Anda di halaman 1dari 9

A.

Definisi Sel Darah Putih (Leukosit)


Leukosit adalah sel darah yang mengandung inti, disebut juga sel darah
putih. Dilihat dalam mikroskop cahaya maka sel darah putih mempunyai
granula spesifik (granulosit), yang dalam keadaan hidup berupa tetesan
setengah cair, dalam sitoplasmanya dan mempunyai bentuk inti yang
bervariasi, Yang tidak mempunyai granula, sitoplasmanya homogen
dengan inti bentuk bulat atau bentuk ginjal. Granula dianggap spesifik bila
secara tetap terdapat dalam jenis leukosit tertentu dan pada sebagian besar
precursor (pra zatnya) (Effendi, 2003).
Sel darah putih disebut juga Leukosit merupakan unit sistem
pertahanan tubuh yang bergerak aktif. Sel darah Putih (leukosit) sebagian
dibentuk di sumsum tulang (granulosit, monosit, serta sedikit limfosit) dan
sebagian lagi di jaringan limfe (limfosit dan sel-sel plasma). setelah
dibentuk, sel-sel ini diangkut dalam darah menuju ke bagian tubuh yang
membutuhkannya. Darah tepi mengandung leukosit yang jumlahnya
berkisar 4500-11.000 sel/mm3 (Writmann FK, 1989).
B. Karakteristik Sel Darah Putih
Leukosit memiliki bentuk khas, nukleus, sitoplasma dan organel,
semuanya bersifat mampu bergerak pada keadaan tertentu. Eritrosit bersifat
pasif dan melaksanakan fungsinya dalam pembuluh darah, sedangkan
leukosit mampu keluar dari pembuluh darah menuju jaringan dalam
menjalankan fungsinya. Jumlah seluruh leukosit jauh di bawah eritrosit,
dan bervariasi tergantung jenis organismenya. Fluktuasi dalam jumlah
leukosit pada tiap individu cukup besar pada kondisi tertentu, misalnya:
stress, aktivitas fisiologis, gizi, umur, dan lain-lain. Jumlah leukosit yang
menyimpang dari keadaan normal mempunyai arti klinik penting untuk
evaluasi proses penyakit
Masa hidup sel darah putih sangat bervariasi mulai dari beberapa jam
untuk granulosit, bulanan untuk monosit bahkan tahunan untuk limfosit
(Frandson, 1992). Leukosit merupakan unit yang mobil/aktif dari sistem
pertahanan tubuh. Leukosit ini sebagian dibentuk di sumsum tulang

(granulosit, monosit dan sedikit limfosit) dan sebagian lagi di jaringan


limfe (limfosit dan sel-sel plasma). Setelah dibentuk sel-sel ini diangkut
dalam darah menuju berbagai bagian tubuh untuk digunakan Kebanyakan
sel darah putih ditransport secara khusus ke daerah yang terinfeksi dan
mengalami peradangan serius (Guyton, 1983).
Pada manusia dewasa dapat dijumpai sekitar 7000 sel darah putih
per mikroliter darah. Presentase normal dari sel darah putih yaitu netrofil
polimorfonuklir

62%,

eosinofil

polimorfonuklir

2,3%,

basofil

polimorfonuklir 0,4%, monosit 5,3%, dan limfosit 30%. (Guyton, 1983).


C. Fungsi Sel Darah Putih (Leukosit)
Leukosit mempunyai peranan dalam pertahanan seluler dan humoral
organisme terhadap zat-zat asingan. Leukosit dapat melakukan gerakan
amuboid dan melalui proses diapedesis. Leukosit dapat meninggalkan
kapiler dengan menerobos antara sel-sel endotel dan menembus kedalam
jaringan penyambung. Bila memeriksa variasi Fisiologi dan Patologi selsel darah tidak hanya persentase tetapi juga jumlah absolut masing-masing
jenis per unit volume darah harus diambil (Effendi, 2003).
Ada enam macam sel darah putih yang secara normal ditemukan
dalam darah yaitu netrofil polimorfonuklir, eosinofil polimorfonuklir,
basofil polimorfonuklir, monosit, limfosit dan kadang-kadang sel plasma.
Selain itu terdapat sejumlah besar trombosit, yang merupakan pecahan dari
tipe ketujuh sel darah putih yang dijumpai dalam sumsum tulang, yaitu
megakariosit (Guyton, 1983).
Sel - sel polimorfonuklir seluruhnya mempunyai gambaran granular
sehingga disebut granulosit. Granulosit dan monosit melindungi tubuh
terhadap organisme penyerang terutama dengan cara mencernanya yaitu
melalui fagositosis. Fungsi pertama sel limfosit dan sel-sel plasma
berhubungan dengan sistem imun.

D. Jenis-Jenis Sel Darah Putih


Leukosit dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok besar yaitu jenis
Granulosit dan Agranulosit.
1. Granulosit
Granulosit memiliki granula kecil di dalam protoplasmanya, memiliki
diameter sekitar 10 -12 mikron. Granulosit dibagi menjadi tiga kelompok
berikut :
a. Neutrofil
Neutrofil memiliki granula yang tidak bewarna, mempunyai inti sel
yang terangkai, kadang seperti terpisah-pisah, protoplasmanya banyak
berbintik-bintik halus atau granula, serta banyaknya sekitar 60 -70 %
(Handayani, 2008).
Neutrofil merupakan leukosit darah
perifer

yang

paling

banyak.

Sel

ini

memiliki masa hidup singkat, sekitar 10


jam dalam sirkulasi. Sekitar 50 % neutrofil
Gambar 2.2 Neutrofil

dalam darah perifer menempel pada

(Hoffbrand, 2006).

dinding pembuluh darah.

b. Eosinofil
Eosinofil

memiliki

granula

bewarna merah dengan pewarnaan


asam, ukuran dan bentuknya hampir
sama dengan neutrofil, tetapi granula
Gambar2.3
Eosinofil

dalam

sitoplasmanya

lebih

besar,

banyaknya kira-kira 24 % (Handayani,


2008).

Sel ini sangat penting dalam respon terhadap penyakit parasitik


dan alergi. Pelepasan isi granulnya ke patogen yang lebih besar

membantu dekstruksinya dan fagositosis berikutnya (Hoffbrand, 2006).


Fungsi utama eosinofil adalah detoksifikasi baik terhadap protein asing
yang
masuk ke dalam tubuh melalui paru-paru ataupun saluran cerna maupun
racun yang dihasilkan oleh bakteri dan parasit.
c. Basofil
Basofil

memiliki

granula bewarna biru dengan


pewarnaan basa, sel ini lebih kecil
daripada
mempunyai

inti

yang

bentuknya teratur, di dalam


protoplasmanya

eosinofil,

ntetapi

Gambar 2.4 Basofil


(Hoffbrand, 2006).

terdapat

granula-

granula yang besar, Jumlah basofil di dalam sirkulasi darah relatif


sedikit, banyaknya kira-kira 0,5 % di sumsum merah. Di dalam sel
basofil terkandung zat heparin (antikoagulan). (Handayani, 2008).
2. Agranulosit
a. Limfosit
Limfosit memiliki nucleus
besar

bulat

sebagian

dengan

besar

sel

menempati
limfosit

berkembang dalam jaringan limfe.


Ukuran
Gambar 2.5 Limfosit
(Hoffbrand, 2006).

bervariasi

sampaidengan

15

dari

mikron.

Banyaknya 20-25% dan fungsinya


membunuh dan memakan bakteri

masuk ke dalam jaringan tubuh. Limfosit ada 2 macam, yaitu limfosit


T dan limfosit B. (Handayani, 2008).
b. Monosit :

Monosit

adalah

leukosit

terbesar yang berdiameter 15 sampai


20 m dan monosit memiliki ukuran
yang lebih besar daripada limfosit,
protoplasmanya besar, warna biru
sedikit

abu-abu,

serta

mempunyai bintik-bintik sedikit

Gambar 2.7 Monosit


(Hoffbrand, 2006).

kemerahan. Inti selnya bulat

atau

panjang. Monosit dibentuk di dalam sumsum tulang, masuk ke dalam


sirkulasi dalam bentuk imatur dan mengalami proses pematangan
menjadi makrofag setelah masuk ke jaringan. Fungsiya sebagai fagosit.
Jumlahnya 34% dari total komponen yang ada di sel darah putih
(Handayani, 2008).
E. Analisa Sel Darah Putih (Leukosit)
Hitung jumlah leukosit merupakan pemeriksaan yang digunakan
untuk menunjukkan adanya infeksi dan dapat juga untuk mengikuti
perkembangan dari suatu penyakit tertentu.
Analisa sel darah putih secara manual dapat dibedakan menjadi dua
pemeriksaan yaitu Analisa Penghitungan Jumlah Total Sel Darah Putih dan
Analisa Diferensial Sel Darah Putih. Dalam penghitungan diferensial sel
leukosit metode manual memiliki keunggulan yaitu dapat membedakan
antara neutrofil stab atau batang dengan neutrofil segmen yang tidak dapat
dihitung menggunakan alat hitung otomatis (Wirawan. R dan Silman.E,
1992).
F. Analisa Diferensial Sel Darah Putih (Differential Count)
Analisa Diferensial Leukosit atau juga disebut Hitung Jenis
Leukosit digunakan untuk mengetahui jumlah berbagai jenis leukosit.
Terdapat lima jenis leukosit, yang masing-masingnya memiliki fungsi
yang khusus dalam melawan patogen. Sel-sel itu adalah neutrofil, limfosit,

monosit, eosinofil, dan basofil. Hasil hitung jenis leukosit memberikan


informasi yang lebih spesifik mengenai infeksi dan proses penyakit.
Hitung jenis leukosit hanya menunjukkan jumlah relatif dari masingmasing jenis sel. Untuk mendapatkan jumlah absolut dari masing-masing
jenis sel maka nilai relatif (%) dikalikan jumlah leukosit total (sel/l).
Untuk pemeriksaan ini sampel darah segar diteteskan pada gelas
obyek dan dibuat preparat apus dengan menggunakan tangan kanan
diletakkan gelas obyek lain di depan tetesan darah tersebut dengan sudut
30- 40 C. Gelas obyek kedua didorong ke depan hingga membentuk apus
tipis. Setelah kering preparat apus tersebut difiksasi dengan metanol
selama 3-5menit, dibiarkan mengering di udara. Preparat kemudian
diwarnai dengan larutan giemza dengan pengenceran 1:9 selama 30 menit
(pH bufer fosfat 6,8- 7,2). Selanjutnya preparat dicuci dengan aquades dan
dibiarkan mengering di atas rak. Setelah kering preparat diperiksa di
bawah mikroskop dengan perbesaran 100x dihitung setiap jenis leukosit
menggunakan blood counter tabulator.
Sel yang dihitung paling sedikit 100 sel dan dilakukan perhitungan
persentase jenis leukosit. Angka yang diperoleh merupakan jumlah relatif
masing-masing jenis leukosit dari seluruh jenis leukosit (Tambur et al.,
2006).
G. Prosedure Pemeriksaan
Metode
: Giemza
Tujuan
: Menghitung jumlah tiap-tiap leukosit dalam darah
Prinsip
: Terdapat perbedaan daya serap sel darah terhadap asam
Alat
:
Mikroskop
Lancet steril
Objek glass
Stop watch
Oil Emersi
Rak Pengecatan
Kaca Penggeser
Bahan
:
Darah
Aquadest

Cara Kerja

Air pembilas
Larutan giemza

Pembuatan apusan darah tipis


1.

Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

2.

Teteskan satu tetes darah diatas objek glass 2cm


dari tepi.

3.

Letakkan kaca tersebut diatas meja dengan darah


disebelah kanan

4.

Dengan tangan kanan letekkan kaca penggeser


didepan tetesan darah

5.

Dengan mantap dorong kaca penghapus kedepan


hingga didapat hapusan yang semakin keujung semakin
tipis

6.

Biarkan hapusan tersebut sampai kering

Pengecetan dengan larutan giemza


1.

Apusan diletekkan diatas rak pewarnaan

2.

Teteskan methanol sampai menutupi seluruh


permukaan apusan tersebut selama 1 - 3 menit

3.

Buang sisa methanol, kemudian warnai dengan


larutan giemza 1 : 3 (1 ml giemza + 3ml aquadest) selama
10 15 menit

4.

Cuci dengan air lalu keringkan

H. Tabel 1. Hitung Jenis Leukosit

Jenis

Basofil

Eosinofil

Melebihi nilai

Kurang dari nilai

normal

normal

inflamasi, leukemia,

stress, reaksi

0,4-1%

tahap penyembuhan

hipersensitivitas,

40-100/L

infeksi atau

kehamilan,

inflamasi
Umumnya pada

hipertiroidisme

Nilai normal

1-3%

keadaan atopi/

100-300/L

alergi dan infeksi


parasit
Inflamasi,

55-70%

kerusakan jaringan,

(2500-7000/L)

peyakit Hodgkin,

Bayi Baru Lahir 61% leukemia mielositik,


Neutrofil

Umur 1 tahun 2%

hemolytic disease

Segmen 50-65%

of newborn,

(2500-6500/L)

kolesistitis akut,

Batang 0-5% (0-

apendisitis,

500/L)

pancreatitis akut,

stress, luka bakar, syok,


hiperfungsi
adrenokortikal.

Infeksi virus,
autoimun/idiopatik,
pengaruh obat-obatan

pengaruh obat
20-40%
1700-3500/L
Limfosit

BBL 34%

infeksi kronis dan

1 th 60%

virus

6 th 42%
12 th 38%
2-8%
Monosit

200-600/L
Anak 4-9%

kanker, leukemia, gagal


ginjal, SLE, pemberian
steroid yang berlebihan

Infeksi virus,
parasit, anemia

Leukemia limfositik,

hemolitik, SLE<

anemia aplastik

RA

Anda mungkin juga menyukai