Anda di halaman 1dari 39

MAKALAH

SEJARAH INDONESIA
Tentang
PERKEMBANGAN KERAJAAN ISLAM DI INDONESIA

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK I IX IPA 4
KETUA : AHMAD DZAKI BURHANI
ANGGOTA : - AFRINA CHAIRYATUNNISA
- FITRI SONA PURNAMA
- M. DJODY MAGENDA P.
- NIDIA ZAKIRAH AMALIA
- SULTAN WAHYU AKBAR
SMA N 1 SUMBAWA BESAR
TAHUN AJARAN 2016/2017

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Segala puji bagi Allah yang
telah memberikan kami kemudahan sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.
Tanpa pertolongan-Nya mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikannya
dengan baik. Shalawat dan salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yakni Nabi Muhammad SAW.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang
"Perkembangan Kerajaan Islam di Indonesia ", yang kami sajikan berdasarkan
pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan
berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang
dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan
akhirnya makalah ini dapat terselesaikan
Makalah ini memuat tentang Kerajaan di Indonesia yang sangat
berpengaruh bagi perkembangan indonesia. Karena saat ini masyarakat kurang
memperhatikan sejarah-sejarah awalnya islam masuk ke Indonsia
Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada guru bahasa Indonesia yaitu
Ibu Dra Lilis Mulyani Arifah yang telah membimbing penyusun agar dapat
mengerti tentang bagaimana cara menyusun karya tulis ilmiah yang baik dan
sesuai kaidah.
Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada
pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun
membutuhkan kritik dan saran dari pembaca yang membangun. Terima kasih.

Sumbawa Besar, 7 September 2016


Penyusun
(.)

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.. i
DAFTAR ISI. ii
BAB I PENDAHULUAN..1
I.1 Latar Belakang.1
I.2 Rumusan Masalah.1
I.3 Tujuan1
I.4 Metode..2
BAB II PEMBAHASAN.3
II.1 Kerajaan Samudera Pasai.3
II.2 Kerajaan Aceh.6
II.3 Kerajaan Demak..12
II.4 Kerajaan Banten.22
II.5 Kerajaan Mataram...26
II.6 Kerajaan Makassar..31
BAB III PENUTUP..34
III.1 Kesimpulan34
III.2 Kritik dan Saran.34
DAFTAR PUSTAKA...35
PERTANYAAN....36

BAB I
PENDAHULUAN
I.1.

Latar Belakang
Sejak zaman pra sejarah, penduduk kepulauan Indonesia dikenal sebagai

pelayar-pelayar yang sanggup mengarungi lautan lepas. Sejak awal masehi sudah
ada rute-rute pelayaran dan perdagangan antara kepulauan Indonesia dengan
berbagai daerah di daratan Asia Tenggara. Wilayah Barat Nusantara dan sekitar
Malaka sejak masa kuno merupakan wilayah yang menjadi titik perhatian,
terutama karena hasil bumi yang dijual disana menarik bagi para pedagang, dan
menjadi daerah lintasan penting antara Cina dan India. Sementara itu, pala dan
cengkeh yang berasal dari Maluku dipasarkan di Jawa dan Sumatera, untuk
kemudian dijual kepada para pedagang asing. Pelabuhan-pelabuhan penting di
Sumatra dan Jawa antara abad ke-1 dan 7 M sering disinggahi pedagang asing
seperti Lamuri (Aceh), Barus, dan Palembang di Sumatra; Sunda Kelapa dan
Gresik di Jawa.
Bersamaan dengan itu, datang pula para pedagang yang berasal dari Timur
Tengah. Mereka tidak hanya membeli dan menjajakan barang dagangan, tetapi
ada juga yang berupaya menyebarkan agama Islam. Dengan demikian, agama
Islam telah ada di Indonesia ini bersamaan dengan kehadiran para pedagang Arab
tersebut. Meskipun belum tersebar secara intensif ke seluruh wilayah Indonesia.
I.2

Rumusan Masalah
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Bagaimana perkembangan Kerajaan Samudra Pasai ?


Bagaimana perkembangan Kerajaan Aceh ?
Bagaimana perkembangan Kerajaan Demak ?
Bagaimana perkembangan Kerajaan Banten ?
Bagaimana perkembangan Kerajaan Mataram ?
Bagaimana perkembangan Kerajaan Makassar ?

I.3 Tujuan
a. Mengetahui kerajaan apa saja yang pernah ada di Indonesia.
b. Mengetahui perkembangan kerajaan islam di Indonesia.
c. Mengetahui raja-raja yang pernah memerintah kerajaan di Indonesia.
I.4. Metode

dalam makalah ini, kami sebagai penyusun menggunakan metode observasi


dan pembrowsingan yang menyangkut hal-hal di dalam makah ini.

BAB II
PEMBAHASAN

II.1 Kerajaan Samudera Pasai


Kesultanan
Samudera Pasai,
juga

dikenal

dengan Samudera
,

Pasai,
atau Samudera
Darussalam,
adalah kerajaan
islam yang terletak
di

pesisir

pantai

utara

Sumatera,

kurang

lebih

di

sekitar Kota
Lhokseumawe, Ac
e

Utara sekarang.

Kerajaan

ini

didirikan oleh Marah Silu, yang bergelar Malik al-Saleh, pada sekitar
tahun 1267 dan berakhir dengan dikuasainya Pasai oleh Portugis pada tahun1521.
Raja pertama bernama Sultan Malik as-Saleh yang wafat pada tahun 696 H
atau 1297 M, kemudian dilanjutkan pemerintahannya oleh Sultan
Kesultanan Samudera-Pasai juga tercantum dalam kitab Rihlah ila lMasyriq (Pengembaraan ke Timur) karya Abu Abdullah ibn Batuthah (1304
1368), musafir Maroko yang singgah di Samudera pada tahun 1345. Ibn Batuthah
bercerita bahwa Sultan Malik az-Zahir di negeri Samatrah menyambutnya
dengan penuh keramahan. Menurut Ibn Batuthah, penduduk Samatrah (Samudera)
menganut mazhab Syafi`i[2].
Belum begitu banyak bukti dan berita tentang kerajaan ini untuk dapat
digunakan sebagai bahan kajian sejarah. Bukti, data dan informasi tentang
keberadaan kerajaan Samudera Pasai terutama diperoleh dari tiga sumber utama:

1. Prasasti Minye Tujoh di Pasai dan batu-batu nisan kuno berkaligrafi Arab di
Komplek Makam Raja-Raja Samudera Pasai;
2. Mata uang emas (Dirham) peninggalan Kesultanan Pasai yang memberi
informasi nama Sultan yang sedang memerintah dan tahun pemerintahan
3. Inskripsi kuno dari Kerajaan Islam di Sumatera, Jawa dan Kalimantan tentang
kaitan penyebaran Islam di Indonesia dengan ulama dari Kerajaan Samudera
Pasai, misalnya Babad Tanah Jawi, dan Hikayat Banjar.
Pada Prasasti Minye Tujoh, berangka tahun 1380M, selain menyebutkan
mangkatnya seorang raja Pasai, juga menyebutkan bahwa kekuasaan Samudera
Pasai pada masa itu mencakupi wilayah Pasai dan Kedah, Malaysia. Informasi
pada prasasti tersebut menunjukkan bahwa Samudera Pasai tumbuh dan
berkembang sebagai kota pelabuhan yang memiliki kepentingan terhadap
perdagangan di Selat Malaka.
a. Sejarah
Kerajaan Samudera Pasai terletak di Aceh, dan merupakan kerajaan Islam
pertama di Indonesia. Kerajaan ini didirikan oleh Meurah Silu pada tahun 1267
M. Bukti-bukti arkeologis keberadaan kerajaan ini adalah ditemukannya makam
raja-raja Pasai di kampung Geudong, Aceh Utara. Makam ini terletak di dekat
reruntuhan bangunan pusat kerajaan Samudera di desa Beuringin, kecamatan
Samudera, sekitar 17 km sebelah timur Lhokseumawe. Di antara makam raja-raja
tersebut, terdapat nama Sultan Malik al-Saleh, Raja Pasai pertama. Malik al-Saleh
adalah nama baru Meurah Silu setelah ia masuk Islam, dan merupakan sultan
Islam pertama di Indonesia. Berkuasa lebih kurang 29 tahun (1297-1326 M).
Kerajaan Samudera Pasai merupakan gabungan dari Kerajaan Pase dan Peurlak,
dengan raja pertama Malik al-Saleh.
Seorang pengembara Muslim dari Maghribi, Ibnu Bathutah sempat
mengunjungi Pasai tahun 1346 M. ia juga menceritakan bahwa, ketika ia di Cina,

ia melihat adanya kapal Sultan Pasai di negeri Cina. Memang, sumber-sumber


Cina ada menyebutkan bahwa utusan Pasai secara rutin datang ke Cina untuk
menyerahkan upeti. Informasi lain juga menyebutkan bahwa, Sultan Pasai
mengirimkan utusan ke Quilon, India Barat pada tahun 1282 M. Ini membuktikan
bahwa Pasai memiliki relasi yang cukup luas dengan kerajaan luar
Pada masa jayanya, Samudera Pasai merupakan pusat perniagaan penting di
kawasan itu, dikunjungi oleh para saudagar dari berbagai negeri, seperti Cina,
India, Siam, Arab dan Persia. Komoditas utama adalah lada. Sebagai bandar
perdagangan yang besar, Samudera Pasai mengeluarkan mata uang emas yang
disebut dirham. Uang ini digunakan secara resmi di kerajaan tersebut. Di samping
sebagai pusat perdagangan, Samudera Pasai juga merupakan pusat perkembangan
agama Islam.

Seiring perkembangan zaman, Samudera mengalami kemunduran, hingga


ditaklukkan oleh Majapahit sekitar tahun 1360 M. Pada tahun 1524 M ditaklukkan
oleh kerajaan Aceh.
b. Silsilah
1. Sultan Malik al-Saleh (1267-1297 M)
2. Sultan Muhammad Malikul Zahir (1297-1326 M)
3. Sultan Ahmad Laidkudzahi
4. Sultan Zainal Abidin Malik al-Zahir (1383-1405 M)
5. Sultan Shalahuddin (1405-1412 M)
c. Periode Pemerintahan

Rentang masa kekuasan Samudera Pasai berlangsung sekitar 3 abad, dari abad
ke-13 hingga 16 M.
d. Wilayah Kekuasaan
Wilayah kekuasaan Pasai mencakup wilayah Aceh ketika itu.
e. Kehidupan Sosial-Budaya
Telah disebutkan di muka bahwa, Pasai merupakan kerajaan besar, pusat
perdagangan dan perkembangan agama Islam. Sebagai kerajaan besar, di kerajaan
ini juga berkembang suatu kehidupan yang menghasilkan karya tulis yang baik.
Sekelompok minoritas kreatif berhasil memanfaatkan huruf Arab yang dibawa
oleh agama Islam, untuk menulis karya mereka dalam bahasa Melayu. Inilah yang
kemudian disebut sebagai bahasa Jawi, dan hurufnya disebut Arab Jawi. Di antara
karya tulis tersebut adalah Hikayat Raja Pasai (HRP). Bagian awal teks ini
diperkirakan ditulis sekitar tahun 1360 M. HRP menandai dimulainya
perkembangan sastra Melayu klasik di bumi nusantara. Bahasa Melayu tersebut
kemudian juga digunakan oleh Syaikh Abdurrauf al-Singkili untuk menuliskan
buku-bukunya.
Sejalan dengan itu, juga berkembang ilmu tasawuf. Di antara buku tasawuf
yang diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu adalah Durru al-Manzum, karya
Maulana Abu Ishak. Kitab ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu
oleh Makhdum Patakan, atas permintaan dari Sultan Malaka. Informasi di atas
menceritakan sekelumit peran yang telah dimainkan oleh Samudera Pasai dalam
posisinya sebagai pusat tamadun Islam di Asia Tenggara pada masa itu.
II.2 Kerajaan Aceh
a.

Letak Kerajaan
Kerajaan Aceh berkembang sebagai kerajaan Islam dan mengalami kejayaan

pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda. Perkembangan pesat yang dicapai

Kerajaan Aceh tidak lepas dari letak kerajaannya yang strategis, yaitu di Pulau
Sumatera bagian utara dan dekat jalur pelayaran perdagangan internasional pada
masa itu. Ramainya aktivitas pelayaran perdagangan melalui bandar bandar
perdagangan
Kerajaan

Aceh,

mempengaruhi
perkembangan
kehidupan Kerajaan
Aceh dalam segala
bidang

seperti

politik,

ekonomi,

sosial, budaya.
b.

Kehidupan

Politik
Berdasarkan
Bustanus salatin ( 1637 M ) karangan Naruddin Ar-Raniri yang berisi silsilah
sultan sultan Aceh, dan berita berita Eropa, Kerjaan Aceh telah berhasil
membebaskan diri dari Kerajaan Pedir. Raja raja yang pernah memerintah di
Kerajaan Aceh :
1.

Sultan Ali Mughayat Syah


Adalah raja kerajaan Aceh yang pertama. Ia memerintah tahun 1514 1528 M. Di
bawah kekuasaannya, Kerjaan Aceh melakukn perluasan ke beberapa daerah yang
berada di daerah Daya dan Pasai. Bahkan melakukan serangan terhadap
kedudukan bangsa Portugis di Malaka dan juga menyerang Kerajaan Aru.

2.

Sultan Salahuddin
Setelah Sultan Ali Mughayat Wafat, pemeintahan beralih kepada putranya yg
bergelar Sultan Salahuddin. Ia memerintah tahun 1528 1537 M, selama
menduduki tahta kerajaan ia tidak memperdulikan pemerintahaan kerajaannya.

Keadaan kerajaan mulai goyah dan mengalami kemerosostan yg tajam. Oelh


karena itu, Sultan Salahuddin digantiakan saudaranya yg bernama Alauddin
Riayat Syah al-Kahar.
3.

Sultan Alaudin Riayat Syah al-Kahar


Ia memerintah Aceh dari tahun 1537 1568 M. Ia melakukan berbagai bentuk
perubahan dan perbaikan dalam segala bentuk pemerintahan Kerajaan Aceh.
Pada masa pemeintahannya, Kerajaan Aceh melakukan perluasaan wilayah
kekuasaannya seperti melakukan serangan terhadap Kerajaan Malaka ( tetapi
gagal ). Daerah Kerajaan Aru berhasil diduduki. Pada masa pemerintahaannya,
kerajaan Aceh mengalami masa suram. Pemberontakan dan perebutan kekuasaan
sering terjadi.

4.

Sultan Iskandar Muda


Sultan Iskandar Muda memerintah Kerajaan Aceh tahun 1607 16 36 M. Di
bawah pemerintahannya, Kerjaan Aceh mengalami kejayaan. Kerajaan Aceh
tumbuh menjadi kerjaan besar adn berkuasa atas perdagangan Islam, bahakn
menjadi bandar transito yg dapat menghubungkan dgn pedagang Islam di dunia
barat.
Untuk mencapai kebesaran Kerajaan Ace, Sultan Iskandar Muda meneruskan
perjuangan Aceh dgn menyerang Portugis dan Kerajaan Johor di Semenanjung
Malaya. Tujuannya adalah menguasai jalur perdagangan di Selat Malaka dan
menguasai daerah daerah penghasil lada. Sultan Iskandar Muda juga menolak
permintaan Inggris dan Belanda untuk membeli lada di pesisir Sumatera bagian
barat. Selain itu, kerajaan Aceh melakukan pendudukan terhadap daerah daerah
seperti Aru, pahang, Kedah, Perlak, dan Indragiri, sehingga di bawah
pemerintahannya Kerajaan aceh memiliki wilayah yang sangat luas.
Pada masa kekeuasaannya, terdapat 2 orang ahli tasawwuf yg terkenal di Ace,
yaitu Syech Syamsuddin bin Abdullah as-Samatrani dan Syech Ibrahim asSyamsi. Setelah Sultam iskandar Muda wafat tahta Kerajaan Aceh digantikan oleh
menantunya, Sultan Iskandar Thani

5.

Sultan Iskandar Thani.


Ia memerinatah Aceh tahun 1636 1641 M. Dalam menjalankan pemerintahan, ia
melanjutkan

tradisi

kekuasaan

Sultan

Iskandar

Muda.

Pada

masa

pemerintahannya, muncul seorang ulama besar yg bernama Nuruddin ar-Raniri. Ia


menulis buku sejarah Aceh berjudul Bustanussalatin. Sebagai ulama besar,
Nuruddin ar-Raniri sangat di hormati oleh Sultan Iskandar Thani dan keluarganya
serta oleh rakyat Aceh. Setelah Sultan Iskandar Thani wafat, tahta kerjaan di
pegang oleh permaisurinya ( putri Sultan Iskandar Thani ) dgn gelar Putri Sri
Alam Permaisuri ( 1641-1675 M ).
6. Sultan Sri Alam (1575-1576).
7. Sultan Zain al-Abidin (1576-1577).
8. Sultan Ala al-Din Mansur Syah (1577-1589)
9. Sultan Buyong (1589-1596)
10. Sultan Ala al-Din Riayat Syah Sayyid al-Mukammil (1596-1604).
11. Sultan Ali Riayat Syah (1604-1607)
12. Sultan Iskandar Muda Johan Pahlawan Meukuta Alam (1607-1636).
13. Iskandar Thani (1636-1641).
14. Sri Ratu Safi al-Din Taj al-Alam (1641-1675).
15. Sri Ratu Naqi al-Din Nur al-Alam (1675-1678)
16. Sri Ratu Zaqi al-Din Inayat Syah (1678-1688)
17. Sri Ratu Kamalat Syah Zinat al-Din (1688-1699)
18. Sultan Badr al-Alam Syarif Hashim Jamal al-Din (1699-1702)
19. Sultan Perkasa Alam Syarif Lamtui (1702-1703)
20. Sultan Jamal al-Alam Badr al-Munir (1703-1726)
21. Sultan Jauhar al-Alam Amin al-Din (1726)
22. Sultan Syams al-Alam (1726-1727)
23. Sultan Ala al-Din Ahmad Syah (1727-1735)
24. Sultan Ala al-Din Johan Syah (1735-1760)
25. Sultan Mahmud Syah (1760-1781)
26. Sultan Badr al-Din (1781-1785)

27. Sultan Sulaiman Syah (1785-)


28. Alauddin Muhammad Daud Syah.
29. Sultan Ala al-Din Jauhar al-Alam (1795-1815) dan (1818-1824)
30. Sultan Syarif Saif al-Alam (1815-1818)
31. Sultan Muhammad Syah (1824-1838)
32. Sultan Sulaiman Syah (1838-1857)
33. Sultan Mansur Syah (1857-1870)
34. Sultan Mahmud Syah (1870-1874)
35. Sultan Muhammad Daud Syah (1874-1903)
c.

Kehidupan Ekonomi
Dalam kejayaannya, perekonomian Kerajaan Aceh bekembang pesat.

Dearahnya yg subur banyak menghasilkan lada. Kekuasaan Aceh atas daerah


daerah pantai timur dan barat Sumatera menambah jumlah ekspor ladanya.
Penguasaan Aceh atas beberapa daerah di Semenanjung Malaka menyebabkan
bertambahnya badan ekspor penting timah dan lada.
Aceh dapat berkuasa atas Selat Malaka yg merupakan jalan dagang
internasional. Selain bangsa Belanda dan Inggris, bangsa asing lainnya seperti
Arab, Persia, Turki, India, Siam, Cina, Jepang, juga berdagang dgn Aceh. Barang
barang yg di ekspor Aceh seperti beras, lada ( dari Minagkabau ), rempah
rempah ( dari Maluku ). Bahan impornya seperti kain dari Koromendal
( india ), porselin dan sutera ( dari Jepang dan Cina ), minyak wangi ( dari Eropa
dan Timur Tengah ). Kapal kapal Aceh aktif dalam perdagangan dan pelayaran
sampai Laut Merah.
d.

Kehidupan Sosial
Meningkatnya kekmakuran telah mneyebabkan berkembangnya sisitem

feodalisme & ajaran agama Islam di Aceh. Kaum bangsawan yg memegang


kekuasaan dalam pemerintahan sipil disebut golongan Teuku, sedabg kaum ulama
yg memegang peranan penting dlm agama disebut golongan Teungku. Namun
antara kedua golongan masyarakat itu sering terjadi persaingan yg kemudian
melemahkan aceh. Sejak berkuasanya kerajaan Perlak ( abad ke-12 M s/d ke-13 M
) telah terjadi permusuhan antara aliran Syiah dgn Sunnah Wal Jammaah. Tetapi

pd masa kekuasaan Sultan Iskandar Muda aliran Syiah memperoleh perlindungan


& berkembang sampai di daera daerah kekuasaan Aceh.
Aliran ini di ajarkan oleh Hamzah Fasnsuri yg di teruskan oleh muridnya yg
bernama Syamsudin Pasai. Sesudah Sultan Iskandar Mud wafat, aliran Sunnah
wal Jamaah mengembangkan islam beraliran Sunnah wal Jamaah, ia juga
menulis buku sejarah Aceh yg berjudul Bustanussalatin ( taman raja raja dan
berisi adat istiadat Aceh besrta ajarn agama Islam )
e.

Kehidupan Budaya
Kejayaan yg dialami oleh kerajaan Aceh tsb tidak banyak diketahui dlm

bidang kebudayaan. Walupun ada perkembangan dlm bidang kebudaaan, tetapi


tdk

sepesat

perkembangan

dalam

ativitas

perekonomian.

Peninggalan

kebuadayaan yg terlihat nyata adala Masjid Baiturrahman.


Penyebab Kemunduran Kerajaan Aceh
*

Setelah Sultan Iskandar Muda wafat tahun 1030, tdk ada raja raja besar yg
mampu mengendalikan daerah Aceh yg demikian luas. Di bawah Sultan Iskandar
Thani ( 1637 1641 ), sebagai pengganti Sultan Iskandar Muda, kemunduran itu
mulai terasa & terlebih lagi setelah meninggalnya Sultan Iskandar Thani.

Timbulnya pertikaian yg terus menerus di Aceh aantara golongan bangsawan


( teuku ) dgn golongan utama ( teungku ) yg mengakibatkan melemahnya
Kerajaan Aceh. Antara golongan ulama sendiri prtikaian terjadi karena prbedaan
aliran dlmm agama ( aliran Syiah dan Sunnah wal Jamaah )

Daerah kekuasaannya banyak yg melepaskan diri seperti Johor, Pahang, Perlak,


Minangkabau, dan Siak. Negara negara itu menjadikan daerahnya sbg negara
merdeka kembali, kadang kadang di bantu bangsa asing yg menginginkan
keuntungan perdagangan yg lebuh besar.
Kerajaan Aceh yg berkuasa selama kurang lebih 4 abad, akhinya runtuh karena
dikuasai oleh Belanda awal abad ke-20.
II.3 Kerajaan Demak

a.
Awal
Kerajaan
Demak
Kerajaan
Islam
yang

pertama di Jawa adalah Demak, dan berdiri pada tahun 1478 M. Hal ini
didasarkan atas jatuhnya kerajaan Majapahit yang diberi tanda Candra Sengkala:
Sirna hilang Kertaning Bumi, yang berarti tahun saka 1400 atau 1478 M.
Kerajaan Demak itu didirikan oleh Raden Fatah. Beliau selalu memajukan
agama islam di bantu oleh para wali dan saudagar Islam.
Raden Fatah nama kecilnya adalah Pangeran Jimbun. Menurut sejarah, dia
adalah putera raja Majapahit yang terakhir dari garwa Ampean, dan Raden Fatah
dilahirkan di Palembang. Karena Arya Damar sudah masuk Islam maka Raden
Fatah dididik secara Islam, sehingga jadi pemuda yang taat beragama Islam.
Setelah usia 20 tahun Raden Fatah dikirim ke Jawa untuk memperdalam ilmu
agama di bawa asuhan Raden Rahmat dan akhirnya kawin dengan cucu beliau.
Dan akhirnya Raden Fatah menetap di Demak (Bintoro).
Pada kira-kira tahun 1475 M, Raden Fatah mulai melaksanakan perintah
gurunya dengan jalan membuka madrasah atau pondok pesantren di daerah
tersebut. Rupanya tugas yang diberikan kepada Raden Fatah dijalankan dengan
sebaik-baiknya. Lama kelamaan Desa Glagahwangi ramai dikunjungi orangorang. Tidak hanya menjadi pusat ilmu pengetahuan dan agama, tetapi kemudian
menjadi pusat peradagangan bahkan akhirnya menjadi pusat kerajaan Islam
pertama di Jawa.

Desa Glagahwangi, dalam perkemabangannya kemudian karena ramainya


akhirnya menjadi ibukota negara dengan nama Bintoro Demak.
b.

Letak Kerajaan Demak


Secara geografis Kerajaan Demak terletak di daerah Jawa Tengah, tetapi pada

awal kemunculannya kerajaan Demak mendapat bantuan dari para Bupati daerah
pesisir Jawa Tengah dan Jawa Timur yang telah menganut agama Islam.
Pada sebelumnya, daerah Demak bernama Bintoro yang merupakan daerah
vasal atau bawahan Kerajaan Majapahit. Kekuasaan pemerintahannya diberikan
kepada Raden Fatah (dari kerajaan Majapahit) yang ibunya menganut agama
Islam dan berasal dari Jeumpa (Daerah Pasai).
Letak Demak sangat menguntungkan, baik untuk perdagangan maupun
pertanian. Pada zaman dahulu wilayah Demak terletak di tepi selat di antara
Pegunungan Muria dan Jawa. Sebelumnya selat itu rupanya agak lebar dan dapat
dilayari dengan baik sehingga kapal dagang dari Semarang dapat mengambil jalan
pintas untuyk berlayar ke Rembang. Tetapi sudah sejak abad XVII jalan pintas itu
tidak dapat dilayari setiap saat.
Pada abad XVI agaknya Deamak telah menjadi gudang padi dari daerah
pertanian di tepian selat tersebut. Konon, kota Juwana merupakan pusat seperti itu
bagi daerah tersebut pada sekitar 1500. Tetapi pada sekitar 1513 Juwana
dihancurkan dan dikosongkan oleh Gusti Patih, panglima besar kerajaan
Majapahit yang bukan Islam. Ini kiranya merupakan peralawanan terakhir
kerajaan yang sudah tua itu. Setelah jatuhnya Juwana, Demak menjadi penguasa
tunggal di sebelah selatan Pegunungan Muria.
Yang menjadi penghubung antara Demak dan Daerah pedalaman di Jawa
Tengah ialah Sungai Serang (dikenal juga dengan nama-nama lain), yang sekarang
bermuara di Laut Jawa antara Demak dan Jepara.
Hasil panen sawah di daerah Demak rupanya pada zaman dahulu pun sudah
baik. Kesempatan untuk menyelenggarakan pengaliran cukup. Lagi pula,
persediaan padi untuk kebutuhan sendiri dan untuk pergadangan masih dapat
ditambah oleh para penguasa di Demak tanpa banyak susah, apabila mereka
menguasai jalan penghubung di pedalaman Pegging dan Pajang.

c. Kehidupan Politik
Ketika kerajaan Majapahit mulai mundur, banyak bupati yang ada di daerah
pantai utara Pulau Jawa melepaskan diri. Bupati-bupati itu membentuk suatu
persekutuan di bawah pimpinan Demak. Setelah kerajaan Majapahit runtuh,
berdirilah kerajaan Demak sebagai kerajaan Islam pertama dipulau Jawa. Rajaraja yang pernah memerintah Kerajaan Demak adalah sebagai berikut :
.

1 Raden Fatah
Pada awal abad ke 14, Kaisar Yan Lu dari Dinasti Ming di China mengirimkan
seorang putri kepada raja Brawijaya V di Majapahit, sebagai tanda persahabatan
kedua negara. Putri yang cantik jelita dan pintar ini segera mendapat tempat
istimewa di hati raja. Raja brawijaya sangat tunduk kepada semua kemauan sang
putri jelita, hingga membawa banyak pertentangan dalam istana majapahit.
Pasalnya sang putri telah berakidah tauhid. Saat itu, Brawijaya sudah memiliki
permaisuri yang berasal dari Champa (sekarang bernama kamboja), masih kerabat
Raja Champa.
Sang permaisuri memiliki ketidak cocokan dengan putri pemberian Kaisar yan
Lu. Akhirnya dengan berat hati raja menyingkirkan putri cantik ini dari istana.
Dalam keadaan mengandung, sang putri dihibahkan kepada adipati Pelembang,
Arya Damar. Nah di sanalah Raden Patah dilahirkan dari rahim sang putri cina.
Nama kecil raden patah adalah pangeran Jimbun. Pada masa mudanya raden
patah memperoleh pendidikan yang berlatar belakang kebangsawanan dan politik.
20 tahun lamanya ia hidup di istana Adipati Palembang. Sesudah dewasa ia
kembali ke majapahit.
Raden Patah memiliki adik laki-laki seibu, tapi beda ayah. Saat memasuki usia
belasan tahun, raden patah bersama adiknya berlayar ke Jawa untuk belajar di
Ampel Denta. Mereka mendarat di pelabuhan Tuban pada tahun 1419 M.
Patah sempat tinggal beberapa lama di ampel Denta, bersama para saudagar
muslim ketika itu. Di sana pula ia mendapat dukungan dari utusan Kaisar Cina,
yaitu laksamana Cheng Ho yang juga dikenal sebagai Dampo Awang atau Sam
Poo Tai-jin, seorang panglima muslim.

Raden patah mendalami agama islam bersama pemuda-pemuda lainnya,


seperti raden Paku (Sunan Giri), Makhdum ibrahim (Sunan Bonang), dan Raden
Kosim (Sunan Drajat). Setelah dianggap lulus, raden patah dipercaya menjadi
ulama dan membuat permukiman di Bintara. Ia diiringi oleh Sultan Palembang,
Arya Dilah 200 tentaranya. Raden patah memusatkan kegiatannya di Bintara,
karena daerah tersebut direncanakan oleh Walisanga sebagai pusat kerajaan Islam
di Jawa.
Menurut cerita rakyat Jawa Timur, Raden Fatah termasuk keturunan raja
terakhir dari kerajaan Majapahit, yaitu Raja Brawijaya V. Setelah dewasa, Raden
Fatah diangkat menjadi bupati di Bintaro (Demak) dengan Gelas Sultan Alam
Akbar al-Fatah.
Raden Fatah memerintah Demak dari tahun 1500-1518 M. Di bawah
pemerintahannya, kerajaan Demak berkembang dengan pesat, karena memiliki
daerah pertanian yang luas sebagai penghasil bahan makanan, terutama beras.
Oleh karena itu, kerajaan Demak menjadi kerajaan agraris-maritim. Barang
dagangan yang diekspor kerajaan Demak antara lain beras, lilin dan madu.
Barang-barang itu diekspor ke Malaka, Maluku dan Samudera Pasai.
Pada masa pemerintahan Raden Fatah, wilayah kekuasaan kerajaan Demak
meliputi daerah Jepara,Tuban, Sedayu, Palembang, Jambi dan beberapa daerah di
kalimantan. Disampin itu, kerajaan Demak juga memiliki pelabuhan pelabuhan
penting seperti Jepara, Tuban, Sedayu, Jaratan, dan Gresik yang berkemabng
menjadi pelabuhan transito (penghubung).
Kerajaan Demak berkembang sebagai pusat perdagangan dan pusat
penyebaran agama islam. Jasa para Wali dalam penyebaran agama islam sangatlah
besar, baik di pulau Jawa maupun di daerah-daerah di luar pulau Jawa, seperti di
daerah Maluku yang dilakukan oleh Sunan Giri, di daerah Kalimantan Timur yang
dilakukan oleh seorang penghulu dari Demak yang bernama Tunggang Parangan.
Pada masa pemerintahan Raden Fatah, dibangun masjid Demak yang proses
pembangunan masjid itu di bantu oleh para wali atau sunan.
Raden Fatah tampil sebagai raja pertama Kerajaan Demak. Ia menaklukan
kerajaan Majapahit dan memindahkan seluruh benda upacara dan pusaka kerajaan

Majapahit ke Demak. Tujuannya, agara lambang kerajaan Majapahit tercermin


dalam kerajaan Demak.
Ketika kerajaan Malaka jatuh ketangan Portugis tahun 1511 M, hubungan
Demak dan Malaka terputus. Kerajaan Demak merasa dirugikan oleh Portugis
dalam aktivitas perdagangan. Oleh karena itu, tahun 1513 M Raden Fatah
memerintahkan Adipati Unu memimpin pasukan Demak untuk menyerang
Portugis di Malaka. Serangan itu belum berhasil, karena pasukan Portugis jauh
lebih kuat dan persenjataannya lengkap. Atas usahnya itu Adipati Unus mendapat
julukan Pangeran Sabrang Lor.
2. Adipati Unus
Setelah Raden Fatah wafat, tahta kerajaan Demak dipegang oleh Adipati
Unus. Ia memerintah Demak dari tahun 1518-1521 M. Masa pemerintahan
Adipati Unus tidak begitu lama, karena ia meninggal dalam usia yang masih muda
dan tidak meninggalkan seorang putera mahkota. Walaupun usia pemerintahannya
tidak begitu pasukan Demak menyerang Portugis di Malaka. Setelah Adipati
Unus meninggal, tahta kerajaan Demak dipegang oleh saudaranya yang bergelar
Sultan Trenggana.
Sejak tahun 1509 Adipati Unus anak dari Raden Patah, telah bersiap untuk
menyerang Malaka. Namun pada tahun 1511 telah didahului Portugis. Tapi adipati
unus tidak mengurungkan niatnya, pada tahun 1512 Demak mengirimkan armada
perangnya menuju Malaka. Namun setalah armada sampai dipantai Malaka,
armada pangeran sabrang lor dihujani meriam oleh pasukan portugis yang dibantu
oleh menantu sultan Mahmud, yaitu sultan Abdullah raja dari Kampar. Serangan
kedua dilakukan pada tahun 1521 oleh pangeran sabrang lor atau Adipati Unus.
Tetapi kembali gagal, padahal kapal telah direnofasi dan menyesuaikan medan.
Selain itu, dia berhasil mengadakan perluasan wilayah kerajaan. Dia
menghilangkan kerajaan Majapahit yang beragama Hindu, yang pada saat itu
sebagian wilayahnya menjalin kerja sama dengan orang-orang Portugis. Adipati
Unus (Patih Yunus) wafat pada tahun 938 H/1521 M.

3. Sultan Trenggana
Sulltan Trenggana memerintah Demak dari tahun 1521-1546 M. Dibawah
pemerintahannya, kerajaan Demak mencapai masa kejayaan. Sultan Trenggana
berusaha memperluas daerah kekuasaannya hingga ke daerah Jawa Barat. Pada
tahun 1522 M kerajaan Demak mengirim pasukannya ke Jawa Barat di bawah
pimpinan Fatahillah. Daerah-daerah yang berhasil di kuasainya antara lain Banten,
Sunda Kelapa, dan Cirebon. Penguasaan terhadap daerah ini bertujuan untuk
menggagalkan hubungan antara Portugis dan kerajaan Padjajaran. Armada
Portugis dapat dihancurkan oleh armada Demak pimpinan Fatahillah. Dengan
kemenangan itu, fathillah mengganti nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta
(berarti kemenangan penuh). Peristiwa yang terjadi pada tanggal 22 juni 1527 M
itu kemudian di peringati sebagai hari jadi kota Jakarta.
Dalam usaha memperluas kekuasaannya ke Jawa Timur, Sultan Trenggana
memimpin sendiri pasukannya. Satu persatu daerah Jawa Timur berhasil di kuasai,
seperti Maduin, Gresik, Tuban dan Malang. Akan tetapi ketika menyerang
Pasuruan 953 H/1546 M Sultan Trenggana gugur. Usahanya untuk memasukan
kota pelabuhan yang kafir itu ke wilayahnya dengan kekerasan ternyata gagal.
Dengan demikian, maka Sultan Trenggana berkuasa selama 42 tahun.
Di masa jayanya, Sultan Trenggana berkunjung kepada Sunan Gunung Jati.
Dari Sunan gunung jati, Trenggana memperoleh gelar Sultan Ahmad Abdul Arifin.
Gelar Islam seperti itu sebelumnya telah diberikan kepada raden patah, yaitu
setelah ia berhasil mengalahkan Majapahit.
d. Perang Saudara di Demak
Perang saudara ini berawal dari meninggalnya anak sulung Raden Patah yaitu
Adipati Unus yang manjadi putra mahkota. Akhirnya terjadi perebutan kekuasaan
antara anak-anak dari Raden Patah. Persaingan ketat anatara Sultan Trenggana dan
Pangeran Seda Lepen (Kikin). Akhirnya kerajaan Demak mampu dipimpin oleh
Trenggana dengan menyuruh anaknya yaitu Prawoto untuk membunuh pangeran
Seda Lepen. Dan akhirnya sultan Trenggana manjadi sultan kedua di Demak.
Pada masa kekuasaan Sultan Trenggana (1521-1546), Demak mencapai puncak
keemasan dengan luasnya daerah kekuasaan dari Jawa Barat sampai Jawa timur.

Hasil dari pemerintahannya adalah Demak memiliki benteng bawahan di barat


yaitu di Cirebon. Tapi kesultanan Cirebon akhirnya tidak tunduk setelah Demak
berubah menjadi kesultanan pajang.
Sultan Trenggana meninggalkan dua orang putra dan empat putri. Anak
pertama perempuan dan menikah dengan Pangeran Langgar, anak kedua laki-laki,
yaitu sunan prawoto, anak yang ketiga perempuan, menikah dengan pangeran
kalinyamat, anak yang keempat perempuan, menikah dengan pangeran dari
Cirebon, anak yang kelima perempuan, menikah dengan Jaka Tingkir, dan anak
yang terakhir adalah Pangeran Timur. Arya Penangsang Jipang telah dihasut oleh
Sunan Kudus untuk membalas kematian dari ayahnya, Raden Kikin atau Pangeran
Sedo Lepen pada saat perebutan kekuasaan. Dengan membunuh Sunan Prawoto,
Arya Penangsang bisa menguasai Demak dan bisa menjadi raja Demak yang
berdaulat penuh. Pada tahun 1546 setelah wafatnya Sultan Trenggana secara
mendadak, anaknya yaitu Sunan Prawoto naik tahta dan menjadi raja ke-3 di
Demak. Mendengar hal tersebut Arya Penangsang langsung menggerakan
pasukannya untuk menyerang Demak. Pada masa itu posisi Demak sedang
kosong armada. Armadanya sedang dikirim ke Indonesia timur. Maka dengan
mudahnya Arya Penangsang membumi hanguskan Demak. Yang tersisa hanyalah
masjid Demak dan Klenteng. Dalam pertempuran ini tentara Demak terdesak dan
mengungsi ke Semarang, tetapi masih bisa dikejar. Sunan prawoto gugur dalam
pertempuran ini. Dengan gugurnya Sunan Prawoto, belum menyelesaikan masalah
keluarga ini. Masih ada seseorang lagi yang kelak akan membawa Demak pindah
ke Pajang, Jaka Tingkir. Jaka Tingir adalah anak dari Ki Ageng Pengging bupati di
wilayah Majapahit di daerah Surakarta.
Dalam babad tanah jawi, Arya Penangsang berhasil membunuh Sunan
Prawoto dan Pangeran Kalinyamat, sehingga tersisa Jaka Tingkir. Dengan
kematian kalinyamat, maka janda dari pangeran kalinyamat membuat saembara.
Siapa saja yang bisa membunuh Arya Penangsang, maka dia akan mendapatkan
aku dan harta bendaku. Begitulah sekiranya tutur kata dari Nyi Ratu Kalinyamat.
Mendengar hal tersebut Jaka Tingkir menyanggupinya, karena beliau juga adik
ipar dari Pangeran Kalinyamat dan Sunan Prawoto. Jaka Tingkir dibantu oleh Ki

Ageng Panjawi dan Ki Ageng Pamanahan. Akhirnya Arya Panangsang dapat


ditumbangkan dan sebagai hadiahnya Ki Ageng Panjawi mendapatkan hadiah
tanah pati, dan Ki Ageng Pamanahan mendapat tanah mataram.
e. Peradaban kerajaan Islam Demak pada abad XVI
Kerajaan Islam Demak merupakan lanjutan kerajaan Majapahit. Sebelum raja
Demak merasa sebagai raja Islam merdeka dan memberontak pada kekafiran
(Majapahit). Tidak diragukan lagi bahwa sudah sejak abad XIV orang Islam tidak
asing lagi di kota kerajaan Majapahit dan di bandar bubat. Cerita-cerita jawa yang
memberitakan adanya kunjungan menghadap raja ke Keraton Majapahit sebagai
kewajiban tiap tahun, juga bagi para vasal yang beragama Islam, mengandung
kebenaran juga. Dengan melakukan kunjungan menghadap raja secara teratur
itulah vasal menyatakan kesetiaannya sekaligus dengan jalan demikian ia tetap
menjalin hubungan dengan para pejabat keraton Majapahit, terutama dengan
patih. Waktu raja Demak menjadi raja Islam merdeka dan menjadi sultan, tidak
ada jalan lain baginya.
Bahwa banyak bagian dari peradaban lama, sebelum zaman Islam telah
diambil alih oleh Keraton-keraton Jawa Islam di Jawa Tengah, terbukti jelas sekali
dari kesusastraan Jawa pada zaman itu.
Bertambahnya bangunan militer di Demak dan Ibukota lainnya di Jawa pada
abad XVI, selain karena keperluan yang sangat mendesak, disebabkan juga oleh
pengaruh tradisi kepahlawanan Islam dan contoh ynag dilihat di kota-kota Islam
di luar negeri.
Peranan penting masjid Demak sebagai pusat peribadatan kerajaan Islam
pertama di Jawa dan kedudukannya di hati orang beriman pada abad XVI dan
sesudahnya. Terdapatnya jemaah yang sangat berpengaruh dan dapat berhubungan
dengan pusat Islam Internasional di luar negeri.
Bagian-bagian penting peradaban jawa Islam yang sekarang, seperti wayang
orang, wayang topeng, gamelan, tembang macapat dan pembuatan keris,
kelihatannya sejak abad XVII oleh hikayat Jawa dipandang sebagai hasil
penemuan para wali yang hidup sezaman dengan kesultanan Demak.

Kesenian tersebut telah mendapat kedudukan penting dalam peradaban Jawa


sebelum Islam, kemungkinan berhubungan dengan ibadat. Pada waktu abad XV
dan XVI di kebanyakan daerah jawa tata cara kafir harus diganti dengan upacara
keagamaan Islam, seni seperti wayang dan gamelan itu telah kehilangan sifat
sakralnya. Sifatnya lalu menjadi sekuler.
Perekembangan sastra Jawa yang pada waktu itu dikatakan modern juga
mendapat pengaruh dari proses sekularisasi karya-karya sastra yang dahulu
keramat dan sejarah suci dari zaman kuno. Peradaban pesisir yang berpusat di
bandar-bandar pantai utara dan pantai timur Jawa, mungkin pada mulanya pada
abad XV tidak semata-mata bersifat Islam. Tetapi kejayaannya pada abad XVI dan
XVII dengan jelas menunjukkan hubungan dengan meluasnya agama Islam.
f. Keruntuhan Kerajaan Demak
Setelah wafatnya Sultan Trenggana menimbulkan kekacauan politik yang
hebat di keraton Demak. Negeri-negeri bagian (kadipaten) berusaha melepaskan
diri dan tidak mengakui lagi kekuasaan Demak. Di Demak sendiri timbul
pertentangan di antara para waris yang saling berebut tahta. Orang yang
seharusnya menggantikan kedudukan Sultan Trengggono adalah pengeran Sekar
Seda Ing Lepen. Namun, ia dibunuh oleh Sunan Prawoto yang berharap dapat
mewarisi tahta kerajaan. Adipati Jipang yang beranama Arya Penangsang, anak
laki-laki Pangeran Sekar Seda Ing Lepen, tidak tinggal diam karena ia merasa
lebih berhak mewarisi tahta Demak. Sunan Prawoto dengan beberapa
pendukungnya berhasil dibunuh dan Arya Penangsang berhasil naik tahta. Akan
tetapi, Arya Penangsang tidak berkuasa lama karena ia kemudian di kalahkan oleh
Jaka Tingkir yang di bantu oleh Kiyai Gede Pamanahan dan putranya Sutawijaya,
serta KI Penjawi. Jaka tingkir naik tahta dan penobatannya dilakukan oleh Sunan
Giri. Setelah menjadi raja, ia bergelar Sultan Handiwijaya serta memindahkan
pusat pemerintahannya dari Demak ke Pajang pada tahun 1568.
Sultan Handiwijaya sangat menghormati orang-orang yang telah berjasa.
Terutama kepada orang-orang yang dahulu membantu pertempuran melawan Arya
Penangsang. Kyai Ageng Pemanahan mendapatkan tanah Mataram dan Kyai

Panjawi diberi tanah di Pati. Keduanya diangkat menjadibupati di daerah-daerah


tersebut.
Sutawijaya, putra Kyai Ageng Pemanahan diangkat menjadi putra angkat
karena jasanya dalam menaklukan Arya Penangsang. Ia pandai dalam bidang
keprajuritan. Setelah Kyai Ageng Pemanahan wafat pada tahun 1575, Sutawijaya
diangkat menjadi penggatinya.
Pada tahun 1582 Sultan Hadiwijaya wafat. Putranya yang bernama Pangeran
Benawa diangkat menjadi penggantinya. Timbul pemberontakan yang dilakukan
oleh Arya Panggiri, putra Sunan Prawoto, ia merasa mempunyai hak atasa tahta
Pajang. Pemberontakan itu dapat digagalkan oleh Pangeran Benawan dengan
bantuan Sutawijaya.
Pengeran Benawan menyadari bahwa dirinya lemah, tidak mamapu
mengendalikan pemerintahan, apalagi menghadapi musuh-musuh dan bupatibupati yang ingin melepaskan diri dari kekuasaan Pajang kepada saudara
angkatnya, Sutawijaya pada tahun 1586. Pada waktu itu Sutawijaya telah
menjabat bupati Mataram, sehingga pusat kerajaan Pajang dipindahkan ke
Mataram.
g. Demak di Bawah Kekuasaan Raja-Raja Mataram
Setelah sekitar 1588 Panembahan Senapati berkuasa di Jawa Tengah sebelah
selatan, raja-raja Pati, Demak, dan Grobongan dianggapnya sebagai sampun kareh
(sudah dikuasai). Sekitar 1589 mereka diperintah ikut dia bersama prajurit
Mataram ke Jawa Timur, manaklukan raja-raja Jawa Timur. Maksud raja Mataram
ini gagal, tampaknya terutama karena campur tangan Sunan Giri. Panembahan
Senapati terpaksa kembali ke Mataram dengan tangan hampa.
Mungkin sekali penguasa Demak, Pati dan Grobongan yang pada 1589 telah
bersikap sebagai taklukan yang patuh itu, sama dengan mereka yang telah
mengakui Sultan Pajang, yang sudah tua dan meninggal pada 1587, sebagai
penguasa tertinggi. Jadi, agaknya Pangeran Kediri di Demak, setelah mengalami
penghinaan di Pajang sebelumnya ternyata masih berhasil memerintah tanah
asalnya beberapa waktu.

Pada 1595 orang Demak memihak raja-raja Jawa Timur, yang mulai
melancarkan serangan terhadap kerajaan Mataram yang belum sempat
berkonsolidasi. Serangan tersebut dapat dipatahkan, tetapi panglima perang
Mataram, Senapati Kediri yang sudah membelot ke Mataram gugur dalam
pertempuran dekat Uter. Sehabis perang, Panembahan mengangkat Ki Mas Sari
sebagai adipati di Demak. Rupanya karena pemimpin pemerintahan yang
sebelumnya tidak memuaskan atau ternyata tidak dapat dipercaya.
Tumenggung Endranata I di Demak ini pada tahun-tahun kemudian agaknya
juga tidak bebas dari pengaruh plitik pesisir yang berlawanan dengan kepantingan
Mataram di Pedalaman. Pada tahun 1627 ia terlibat dalam pertempuran antara
penguasa di Pati, Pragola II dan Sultan Agung. Ia di bunuh dengan keris sebagai
pengkhianat atas perintah Sultan Agung.
Sesudah dia masih ada lagi seorang tumenggung Endranata II yang menjadi
bupati di Demak. Tumenggung ini seorang pengikut setia Susuhunan Mangkurat
II di Kartasura yang memerintah Jawa Tengah pada perempat terakhir abad XVII.
Pada tahun 1678 disebutkan adanya Tumenggung Suranata di Demak.
Sebagai pelabuhan laut agaknya kota Demak sudah tidak berarti pada akhir
abad XVI. Sebagai produsen beras dan hasil pertanian lain, daerah Demak masih
lama mempunyai kedudukan penting dalam ekonomi kerajaan raja-raja Mataram.
Sampai abad XIX di banyak daerah tanah Jawa rasa hormat pada masjid Demak
dan makam-makam Kadilangu masih bertahan di antara kaum beriman, kota
Demak dipandang sebagai tanah suci. Hal itulah yang terutama menyebabkan
nama Demak dalam sejarah Jawa tetap tidak terlupakan di samping nama
Majapahit.
II.4 Kerajaan Banten
a. Letak Kerajaan
Dasar-dasar Kerajaan Banten diletakkan oleh Hasanuddin (putra Fatahillah)
dan mencapai kejayaannya pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa.
Perkembangan Kerajaan Banten yang demikian pesat, tidak lepas dari posisi dan
letaknya

yang

strategis

di

sekitar

Selat

Sunda.

Secara geografis, Kerajaan Banten terletak di daerah Jawa Barat bagian utara.

Kerajaan Banten menjadi penguasa jalur pelayaran dan perdagangan yang melalui
Selat Sunda. Dengan posisi yang strategis Kerajaan Banten berkembang menjadi
sebuah kerajaan besar di Jawa Barat dan bahkan menjadi saingan berat VOC
(Belanda)

yang

berkedudukan

di

Batavia.

b.KehidupanPolitik
Berkembangnya Kerajaan Banten, tidak dapat dipisahkan dari peranan
raja-raja

yang

pernah

memerintah

Kerajaan

Banten.

Raja Hasanuddin Setelah Banten di islamkan oleh Fatahillah, daerah Banten


diserahkan kepada putranya yang bernama Hasanuddin. la memerintah Banten
dari tahun 1552-1570 M. Dengan meletakkan dasar-dasar pemerintahan, Kerajaan
Banten

dan

mengangkat

dirinya

sebagai

raja

pertama.

Pada

masa

pemerintahannya, agama Islam dan kekuasaan Kerajaan Banten berkembang


cukup

pesat.

Raja Hasanuddin, juga memperluas wilayah kekuasaannya ke Lampung. Dengan


menduduki daerah Lampung, Kerajaan Banten merupakan penguasa tunggal jalur
lalu lintas pelayaran-perdagangan Selat Sunda, sehingga Kerajaan Banten.
Kerajaan Banten mencapai puncak kejayaannya pada masa Sultan Ageng setiap
pedagang yang melewati Selat Tirtayasa. Letak Kerajaan Banten sangat strategis
karena

berada

Sunda diwajibkan untuk melakukan di Selat Sunda yang bertambah ramai setelah
dikuasainya

Selat

kegiatannya

di

Bandar

Banten.

Raja Hasanuddin kawin dengan putri Raja Indrapura. Bahkan Raja Indra-pura
menyerahkan tanahSelebar yang banyak menghasilkan lada kepadanya. Di bawah
pemerintahan Raja Hasanuddin, Kerajaan Banten banyak di-kunjungi oleh
saudagar-saudagar dari Gujarat, Persia, Cina, Turki, Pegu (Burma Selatan), dan
Keling.
Panembahan Yusuf Setelah Raja Hasanuddin wafat tahun 1570 M, putranya yang
bergelar Panembahan Yusuf menjadi raja Banten berikutnya. la berupaya untuk
memajukan pertanian dan pengairan. la juga berusaha untuk memperluas wilayah
kekuasaan kerajaannya. Langkah-langkah yang ditempuhnya antara lain, merebut
Pakuan pada tahun 1579 M. Dalam pertempuran tersebut, raja Pakuan yang

bernama Prabu Sedah tewas. Kerajaan Pajajaran yang merupakan benteng terakhir
Kerajaan Hindu di Jawa Barat berhasil dikuasainya. Setelah 10 tahun memerintah,
Panembahan

Yusuf

wafat

akibat

sakit

keras

yang

dideritanya.

Maulana Muhammad Ketika Panembahan Yusuf sedang sakit, saudaranya yang


bernama Pangeran Jepara datang ke Banten. Ternyata Pangeran Jepara yang
dididik oleh Ratu Kali Nyamat ingin menduduki Kerajaan Banten. Tetapi
mangkubumi Kerajaan Banten dan pejabat-pejabat lainnya tidak menyetujuinya.
Mereka mengangkat putra Panembahan Yusuf yang baru berumur sembilan tahun
bernama Maulana Muhammad menjadi raja Banten dengan gelar Kanjeng Ratu
Banten. Mangkubumi menjadi wali raja. Mangkubumi menjalankan seluruh
aktivitas pemerintahan kerajaan sampai rajanya siap untuk memerintah.
Pada tahun 1596 M Kanjeng Ratu Banten memimpin pasukan Kerajaan Banten
untuk menyerang Palembang. Tujuannya untuk menduduki bandar-bandar dagang
yang terletak di tepi Selat Malaka agar bisa dijadikan tempat untuk
mengumpulkan lada dan hasil bumi lainnya dari Sumatera. Palembang akan
dikuasainya, tetapi tidak berhasil, malah Kanjeng Ratu Banten tertembak dan
akhirnya wafat. Tahta kerajaan kemudian berpindah kepada putranya yang baru
berumur

lima

bulan

yang

bernama

Abu'Mufakir.

Abu'Mufakir Abu'Mufakir dibantu oleh wali kerajaan yang bernama Jayanegara.


Akan tetapi, ia sangat dipengaruhi oleh pengasuh pangeran yang bernama Nyai
Emban

Rangkung.

Pada tahun 1596 M itu juga untuk pertama kalinya orang Belanda tiba di
Indonesia di bawah pimpinan Comelis de Houtman. Mereka berlabuh di
pelabuhan Banten. Tujuan awal mereka datang ke Indonesia adalah untuk
membeli

rempah-rempah.

Sultan Ageng Tirtayasa Setelah wafat, Abul Mufakir digantikan oleh putranya
dengan gelar Sultan Abu Ma'ali Ahmad Rahmatullah. Akan tetapi berita tentang
pemerintahan sultan ini tidak dapat diketahui dengan jelas. Setelah Sultan Abu
Ma'ali wafat, ia digantikan oleh putranya yang bergelar Sultan Ageng Tirtayasa. Ia
memerintah

Banten

dari

tahun

1651-1692

M.

Di bawah pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa, Kerajaan Banten mencapai masa

kejayaan. Sultan Ageng Tirtayasa berupaya memperluas kerajaannya dan


mengusir Belanda dari Batavia. Banten mendukung perlawan-an Kerajaan
Mataram
terhadap Belanda
di

Batavia.

Kegagalan
Kerajaan
Mataram

tidak

mengurangi
semangat Sultan
Ageng
mencapai

untuk
cita-

citanya.
Sultan Ageng Tirtayasa memajukan aktivitas perdagangan agar dapat bersaing
dengan Belanda di Batavia. Di samping itu. Sultan Ageng Tirtayasa
memerintahkan kepada pasukan Kerajaan Banten untuk mengadakan perampokan
terhadap Belanda di Batavia, sedangkan perkebunan tebu milik Belanda di sebelah
barat Ciangke dirusak oleh orang-orang Banten. Gerakan yang dilakukan oleh
orang-orang Banten atas perintah Sultan Ageng Tirtayasa membuat Belanda
kewalahan

menghadapinya.

Pada tahun 1671 M Sultan Ageng Tirtayasa mengangkat putra mahkota menjadi
raja pembantu dengan gelar Sultan Abdul Kahar. Sejak saat itu Sultan Ageng
Tirtayasa beristirahat di Tirtayasa/ tetapi ia tidak melepaskan pemerintahan
seluruhnya. Pada tahun 1674 M, Sultan Abdul Kahar berangkat ke Mekkah dan
setelah mengunjungi Turki ia kembali ke Banten (1676 M). Sejak saat itu ia lebih
dikenal

dengan

sebutan

Sultan

Haji.

Ketika memerintah Kerajaan Banten, Sultan Haji menjalin hubungan baik dengan
Belanda. Ternyata hubungan ini dijadikan kesempatan yang bagus oleh Belanda
untuk memasuki Kerajaan Banten. Melihat terjalinnya hubungan antara Sultan
Haji dengan Belanda, Sultan Ageng Tirtayasa menarik kembali tahta kerajaan dari
tangan Sultan Haji. Namun Sultan Haji tetap mempertahankan tahta kerajaannya,

sehingga terjadi perang saudara di Kerajaan Banten antara Sultan Ageng Tirtayasa
dengan putranya Sultan Haji yang mendapat bantuan Belanda. Sultan Ageng
Tirtayasa berhasil ditangkap dan dipenjarakan di Batavia hingga wafat tahun 1692
M.
Kemenangan Sultan Haji merupakan kehancuran Kerajaan Banten, karena
selanjutnya Kerajaan Banten berada di bawah pengawasan pihak Belanda. Dengan
demikian. Sultan Haji hanyalah sebagai lambang belaka (raja boneka) dalam
pemerintahan Kerajaan Banten, karena seluruh kekuasaan diatur oleh Belanda.
II.5 Kerajaan Mataram
a. Letak Geografis Kerajaan Mataram
Kerajaan
mataram

berdiri

pada tahun 1582.


Pusat kerajaan ini
terletak di sebelah
tenggara

kota

Yogyakarta, yakni
di
Menurut
berita

Kotagede.
beritakuno

tentang Mataram, wilayahnya Di daerah aliran Sungai Opak dan Progo yang
bermuara di Laut Selatan. Membentang antara Tugu sebagai batas utara dan
Panggung Krapyak di batas selatan, antara Sungai Code di timur dan Sungai
Winongo sebelah barat. Antara Gunung Merapi dan Laut Selatan, Kraton dalam
pikiran masyarakat Jawa, diartikan sebagai pusat dunia yang digambarkan sebagai
pusat jagad.
Di daerah aliran Sungai Opak dan Progo yang bermuara di Laut Selatan.
Membentang antara Tugu sebagai batas utara dan Panggung Krapyak di batas
selatan, antara Sungai Code di timur dan Sungai Winongo sebelah barat. Antara

Gunung Merapi dan Laut Selatan, Kraton dalam pikiran masyarakat Jawa,
diartikan sebagai pusat dunia yang digambarkan sebagai pusat jagad.
b. Sejarah Kerajaan Mataram
Banyak sekali sumber yang mengatakan sejarah kerajaan berdirinya kerajaan
Mataram yaitu:
Mitos Wahyu Keprabon1[3]

1.

Hadirnya sebuah mitos yang mengiringi hadir dan berkembangnya sebuah


kerajaan adalah wajar. mitos adalah penjaga kepercayaan rakyat sehingga dengan
mitos itu rakyat tetap percaya bahwa raja adalah utusan dan anak dewa yang
berhak memimpinnya hingga akhir hayat. Walaupun mestinya mitos tersebut
harusnya makin hilang, seiring dengan tumbuh kembangnya ajaran Islam di
kerajaan Mataram Islam.
Dinasti Mataram Islam sesungguhnya berawal dari keluarga petani, begitulah
yang tertulis pada Babad Tanah Jawi. Kisahnya berlangsung di pinggiran Kali
Opak, di Yogyakarta sekarang. Suatu hari adalah seorang petani bernama Ki
Ageng Giring. Sementara ia mencangkul di ladang, tiba-tiba ada kelapa muda
jatuh lalu terdengar suara. Namun ia tak bisa segera meminumnya, karena pada
saat itu ia sedang tirakat berpuasa, hingga kemudian ia pergi membersihkan diri di
sungai. Tak lama kemudian datang sahabatnya, Ki Gede Pemanahan bertamu dan
Melihat kelapa muda tergeletak, tamu yang haus itupun segera meminumnya.
Pada tetes terakhir Ki Ageng Giring muncul. Ia melihat air kelapa muda itu telah
terminum oleh orang lain. Ia sangat menyesal dan kecewa. ia hanya bisa meminta
agar sewaktu-waktu kelak, sesudah keturunan Gede Pemanahan yang ketujuh,
keturunannya lah yang akan menggantikan menguasai Jawa.
2.

Hadiah Sultan Hadiwijaya dari Kerajaan Pajang

Banyak versi mengenai masa awal berdirinya kerajaan Mataram berdasarkan


mitos dan legenda. Pada umumnya versi-versi tersebut mengaitkannya dengan
kerajaan-kerajaan terdahulu, seperti Demak dan Pajang. Menurut salah satu versi,
setelah Demak mengalami kemunduran, ibukotanya dipindahkan ke Pajang dan
mulailah pemerintahan Pajang sebagai kerajaan. Kerajaan ini terus mengadakan
ekspansi ke Jawa Timur dan juga terlibat konflik keluarga dengan Arya
Penangsang dari Kadipaten Jipang Panolan. Setelah berhasil menaklukkan Aryo
Penangsang, Sultan Hadiwijaya (1550-1582), raja Pajang memberikan hadiah
kepada 2 orang yang dianggap berjasa dalam penaklukan itu, yaitu Ki Ageng
Pemanahan dan Ki Penjawi. Ki Ageng Pemanahan memperoleh tanah di Hutan
Mentaok dan Ki Penjawi memperoleh tanah di Pati.
Pemanahan berhasil membangun hutan Mentaok itu menjadi desa yang
makmur, bahkan lama-kelamaan menjadi kerajaan kecil yang siap bersaing
dengan Pajang sebagai atasannya. Setelah Pemanahan meninggal pada tahun 1575
ia digantikan putranya, Danang Sutawijaya, yang juga sering disebut Pangeran
Ngabehi Loring Pasar. Sutawijaya kemudian berhasil memberontak pada Pajang.
Setelah Sultan Hadiwijaya wafat (1582) Sutawijaya mengangkat diri sebagai raja
Mataram dengan gelar Panembahan Senapati. Pajang kemudian dijadikan salah
satu wilayah bagian daari Mataram yang beribukota di Kotagede.
Selama

pemerintahannya

boleh

dikatakan

terus-menerus

berperang

menundukkan bupati-bupati daerah. Kasultanan Demak menyerah, Panaraga,


Pasuruan, Kediri, Surabaya, berturut-turut direbut. Cirebon pun berada di bawah
pengaruhnya. Panembahan Senapati dalam babad dipuji sebagai pembangun
Mataram.
c.

Penyebaran Islam di kerajaaan Mataram


Menurut semua cerita tutur Jawa, baik cerita Jawa Tengah maupun Jawa

Barat, raja Pajang, pengganti Sultan Tranggan dari Demak, pada perempat ketiga
abad ke-16 telah mengutus seorang panglima pasukannya, penguasa di

Pamanahan, ke daerah tetangga, Mataram, dengan tujuan memasukkannya ke


dalam daerah Islam dan membangun daerah Islam di sana.
Para raja yang pernah memerintah di Kerajaan mataram yaitu penembahan
senapati (1584 1601), panembahan Seda Krapyak (1601 1677). Kesultanan
mataram memiliki peran yang cukup penting dalam perjalanan secara kerajaankerajaan islam di Nusantara (indonesia). Hal ini terlihat dari semangat raja-raja
untuk memperluas daerah kekuasaan dan mengislamkan para penduduk daerah
kekuasaannya,

keterlibatan para pemuka agama, hingga pengembangan

kebudayaan yang bercorak islam di jawa


Pada tahun 1590, penembahan senapati atau biasa disebut dengan senapati
menguasai madiun, yang waktu itu bersekutu dengan surabaya. Pada tahun 1591
ia mengalahkan kediri dan jipang, lalu melanjutkannya dengan penaklukkan
Pasuruan dan Tuban pada tahun 1598-1599. Sebagai raja islam yang baru,
panembahan

senapati

melaksanakan

penaklukkan-penaklukan

itu

untuk

mewujudkan gagasannya bahwa mataram harus menjadi pusat budaya dan agama
islam, untuk menggantikan atau melanjutkan kesultanan demak. Disebutkan pula
dalam cerita babad bahwa cita-cita itu berasal dari wangsit yang diterimanya dari
Lipura (desa yang terletak di sebelah barat daya Yogyakarta). Wangsit datang
setelah mimpi dan pertemuan senapati dengan penguasa laut selatan, Nyi Roro
Kidul, ketika ia bersemedi di Parangtritis dan Gua Langse di Selatan Yogyakarta.

Dari pertemuan itu disebutkan bahwa kelak ia akan menguasai seluruh tanah
jawa. Panembahan senapati terus-menerus memperkuat pengaruh mataram dalam
berbagai bidang sampai ia meninggal pada tahun 1601. ia digantikan oleh
putranya, Mas Jolang atau Penembahan Seda ing Krapyak (1601 1613).
Peran mas Jolang tidak banyak yang menarik untuk dicatat. Setelah mas
jolang meninggal, ia digantikan oleh Mas Rangsang (1613 1645). Pada masa
pemerintahannyalah Mataram meraih kejayaan. Baik dalam bidang perluasan
daerah kekuasaan, maupun agama dan kebudayaan. Pada tahun 1641, Agung

Hanyakrakusuma menerima pengakuan dari Mekah sebagai sultan, kemudian


mengambil gelar selengkapnya Sultan Agung Hanyakrakusuma Senapati Ing
Alaga Ngabdurrahman.
Di luar peranan politik dan militer, Sultan Agung dikenal sebagai penguasa
yang besar perhatiannya terhadap perkembangan islam di tanah jawa. Ia adalah
pemimpin yang taat beragama, sehingga banyak memperoleh simpati dari
kalangan ulama. Secara teratur, ia pergi ke masjid, dan para pembesar diharuskan
mengikutinya.
Untuk memperkuat suasana keagamaan, tradisi khitan, memendekkan rambut
bagi pria, dan mengenakan tutup kepala berwarna putih, dinyatakan sebagai
syariat yang harus ditaati. Bagi sultan Agung, kerajaan mataram adalah kerajaan
islam yang mengemban amanat Tuhan di tanah jawa. Oleh sebab itu, struktur serta
jabatan kepenghuluan dibangun dalam sistem kekuasaan kerajaan. Tradisi
kekuasaan seperti sholat jumat di masjid, grebeg ramadan, dan upaya
pengamanalan syariat islam merupakan bagian tak terpisahkan dari tatanan istana.

Raja-Raja Mataram
1.

Panembahan Senopati (1584-1601 M) dianggap sebagai raja pertama.

2.

Mas Jolang atau Seda Ing Krapyak (1601- 1613 M)

3.

Mas Rangsang dengan gelar Sultan Agung Hanyakrakusuma (1613-1646 M)

4.

Amangkurat I (1646- 1676 M) ditetapkan sebagai putra mahkota pada tahun


1630 M.

5.

Amangkurat II dikenal juga sebagai Sunan Amral (1677- 1703 M)

6.

Sunan Mas atau Amangkurat III pada 1703 M

7.

Pangeran Puger yang bergelar Paku Buwana I (1703-1719 M) pengangkatannya


oleh VOC.

8.

Amangkurat IVdikenal sebagai Sunan Prabu (1719-1727 M)

9.

Paku Buwana II (1727-1749 M)

10. Paku Buwana III pada 1749 M pengangkatannya dilakukan oleh VOC
II.6 Kerajaan Makassar

Di Sulawesi Selatan pada


awal abad ke-16 terdapat banyak
kerajaan,

tetapi yang terkenal adalah Gowa, Tallo,

bone, Wajo, Soppeng, dan Luwu. Berkat dakwah dari Datuk ri Bandang dan
Sulaeman dari Minangkabau, akhirnya Raja Gowa dan Tallo masuk Islam (1605)
dan rakyat pun segera mengikutinya.
Kerajaan Gowa dan Tallo akhirnya dapat menguasai kerajaan lainnya. Dua
kerajaan itu lazim disebut Kerajaan Makassar. Dari Makasar, agama Islam
menyebar ke berbagai daerah sampai ke Kalimantan Timur, Nusa Tenggara Barat,
dan Nusa Tenggara Timur. Makassar merupakan salah satu kerajaan Islam yang
ramai akan pelabuhannya. Hal ini, karena letaknya di tengah-tengah antara
Maluku, Jawa, Kalimantan, Sumatera, dan Malaka.
a. Aspek Kehidupan Politik dan Pemerintahan
Kerajaan Makassar mula-mula diperintah oleh Sultan Alauddin

(1591-

1639 M). Raja berikutnya adalah Muhammad Said (1639-1653 M) dan dilanjutan

oleh putranya, Hasanuddin (1654-1660 M). Sultan Hasanuddin berhasil


memperluas daerah kekuasaannya dengan menundukkan kerajaan-kerajaan kecil
di Sulawesi Selatan, termasuk Kerajaan Bone.
VOC setelah mengetahui Pelabuhan Makassar, yaitu Sombaopu cukup ramai
dan banyak menghasilkan beras, mulai mengirimkan utusan untuk membuka
hubungan dagang. Setelah sering datang ke Makassar, VOC mulai membujuk
Sultan Hasanuddin untuk bersama-sama menyerbu Banda (pusat rempah-rempah).
Namun, bujukan VOC itu ditolak.
Setelah peristiwa itu, antara Makassar dan VOC mulai terjadi konflik. Terlebih
lagi setelah insiden penipuan tahun 1616. Pada saat itu para pembesar Makassar
diundang untuk suatu perjamuan di atas kapal VOC, tetapi nyatanya malahan
dilucuti dan terjadilah perkelahian yang menimbulkan banyak korban di pihak
Makassar. Keadaan meruncing sehingga pecah perang terbuka. Dalam peperangan
tersebut, VOC sering mengalami kesulitan dalam menundukkan Makassar. Oleh
karena itu, VOC memperalat Aru Palakka (Raja Bone) yang ingin lepas dari
kerajaan Makassar dan menjadi kerajaan merdeka.
b. Aspek Kehidupan Ekonomi, Sosial, dan Kebudayaan
Kerajaan

Makassar

berkembang

menjadi

kerajaan

maritim.

Hasil

perekonomian terutama diperoleh dari hasil pelayaran dan perdagangan.


Pelabuhan Sombaupu ( Makassar ) banyak didatangi kapal-kapal dagang sehingga
menjadi pelabuhan transit yang sangat ramai. Dengan demikian, masyarakatnya
hidup aman dan makmur.
Dalam menjalankan pemerintahannya, Raja dibantu oleh Bate Salapanga
(Majelis Sembilan) yang diawasi oleh seorang paccalaya (hakim). Sesudah sultan,
jabatan tertinggi dibawahnya adalah pabbicarabutta (mangkubumi) yang dibantu
oleh tumailang matoa dan malolo. Panglima tertinggi disebut anrong guru
lompona tumakjannangan. Bendahara kerajaan disebut opu bali raten yang juga
bertugas

mengurus

perdagangan

dan

hubungan

luar

negeri.

Pejabat bidang keagamaan dijabat oleh kadhi yang dibantu imam, khatib, dan
bilal.
Hasil kebudayaan yang cukup menonjol dari Kerajaan Makassar adalah
keahlian masyarakatnya membuat perahu layar yang disebut pinisi dan lambo.
c. Kemunduran Kerajaan Makassar
Kemunduran Kerajaan Makassar disebabkan karena permusuhannya dengan
VOC yang berlangsung sangat lama. Ditambah dengan taktik VOC yang
memperalat Aru Palakka ( Raja Bone) untuk mengalahkan Makassar. Kebetulan
saat itu Kerajaan Makassar sedang bermusuhan dengan Kerajaan Bone sehingga
Raja Bone setuju bekerja sama dengan VOC.

BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Awal masuk islam di Indonesia terdapat banyak perbedaan pendapat. Namun,
pendapat paling banyak di anut adalah berdasarkan hasil seminar tentang
masuknya islam ke Indonesia yang disimpulkan pada abad ke-7 M. hal ini
didasarkan pada kenyataan, bahwa sejak abad ke-7 M sudah terjadi kontak
perdagangan yang dilakukann oleh saudagar-saudagar muslim dari Arab, persia,
dan Gujurat yang selalu pulang pergi di Indonesia, bahkan mereka menetap dan
menikah dengan penduduk pribuni.
III.2 Kritik dan Saran
Demikian pembahasan dari makalah kami. Kami berharap semoga
pembahasandalam makalah ini dapat membantu dan bermanfaat bagi pembaca.
Kami berharap kritik dan sarannya dari pembaca untuk kesempurnaan dalam
tugas kami selanjutnya. Sekian dan terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA
http:// saef-jaza.blogspot.com/2018/12/perkembangan-Islam-di-indonesia.html
http//sejarawan.wordpress.com/2008/21/proses-masuknya-islam-di-indonesiahttp://search.yahoo.com/search?ei=utf8&fr=tightropetb&p=peta+kerajaan+makassar&type=31497_081016nusantara
http://search.yahoo.com/search?ei=utf8&fr=tightropetb&p=perkembangn+kerajaan+samudera+pasai&type=31497_081
016
Abdillah, Masykuri, "Potret Masyarakat Madani di Indonesia", dalam Seminar
Nasional
tentang "Menatap Masa Depan Politik Islam di Indonesia", Jakarta:
International Institute of Islamic Thought, Lembaga Studi Agama dan Filsafat
UIN Jakarta,
10 Juni 2003
Ali Daud, Muhammad, Asas-Asas Hukum Islam, Jakarta: Rajawali, 1991, Cet .
ke-2
Antonio, Muhammad Syafi'I, Bank Syari'ah: Dari Teori ke Praktek, Jakarta: Gema
Insani Press, 2001
Anwar, M. Syafi'i, Pemikiran dan Aksi Islam Indonesia: Sebuah Kajian Politik
tentang
Cendekiawan Muslim Orde Baru, Jakarta: Paramadina, 1995
Azra, Azyumardi, Islam reformis: Dinamika Intelektual dan Gerakan, Jakarta:
Raja
Grafindo Persada, 1999

PERTANYAAN
1. Apa bukti bahwa semenjak raja pengganti dari Sultan Iskandar muda dan
Sultan iskandar Tani dikatakan sebagai tokoh yang lemah ? (Kelompok2Nadita Khairunnisah)
2. Apa faktor kemajuan di bidang agama pada kerajaan samudera pasai ?
(kelompok2 - F. Isma hikmatullah MD)
3. Mengapa kemenangan Sultan Haji dalam perang saudara antara Sultan haji
dan Sultan Ageng Tirtayasa merupakan awal kehancuran kerajan banten ?
(Kelompok 3 - Metha Luktiana)
4. Sebutkan Raja-raja Kerajaan Demak ? (Kelompok 3- Erma
5. Bagaimana hubungan runtuhnya kerajaan majapahit dengan berdirinya
kerajaan demak ? (Kelompok 4 - Khairunnisah)
6. Apa yang menjadi dasar Raja Marah Silu dengan gelar Malik As-saleh
menjadi raja pertama Kerajaan Samudera pasai ? (Kelompok 4 )
7. Apa saja peninggalan dalam segi bangunan kerajaan mataram yang
bersifat religi ? (kelompok 6-Indar Parwati )
8. Apa yang menyebabkan kerajaan makassar bermusuhan dengan Raja Bone
? (kelompok 7 - Diah Dwi Cahyanti)
9. Pada kerajaan aceh telah terjadi kemajuan di biadang keagamaan. Dalam
bentuk apa keagamaan tersebut ?(kelompok 7 Pratiwi Adsa R.)

Anda mungkin juga menyukai