Anda di halaman 1dari 4

Asean Corporate Governance Scorecard: Country Report and Assesment 2012 by ASEAN

Capital Market Forum and Asian Development Bank


Latar Belakang dan Metodologi
Pada tahun 2009 para Menteri Keuangan dari negara-negara ASEAN membuat rencana
implementasi ASEAN Capital Market Forum (ACMF) untuk pengembangan pasar modal yang
terintegrasi di ASEAN seiring akan dilaksanakannya Masyarakat Ekonomi ASEAN pada tahun
2015. ACMF menginisiasi ASEAN Corporate Governance Scorecard dan meranking pelaksanaan
Corporate Governance pada perusahaan yang telah listing di bursa (Publicity Listed
Company/PLCs) di ASEAN.
Scorecard yang dibuat meliputi lima area terkait lima prinsip dalam OECD. Kelima prinsip
tersebut kemudian diberi bobot kemudian dilakukan dua level skoring yaitu
1. level 1 dilakukan dengan menjabarkan kelima prinsip OECD tersebut ke dalam 185 item
dengan menggunakan indikator hukum dan aturan Corporate Governance yang berlaku di
suatu negara dan ekspektasi dasar dairi prinsip OECD yang dinilai. Masing-masing item
memiliki satu skor. Jumlah item untuk masing-masing item berbeda-beda.
2. Level 2 terdiri item bonus dan penalti. Bonus diberikan bagi perusahaan yang menerapkan
praktek Corporate Governance melebihi dari praktek yang diatur dan diwajibkan. Penalti
diberikan kepada perusahaandengan praktek Corporate Governance yang buruk dan tidak
mencerminkan skor pada level 1.
Selanjutnya jumlah skor level satu ditambah dengan bonus dan dikurangi penalti akan
menghasilkan skor akhir penerapan praktek Corporate Governance suatu perusahaan. Prinsip
OECD yang dinilai dan tahapan skoring dapat dilihat pada tabel di bawah:
No
Prinsip Corporate Governance
Bobot Jumlah item Level 1 Jumlah item Level 2
1

Rights of Shareholders

10%

26 item

Bonus 11 item

Equitable treatment of Shareholders

15%

17 item

Penalti 23 item

Role of Stakeholders

10%

21 item

Dislose and Transparency

25%

42 item

Responsibilities of The Board

40%

79 item

JUMLAH
100%
185 item
34 item
Scorecard disusun dengan maksud untuk memacu perusahaan-perusahaan terbuka
meningkatkan praktek-praktek Corporate Governance dan menjadi lebih transparan dan terbuka
bagi investor global. Selain itu, scorecard juga dapat digunakan pemerintah sebagai pembuat aturan
Corporate Governance sebagai referensi dalam mengevaluasi aturan Corporate Governance yang
telah ada dan panduan untuk meningkatkan praktekCorporate Governance di suatu negara.
Indonesia Corporate Governance Report and Assessment
Regulasi Corporate Governance di Indonesia diatur dengan Undang-Undang Nomor 40
tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan Peraturan BAPEPAM LK. Selain itu, PLCs dapat
mengadopsi secara penuh maupun sebagiab prinsip-prinsip Corporate Governance yang disusun
oleh Komite Nasional Korporat Goverance (KNKG) pada tahun 2001 dan terakhir diubah tahun
2006. Untuk perusahaan di sektor perbankan juga harus mematuhi aturan Bank Indonesia dan bagi
Perusahaan BUMN harus mematuhi aturan dari Menteri BUMN.
Setelah dilakukan skoring dengan scorecard pada seratus PLCs di Indonesia pada 30 Juni
2012, diperoleh rata-rata skor Corporate Governance PLCs tersebut adalah 43,4% dengan skor
maksimum yang diperoleh 75,4% dan skor minimum 20,8%. Skor yang relatif rendah tersebut
mengindikasikan mayoritas Corporate Governance belum menerapkan praktek Corporate
Governance International degan baik. Penyebabnya antara lain karena sebagiab besar praktek

Corporate Governance bersifat sukarela dalam penerapannya dan PLCs di Indonesia hanya
melakukan praktek Corporate Governance yang diwajibkan saja. Selain itu, masih terdapat
perusahaan yang bahkan tidak mematuhi aturan Corporate Governance yang telah ada. Apabila
dirinci lebih lanjut per sektor, skor Untuk sektor perbankan adalah 58,9% dan BUMN 62,2%.
Kedua sektor tersebut memiliki skor lebih tinggi bila dibandingkan dengan rata-rata skor sektor
nonbank 40,5% dan sektor privat 39,9%.
Dengan analisis skor per prinsip OECD, maka skoring untuk PLCs di Indonesia serta
Kekuatan dan Area yang dapat ditingkatkan pada tiap Prinsip OECD di Indonesia dapat dilihat pada
tabel berikut:
Level 1
Prinsip OECD Skor Skor Skor Strength
Max. Min. Rata
-rata

Area For Improvement

Part A:
Right of
Shareholders

46,1

23,1 -

1. Persetujuan Pemegang
saham untuk menentukan
remunerasi,
2. Persetujuan pemegang
saham untuk menentukan
perubahan mendasar pada
perusahaan

1. Kurangnya publikasi terkait


RUPS,
2. Publikasi RUPS satu hari
setelah diselenggarakan
3. Pembayaran dividen lebih
dari 30 hari sejak dumumkan

Part B:
Equitable
Treatment of
Shareholders

68,8

6,3

1. Abstainnya anggota dewan


dalam pengambilan
keputusan jika ada konflik
kepentingan,
2. Jarangnya asistensi
keuangan pada cabang
perusahaan

1. Tidak tersedianya Risalah


RUPS dalam bahasa inggris,
2. Tidak dicantumkannya
informasi tambahan dalam
risalah RUPS,
3. Kurang tepat waku dalam
melaporkan insider trading,
4. Kurangnya aturan tentang
dibutuhkannya komite
independen untuk mereview
transaksi dengan pihak
berelasi

Part C:
Role of
Stakeholders

100

4,8

53,2 1. Terdapat program dan


kebijakan CSR,
2. Terdapat kebijakan
kesehatan, keamanan dan
kesejahteraan karyawan,
3. Terdapat kebijakan
pelatihan dan pengembangan
karyawan,
4. Pemisahan tanggung jawab
perusahaan dalam laporan
tahunan

1. Tidak cukupnya program


dan kebijakan pemilihan
pemasok,
2. Kurangnya kebijakan dan
aktivitas antikorupsi,
3. Kurangnya mekanisme
whistle-blowing

Part D:
85
Disclosure and
Transparency

19,5 53,7 1. Pengungkapan Indikator


Kinerja Keuangan,
2. Pengungkapan nama pihak
berelasi dan transaksinya,
3. Publikasi Laporan
Keuangan triwulanan dan

1. Kegagalan dalam
mengungkap kepemilikan
tidak langsung,
2. Kurang pengungkapan
tentang kepatuhan pada
prinsip Corporate Governance

Laporan Keuangan audited 90 dalam laporan tahunan,


hari setelah tahun buku
3. Kegagalan mengungkap
berakhir,
anggota direksi yang menjadi
direksi juga di perusahaan
lain,
4. Kegagalan mengungkap
audit fee dan non audit fee,
5. Tidak cukup informasi
tentang remunerasi anggota
dewan
Part E:
77,2
Responsibility
of The Boards

19,2 44,1 1. Dilibatkannya minimal


satu komisaris dengan
pengalaman kerja sesua
bidang perusahaan,
2. Independensi penuh komite
audit,
3. Pengungkapan yang cukup
tentang tanggung jawab,
komposisi, julah rapat dan
tingkat kehadiran komite
audit,
4. Pengungkapan yang cukup
tentang Sistem Pengendalian
Internal dan Manajemn
Resiko

1. Pengungkapan yang kurang


mengenai proses nominasi
anggota dewan dan eksekutif
kunci,
2. Kurangnya penilaian
kinerja bagi dewan direksi,
komisaris, dan komite audit,
3. Kurangnya aturan terkait
jumlah komisaris independen
dan pembatasan jumlah
perusahaan yang dapat
dipegang oleh seseorang
sebagai komisaris dalam
periode yang sama,
4. Keggagalan mengungkap
frekuensi rapat komisaris dan
tingkat kehadirannya.

Level 2
Bonus dan
Penalti

1. Komentar komisaris dan


komite audit terkait
kecukupan Sistem
Pengendalian Internal dan
Manajemen Resiko

1. Lazimnya struktur
kepemilikan piramid,
2. Kegagalan mengungkap
tanggal pertemuan komisaris
independen,
3. Komisaris independen
menjabat lebih dari sembilan
tahun
Dari analisis di atas, dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan, praktek Corporate
Governance di Indonesia membutuhkan peningkatan yang signifikan untuk menyesuaikan diri
dengan praktek Corporate Governance Internasional. Perusahaan harus mengembangkan dan
meerapkan kebijakan Corporate Governance an meningkatkan kepatuhan terhadap aturan yang
telah ditetapkan. Usaha meningkatkan praktek Corporate Governance bukan hanya menjadi
tanggung jawab perusahaan dan pemerintah, namun juga harus menjadi perhatian pihak lain yang
berhubungan dengan perusahaab seperti kreditor, investor, dan analis.
Rekomendasi untuk meningkatkan praktek Corporate Governance di Indonesia adalah:
1. Analisis apakah akan membuat aturan Corporate Governance yang baru atau merevisi
aturan lama,
2. Kepatuhan terhadap aturan Corporate Governance harus ditingkatkan dengan penegakan
hukum yang tegas,
3. Revisi Prinsip Corporate Governance KNKT,
4. Menerapkan comply or explain,
5. Pemegang saham pengendali, direksi, dan eksekutif kunci harus diberi pemahaman tentang

benefit penerapan Corporate Governance pada perusahaan,


6. Monitoring dari masyaratak harus ditingkatkan.

Anda mungkin juga menyukai