2O)4]2+ secara memuaskan?
Jawab:
Jika menggunakan teori ikatan valensi dalam pembentukan senyawa kompleks
[Cu(H2O)4]2+ melalui proses eksitasi terlihat bahwa hasil hibridisasinya adalah sp 3
dengan orbital yang terlibat adalah 1 orbital s, dan 3 orbital p. Hal ini menandakan
struktur senyawa kompleks [Cu(H2O)4]2+ adalah tetrahedral, namun hal ini berbeda
dengan hasil eksperimen yang menunjukkan bahwa struktur senyawa kompleks
[Cu(H2O)4]2+ adalah segi-4 datar (bujur sangkar). Sehingga TIV tidak bisa
suatu senyawa kompleks merupakan hasil interaksi dari momen magnetic yang
ditimbulkan akibat rotasi elektron-elektron disekitar sumbu rotasinya.