Rights of Shareholders
10%
26 item
Bonus 11 item
15%
17 item
Penalti 23 item
Role of Stakeholders
10%
21 item
25%
42 item
40%
79 item
JUMLAH
100%
185 item
34 item
Scorecard disusun dengan maksud untuk memacu perusahaan-perusahaan terbuka
meningkatkan praktek-praktek Corporate Governance dan menjadi lebih transparan dan terbuka
bagi investor global. Selain itu, scorecard juga dapat digunakan pemerintah sebagai pembuat aturan
Corporate Governance sebagai referensi dalam mengevaluasi aturan Corporate Governance yang
telah ada dan panduan untuk meningkatkan praktekCorporate Governance di suatu negara.
Indonesia Corporate Governance Report and Assessment
Regulasi Corporate Governance di Indonesia diatur dengan Undang-Undang Nomor 40
tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan Peraturan BAPEPAM LK. Selain itu, PLCs dapat
mengadopsi secara penuh maupun sebagiab prinsip-prinsip Corporate Governance yang disusun
oleh Komite Nasional Korporat Goverance (KNKG) pada tahun 2001 dan terakhir diubah tahun
2006. Untuk perusahaan di sektor perbankan juga harus mematuhi aturan Bank Indonesia dan bagi
Perusahaan BUMN harus mematuhi aturan dari Menteri BUMN.
Setelah dilakukan skoring dengan scorecard pada seratus PLCs di Indonesia pada 30 Juni
2012, diperoleh rata-rata skor Corporate Governance PLCs tersebut adalah 43,4% dengan skor
maksimum yang diperoleh 75,4% dan skor minimum 20,8%. Skor yang relatif rendah tersebut
mengindikasikan mayoritas Corporate Governance belum menerapkan praktek Corporate
Governance International degan baik. Penyebabnya antara lain karena sebagiab besar praktek
Corporate Governance bersifat sukarela dalam penerapannya dan PLCs di Indonesia hanya
melakukan praktek Corporate Governance yang diwajibkan saja. Selain itu, masih terdapat
perusahaan yang bahkan tidak mematuhi aturan Corporate Governance yang telah ada. Apabila
dirinci lebih lanjut per sektor, skor Untuk sektor perbankan adalah 58,9% dan BUMN 62,2%.
Kedua sektor tersebut memiliki skor lebih tinggi bila dibandingkan dengan rata-rata skor sektor
nonbank 40,5% dan sektor privat 39,9%.
Dengan analisis skor per prinsip OECD, maka skoring untuk PLCs di Indonesia serta
Kekuatan dan Area yang dapat ditingkatkan pada tiap Prinsip OECD di Indonesia dapat dilihat pada
tabel berikut:
Level 1
Prinsip OECD Skor Skor Skor Strength
Max. Min. Rata
-rata
Part A:
Right of
Shareholders
46,1
23,1 -
1. Persetujuan Pemegang
saham untuk menentukan
remunerasi,
2. Persetujuan pemegang
saham untuk menentukan
perubahan mendasar pada
perusahaan
Part B:
Equitable
Treatment of
Shareholders
68,8
6,3
Part C:
Role of
Stakeholders
100
4,8
Part D:
85
Disclosure and
Transparency
1. Kegagalan dalam
mengungkap kepemilikan
tidak langsung,
2. Kurang pengungkapan
tentang kepatuhan pada
prinsip Corporate Governance
Level 2
Bonus dan
Penalti
1. Lazimnya struktur
kepemilikan piramid,
2. Kegagalan mengungkap
tanggal pertemuan komisaris
independen,
3. Komisaris independen
menjabat lebih dari sembilan
tahun
Dari analisis di atas, dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan, praktek Corporate
Governance di Indonesia membutuhkan peningkatan yang signifikan untuk menyesuaikan diri
dengan praktek Corporate Governance Internasional. Perusahaan harus mengembangkan dan
meerapkan kebijakan Corporate Governance an meningkatkan kepatuhan terhadap aturan yang
telah ditetapkan. Usaha meningkatkan praktek Corporate Governance bukan hanya menjadi
tanggung jawab perusahaan dan pemerintah, namun juga harus menjadi perhatian pihak lain yang
berhubungan dengan perusahaab seperti kreditor, investor, dan analis.
Rekomendasi untuk meningkatkan praktek Corporate Governance di Indonesia adalah:
1. Analisis apakah akan membuat aturan Corporate Governance yang baru atau merevisi
aturan lama,
2. Kepatuhan terhadap aturan Corporate Governance harus ditingkatkan dengan penegakan
hukum yang tegas,
3. Revisi Prinsip Corporate Governance KNKT,
4. Menerapkan comply or explain,
5. Pemegang saham pengendali, direksi, dan eksekutif kunci harus diberi pemahaman tentang