Anda di halaman 1dari 8

BAB II

PEMBORAN AIRTANAH DAN


ANALISIS SERBUK BOR (CUTTING)
II.1.

Pendahuluan

II.1.1 Latar Belakang


Banyak orang secara umum menganggap airtanah itu sebagai suatu danau
atau sungai yang mengalir di bawah tanah. Padahal, hanya dalam kasus dimana
suatu daerah yang memiliki gua dibawah tanahlah kondisi ini adalah benar. Secara
umum airtanah akan mengalir sangat perlahan melalui suatu celah yang sangat
kecil dan atau melalui butiran antar batuan.
Batuan yang mampu menyimpan dan mengalirkan airtanah ini kita sebut
dengan akuifer. Airtanahpun akan bergerak dari tekanan tinggi menuju tekanan
yang rendah. Perbedaan tekanan ini secara umum diakibatkan oleh gaya gravitasi
(perbedaan ketinggian antara daerah pegunungan dengan permukaan laut), adanya
lapisan penutup yang impermeabel diatas lapisan akuifer, gaya lainnya yang
diakibatkan oleh pola struktur batuan atau fenomena lainnya yang ada dibawah
permukaan tanah. Pergerakan ini secara umum disebut gradien aliran airtanah
(potentiometrik). Secara alamiah pada gradien ini dapat ditentukan dengan
menarik kesamaan muka airtanah yang berada dalam satu sistem aliran airtanah
yang sama.

II.1.2. Maksud dan Tujuan


Maksud dari praktikum ini adalah agar praktikan mengetahui pola
kedalaman keterdapatan air tanah dan jenis akuifer.
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui geologi bawah
permukaan, untuk mengetahui geohidrologi, serta mengetahui air bawah tanah
dengan cara menganalisa warna, porositas, permeabilitas, tingkat pelapukan,
kekompakan, komposisi, dan kekerasan.

29

30

II.1.3. Waktu, lokasi kesampaian Daerah


Field Trip analisis serbuk bor dilaksanakan pada :
Hari/ Tanggal : Selasa, 8 Mei 2012
Waktu

: 08.00 - Selesai

Lokasi

: Laboratorium Kotabaru Institut Sains dan Teknologi AKPRIND


Yogyakarta

Daerah penelitian dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan roda


dua/sepeda motor.
II.2.

Landasan Teori
Pemboran adalah pembuatan lubang silindris dalam tanah atau batuan

dengan menggunakan pahat bor. Cara pemboran dengan penumbukan dan


pemutaran pahat disertai tekanan, atau dengan memadukan kedua gerakan
tersebut. Pemboran yang menguntungkan yaitu dengan kecepatan tinggi, waktu
pendek, biaya murah, dan dapat mencapai kedalaman yang besar.

II.2.1. Macam Pemboran


Berdasarkan tenaga yang digunakan dibagi menjadi 2, yaitu :
1.

Non mesin
a. Metode bor tumbuk
b. Metode bor auger
c. Metode bor bangka
d. Metode tumbuk, misalnya metode Kazusa Bori yaitu metode tradisional
Jepang.

2. Mesin
a. Tumbuk
b. Auger
c. Putar
d. Tumbuk putar.

31

A. Pemboran metode bor tumbuk (cable tool).


Pada prinsipnya adalah mengangkat dan menjatuhkan rangkaian alat yang
dijatuhkan di tanah hingga terbentuk lubang bor yang diinginkan, kemudian
diambil hancuran tanah hasil dengan alat timba.
Kemampuan kecepatan bor tumbuk tergantung beberapa faktor antara lain:
a. Sifat dan kekerasan batuan
b. Diameter dan kedalaman lubang bor
c. Perlengkapan dari alat bor
d. Kecepatan dan jarak pemukulan.
Keuntungan dari sistem ini adalah :
a. Biaya murah
b. Peralatan sederhana, dan
c. Kegunaan praktis
Pemboran ini digunakan pada batuan yang didak keras atau kekompakan
litologi dari lepas agak kompak.
B. Pemboran metode bor putar
Pada prinsipnya dalah memutar dan menekan alat bor dan biasanya dibantu
oleh pemasukan zat alir pemboran melalui pipa bor.
Fungsi zat alir (lumpur bor) :
a. Membantu tekanan poros vertikal formasi batuan di bawah bor.
b. Penyalur energi, yaitu untuk menyingkarkan serbuk bor yang tertutup
dibawah mata bor, serta membawa serbuk bor ke permukaan.
c. Mempertahankan kestabilan lubang bor.
d. Mendinginkan mata bor.
Faktor yang mempengaruhi jalannya pemboran :
a. Sifat formasi, meliputi :
1) Kekuatan
2) Sifat terhadap kekerasan
3) Sifat terhadap pemboran
4) Keadaan fisik yang meliputi permeabilitas, porositas, kandungan cairan,
tekanan lubang bor seperti tekanan sirkulasi yang hilang.

32

b. Mekanis, meliputi :
1) Berat mata bor
2) Kecepatan putar
3) Kondisi mata bor sendiri
4) Diameter mata bor
5) Tipe mata bor
c. Hidrolik, meliputi jalannya sirkulasi dan hilangnya gesek-gesekan.
d. Keadaan zata air pemboran, meliputi :
1) Berat jenis
2) Kekentalan
3) Kandungan bahan padat.
e. Faktor yang tidak dapat diraba, antara lain :
1) Kemampuan personil, ketangkasan dan psikologis
2) Kemampuan mesin/alat, pemeliharaan, kelancaran, pelaksanaan, dan
3) Kemampuan jenis mesin.
Persoalan yang sering dihadapi mengenai lubang bor :
a. Pencucian lubang bor dengan zat alir.
b. Terjepitnya pipa bor.
c. Kemiringan lubang bor.
d. Hilangnya lumpur pemboran.

II.2.2. Pencatatan dan Pengamatan Data pemboran


Dalam pemboran perlu diadakan pengamatan dan pencatatan selama
pelaksanaan pemboran untuk menentukan dan penilaian lubang bor. Diantaranya :
A. Laporan pemboran
Pencatatan kegiatan pemboran dari awal sampai akhir, yaitu :
a. Tanggal
b. Kedalaman pemboran
c. Pemakaian mata bor
d. Jenis dan diameter mata bor
e. Kecepatan pemboran rata-rata

33

f. Tinggi kenaikan air sebelum dan sesudah pemboran


g. Permasalhan casing, persiapan pemompaan dan kegiatan uji pompa.
B. Log pemboran
Merupakan catatan pemboran yang terdiri dari :
a. Tanggal
b. Nomer
c. Panjang dan jumlah pipa bor
d. Kedalaman yang diamati dan diambil contoh serbuk bor
e. Jam mulai dan jam selesai
f. Kecepatan pemboran
g. Debit air yang keluar
h. Keterangan mengenai muka airtanah sebelum dan sudah pemboran
i. Warna air pemboran dan perubahannya
j. Pemakaian mata bor
k. Pemasangan pipa pelindung/casing dan semua perubahan selama waktu
pemboran
C. Log litologi
Merupakan catatan litologi berdasarkan serbuk bor, terdiri dari :
a. Kedalaman
b. Ketebalan lapisan
c. Jenis batuan
d. Warna
e. Kekompakan
f. Kekerasan
g. Sortasi
h. Porositas
i. Tekstur dan keadaan litologi untuk penilain air yang dikandungnya.
D. Laporan pompa uji
Untuk mendapatkan data zona pembawa air dari lapisan pembawa air atau
akuifer.

34

E. Pengamatan lubang bor (logging)


Pada pemboran putar sering terjadi pengotoran atau pencampuran serbuk bor,
sehingga dalam log litologi sering terjadi kekeliruan. Biasanya untuk
meyakinkan log litologi dilakukan bore hole geophysical logging dengan
alat-alat log listrik atau dikenal sebagai log SP (spontaneous potential) dan
log resistivity. Kadang-kadang juga dilakukan metode seismik, yang
digunakan untuk mendapatkan gambaran yang berpengaruh dari data log
tersebut.
F. Pengamatan lapangan
Yang diselidiki dilapangan adalah :
a. Singkapan
b. Jenis litologi
c. Kemiringan dan jurus perlapisan
d. Struktur geologi.

II.2.3. Langkah-langkah Perencanaan Pemboran


Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada pemboran, yaitu :
1.

Dari log sumur yang lama didapatkan penampang geologi pada daerah yang
bersangkutan, dengan demikian perlu diperhatikan keadaan lapangan yang
berada pada zona bertekanan tinggi atau rendah dan kekerasan batuan.

2.

Pipa pelindung/casing perlu disiapkan untuk menahan tekanan maupun


runtuhnya tekanan lubang bor.

3.

Grafik pemboran lama maka dapat diadakan persiapan mengenai jenis dan
berat dari pahat yang diperlukan hidrolika dan penyimpangannya, diaman hal
ini menyangkut biaya dan waktu.

4.

Persiapan lain yang diperlukan mengenai mesin bor, mesin pencampur


lumpur bor, mesin pompa serta perlengkapan lain yang diperlukan.

5.

Operator dan regu bor perlu diberi penjelasan mengenai pemboran tersebut
sesuai data yang ada, sehingga tidak meninggalkan sikap hati-hati dalam
pekerjaan pemboran tersebut.

35

Berikut ini diberi catatan mengenai standar kekerasan, kekompakan dan tingkat
pelapukan.
A. Standar kekerasan
1. Sangat lunak
2. Lunak (bisa digores dengan kuku)
3. Agak keras (digores dengan pisau)
4. Keras (tidak dapat digores dengan pisau)
5. Sangat keras.
B. Standar kekompakan
1. Lepas (bisa dipegang, fragmen/butiran terurai)
2. Agak lepas (ditekan dengan tangan, fragmen terurai)
3. Agak kompak (bila dipukul dengan palu fragmen terurai)
4. Kompak (dipukul dengan palu fragmen sukar terurai)
C. Tingkat pelapukan
1. Segar (bila tidak ada tanda-tanda pelapukan)
2. Lapuk sedikit (bila memperlihatkan sedikit tanda pelapukan, pelunturan
warna)
3. Lapuk menengah (tanda-tanda pelapukan cukup terlihat) yaitu perubahan
warna dan pengurangan kekuatan batuan cukup berarti
4. Lapuk tinggi (memperlihatkan tanda pelapukan cukup tinggi hingga
batuan menjadi lemah dan tidak mudah terurai bila kemasukan air)
5. Lapuk sangat tinggi, bila seluruh batuan telah lapuk tapi tekstur batuan
masihterlihat dan akan terurai bila direndam dalam air dan digoyang
sedikit.

II.3.

Analisis Data
(terlampir)

36

II.4.

Kesimpulan
Pada praktikum ini dapat diketahui data bor, mulai dari sampel hingga

analisis data, sehingga didapat kesimpulan pada data sumur bor jenis akuifer yaitu
Akuifer Tidak Tertekan tau disebut Akuifer Bebas pada litologi Batupasir.
Dilihat dari analisis serbuk bor (cutting) yang ada, selanjutnya dilakukan
deskripsi dari batuan yang dianalisa dari perlapisan bawah permukaan yang kami
lakukan. Maka disimpulkan pada kedalaman kurang lebih 300 cm airtanah lebih
berpotensi untuk didapatkan dengan cepat.

Anda mungkin juga menyukai