Anda di halaman 1dari 9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tanaman Cengkeh
Tanaman cengkeh (Syzygium Aromaticum (L) Mers &
Perry) merupakan salah satu komoditas

perkebunan yang

sebagian besar diusahakan dalam bentuk perkebunan rakyat.


Terdapat 4 varietas unggul cengkeh yang telah diperoleh yaitu
Zanzibar, Siputih, Ambon, dan Zambon. Indonesia merupakan
salah satu produsen minyak cengkeh utama didunia (Warta
Penelitian dan pengembangan pertanian ,2008). Potensi tanaman
cengkeh yang belum dimanfaatkan secara optimal adalah daun
cengkeh (daun gugur) dan tangkai bunga. Produk olahan yang
dapat dihasilkan dari bunga, daun, dan tangkai bunga (gagang)
adalah (1) minyak cengkeh (2) eugenol yang diisolasi dari
minyak cengkeh dan (3) senyawa derivat dari eugenol. Sejak
tahun 1970 minyak daun cengkeh Indonesia telah dikenal di
pasar dunia. Produksi minyak cengkeh terutama menggunakan
bahan baku daun gugur yang harganya lebih murah dan telah
lamma dilakukan oleh pengusaha Indonesia(Kurniawan,2009).
Klasifikasi

tanaman

cengkeh

berikut(Raghavenra,2006):
Kerajaan

: Plantae

Filum

: Magnoliophyta

Kelas

: Magnoliopsida

Ordo

: Myrtales

Familia : Myrtaceae
Genus

: Syzygium

Spesies : Syzigium Aromaticum


4

adalah

sebagai

Gambar 2.1.1. Tanaman Cengkeh (Syzigium Aromaticum)

2.2. Minyak Cengkeh


Minyak cengkeh (Syzygium aromaticum) mengandung
senyawa eugenol, eugenol asetat dan -caryophyllene (Alma et
al., 2007; US EPA, 2008; Bhuiyan et al., 2010). Senyawa eugenol
merupakan komponen utama penentu kualitas minyak cengkeh
dengan

kandungan

mencapai

70-96%.

Semakin

tinggi

kandungan senyawa eugenol dalam minyak cengkeh, semakin


tinggi pula kualitas dan nilai jualnya. Kandungan minimal
senyawa eugenol dalam minyak cengkeh menurut SNI 06-23872006

minimal

78%

(Badan

Standardisasi

Nasional,

2006)

(Towaha,2012).
Komponen utama minyak cengkeh adalah eugenol
(80%), eugenol asetat, dan karyofilen. Minyak daun cengkeh
digunakan terutama sebagai bahan baku pembuatan senyawa
turunan (derivat) dari eugenol yang digunakan dalam industri
farmasi, juga sebagai bahan baku sintesis isoeugenol dan vanilin
sintetis

serta

pestisida

nabati

(Warta

penelitian

dan

pengembangan pertanian, 2008). Kualitas minyak cengkeh


dievaluasi dari kandungan fenol, terutama eugenol. Karena
minyak cengkeh mengandung beberapa asetoeugenol (eugenol
asetat), sebagai tambahan kepada eugenol bebas, telah menjadi
kebiasaan untuk menyabunkan zat yang tersebut terdahulu dan

melaporkan kandungan fenol total sebagai eugenol (Guenther,


1990)(kurniawan,2009).
2.3. Eugenol
Senyawa eugenol merupakan komponen utama yang
terkandung dalam minyak cengkeh (Syzygium aromaticum),
dengan kandungan dapat mencapai 70-96%, dan walaupun
minyak cengkeh mengandung beberapa komponen lain seperti
eugenol asetat dan -caryophyllene tetapi yang paling penting
adalah senyawa eugenol, sehingga kualitas minyak cengkeh
ditentukan oleh kandungan senyawa tersebut, semakin tinggi
kandungan eugenolnya maka semakin baik kualitasnya dan
semakin tinggi nilai jualnya. Senyawa eugenol yang merupakan
cairan bening hingga kuning pucat, dengan aroma menyegarkan
dan pedas seperti bunga cengkeh kering, memberikan aroma
yang khas pada minyak cengkeh, dimana senyawa ini banyak
dibutuhkan

oleh

berbagai

industri

yang

saat

ini

sedang

berkembang (Susilowati,2014).
Senyawa

eugenol

mempunyai

rumus

molekul

C10H12O2 mengandung beberapa gugus fungsional yaitu alil (CH2-CH=CH2), fenol (-OH) dan metoksi (-OCH3). Gugusan yang
membentuk senyawa eugenol memungkinkan senyawa ini dapat
disintesis menjadi senyawa lain yang bernilai lebih tinggi seperti
isoeugenol, eugenol asetat, isoeugenol asetat, benzil eugenol,
benzil isoeugenol, metil eugenol, eugenol metil eter, eugenol etil
eter, isoeugenol metil eter, vanilin dan sebagainya (Bulan, 2004;
Mustikarini, 2007) (Towaha,2012).
Eugenol merupakan salah suatu komonen kimia dalam
minyak cengkeh yang memberikan bau dan aroma yang khas
pada minyak cengkeh. Eugenol yangterkandung dalam minyak

cengkeh,memiliki tiga gugus fungsional yaitu alil,hidroksi dan


metoksi. Gugus fungsi dari eugenol adalah (Windari, dkk,2009) :

Gambar 2.1.3. Struktur Eugenol (4-alil-2-metoksifenol)


2.4. Manfaat Eugenol
Eugenol dan senyawa turunannya mempunyai aktivitas
farmakologi
antiviral,

sebagai

analgesik,

antiinflamasi,

antifungal,

antiseptik,

antispamosdik,

antimikroba,
antiemetik,

stimulan, anastetik lokal (Pramod et al., 2010; Jirovetz, 2010;


Sharma et al., 2006) (Towaha, 2012).
Aktivitas eugenol sebagai antimikroba dan antiseptik
banyak

dimanfaatkan

sebagai

bahan

baku

obat

kumur

(mouthwash), pasta gigi, toilet water, cairan antiseptik, tisue


antiseptik dan spray antiseptik (Jirovets, 2010). Nurdjannah
(2004) mengemukakan bahwa obat kumur yang mengandung
eugenol

cengkeh

Streptococcus

dapat

mutans

menghambat

dan

tumbuhnya

Streptococcus

viridians.

bakteri
Bakteri

tersebut dapat menyebabkan terjadinya plaque gigi. Hampir


semua mikroba mulut dapat ditumpas oleh senyawa eugenol
(Rochyani et al., 2007). Aktivitas analgesik senyawa eugenol
banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku obat gosok balsam
yang

dapat

dipakai

untuk

mengurangi

rasa

sakit

karena

rhematik, serta sebagai bahan baku obat sakit gigi, cologne, dan
produk aroma terapi (Jirovets, 2010).
2.5. Pemurnian Minyak Cengkeh
Minyak
diperoleh

dari

dari

cengkeh

penyulingan

adalah
daun

minyak

dan

atsiri

ranting

yang

tanaman

cengkeh.minyak daun cengkeh hasil penyulingan sering kali


masih berwarna hitam kecoklatan dan kotor, sehingga untuk
meningkatkan nilai jual dari minyak tersebut, perlu dilakukan
komponen dilakukan pemurnian.Dari beberapa hasil bahwa
minyak dapat dengan menggunakan metode adsorpsi dan
pengkelatan.komponen pertama daun cengkeh dapat dibagi
menjadi dua

kelompok. Kelompok pertama

adalah fenolat

dengan eugenol sebagai komponen terbesar.komponen kedua


adalah senyawa nonfenolat yaitu alfa-kariofeilen, alfa-kebuben,
alfa-kopaen, humulen, akadien dan kadina-1,3,5-trien dengan
alfa-karofeilen

sebagaikomponen

terbesar

(Handayani

dan

Widiarti, 2013).
Lempung
dengan

bertenoit

kemampuan

mempunyai

mengembang

struktur

(swelling)

dan

berlapis
memiliki

kation-kation yang dapat ditukarkan. Meskipun lempung bentonit


sangat berguna untuk adsorpsi namun kemampuannya terbatas.
Kelemahan tersebut dapat di atasi dengan proses aktiasi
menggunakan asam (HCl, H2SO4 dan HNO3) sehingga di
hasilkan lepung dengan kemampuan adsorpsi yang tinggi. Asam
sulfat merupakan asam yang memiliki bilangan ekivalen H+ lebih
tinggi dibandingkan dengan asam klorida ataupun asam nitrat.
Aktivitas

lempung

dengan

menggunakan

asam

akan

menghasilkan lempung dengan situs aktif lebih besar dan


keasaman permukaan yang lebih besar, sehingga akan di

hasilkan lempung dengan kemampuan adsorpsi yang lebih tinggi


di bandingkan sebelum aktivasi (Handayani dan Widiarti, 2013).
2.6. Isolasi Eugenol
Isolasi eugenol dapat dilakukan melalui beberapa jenis
proses

pemurnian

(isolasi).

Di

antaranya,

yaitu

proses

ekstraksi, distilasi fraksionasi (rektifikasi), kromatografi kolom,


ekstraksi superkritik, dan distilasi molekuler (Anny S, 2002).
Selama ini, telah dilakukan pengambilan
dengan

proses

menghasilkan

ekstraksi

kadar

eugenol hanya

menggunakan

eugenol

sebesar

82,6%

NaOH

dan

(Sri Suhenry,

2001). Selain itu juga telah dilakukan pengambilan dengan


cara ekstraksi

minyak

daun

cengkeh

menggunakan

NaOH

berlebih dan dilanjutkan proses pengasaman dengan larutan


HCl pekat, hanya mencapai kadar eugenol sekitar 86% (
Sediawan, 2003 ). Dari proses ekstraksi ini, kelemahan terjadi
pada proses recovery solven.

Untuk itu, pada penelitian ini

dilakukan isolasi eugenol dengan distilasi fraksionasi tekanan


rendah

tanpa menggunakan bahan lain seperti pelarut

mencegah

dekomposisi

komponen

dalam

minyak

serta
daun

cengkeh. Teknologi ini diharapkan dapat mengambil komponen


eugenol

sebagai produk utama dari minyak daun cengkeh

tanpa merusak performa minyak daun cengkeh tersebut karena


berlangsung pada temperatur rendah (Amiriani, 2011).
Salah satu cara pemisahan atau pemurnian komponen
minyak adalah dengan distilasi fraksional. Distilasi fraksinasi
minyak atsiri adalah pemisahan komponen berdasarkan titik
didih dan berat molekulnya (Vogel 1958). Sedangkan menurut
Guenthers (1990), Fraksinasi minyak atsiri adalah pemisahan
minyak atsiri menjadi beberapa fraksi berdasarkan perbedaan

titik didihnya. Sebaiknya minyak atsiri tidak difrakasinasi pada


tekanan atmosfir, tetapi dalam keadaan vakum karena tekanan
tinggi dan suhu tinggi dapat mengakibatkan dekomposisi dan
resinifikasi, sehingga destilat mempunyai bau dan sifat fisiko
kimia yang berbeda dengan minyak murni (Nurhasanah,2009).
Ekstraksi

pelarut

adalah

metode

pemisahan yang

didasarkan pada kelarutan dua jenis pelarut yang tidak saling


campur, misalnya benzena, karbon tetra klorida atau kloroform.
Batasan

dari

ekstraksi

pelarut

adalah

dapat

ditransformasikannya zat terlarut pada jumlah yang berbeda


dalam kedua fase terklorat. Bila dalam suatu sistem terdapat dua
lapisan cairan yang tidak dapat bercampur dan kemudian
dimasukkan senyawa yang lain, maka senyawa tersebut akan
terdistribusi dalam dua lapisan cuairan tersebut. Menurut hukum
distribusi

Nerst,

C1

adalah

konsentrasi
terlarut
2,

dengan

K= Tetapan distribusi

jika

zat
dalam

fase

maka

perbandingan
senyawa baru yang terdapat dalam larutan 1 dan 2 adalah
(Underwood, 1986):
K=

C1
C2

Proses

ekstraksi

pelarut

berlangsung

tiga

tahap

yaitu

(Underwood, 1986):
1. Pembentukan kompleks tak bermuatan yang merupakan
golongan ekstraksi.
2. Distribusi dari kompleks yang tereksitasi
3. Interaksinya yang mungkin dalam fase organik.
10

Hasil ekstraksi yang baik diperoleh jika jumlah ekstraksi


yang dilakukan berulang kali dengan jumlah pelarut sedikit demi
sediit. Ekstraksi pertahap baik digunakan jika perbandingan
distribusi besar. Alat yang digunakan pada ekstraksi ini adalah
corong pemisah (Underwood,1986).
Eugenol dapat dipisahkan dari minyak daun cengkeh dengan cara
penggaraman (direaksikan dengan basa alkali encer),pemurnian dengan cara
ekstraksi dan pemisahan eugenol dengan asam-asam anorganik. Tahapan
terpenting dalam isolasi eugenol dari minyak daun cengkeh adalah mengekstrak
komponen-komponen noneugenol yang ada dalam air (larutan eugenolat).
Ekstraksi dilakukan dalam corong pisah, ekstraksi yang demikian dinamakan
ekstraksi cair-cair continue (Amiriani, 2011).
Cara lain untuk memisahkan eugenol dalam minyak daun cengkeh
dengan penambahn asam anorganik, yang akan menghasilkan garam eugenolat
bebas.kemudian eugenol ini dimurnikan dnegan penguapan dan penyuingan
eugenol dari minyak daun cengkeh dengan menggunakan destilasi fraksional,
dimana eugenol diperoleh dari residu hasil fraksinasi minyak cengkeh. Hasil
fraksinansi itu kemudian dianalisis kandungan eugenolnya untuk menentukan
rendemen operasi destilasi fraksional, serta sifat-sifat fisika dan kimia produk
yang dihasilkan (Amiriani, 2011).
Isolasi eugenol dari cengkeh juga dilakukan tanpa diklorometana, karena
seperti kasus pada trimiristin,kondisi pelarut telah dimodofikasi. Daripada
menggunakan campuran homogeny dari etil asetat, etanol dan air dengan
perbandingan volume 4,5 : 4,5 : 1, system pelarutnya telah berubah. Sebuah
campuran dengan 5 % natrium klorida dan etil asetat telah digunakan.proses
penggaraman memungkinkan untuk produk mengumpul di pelarut organik.Setelah
memisahkan lapisan organic dari campuran air, diikuti dengan konsentrasi di
bawah vakum, campuran eugenol telah diperoleh setelah menggunakan sebuah
kolom silica gell.Kemurniannya diuji dengan kromatografi lapis tipis (Lugemwa,
2012).
2.7. Identifikasi Eugenol Hasil Perkolasi
2.7.1.
Berat Jenis

11

Berat jenis adalah salah satu kriteria penting dalam


menentukan mutu dan kemurnian suatu senyawa dan umumnya
nilai tersebut lebih kecil dari 1000. Picnometer, merupakan alat
penetapan berat jenis yang tepat dan praktis. Bentuk kerucut
picnometer

bervolume

10

ml

dilengkapi

dengan

sebuah

termometer dan kapiler gelas penutup. Nilai berat jenis di


tentukan dalam suhu ruang, kemudian membandingkan dengan
mengurangi atau menambah faktor koreksi yang tergantung
pada jenis bahan pada 15 0C (Guenther,1987).
2.7.2.
Spektroskopi UV-Vis
Serapan cahaya oleh molekul dalam daerah spektrum
ultraviolet dan terlihat bergantung pada struktur elektronik dari
molekul. Spektra ultraviolet terlihat senyawa-senyawa organik
berkaitan

erat

dengan

transisi-transisi

didaerah

tingkatan-

tingkatan tenaga elektronik, disebabkan karena hal ini maka


serapan

radiasi

ultraviolet

terlihat

sering

dikenal

dengan

spektroskopi. Transisi-transisi tersebut biasanya antara orbital


ikatan atau orbital pasangan bebas dan orbit non ikatan tak
jenuh atau orbit anti ikatan. Panjang gelombang serapan adalah
ukuran

dari

pemisahan

tingkat-tingkat

dari

orbit

yang

bersangkutan. Pemisahan tenaga yang paling tinggi diperoleh


bila

elektron-elektron

dalam

ikatan

tereksitasi

yang

menimbulkan serapan dalam dalam daerah dari 120-200 nm.


Daerah ini dikenal sebagai daerah ultraviolet vakum dan relatif
tidak banyak memberikan keterangan diatas 200 nm. Eksitasi
elektron dan orbital p, orbital d, dan orbital segera dapat diukur
dan spektra yang diperoleh memberikan banyak keterangan.
Dalam praktek, spektroskopi ultraviolet digunakan terbatas pada
sistem-sistem terkonjugasi (Sastrohamidjojo, 2001).

12

Anda mungkin juga menyukai