Anda di halaman 1dari 31

TUGAS ENDAPAN MINERAL

TEMBAGA

Tembaga adalah unsur logam pertama yang diekstrak dari mineral, dan seperti
halnya timah putih telah digunakan oleh manusia sejak zaman perunggu. Seiring
dengan perjalanan waktu dan perkembangan teknologi, penggunaan tembaga terus
mengalami peningkatan. Eksplorasi intensif untuk mendapatkan cebakan tembaga
masih berlangsung di seluruh dunia terutama untuk memenuhi kebutuhan industri,
dan karena merupakan konduktor listrik yang sangat baik sehingga tembaga
digunakan untuk produk elektronik. Sementara konsumsi tembaga untuk bahan
bangunan menempati urutan kedua, antara lain untuk bahan baku pembuatan pipa,
ventilasi, dan logam lembaran.
Kelompok tiga besar cebakan bijih tembaga dunia dari jenis porfiri dengan
kandungan emas tinggi, yaitu Bingham di Amerika Serikat, OK-Tedi di Papua
New-Guinea, dan Grasberg di Indonesia. Emas Grasberg sebagai unsure logam
ikutan dari jenis mineralisasi yang sama merupakan cadangan terbesar di dunia.
Cebakan tembaga tipe porfiri di Indonesia dapat dijumpai di Pulau Sumatera,
Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua. Tetapi hanya
cebakan porfiri Grasberg dan Batu Hijau yang dapat diusahakan secara ekonomis.
Beberapa cebakan berkadar rendah di antaranya belum layak untuk diusahakan
apabila dikaitkan dengan kondisi harga tembaga pada saat ini. Sementara setelah
ditetapkannya batas kawasan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone; maka
cebakan tembaga porfiri di Cabang Kiri, Cabang Kanan dan Sungai Mak di Bone
Bolango, Gorontalo tidak dapat diusahakan karena menjadi bagian dari kawasan
taman nasional tersebut.

Gambar 1.1 Hasil asesmen sumber daya tembaga dan emas Indonesia, sumber
USGS
Tambang Grasberg dan Batu Hijau menurut skala dunia termasuk kedalam
kategori ukuran raksasa. Dengan radius bukaan akhir tambang berdiameter lebih
dari dua kilometer dan kedalaman sekitar satu kilometer diperlukan pembangunan
infrastruktur penambangan dan pengolahan berkapasitas besar. Pada dua lokasi
tambang tersebut dapat dijumpai truk, buldozer, dan shovel berukuran raksasa,
sama halnya dengan instalasi permukaan, penggerusan, pengolahan dan
infrastruktur pendukung lainnya, yang seluruhnya berkapasitas sangat besar.
Pengusahaan pertambangan bijih tembaga berskala besar pertama di Indonesia
dilakukan di Papua, yaitu dari cebakan Grasberg dan Eastberg, kemudian disusul
oleh pengusahaan pertambangan kedua dari cebakan Batu Hijau di Sumbawa.
Cebakan Grasberg dan Batu Hijau merupakan cebakan tembaga primer berjenis
Cu-Au porfiri, berdimensi besar, dimana penambangan dilakukan dengan metode
tambang terbuka. Kedua cebakan bijih mempunyai kandungan utama tembaga
(Cu) dengan unsur ikutan berupa emas (Au) dan perak (Ag). Selain memiliki
kandungan sulfida yang tinggi, sulfur juga berpotensi menjadi komoditas bernilai
ekonomi

2.1 Definisi Tembaga

Gambar 2.1 Tembaga


Tembaga adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki
lambang Cu dan nomor atom 29. Lambangnya berasal daribahasa Latin Cuprum.
Tembaga merupakan konduktor panas dan listrik yang baik. Selain itu unsur ini
memiliki korosi yang cepat sekali. Tembaga murni sifatnya halus dan lunak,
dengan permukaan berwarna jingga kemerahan.
2.1.1 Deskripsi Tembaga
Tembaga (Cu) mempunyai sistim kristal kubik, secara fisik berwarna
kuning dan apabila dilihat dengan menggunakan mikroskop bijih akan
berwarna pink kecoklatan sampai keabuan.
Unsur tembaga terdapat pada hampir 250 mineral, tetapi hanya sedikit
saja yang komersial. Pada endapan sulfida primer, kalkopirit (CuFeS2) adalah
yang terbesar, diikuti oleh kalkosit (Cu2S), bornit (Cu5FeS4), kovelit (CuS),
dan enargit (Cu3AsS4). Mineral tembaga utama dalam bentuk deposit oksida
adalah krisokola (CuSiO3.2HO), malasit (Cu2(OH)2CO3), dan azurite
(Cu3(OH)2(CO3)2).

Deposit tembaga dapat diklasifikasikan dalam lima tipe, yaitu: deposit


porfiri, urat, dan replacement, deposit stratabound dalam batuan sedimen,
deposit masif pada batuan volkanik, deposit tembaga nikel dalam
intrusi/mafik, serta deposit nativ. Umumnya bijih tembaga di Indonesia
terbentuk secara magmatik. Pembentukan endapan magmatik dapat berupa
proses hidrotermal atau metasomatisme.
Formula Kimia

: Cu

Sistem Kristal

: Reguler

Warna

: Merah-tembaga, atau merah-mawar terang.

Kilap

: Metalik

Kekerasan

: 2,5 3

Berat Jenis

: 8,94

Indeks Bias

: 1. 544 - 1.553

Goresan

: Merah

Belahan

: Tidak satupun

Pecahan

: Hackly

Tenacity

: Ductile dan Malleable

Derajat Ketransparanan

: Opaque

Kemagnetan

: Diamagnetit

2.1.2 Senyawaan tembaga


Tembaga di alam memiliki tingkat oksidasi +1 dan +2. Tembaga dengan
bilangan oksidasi +2 merupakan tembaga yang sering ditemukan sedangkan
tembaga dengan bilangan oksidasi +1 jarang ditemukan, karena senyawaan
tembaga ini hanya stabil jika dalam bentuk senyawa kompleks. Selain dua
keadaan oksidasi tersebut dikenal pula tembaga dengan bilangan oksidasi +3
tetapi jarang digunakan, misalnya K3CuF6. Beberapa senyawaan yang
dibentuk oleh tembaga seperti yang tertera pada Tabel.

Tembaga(II)

Nama

Tembaga(I)

Nama

CuO

tembaga(II) oksida

Cu2O

tembaga(I) oksida

Cu(OH)2

tembaga(II) hidroksida

CuCl

tembaga(I) klorida

CuCl2

tembaga(II) klorida

CuI

tembaga(I) iodida

CuF2

tembaga(II) fluorida

CuS

tembaga(II) sulfida

CuSO4.5H2O

tembaga(II) sulfat pentahidrat

Cu(NO3)2.3H2O

atau vitriol biru


tembaga(II) nitrat trihidrat

Tabel 2.1 Senyawaan Tembaga. Sumber : Analisa

2.2 Mineralogi Tembaga


Secara mineralogi bijih tembaga dibagi menjadi empat kelompok besar yaitu
a. Mineral tembaga murni
b. Mineral sulfide tembaga
c. Minera oksida tembaga
d. Mineral tembaga kompleks
Mineral-mineral gangue bijih tembaga yang utama antara lain : kuarsa, aklsit,
dolomite, siderite, rhodochrosit, barit, dan zeolit. Pada umumnya bijih tembaga,
yang berbentuk sulfide berasosiasi dengan monzonit, kuarsa atau batuan sejenis
dengannya dan agak jarang berasosiasi dengan intrusi yang bersifat basa.
Endapan tembaga terbentuk dengan berbagai cara antara lain, yaitu :
Terbentuk dengan cara replacement
Terbentuk oleh pembekuan magma, dengan endapan mineral bornit dan
kalkopirit jarang dengan pirit (sulfide)
5

Terbentuk oleh metasomatisme kontak (kalkopirit dan bornit dengan pirit,


pirrhotit, tembaga sfalerit, molibdenit dan oksida.
Endapan sedimenter tembaga
Contoh cebakan bijih tembaga yang sudah dieksplorasi dan dieksploitasi di
Indonesia dan termasuk dalam kategori skala besar adalah cebakan bijih tembaga
Grasberg dan Batu Hijau. Cebakan bijih tembaga Grasberg terbentuk pada batuan
terobosan yang menembus batuan samping batugamping. Mineral sulfida yang
terkandung dalam cebakan bijih tembaga porfiri Cu Au Grasberg, terdiri dari
bornit (Cu5FeS4), kalkosit (Cu2S), kalkopirit (CuFeS2), digenit (Cu9S5), dan
pirit (FeS2). Sedangkan emas (Au) umumnya terdapat sebagai inklusi di dalam
mineral sulfida tembaga, dengan konsentrasi emas yang tinggi ditunjukkan oleh
kehadiran mineral pirit. Grasbergmasih mengandung cadangan sekitar 1.109 juta
ton bijih dengan kadar 1,02% Cu, 1,19 ppm Au, dan 3 ppm Ag. Cebakan bijih
tembaga Batu Hijau terbentuk sebagai mineralisasi yang terpusat pada stock
tonalit tua dan cenderung berubah secara berangsur ke arah lateral dan vertikal.
Mineral sulfida tembaga terdiri dari bornit, kalkopirit, digenit, kalkosit dan kovelit
(CuS). Terdapat korelasi yang kuat antara Cu dan Au pada tonalit tua dan batuan
samping di sekitarnya, dengan kandungan keduanya meningkat ke arah bawah.
Mineralisasi lebih lemah terjadi pada tonalit muda dengan kadar <0,3% Cu dan
<0,5 g/t Au,sementara kadar yang paling kecil <0,15% Cu terdeteksi pada retasretas tonalit. Sulfida tembaga utama terbentuk sebagai pengisian rekahan dan
berasosiasi dengan stockwork urat kuarsa yang mengisi 5 30% volume tonalit,
yang meluas hingga melebihi 100 meter ke arah atas dan batuan samping. Hanya
sedikit berupa sebaran (dissemination) di dalam masadasar batuan. Sedangkan
retas-retas tonalit muda mengandung sangat sedikit urat, dan termineralisasi
lemah (mengandung <0,30% Cu).

Gambar 2.2 Gambar contoh model cebakan bijih tembaga di Batu Hijau dan
Grasberg
Sebagian besar endapan tembaga yang ditemukan merupakan cadangan besar
berasal dari larutan hydrothermal dan proses penggantian, lebih dominan
dibandingkan dengan yang dihasilkan oleh proses pengisian celah celah. Endapan
yang berbentuk dari hasil metasomatik kontak dan yang langsung dipisahkan dari
magma sangat sedikit dan hampi tidak berarti.

Gambar 2.3 Model dan tipe mineralisasi logam pada beberapa lokasi tambang di
Indonesia

2.2.1 Paduan Tembaga


Paduan Tembaga telah berkurang penggunaannya dari pada waktu
yang lampau. Harga tembaga yang meningkat dengan cepat, ditambah lagi
denga kenyataan bahwa kualitas bahan murah yang lain telah meningkat
akhir-akhir ini. Telah mengurangi penggunaan paduan tembaga untuk
beberapa kebutuhan.Selain itu teknik pembuatannya telah diperbaiki
sehingga menyebabkan bahan kurang (ductile) dapat dipakai, karena itu
baja ringan kualitasnya baik yang sering digunakan. Tembaga membentuk
larutan padat dengan unsur logam lain dalam daerah yang luas dan
dipergunakan untuk berbagi keperluan, dan macam-macam paduan pada
tembaga antara lain :
a. Perunggu
Perunggu mempunyai kadar tembaga Cu 70-78 %, timah putih Sn 2244 % dan selain itu campuran tambahan lain seperti Seng (Zn), Timbel
(Pb), Aluminium (Al) dll. Perungu ialah : paduan kepal atau paduan tuang
yang tahan terhadap korosi. Selain itu mempunyai daya luncur dan daya
hantar yang baik untuk arus listrik.
b.

Perunggu Bebas Seng


Perunggu bebas seng yang dinamakan juga perunggu timah, yaitu

perunggu tuang dari Cu ditambah 10%, 14%, atau 20% Sn tanpa


campuran tambahan lain. Bahan itu digunakan untuk pentil yang harus
mempunyai syarat tinggi terhadap korosi dan ketangguhan (10% Sn).
Selain itu pada bantalan harus mempunyai syarat-syarat tinggi untuk sifat
luncur (14% Sn) dan unutuk bantalan-bantalan tekan dengan syarat tinggi
untuk kekerasan (20 % Sn ).
c. Perunggu Bebas Seng Paduan Kepal
Mempunyai 1,5 % sampai setinggi-tingginya 10 % timah putih dan
selain itu Fosfor dalam persentase yang sangat kecil, yaitu setinggitingginya 0,3 % campuran ini dahulu dinamakan perunggu Fosfor.
Dipakai untuk profil-profil, batang-batang, kawat, plat, dan pipa
yang dicanai dan ditarik.

d. Perunggu dan Seng


Perunggu seng ialah : perungu tembaga timah dengan tambahan seng
2 % - 7 %. Bahan itu dipakai terutama untuk bantalan-bantalan ( campuran
tuang ).
e.

Perunggu Aluminium
Perunggu Alumnium ialah : campuran tuang dan campuran kepal dari

tembaga dengan Aluminium dengan besi dan bahan tambahan lain


(perunggu dua zat). Perunggu dua zat (Al dan Ni) tahan korosi terhadap
bahan kimia tertentu karena itu dipakai untuk perlengkapan kimia.
Perunggu Alumium tidak mempunyai fungsi lain dari perunggu bebas
seng. Sifat-sifatnya kurang baik, jadi tidak banyak dipakai kecuali di
negeri-negeri yang kurang akan timah.
f.

Perunggu Silikon
Perunggu Silikon baik sebagai paduan tuang maupun kepal

mempunyai kadar (Si) 0,5 %-4,5 %. Selain itu ada bahan-bahan tambahan
dari timah, nikel, mangan, besi dan seng dalam bermacam-macam
persenyawaan. Sebagian dapat dijadikan misalnya; Cupoder yang
mempunyai tahanan tarik dan kekerasan yang baik .
2.3 Genesa Tembaga

Gambar 2.4 Genesa Pembentukan Tembaga


9

Tembaga secara garis besar genesanya dapat dibagi 2 (dua) kelompok, yaitu
genesa primer dan genesa sekunder.
2.3.1 Genesa Primer
Logam tembaga, proses genesanya berada dalam lingkungan
magmatik, yaitu suatu proses yang berhubungan langsung dengan intrusi
magma. Bila magma mengkristal maka terbentuklah batuan beku atau
produk-produk lain. Produk lain itu dapat berupa mineral-mineral yang
merupakan hasil suatu konsentrasi dari sejumlah elemen-elemen minor
yang terdapat dalam cairan sisa.
Pada keadaan tertentu magma dapat naik ke permukaan bumi melalui
rekahan-rekahan (bagian lemah dari batuan) membentuk terowongan
(intrusi). Ketika mendekati permukaan bumii, tekanan magma berkurang
yang menyebabkan bahan volatile terlepas dan temperatur yang turun
menyebabkan bahan non volatile akan terinjeksi ke permukaan lemah dari
batuan samping (country rock) sehingga akan terbentuk pegmatite dan
hidrotermal.
Endapan pegmatite sering dijumpai berhubungan dengan batuan
plutonik tapi umumnya granit yang kaya akan unsur alkali, aluminium,
kuarsa dan beberapa muskovit dan biotit.
Endapan hidrotermal merupakan endapan yang terbentuk dari proses
pembentukan endapan pegmatite lebih lanjut, dimana larutan bertambah
dingin dan encer. Cirri khas endapan hidrotermal adalah urat yang
mengandung sulfida yang terbentuk karena adanya pengisian rekahan
(fracture) atau celah pada batuan semula rendah, tersebar relatif merata
dengan jumlah cadangan yang besar. Endapan bahan galian ini erat
hubungannya dengan intrusi batuan Complex Subvolcanic Calcaline yang
bertekstur porfitik. Pada umumnya berkomposisi granodioritik, sebagian
terdeferensiasi ke batuan granitik dan monzonit. Bijih tersebar dalam

10

bentuk urat-urat sangat halus yang membentuk meshed network sehingga


derajat mineralisasinya merupakan fungsi dari derajat retakan yang
terdapat pada batuan induknya (hosted rock). Mineralisasi bijih sulfidanya
menunjukkan perkembangan yang sesuai dengan pola ubahan hidrotermal.
Zona pengayaan pada endapan tembaga porfiri:
a.
b.
c.
d.

Zona pelindian.
Zona oksidasi.
Zona pengayaan sekunder.
Zona primer.

Reaksi yang terjadi pada proses pengayaan tersebut adalah :


5FeS2 + 14Cu2+ + 14SO42- + 12H2O 7Cu2S + 5Fe2+ + 2H+ + 17SO42Sifat susunan mineral bijih endapan tembaga porfiri adalah:
a. Mineral utama terdiri : pirit, kalkopirit dan bornit.
b. Mineral ikutan terdiri : magnetit, hematite, ilmenit, rutil, enrgit,
kubanit, kasiterit, kuebnit dan emas.
c. Mineral sekunder terdiri : hematite, kovelit, kalkosit, digenit dan
tembaga natif.
Akibat dari pembentukannya yang bersal dari intrusi hidrotermal
maka mineralisasi bijih tembaga porfiri berasosiasi dengan batuan
metamorf kontak seperti kuarsit, marmer dan skarn.
2.3.2 Genesa Sekunder
Dalam pembahasan mineral yang mengalami proses sekunder
terutama akan ditinjau proses ubahan (alteration) yang terjadi pada
mineral-mineral urat (vein). Mineral sulfida yang terdapat di alam mudah
sekali mengalami perubahan. Mineral yang mengalami oksidasi dan
berubah menjadi mineral sulfida kebanyakan mempunyai sifat larut dalam
air. Akhirnya didapatkan suatu massa yang berongga terdiri dari kuarsa

11

berkarat yang disebut Gossan (penudung besi). Sedangkan material logam


yang terlarut akan mengendap kembali pada kedalaman yang lebih besar
dan menimbulkan zona pengayaan sekunder.
Pada zona diantara permukaan tanah dan muka air tanah berlangsung
sirkulasi udara dan air yang aktif, akibatnya sulfida-sulfida akan
teroksidasi menjadi sulfat-sulfat dan logam-logam dibawa serta dalam
bentuk larutan, kecuali unsur besi. Larutan mengandung logam tidak
berpindah jauh sebelum proses pengendapan berlangsung. Karbon dioksit
akan mengendapkan unsur Cu sebagai malakit dan azurit. Disamping itu
akan terbentuk mineral lain seperti kuprit, gunative, hemimorfit dan
angelesit. Sehingga terkonsentrasi kandungan logam dan kandungan kaya
bijih.
Apabila larutan mengandung logam terus bergerak ke bawah sampai
zona air tanah maka akan terjadi suatu proses perubahan dari proses
oksidasi menjadi proses reduksi, karena bahan air tanah pada umumnya
kekurangan oksigen. Dengan demikian terbentuklah suatu zona pengayaan
sekunder yang dikontrol oleh afinitas bermacam logam sulfida.
Logam tembaga mempunyai afinitas yang kuat terhadap belerang,
dimana larutan mengandung tembaga (Cu) akan membentuk seperti pirit
dan kalkopirit yang kemudian menghasilkan sulfida-sulfida sekunder yang
sangat kaya dengan kandungan mineral kovelit dan kalkosit. Dengan cara
seperti ini terbentuk zona pengayaan sekunder yang mengandung
konsentrasi tembaga berkadar tinggi bila dibanding bijih primer.

2.4 Sifat Tembaga

12

2.4.1 Sifat fisika


a. Tembaga merupakan logam yang berwarna kunign seperti emas kuning
seperti pada gambar dan keras bila tidak murni.
b. Mudah ditempa (liat) dan bersifat mulur sehingga mudah dibentuk
menjadi pipa, lembaran tipis dan kawat.
c. Konduktor panas dan listrik yang baik, kedua setelah perak.
2.4.2 Sifat Kimia
a. Tembaga merupakan unsur yang relatif tidak reaktif sehingga tahan
terhadap korosi. Pada udara yang lembab permukaan tembaga ditutupi
oleh suatu lapisan yang berwarna hijau yang menarik dari tembaga
karbonat basa, Cu(OH)2CO3.
b. Pada kondisi yang istimewa yakni pada suhu sekitar 300 C tembaga
dapat bereaksi dengan oksigen membentuk CuO yang berwarna hitam.
Sedangkan pada suhu yang lebih tinggi, sekitar 1000 C, akan
terbentuk tembaga(I) oksida (Cu2O) yang berwarna merah.
c. Tembaga tidak diserang oleh air atau uap air dan asam-asam
nooksidator encer seperti HCl encer dan H 2SO4encer. Tetapi asam
klorida pekat dan mendidih menyerang logam tembaga dan
membebaskan gas hidrogen. Hal ini disebabkan oleh terbentuknya ion
kompleks CuCl2(aq) yang mendorong reaksi kesetimbangan bergeser
ke arah produk.

Asam sulfat pekatpun dapat menyerang tembaga, seperti reaksi berikut

d. Asam nitrat encer dan pekat dapat menyerang tembaga, sesuai reaksi

13

e. Tembaga tidak bereaksi dengan alkali, tetapi larut dalam amonia oleh
adanya udara membentuk larutan yang berwarna biru dari kompleks
Cu(NH3)4+.
f. Tembaga panas dapat bereaksi dengan uap belerang dan halogen.
Bereaksi dengan belerang membentuk tembaga(I) sulfida dan
tembaga(II) sulfida dan untuk reaksi dengan halogen membentuk
tembaga(I) klorida, khusus klor yang menghasilkan tembaga(II)
klorida.
2.5 Daerah Persebaran
Dalam dunia pertambangan, Indonesia memang dikenal sebagai negara yang
kaya dengan kandungan mineral yang siap diangkat kapan saja. Indonesia
menempati posisi produsen terbesar kedua untuk komoditas timah, posisi terbesar
keempat untuk komoditas tembaga, posisi kelima untuk komoditas nikel, posisi
terbesar ketujuh untuk komoditas emas, dan posisi kedelapan untuk komoditas
batubara.
Berbagai macam bahan tambang tersebar di Indonesia dari sabang sampai
merauke

banyak

kita

temukan

tambang-tambang

yang

mengeksploitasi

sumberdaya alam Indonesia mulai dari emas, timah, tembaga, perak, intan,
batubara, minyak, bauksit, dan lain - lain, semuanya terdapat di Indonesia.
Cadangan tembaga Indonesia sekitar 4,1% dari cadangan tembaga dunia, dan
merupakan peringkat ke-7 sedangkan dari sisi produksi adalah 10,4% dari
produksi dunia dan merupakan peringkat ke-2.
Daerah-daerah penghasil tembaga di Indonesia diantaranya :

Cikotok : Jawa Barat

Kompara : Papua

Sangkarapi : Sulawesi Selatan

14

Tirtamaya : Jawa Tengah

Selain itu, terdapat juga di daerah Jambi dan Sulawesi Tengah.


Potensi tembaga terbesar yang dimiliki Indonesia terdapat di Papua. Potensi

lainnya menyebar di Jawa Barat, Sulawesi Utara, dan Sulawesi Selatan.


Lokasi penyebaran mineral tembaga terdapat di beberapa tempat, yaitu:
Sungai Mentawai Sausu, Perbukitan Tompera Sausu, Sungai Mentawa, Sungai
Torue, Perbukitan Tomborong Maninili Siaga, Sungai Silitunang Maninili UPT
Trans, Sungai Ganonggol, Sungai Bugis Swakarsa, Wanagading, Sungai Moutong
dan Sungai Tinombo.

Gambar 2.5 Peta Persebaran Mineral Copper (Tembaga) di Indonesia

2.6 Tahap Eksplorasi

15

Eksplorasi tembaga adalah keseluruhan urutan kegiatan mulai mencari letak


mineralisasi sampai menentukan cadangan insitu hasil temuan mineral tembaga
yang ada.
Tahap-tahap dalam perencanaan kegiatan eksplorasi secara umum:
2.6.1 Tahap Eksplorasi Pendahuluan
Menurut White (1997), dalam tahap eksplorasi pendahuluan ini
tingkat ketelitian yang diperlukan masih kecil sehingga peta-peta yang
digunakan dalam eksplorasi pendahuluan juga berskala kecil 1:50.000
sampai 1:25.000. Adapun yang dilakukan pada tahap ini adalah:
a. Studi Literatur
Dalam tahap ini, sebelum memilih lokasi eksplorasi dilakukan studi
terhadap data dan peta-peta yang sudah ada (dari survey terdahulu),
catatan lama, laporan temuan dan lain-lain, lalu dipilih daerah yang akan
disurvei. Setelah itu, studi faktor-faktor geologi regional dan provinsi
metalografi dari peta geologi regional sangat penting untuk memilih
daerah eksplorasi, karena pembentukan endapan bahan galian dipengaruhi
dan tergantung pada proses-proses geologi yang pernah terjadi, dan tandatandanya dapat dilihat di lapangan.
b. Survei dan Pemetaan
Jika peta dasar (peta topografi) dari daerah eksplorasi sudah tersedia,
maka survei dan pemetaan singkapan (outcrop) atau gejala geologi lainnya
sudah dapat dimulai (peta topografi skala 1:50.000 atau 1:25.000). Tetapi
jika belum ada, perlu dilakukan pemetaan topografi lebih dahulu. Kalau di
daerah tersebut sudah ada peta geologi, maka hal ini sangat
menguntungkan, karena survei bisa langsung untuk mencari tanda-tanda
endapan yang dicari (singkapan), melengkapi peta geologi dan mengambil
contoh dari singkapan yang penting.

16

Selain singkapan batuan pembawa bahan galian, yang perlu juga


diperhatikan adalah perubahan/batas batuan, orientasi lapisan batuan
sedimen (jurus dan kemiringan), orientasi sesar dan tanda-tanda lainnya.
Hal-hal penting tersebut harus diplot pada peta dasar dengan bantuan alatalat seperti kompas geologi, inklinometer, altimeter, serta tanda-tanda
alami seperti bukit, lembah, belokan sungai, jalan, kampung, dan lain-lain.
Dengan demikian peta geologi dapat dilengkapi atau dibuat baru (peta
singkapan).
Tanda-tanda yang sudah diplot pada peta tersebut kemudian
digabungkan dan dibuat penampang tegak atau model penyebarannya
(model geologi). Dengan model geologi hepatitik tersebut kemudian
dirancang pengambilan contoh dengan cara acak, pembuatan sumur uji
(test pit), pembuatan paritan (trenching), dan jika diperlukan dilakukan
pemboran. Lokasi-lokasi tersebut kemudian harus diplot dengan tepat di
peta (dengan bantuan alat ukur, teodolit, BTM, dan lain-lain).
Dari kegiatan ini akan dihasilkan model geologi, model penyebaran
endapan, gambaran mengenai cadangan geologi, kadar awal, dan lain-lain
yang dipakai untuk menetapkan apakah daerah survei yang bersangkutan
memberikan harapan baik (prospek) atau tidak. Kalau daerah tersebut
mempunyai prospek yang baik maka dapat diteruskan dengan tahap
eksplorasi selanjutnya.
2.6.2 Tahap Eksplorasi Detail
Menurut (White, 1997), kegiatan utama dalam tahap ini adalah
sampling dengan jarak yang lebih dekat (rapat), yaitu dengan
memperbanyak sumur uji atau lubang bor untuk mendapatkan data yang
lebih teliti mengenai penyebaran dan ketebalan cadangan (volume
cadangan), penyebaran kadar/kualitas secara mendatar maupun tegak. Dari
sampling yang rapat tersebut dihasilkan cadangan terhitung dengan
klasifikasi terukur, dengan kesalahan Mineral - Tembaga 6 yang kecil
17

(<20%), sehingga perencanaan tambang yang dibuat menjadi lebih teliti


dan resiko dapat dihindarkan.
Pengetahuan atau data yang lebih akurat mengenai kedalaman,
ketebalan, kemiringan, dan penyebaran cadangan secara 3-Dimensi
(panjang-lebar-tebal) serta data mengenai kekuatan batuan sampling,
kondisi air tanah, dan penyebaran struktur (kalau ada) akan sangat
memudahkan perencanaan kemajuan tambang, lebar/ukuran bahwa bukaan
atau kemiringan lereng tambang. Juga penting untuk merencanakan
produksi bulanan/tahunan dan pemilihan peralatan tambang maupun
prioritas bantu lainnya.
2.6.3 Studi Kelayakan
Pada tahap ini dibuat rencana produksi, rencana kemajuan tambang,
metode penambangan, perencanaan peralatan dan rencana investasi
tambang. Dengan melakukan analisis ekonomi berdasarkan model, biaya
produksi penjualan dan pemasaran maka dapatlah diketahui apakah
cadangan bahan galian yang bersangkutan dapat ditambang dengan
menguntungkan atau tidak.
2.7 Tahap Eksploitasi
Menurut Sukandarrumidi (2009), penambangan dilakukan dengan cara
tambang terbuka (open pit), apabila endapan bijih ditemukan tidak terlalu dalam.
Dapat juga dilakukan dengan penambangan dalam (underground) dengan
membuat terowongan atau pengangkutan dengan menggunakan alat-alat berat.
Khusus untuk tambang tembaga Grasberg dan Batu Hijau (Indonesia) adalah
tipe porfiri. Cebakan tembaga tipe porfiri mempunyai dimensi besar dan kadar
relatif rendah sehingga atas pertimbangan keekonomian, penambangan hanya
dapat dilakukan dengan cara tambang terbuka (open pit mining). Pengupasan
lapisan penutup (overburden) dan penambangan bijih dilakukan dengan sistem

18

jenjang (benches). Cebakan bijih tembaga yang sangat tebal memerlukan banyak
jenjang, dengan lebar dan tinggi jenjang diupayakan untuk dapat menahan batuan
yang berhamburan saat peledakan, dan menyediakan ruang gerak yang memadai
untuk alat pembongkar (excavator) dan unit pemuat (haulage).

Gambar 2.6 Tambang Batu Hijau, Sumbawa, NTB dengan cara tambang terbuka
(open pit mining)
2.7.1 Pengeboran
Pengeboran merupakan tahap awal untuk menghasilkan lubang siap
ledak (blast holes). Lubang siap ledak kemudian diledakkan dengan
menggunakan bahan peledak yang sudah ditentukan di bagian peledakan
(blasting group) untuk menghasilkan material hancur hasil peledakan
(broken muck) yang selanjutnya digali oleh alat gali dan dimuat oleh alat
angkut (dump truck). Tahapan inti dalam proses pengeboran adalah:
a. Persiapan dan pembersihan lokasi pengeboran
Kegiatan utamanya adalah menyiapkan rencana lokasi pengeboran
yang rata untuk mesin bor, membuat tanggul yang aman untuk

19

memisahkan posisi mesin bor dari alat lainnya, dan membersihkan batas
material atau lumpur dari sisa peledakan sebelumnya.
Disini ditentukan tanda batas lokasi pengeboran yang umumnya
berbentuk kotak/persegi empat atau berbatasan langsung dengan hasil
peledakan yang sudah dilakukan sebelumnya. Proses persiapan dan
pembersihan

lokasi

pengeboran

dengan

menggunakan dozer

Caterpillar seri D10 atau seri D11.


b. Pelaksanaan pengeboran produksi
Pengeboran dilakukan dengan menggunakan mesin bor. Pola
pengeboran bisa menggunakan pola pengeboran manual atau pola
pengeboran

dengan

sistem

Aquila.

Pola

pengeboran

manual

menggunakan patok-patok kayu sebagai tanda posisi lubang yang harus


dibor yang diletakkan di tanah dan dilengkapi dengan keterangan survey
mengenai kedalaman lubang yang harus dibor. Sementara pengeboran
dengan sistem Aquila sudah terpasang pada semua mesin bor
mengandalkan sistem pandu satelit (Global Positioning System atau GPS)
yang terhubung langsung ke antenna mesin bor untuk memandu operator
mengikuti pola dan kedalaman pengeboran.
Setelah proses pengeboran, mesin bor dipindahkan ke lokasi
pengeboran lainnya atau menunggu sampai proses peledakan lubang bor
tersebut selesai. Pemindahan mesin bor untuk jarak lebih dari 500 meter
diangkut dengan alat bantu yang disebut mesinlowboy.
2.7.2 Peledakan
Setelah lubang bor dibuat, juru ledak akan memeriksa setiap lubang
bor untuk memastikan kedalaman lubang tersebut sebelum dilakukan
pengisian bahan peledak (explosive). Setelah lubang disetujui, lubang diisi

20

dengan primer (detonator+booster) dan bahan peledak sesuai dengan


kandungan air di dalamnya.
2.7.3 Penggalian
Proses penggalian dilakukan dengan menggunakan alat gali atau
shovel untuk menggali material hasil peledakan atau material lepas yang
berupa bijih atau batuan penutup.
Ada dua jenis shovel yang digunakan dalam operasi penambangan
tambang tembaga: yaitu:
a. Shovel listrik, yaitu alat gali yang digerakkan dengan tenaga listrik.
b. Shovel hidraulik, yaitu alat gali yang digerakkan dengan sistem
hidraulik.
Ada dua metode proses penggalian, yaitu:
a. Single side loading, yaitu metode penggalian di mana ketika menerima
muatan, truk berada pada satu sisi shovel. Dengan demikian ketika
salah satu truk sedang diberi muatan, truk kedua dalam posisi antri
atau pre-spot. Hidraulik shovel umumnya menggunakan metode single
side loading dan dilakukan di sisi kiri shovel. Shovel listrik dilakukan
bila loading area hanya bisa untuk maneuver satu truk saja.
b. Double side loading, yaitu metode penggalian di mana ketika
menerima muatan, truk berada pada kedua sisi shovel sehingga ketika
salah satu truk sedang diberi muatan, truk kedua berada pada posisi
menerima muatan di sisi lain. Metode ini pada umumnya diterapkan
untuk shovel listrik dengan lebar area loading yang memenuhi syarat
dua kali radius putar truk yang ditugaskan di shovel tersebut.
2.7.4 Pengangkutan
Bijih atau batuan penutup yang sudah digali kemudian diangkut ke
dalam alat angkut yang dikenal sebagai truk angkut tambang (dump truck).

21

Setelah dilakukan pengisian oleh shovel, truk akan menuju ke tempat


pembuangan yang telah ditentukan sesuai dengan materialnya. Jika truk
mengangkut bijih, material yang diangkut akan dibuang ke crusher bijih
atau stockpile bijih. Jika material yang diangkut adalah bahan penutup,
material akan dibuang ke crusher overburden (OHS:Overburden Handling
System) atau ke overburden pump.
2.7.5 Penggerusan bijih atau batuan
Saat ini Grasberg ditambang dengan metode tambang terbuka. Namun
karena bukaan yang semakin dalam, sekitar tahun 2015, cara
penambangan akan diubah menjadi tambang bawah tanah. Jika semua
terwujud, tambang bawah tanah Grasberg akan menjadi salah satu yang
terbesar.
2.8 Pengolahan Bijih Tembaga
Untuk pengolahan mineral tembaga menjadi tembaga batang dikenal 3
macam cara, yaitu:

a.Phyrometalurgi
Adalah suatu proses pengolahan mineral dengan dasar panas. Inti dari
proses ini adalah pengolahan tembaga dengan melalui suatu proses yang
bertujuan untuk mengubah pengotor senyawa Sulfida menjadi Oksida atau
disebut dengan proses Roasting. CuFeS2+ 9O2 menjadi 2Cu2S+ 2Fe2O3+
6SO2
Pada persamaan kimia diatas menunjukan bahwa proses Roasting bertujuan
untuk mengubah Besi Sulfida menjadi Besi Oksida sedangkan Tembaga tetap
Sulfida. Diubahnya besi sulfida menjadi besi oksida adalah agar pada proses
selanjutnya yaitu smelting atau peleburan, tembaga sulfida akan mencair
meninggalkan besi oksida yang bertitik cair lebih tinggi dan akan ditinggalkan

22

sebagai terak pengotor, sedangkan tembaga yang telah mencair akan turun
kebawah karena berat jenis tembaga yang lebih tinggi dari besi oksida. Adapun
urutan prosesnya sebagai berikut:
1) Bijih tembaga dihaluskan dengan alat peremuk batuan
2) Bijih dicampur air sehingga terbentuk slurry
3) Slurry dimasukkan ke tangki sel flotasi dengan tujuan pemisahan dari
mineral pengotor
4) Diperoleh konsentrat Cu dalam bentuk Cu dengan kadar tinggi
5) Diproses lanjut dalam pabrik pengawa-airan ( dewatering plant) untuk
menghilangkan air dengan:
Penyaring putar

Pengeringan sampai di dapat konsentrat Cu yang kering


6) Roasting atau pemanggangan bertujuan untuk proses reduksi pengotor
7) Ekstraksi tembaga murni dari konsentrat tembaga dengan dengan:

Prometalurgi
Elektrolisis ( dengan arus listrik)
Namun seiring dengan kemajuan teknologi, proses Phyrometalurgi sudah
tidak diterapkan untuk pengolahan tembaga, karena kemudian diketahui ada suatu
proses yang lebih ekonomis untuk pengolahan tembaga yaitu hidrometalurgi.
Phyrometalurgi tetap digunakan tetapi dipakai pada pengolahan-pengolahan
mineral lain seperti nikel, manganese, chrom dll.

23

b.Hidrometalurgi
Hidrometalurgi adalah suatu proses pengolahan tembaga dari batuan alam
dengan berdasar pada air sebagai pengolahnya, namun maksud air adalah bukan
air biasa melainkan air yang telah dicampur dengan suatu asam tertentu sebagai
reduktor. Hidrometalurgi dipakai karena keuntungan-keuntungannya antara lain :
o Biaya pengolahan yang rendah
o Recovery yang tinggi
o Proses pengolahan relatif mudah
o Investasi alat yang rendah sehingga memungkinkan percepatan BEP
o

Proses

pengolahan

yang

relatif

lebih

singkat

Pada proses ini dipakai suatu asam sebagai reduktor yaitu asam sulfat
( H2SO4) yang mudah didapatkan dan rendah biaya pengolahan. Dipakainya
asam sulfat sebagai pereduktor adalah bertujuan untuk membentuk tembaga sulfat
( CuSO4.5H2O) . Tembaga adalah suatu unsur yang sangat mudah membentuk
sulfida. Maka dari itu asam sulfat dipakai sebagai pilihan. Adapun prosesnya
adalah sebagai berikut :
o Mula-mula batuan tembaga dihancurkan hingga menjadi halus sampai mess
tertentu.
o Selanjutnya tempatkan pada suatu tabung yang terbuat dari bahan tahan asam
( plastik, fiber, dll) lalu ditambah air dengan ukuran tertentu.
o Kemudian tambahkan asam sulfat pekat sambil diaduk agar terbentuk larutan
tembaga sulfat ( CuSO4.5H2O) .
o Setelah terbentuk larutan tembaga sulfat pindahkan pada suatu tabung
elektrolisis yang bertujuan untuk mengambil ion tembaga dari larutan tembaga
sulfat yang terbentuk pada proses pengasaman.

24

o Secara bertahap ambil tembaga yang menempel pada katoda, dan tembaga hasil
dari katoda adalah tembaga murni.
o Selanjutnya tembaga hasil dari katoda siap untuk proses peleburan pada tungku
peleburan tembaga yang mampu menghasilkan suhu 1300 C.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pengolahan mineral tembaga


untuk saat ini yang terbaik dan termurah dari biaya produksi adalah proses
hidrometalurgi yang dilanjutkan dengan proses elektrolisa kemudian dilanjutkan
dengan proses peleburan,
Maka dari itulah kami menyarankan proses hidrometalurgi dan elektrolisis
yang akan kami terapkan pada teknologi pengolahan untuk batuan dari Indonesia
karena proses ini sangat tepat diterapkan untuk jenis batuan dari Indonesia.
c. Proses elctrometallurgy
Yaitu proses pengolahan bijih dengan tenaga listrik seperti pada eloktrolisa
dan elektrothermis.
Tahap-tahap Pengolahan tembaga, yaitu :
a. Pengapungan (flotasi)
Proses pengapungan atau flotasi di awali dengan pengecilan ukuran bijih
kemudian digiling sampai terbentuk butiran halus. Bijih yang telah dihaluskan
dimasukkan ke dalam campuran air dan suatu minyak tertentu. Kemudian udara
ditiupkan ke dalam campuran untuk menghasilkan gelembung-gelembung udara.
Bagian bijih yang mengandung logam yang tidak berikatan dengan air akan
berikatan dengan minyak dan menempel pada gelembung-gelembung udara yang
kemudian mengapung ke permukaan. Selanjutnya gelembung-gelembung udara
yang membawa partikel-partikel logam dan mengapung ini dipisahkan kemudian
dipekatkan.

25

b. Pemanggangan
Bijih pekat hasil pengapungan selanjutnya dipanggang dalam udara terbatas
pada suhu dibawah titik lelehnya guna menghilangkan air yang mungkin masih
ada pada saat pemekatan dan belerang yang hilang sebagai belerang
dioksida. Mineral - Tembaaa12
Campuran yang diperoleh dari proses pemanggangan ini disebut calcine, yang
mengandung Cu2S, FeO dan mungkin masih mengandung sedikit FeS. Setelah itu
calcine disilika guna mengubah besi(II) oksida menjadi suatu sanga atau slag
besi(II) silikat yang kemudian dapat dipisahkan. Reaksinya sebagai berikut.
Tembaga(I) sulfida yang diperoleh pada tahap ini disebut matte dan
kemungkinan masih mengandung sedikit besi(II) sulfide

c. Reduksi
Cu2S atau matte yang yang diperoleh kemudian direduksi dengan cara
dipanaskan dengan udara terkontrol, sesuai reaksi
2Cu2S(s) + 3O2(g) 2Cu2O(s) + 2SO2(g)
Cu2S(s) + 2Cu2O(s) 6Cu(s) + SO2(g)
Tembaga yang diperoleh pada tahap ini disebut blister atau tembaga lepuhan
sebab mengandung rongga-rongga yang berisi udara.

d. Elektrolisis

26

Blister atau tembaga lepuhan masih mengandung misalnya Ag, Au, dan Pt
kemudian dimurnikan dengan cara elektrolisis. Pada elektrolisis tembaga kotor
(tidak murni) dipasang sebagai anoda dan katoda digunakan tembaga murni,
dengan elektrolit larutan tembaga(II) sulfat (CuSO4). Selama proses elektrolisis
berlangsung tembaga di anoda teroksidasi menjadi Cu2+ kemudian direduksi di
katoda menjadi logam Cu.
Katoda : Cu2+(aq) + 2e Cu(s)
Anoda : Cu(s) Cu2+(aq) + 2e
Pada proses ini anoda semakin berkurang dan katoda (tembaga murni) makin
bertambah banyak, sedangkan pengotor-pengotor yang berupa Ag, Au, dan Pt
mengendap sebagai lumpur.
2.9 Manfaat Tembaga
2.9.1 Logam Tembaga
a. Sebagai campuran untuk membuat perunggu (Cu 90% dan Sn10%)
untuk membuat patung, indutri arloji, atau ornamen
b. Sebagai campuran untuk membuat monel (Ni 70% dan Cu 30%)
c. Sebagai campuran membuat duralium (Al 96% dan Cu 4%) untuk
komponen pesawat
d. Sebagai campuran untuk membuat perhiasan (Cu 45% dan Au 55%)
e. Sebagai campuran untuk membuat kuningan (Cu 70% dan Zn 30%)
untuk membuat aksesoris, alat musik, atau ornamen
f. Sebagai campuran membuat kupronikel, (Cu 75% dan Ni 25%) untuk
membuat uang koin logam (contoh logam Amerika) dan logam-logam
senjata mengandung tembaga
g. Alat-alat listrik seperti, kabel istrik, kumparan dinamo dan komponen
berbagai alat elektronik, alnico, pipa, motor listrik, generator, kabel
transmisi, instalasi listrik rumah dan industri, kendaraan bermotor,
konduktor listrik, kabel dan tabung coaxial, tabung microwave,
sakelar, reaktifier transsistor, kawat, pematrian, alat-alat dapur
h. Sebagai bahan penahan untuk bangunan dan beberapa bagian kapal
27

i. Serbuk tembaga digunakan sebagai katalisator untuk mengoksidasi


metanol menjadi metanal.
2.9.2 Senyawa Tembaga
a. Tembaga (II) Oksida (CuO), sebagai insektisida, bahan baterai, bahan
penyepuh dan bahan pewarna hitam untuk keramik, bahan gelas,
porselen dan rayon
b. Tembaga (II) Sulfat (CuSO4), sebagai antilumut pada kolam renang
dan memberikan warna biru pada air, pengawet kayu, penyepuhan dan
zat aditif dalam radiator
c. Tembaga (II) Klorida (CuCl2), sebagai pewarna keramik dan gelas,
pabrik tinta, untuk menghilangkan kandungan belerang pada
pengolahan minya, dan fotografi serta pengawet kayu dan katali
d. Campuran CuSO4 dan Ca(OH)2, disebut bubur boderiux banyak
digunakan untuk mematikan serangga atau hama tanaman, pencegah
jamur pada sayur dan buah
e. Cu(OH)2 yang larut dalam larutan NH4OH membentuk ion kompleks
cupri tetramin (dikenal sebagai larutan schweitser), digunakan untuk
melarutkan selulosa pada pembuatan rayon (sutera buatan).

Kesimpulan
Endapan tembaga terbentuk dengan berbagai cara antara lain, yaitu : terbentuk
dengan cara replacement, terbentuk oleh pembekuan magma, terbentuk oleh

28

metasomatisme kontak ,terbentuk berupa endapan sedimenter tembaga. Khusus di


Indonesia saat ini cebakan tembaga yang ekonomis diusahakan adalah tipe
porfiri.Cebakan tembaga tipe porfiri di Indonesia dapat dijumpai di Pulau
Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua.
Tetapi hanya cebakan porfiri Grasberg dan Batu Hijau yang dapat diusahakan
secara ekonomis. Dari cebakan Grasberg dan Eastberg, kemudian disusul oleh
pengusahaan pertambangan kedua dari cebakan Batu Hijau di Sumbawa
merupakan pengusahaan pertambangan bijih tembaga berskala besar pertama di
Indonesia .
Tahapan eksplorasi endapan bijih tembaga uumumnya mengikuti eksplorasi
yang umumnya dilakukan pada endapan bijih bahan tambang lainnya, yaitu :
1. Tahap Eksplorasi Pendahuluan
a. Studi Literatur
b. Survei dan Pemetaan
2. Tahap Eksplorasi Detail
3. Studi Kelayakan
Teknik penambangan tembaga dilakukan dengan cara tambang terbuka,
apabila endapan bijih ditemukan tidak terlalu dalam. Dapat juga dilakukan dengan
penambangan dalam (underground) dengan membuat terowongan. Hal ini
tergantung tipe cebakan dan kondisi geologi. Khusus untuk tambang tembaga
Grasberg dan Batu Hijau adalah tipe porfiri. Cebakan tembaga tipe porfiri
mempunyai dimensi besar dan kadar relatif rendah sehingga atas pertimbangan
keekonomian, penambangan hanya dapat dilakukan dengan cara tambang terbuka
(open pit mining).
Terdapat tiga proses pengolahan untuk mendapatkan logam tembaga (dalam
Sukandarrumidi, 2009). Proses tersebut adalah

29

a.

Proses pyrometallurgy, yaitu proses pengolahan bijih dengan temperature


tinggi dari hasil pembakaran bahan bakar.

b.

Proses hidrometallurgi, yaitu proses pengolahan bijih dengan melarutkan


bijih yang kemudian dipisahkan lagi dari larutan tersebut, sehingga
didapatkan unsure tembaga yang bebas dari unsure lain.

c.

Proses elctrometallurgy, yaitu proses pengolahan bijih dengan tenaga


listrik seperti pada eloktrolisa dan elektrothermis.

Tembaga dimanfaatkan untuk berbagai keperluan dari komponen listrik, koin,


alat rumah tangga, kerajinan tembaga, hingga komponen biomedik. Tembaga juga
dapat dipadu dengan logam lain hingga terbentuk logam paduan seperti perunggu
atau monel dan menjadi sebuah kerajinan tembaga.

DAFTAR PUSTAKA

30

Sukandarrumidi, 2009. Geologi mineral logam. Gadjahmada University

Press, Yogyakarta
Mahler, Armando .2008, Dari Grasberg sampai Amamapare. Gramedia
file://localhost/E:/flash/tahapan-kegiatan-eksplorasi.html
http://adityawibawadani.blogspot.co.id/2014/04/tembaga-secara-garis-

besar-genesanya.html (diakses pada hari Minggu 13 November 2015,


pukul 09:30)

31

Anda mungkin juga menyukai