Anda di halaman 1dari 6

EKOLOGI PERAIRAN

A.

PENDAHULUAN

Pengertian ekologi
Istilah ekologi pertama kali digunakan oleh Erneast Haeckel pada pertengahan tahun 1860-an. Istilah ini
berasal dari bahasa Yunani, oikos yang berarti rumah dan logos yang berarti ilmu. Jadi, secara harfiah,
ekologi adalah ilmu yang mempelajari mahkluk hidup dalam rumahnya. Atau dapat diartikan ilmu yang
mempelajari rumah makhluk hidup.
Ekologi merupakan pendekatan holistic terhadap pemahaman akan organism hidup dalam konteks
relasinya baik dengan lingkungan fisik (abiotik) maupun dengan satu sama lain (biotic). Interaksi-interaksi
organism hiduplah yang merupakan bahan mentah bagi pengkajian-pengkajian ekologis.
Unit ekologis adalah ekosistem, yang merupakan sebuah kelompok yang terdiri atas beragam populasi
yang berinteraksi dalam suatu daerah tertentu. Daerah (habitat) tersebut bisa jadi sebesar kolam local.
Beberapa pengertian yang biasanya tercakup dalam wilayah kerja ekologi:
1) Individu
Individu adalah suatu satuan struktur yang membangun satu kehidupan dalam bentuk makhluk.
2) Populasi
Populasi adalah kumpulan individu dari jenis yang sama dan berada di suatu tempat dan waktu tertentu.
3) Komunitas
Komunitas adalah kumpulan populasi yang berinteraksi satu sama lain, yang hidup bersama dalam suatu
tempat.
4) Ekosistem
Ekosistem adalah tingkat organisasi yang lebih tinggi dari komunitas. Pada ekosistem terdapat hubungan
timbale balik antara makhluk hidup dan lingkungan abiotiknya, yang membentuk suatu system yang dapat
diketahui aliran energy dan siklus materinya.
Dilihat dari unsure penyusunnya, ekosistem dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu:
a. Bahan tak hidup atau abiotiik, yang berupa komponen fisik dan kimia.
b. Produsen yaitu organism autotrofik
c. Konsumen, yaitu organism heterotrofik
d. Pengurai, perombak atau decomposer
5) Biosfer
Biosfer adalah organisasi biologi terbesar yang mencakup semua kehidupan di bumi dan adanya interaksi
antara lingkungan fisik secara keseluruhan.
Permukaan planet kita sebagian besar terdiri atas air. Sekitar 70 persen permukaan planet merupakan
ligkungan laut. Baik lingkungan perairan tawar maupun laut memiliki rangkaian yang kaya akan
kehidupan komunitas dan mempengaruhi secara siginifikan aspek-aspek masyarakat manusia.
Berbagai factor lingkungan terpenting yang bekerja dalam ekosistem perairan. Factor-faktor tersebut
adalah:
1. Gas terlarut
2. Salinitas
3. Kepekatan
4. Warna dan kebeningan
5. Suhu
6. Cahaya
7. Arus air
B.

EKOLOGI PERAIRAN TAWAR

Hanya 3% air di permukaan bumi ini adalah air tawar. Sebagian besar dapat membeku dalam glasier dan es
atau terbenam dalam akuifer. Sisanya terdapat dalam danau, kolam, sungai, dan aliran.
Perairan tawar kebanyakan berupa perairan pedalaman. Susunan dan kadar garam terlarutnya relative
rendah atau dapat diabaikan. Ekosistem perairan tawar dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu air tawar

mengalir (lotik) dan ait tawar diam (lentik). Air tawar mengalir terdiri dari air bergerak yang mengalir
terus-menerus kea rah tertentu, termasuk semua sungai dan aliran dengan segala ukuran. Sedangkan
periaran tawar lentik terdediri dari air tergenang, seperti danau, kolam, dan rawa.
Perairan Lotik
Perairan mengalir mempunyai corak tertentu yangsecara jelas membedakannya dengan perairan tergenang.
Sejumlah tumbuhan terdapat terbatas pada air yang mengalir. Tumbuhan tersebut mencakup spesies
ganggang merah dan paku air. Ada juga tumbuhan bunga yang khas pada air mengalir, yang secara tertaur
berkembang biak dengan biji. Hewan air mengalir mencakup siput air tawar, hydroid, lintah, dan larva lalat
hitam.
Beberapa corak pentingpada habitat air mengalir atau tepian air, dapat dijelaskan dalam suatu
perbandingan dengan keadaan air tergenang.
1. Pada air mengalir, alirannya sering bergolak-galik, tetapi dalam air tergenag alirannya, kalau ada,
sangat lamban.
2. Dalam air mengalir pelapisan sangat jarang terjadi.
3. Hubungan antara kepekatan air dan suhu tak bersangkut paut karena arus yang bergolak.
4. Pada air mengalir jarang terjadi deoksigenasi. Tetapi pada air tergenang adalah laziim terjadi.
5. Penumpukan gas seperti karbondioksida dan hidrogensulfida pada air mengalir sangat kecil atau
minimum.
6. Tumbuhan mengakar tak banyak ditemukan di dalam air mengalir karena terganggu oleh
penghanyutan.
7. Plankton tak dapat berkembang subur dalam air mengalir. Plankton yang lazim ditemukan adalah
diatom dan rotifer.
Perairan lentik
Tubuh air tawar tergenag yang besar tidak terpengaruh oleh perubahan besar dalam suhu. Air tawar
tergenang terdiri dari tiga jenis berdasarkan keadaan haranya, yaitu oligotrofik, yang miskin hara dan
humus. Distrofik, yang miskin hara tetapi kaya humus; dan eutrofik, yang airnya kaya hara dan humus.
Komponen biotik dalam ekosistem perairan tawar
Tumbuhan air tawar dapat dibagi menjadi empat, yaitu:
1. Jenis tumbuhan merapung. Mencakup ganggung apung renik Lemna, Wolfia, Salvinia, tumbuhan
selada air, dan eceng gondok.
2. Jenis daun merapung. Tumbuhan ini berakar tetapi tangkai daunnya memanjang sampai ke permukaan
air. Contohnya seperti teratai.
3. Jenis timbul. Tumbuhan ini berakar, sebagian batang mencuat ke atas air. Misalnya, Thypa dan
Phragmites.
4. Jenis terendam. Jenis ini merupakan yang paling khas, seperti Cerathopyllum demersum,
Myriophyllum, maupun spesies Chara.
C. EKOLOGI ESTUARINE
Ekologi estuarin merupakan daerah atau lingkungan yang merupakan campuran antara air sungai dan air
laut, sehingga mengakibatkan daerah estuarin ini mempunyai air yang bersalinitas lebih rendah daripada
lautan terbuka. Sebagian besar jenis flora dan fauna yang hidup didaerah estuarin tersebut adalah
organisme yang telah beradaptasi dengan kondisi yang terbatas didaerah tersebut. Oleh karena itu,
umumnya daerah ini dikatakan bahwa estuarin relative hanya dapat dihuni oleh bebrapa spesies saja. Pada
daerah estuarin ini selain dari turun naiknya salinitas yang disebabkan oleh air pasang, juga terjadi
penurusan salinitas yang bertahap ketika air dari mulut estuarin (muara sungai) bergerak ke arah sumber
mata air ( hulu sungai) sehingga terdapat wilayah dari flora dan fauna yang hidup di daerah ini.
Estuari berasal dari kata aetus yang artinya pasang-surut. Estuari didefinisikan sebagai badan air di wilayah
pantai yang setengah tertutup, yang berhubungan dengan laut bebas. Oleh karena itu ekosistem ini sangat
dipengaruhi oleh pasang surut dan air laut bercampur dengan air darat yang menyebabkan salinitasnya
lebih rendah daripada air laut. Muara sungai, rawa pasang-surut, teluk di pantai dan badan air di belakang
pantai pasir temasuk estuari. Selain itu estuarin juga merupakan bentuk teluk dipantai yang sebagian
tertutup, dimana air laut dan air tawar bertemu dan bercampur.
Biota yang hidup di ekosistem estuari umumnya adalah percampuran antara yang hidup endemik, artinya

yang hanya hidup di estuari, dengan mereka yang berasal dari laut dan beberapa yang berasal dari perairan
tawar, khususnya yang mempunyai kemampuan osmoregulasi yang tinggi. Bagi kehidupan banyak biota
akuatik komersial, ekosistem estuari merupakan daerah pemijahan dan asuhan. Kepiting (Scylia serrata),
tiram (Crassostrea cucullata) dan banyak ikan komersial merupakan hewan estuari. Udang niaga yang
memijah di laut lepas membesarkan larvanya di ekosistem ini dengan memanfaatkannya sebagai sumber
makanan.
Daerah muara sungai yang terlindung dan kaya akan sumberdaya hayati menjadi tumpuan hidup para
nelayan, sehingga tidak dapat dihindari terjadinya pemukiman di pinggiran muara sungai. Tidak hanya itu,
karena muara sungai ini juga menjadi penghubung daratan dan lautan yang sangat praktis, maka manusia
menggunakannya sebagai media perhubungan. Daerah yang terlindung juga menjadi tempat berlabuh dan
berlindung kapal, terutama di saat saat laut berombak besar. Perkembangan industri pantai menambah
padatnya wilayah estuari ini oleh kegiatan manusia karena daratan estuari merupakan akses yang bagus
buat kegiatan industri itu, khususnya tersedianya air yang melimpah, baik itu untuk pendingin generator
maupun untuk pencucian alat alat tertentu dan tidak dapat dihindari nafsu untuk membuang limbah ke
lingkungan akuatik.
Sifat fisik ekosistem estuarin
Sifat fisik estuarin yang mempunyai variasi yang besar dalam banyak parameter yang sering kali
menciptakan suatu lingkungan yang sangat menekan bagi organisme. Mungkin inilah yang menyebabkan
mengapa jumlah spesies yang hidup didaerah estuarin lebih sedikit dibanding dengan di habitat laut
lainnya.
Faktor fisik seperti salinitas, suhu, aksi ombak dan arus, kekeruhan, oksigen. Yang pertama adalah salinitas
dimana salinitas merupakan faktor dominan. Secara definitif, sutu gradient salinitas akan tampak pada
suatu saat tertentu. Tetapi pola gradient bervariasi bergantung pada musim, topografi estuaria, pasang surut
dan jumlah air tawar. Tetapi ada juga faktor lain yang berperan dalam mengubah pola salinitas. Pasang
surut merupakan salah satu kekuatan. Tempat perbedaan pasang surut cukup besar, pasang naik mendorong
air laut lebih jauh ke hulu estuaria, mengesre isohaline ke hulu dan pasang surut sebaliknya mengesre
isohaline kehilir. Akibatnya da daerah estuaria yang rezim salinitasnya berubah sesuai dengan keadaan
pasang surut. Juga bias diakibatkan rotasi bumi yang berpengaruh terhadap membeloknya aliran air,
dibelahan bumi utara kekuatan ini membelokan air tawar yang mengalir keluar kesebelah kanan dan
kebalikan untuk daerah disebelah selatan. Perubahan salinitas musiman didaerah estuaria diakibatkan
karena perubahan penguapan atau perubahan aliran air tawar musiman. Didaerah dimana debit air tawar
atau kering dalam setengah waktu dalam setahun salinitas tinggi akan bergeser ke hulu. Dengan mulainya
kenaikan air tawar gradient salinitas bergeser kehilir ke arah mulut estuaria. Oleh karena itu, pada berbagai
musim suatu titik tertentu diestuaria dapat mengalami salinitas yang berbeda-beda.
Suhu air yang ada diestuaria lebih bervariasi dari pada di perairan pantai didekatnya. Hal ini sebagian
karena biasanya diestuaria volume air lebih kecil sedangkan luas permukaan lebih besar, dengan demikian
pada kondisi atmosfer yang ada air estuaria ini mudah cepat panas dan lebih cepat dingin. Selain itu juga
masukan air tawar. Air tawar di sungai atau dikali lebih dipengaruhi oleh perubahan suhu musiman dari
pada air laut. Sungai di daerah beriklim sedang suhunya lebih rendah dimusim dingin dan lebih tinggi
dimusim panas dari pada suhu ar laut didekatnya. Ketika air tawar masuk ke estuaria dan bercampur
dengan air laut, maka akan terjadi perubahan suhu. Akibatnya suhu perairan estuaria lebih rendah pada
musim dingin dan lebih tinggi pada musim panas daripada perairan pantai disekitarnya. Karena air tawar
memperlihatkan kisaran suhu yang yang terbesar, maka apabila seseorang bergerak kehulu estuaria, kisaran
suhu tahuananmenjadi lebih besar. Begitu pula kisaran suhu paling kecil dimana percampuran air twar
minimal. Suhu yang bervariasi secara vertical. Perairan permukaan mempunyai kisaran yang terbesar, dan
perairan lebih dalam kisaran suhunya lebih kecil. Pada estuaria baji garam, perbeaan suhu vertical ini juga
memperlihatkan kenyataan bahwa perairan permukaan didominasi air tawar, sedangkan perairan yang
lebih dalam didominasi atau seluruhnya terdiri dari air laut.
Aksi ombak dan arus, pada lingungan estuaria dikelilingi daratan pada tiga sisi. Ini berarti bahwa luas
perairan yang ada diatasnya angina dapat bertiup untuk menciptakan ombak adalah minimal. Paling tidak
jika disbanding dengan lautan. Karena ombak bergantung pada luas perairan terbuka yang diatasnya angina
dapat bertiup, berarti pada daerah perairan yang sempit menghasilkan ombak yang kecil. Arus estuaria
dipengaruhi oleh kegiatan pasang surut dan aliran sungai. Untuk daerah hulu terjadi masukan air tawar
yang terus menerus. Sebagian akan bercampur dengan air laut. Pada akhirnya sebagian besar juga mengalir
keluar estuaria. Atau menguap untuk mengimbangi air berikutnya yang masuk kebagian hulu. Selain itu
juga kekeruhan dimana jumlah partikel tersuspensi dalam perairan estuaria setidak-tidaknya pada waktu
tertentu dalam setahun air menjadi sangat keruh. Kekerhan terjadi pada saat aliran sungai maksimum .

kekeruhan suatu estuaria mendekati konsentrasi plankton dan atau kecepatan angin. Pengaruh ekologi
utama kekeruhan adalah penurunan penetrasi cahaya secara mencolok. Hal ini mengakibatkan menurunkan
fotosintesis fitoplankton dan tumbuhan bentik yang mengakibatkan turunya produktivitas. Untuk jumlah
oksigen yang masuk kedalam estuaria bersama-sama dengan kedangkalannya, pengadukannya, dan
pencampuran oleh angin biasanya berarti cukupnya persediaan oksigen. Karena kelarutan oksigen dalam
air berkurang dengan naiknya suhu dan salinitas jumlah oksigen dalam air akan bervariasi sesuai dengan
variasi parameter.
Hewan yang bisa hidup
Daerah estuarin merupakan tempat hidup yang baik bagi populasi ikan jika dibandingkan dengan jenis ikan
lainnya. Daerah ini merupakan tempat untuk berpijah dan membesarkan anak-anaknya bagi beberapa
spesies ikan. Adapun faktor yang menyebabkan daerah ini mempunyai nilai produktivitas tinggi yaitu,
disana terdapat suatu penambahan bahan- bahan organik secara terus menerus yang berasala dari daerah
aliran sungai, perairan estuarin adalah dangkal, sehingga cukup menerima matahari untuk membantu
kehidupan tumbuh-tumbuhan yang sangat banyak, daerah estuarin merupak tempat yang relative kecil
menerima aksi gelombang akibatnya detritus dapat menumpuk didalamnya, aksi pasang selalu mengadukaduk bahan organic yang berada disekitar tumbuh-tumbuhan.
Biota yang hidup di ekosistem estuari umumnya adalah percampuran antara yang hidup endemik, artinya
yang hanya hidup di estuari, dengan mereka yang berasal dari laut dan beberapa yang berasal dari perairan
tawar, khususnya yang mempunyai kemampuan osmoregulasi yang tinggi. Bagi kehidupan banyak biota
akuatik komersial, ekosistem estuari merupakan daerah pemijahan dan asuhan. Kepiting (Scylia serrata),
tiram (Crassostrea cucullata) dan banyak ikan komersial merupakan hewan estuari. Udang niaga yang
memijah di laut lepas membesarkan larvanya di ekosistem ini dengan memanfaatkannya sebagai sumber
makanan.
Terdapat juga binatang yang dapat kita golongkan kedalam kompenen peralihan, kedalam kompenen ini
termasuk dalam organisme seperti ikan yang melakukan migrasi yang melewati estuaria dalam
perjalananya kedaerah pemijahan baik diair tawar maupun air laut, contoh umum adalah ikan salem
(Salmo, Oncorbyncus) dan Belut laut (Anguilla). Sedangkan untuk fauna peralihan juga termasuk binatang
yang ada di estuaria hanya untuk mencari makan dan termasuk berbagai burung dan ikan. Organisme
estuarin berasal dari binatang laut dan bukan dari air tawar, karena binatang laut mampu mentolerir
penurunan sanilitas yang besar daripada spesies air tawar menghadapi kenaikan salinitas.
D.

EKOLOGI LAUT

Kehidupan biota laut, dimana pun, selalu dipengaruhi oleh factor-faktor lingkungan. Factor-faktor tersebut
dapat berperan bersama-sama atau satu factor lebih menonjol pengaruhnya dari yang lain.
Lingkungan laut selalu berubah dan dinamik. Perubahan tersebut akan mengubah intensitas factor-faktor
lingkungan. Factor-faktor lingkungan yang banyak berpengaruh terhadap terhadap kehidupan di laut
adalah:
1. Gerakan air
2. Suhu dan densitas air
3. Salinitas
4. Cahaya
Air laut selalu dalam keadaan bergerak, yang disebabkan oleh angin yang berhembus di atas
permukaannya, pengadukan yang terjadi akibat perbedaan suhu air di dua lapisan, perbedaan tinggi
permukaan laut, pasang-surut dan lain-lain. Gerakan air laut ini dikenal sebagai arus, gelombang,
permukaan massa air (upwelling), tenggelaman massa air (downwelling) dan sebagainya.
Salinitas air laut berasal dari dalam dasar laut melalui proses outgassing, yaitu rembesan dari kulit bumi
dari dasar laut yang berbentuk gas ke permukaan dasar laut. Kadar garam ini tetap tidak berubah sepanjang
massa.
Zat-zat terlarut yang membentuk garam, yang kadarnya diukur dengan istilah salinitas dapat dibagi
menjadi empat, yaitu:
a. Konstituen utama : Cl, Na, SO4, dan Mg.
b. Gas terlarut
: CO2, N2, dan O2.
c. Unsure hara
: Si, N, dan P.
d. Unsur runut
: I, Fe, Mn, Pb, dan Hg
Suhu alami laut berkisar antara suhu di bawah 0 C sampai 33 C. di permukaan laut, air laut membeku pada
suhu -1,9 C. uumumnya ada hubungan tak langsungg antara suhu dan densitas, karena ada gangguan atom-

atom dalam molekul air. Kenaikan suhu menurunkan densitas air laut dan menambah daya larut air laut.
Caahaya bagi hewan laut mempunyai pengaruh terbesar secara tidak langsung, yakni sebagai sumber
energy untuk proses fotosintesis tumbuhan yang menjadi tumpuan hidupnya. Cahaya juga merupakan
factor penting dalam hubungannya dengan perpindahan populasi hewan laut.
Zonasi perairan laut
Dari perspektif ekologis, lautan dapat dibagi menjadi daerah neritik di atas paparan benua (continental
shelf) dan kedalaman oseanik yang terletak setelah paparan benua yang relative dangkal. Bagian neritik
yang terletak di lepas pantai disebut zona litoral. Karena arusnya dan penetrasi sinar matahari penuh akibat
kedangkalannya, zona litoral sangat kaya akan hewan dan tumbuhan. Lebih dekat lagi dengan pantai dari
pada zona litoral disebut zona antarpasang (intertidale zone, zona pasang surut), yang secara periodic
tertutup oleh air saat pasang naik dan terbuka saat pasang surut. Kedalaman-kedalaman laut dibagi menjadi
zona pelagic yang kaya plankton dan zona abisal yang lebih dalam lagi.
Tentang zonasi laut Kimball (1991), menjelaskan bahwa lautan dapat digambarkan dalam istilah zona, dan
banyak persamaan di antara keduanya. Pinggiran laut disebut zona intertidal. Daerah ini terdiri atas pasir
pantai, karang, muara, dan dii daerah tropic dan subtropik, ada rawa mangrove dan gosong karang.
Lautan yang relative dangkal dan meluas ke pinggiran selat benua dinamakan zona neritik. Zona oseanik
terdapat di atas lembah lautan.
Kehidupan di Laut
Meskipun dilaut terdapat kehidupan yang beraneka ragam, tetapi lazimnya biota laut hanya dikelompokkan
ke dalam tiga kategori utama, yakni palankton, nekton, dan bentos. Plankton hidup di zona pelagic dan
meengapung, menghanyut, atau berenang sangat lemah. Plankton terdiri dari fito plankton dan
zooplankton. Nekton adalah biota yang berenang-renang, yang hanya terdiri dari hewan. Sedangkan
benthos adalah biota yang hidup di atas atau di dalam dasar laut, baik itu tumbuhan ataua hewan.
Di laut tumbuhan merupakan produsen yang sesungguhnya. Dari keempat divisi tumbuhan, hanya ada dua
divisi yang dapat ditemukan di laut, yaitu Thallophyta dan Spermatophyta. Kelas Thallophyta adalah
Myxophyceae (alga hijau-biru), Chlorophyceae (alga hijau), Phaephyceae (alga coklat), Rhodophyceae
(alga merah).
E.

PENGELOLAAN EKOSISTEM PERAIRAN

River continuum concept


Pengelolaan pesisir
Pengelolaan sumberdaya pesisir secara terpadu menghendaki adanya keberlanjutan (sustainability) dalam
pemanfaatan sumberdaya pesisir. Sebagai kawasan yang dimanfaatkan untuk berbagai sektor
pembangunan, wilayah pesisir memiliki kompleksitas isu, permasalahan, peluang dan tantangan.
Terdapat beberapa dasar hukum pengelolaan wilayah pesisir yaitu:
1) UU No. 5 tahun 1990, tentang Konservasi Sumberdaya Alam dan Ekosistemnya.
2) UU No. 24 tahun 1992, tentang Penataan Ruang.
3) UU No. 23 tahun 1997, tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
4) UU No. 22 tahun 1999, tentang Pemerintahan Daerah.
5) PP No. 69 tahun 1996, tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban, Serta Bentuk dan Tata Cara Peran Serta
Masyarakat Dalam Penataan Ruang.
6) Keputusan Presiden RI No. 32 tahun 1990, tentang Pengelolaan Kawasan Lindung.
7) Permendagri No. 8 tahun 1998, tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang di Daerah.
8) Berbagai Peraturan Daerah yang relevan.
Pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut yang tidak memenuhi kaidah-kaidah pembangunan yang
berkelanjutan secara signifikan mempengaruhi ekosistemnya. Kegiatan pembangunan yang ada di kawasan
ini akan dapat mempengaruhi produktivitas sumberdaya akibat proses produksi dan residu, dimana
pemanfaatan yang berbeda dari sumberdaya pesisir kerap menimbulkan konflik yang dapat berdampak
timbal balik. Oleh karena itu pemanfaatan sumberdaya pesisir untuk tujuan pembangunan nasional akan
dapat berhasil jika dikelola secara terpadu (Integrated Coastal Zone Management, ICZM). Pengalaman
membuktikan bahwa pengelolaan atau pemanfaatan kawasan pesisir secara sektoral tidaklah efektif
(Dahuri et. al 1996; Brown 1997; Cicin-Sain and Knecht 1998; Kay and Alder 1999).

Pengelolaan sumberdaya pesisir secara terpadu adalah suatu proses iteratif dan evolusioner untuk
mewujudkan pembangunan kawasan pesisir secara optimal dan berkelanjutan. Tujuan akhir dari ICZM
bukan hanya untuk mengejar pertumbuhan ekonomi (economic growth) jangka pendek, melainkan juga
menjamin pertumbuhan ekonomi yang dapat dinikmati secara adil dan proporsional oleh segenap pihak
yang terlibat (stakeholders), dan memelihara daya dukung serta kualitas lingkungan pesisir, sehingga
pembangunan dapat berlangsung secara lestari. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut maka unsur
esensial dari ICZM adalah keterpaduan (integration) dan koordinasi. Setiap kebijakan dan strategi dalam
pemanfaatan sumberdaya pesisir harus berdasarkan kepada : (1) pemahaman yang baik tentang prosesproses alamiah (eko-hidrologis) yang berlangsung di kawasan pesisir yang sedang dikelola; (2) kondisi
ekonomi, sosial, budaya dan politik masyarakat; dan (3) kebutuhan saat ini dan yang akan datang terhadap
barang dan (produk) dan jasa lingkungan pesisir.
Di dalam proses pengelolaan dilakukan identifikasi dan analisis mengenai berbagai isu pengelolaan atau
pemanfaatan yang ada maupun yang diperkirakan akan muncul dan kemudian menyusun serta
melaksanakan kebijakan dan program aksi untuk mengatasi isu yang berkembang. Proses pengelolaan
kawasan pesisir secara terpadu dan berkelanjutan ini paling kurang memiliki empat tahapan utama : (1)
penataan dan perencanaan, (2) formulasi, (3) implementasi, dan (4) evaluasi (Cicin-Sain and Knecht 1998).
Pada tahap perencanaan dilakukan pengumpulan dan analisis data guna mengidentifikasi kendala dan
permasalahan, potensi dan peluang pembangunan dan tantangan. Atas dasar ini, kemudian ditetapkan
tujuan dan target pengelolaan atau pemanfaatan dan kebijakan serta strategi dan pemilihan struktur
implementasi untuk mencapai tujuan tersebut.
Oleh karena tujuan ICZM adalah mewujudkan pembangunan kawasan pesisir secara berkelanjutan maka
keterpaduan dalam perencanaan dan pengelolaan kawasan pesisir dan laut mencakup empat aspek, yaitu :
(a) keterpaduan wilayah/ekologis; (b) keterpaduan sektor; (c) keterpaduan disiplin ilmu; dan (d)
keterpaduan stakeholder. Dengan kata lain, penetapan komposisi dan laju/tingkat kegiatan pembangunan
pesisir yang optimal akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang dapat dirasakan oleh segenap
stakeholders secara adil dan berkelanjutan. Pengelolaan wilayah pesisir dan lautan secara terpadu pada
dasarnya merupakan suatu proses yang bersifat siklikal. Dengan demikian terlihat bahwa pendekatan
keterpaduan pengelolaan/pemanfaatan kawasan pesisir dan laut menjadi sangat penting, sehingga
diharapkan dapat terwujud one plan dan one management serta tercapai pembangunan yang berkelanjutan
dan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Secara skematik kerangka konsep studi disajikan pada
Gambar 1.
F. PENCEMARAN DAN KESEHATAN LINGKUNGAN
Aspek fisika pencemaran perairan
Aspek kimia pencemaran perairan
Aspek biologi pencemaran lingkungan

DAFTAR PUSTAKA
Ewusie, J.Y. 1990. Pengantar Ekologi Tropika. Bandung: Penerbit ITB.
Deshmukh, Ian. 1992. Ekologi dan Biologi Tropika. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Kimball, Jhon W. 1991. Biologi. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Romimohtarto, Kasijan. 2007. Biologi laut: Ilmu pengetahuan tentang Biota Laut. Jakarta: Djambatan.
Yudha, Indra Gumay. 2008. Ekosistem Perairan Tawar.

Anda mungkin juga menyukai