Anda di halaman 1dari 8

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Pariwisata
Pariwisata merupakan salah satu industri yang mampu menyediakan
pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal penyediaan lapangan kerja,
pendapatan, tarif hidup, dan dalam mengaktifkan sektor produksi lain di dalam
negara peneri ma wisatawan. Menurut Badrudin (2000) mendefinisikan pariwisata
sebagai kegiatan melakukan perjalanan dengan tujuan mencari kepuasan, mencari
sesuatu, memperbaiki kesehatan, menikmati olahraga atau istirahat, menunaikan
tugas, berziarah dan lain-lain.
Menurut Wahab (2003), pada dasarnya ruang lingkup kepariwisataan
terdiri atas 3 unsur yakni: manusia sebagai unsur insani pelaku kegiatan
pariwisata, tempat sebagai unsur fisik yang sebenarnya tercakup oleh kegiatan itu
sendiri dan waktu sebagai unsur tempo yang dihabiskan dalam perjalanan itu
sendiri dan selama berdiam di tempat tujuan wisata.
Pariwisata berasal dari dua kata, yakni Pari dan Wisata. Pari dapat
diartikan sebagai banyak, berkali-kali, berputar-putar atau lengkap. Kata wisata
dapat diartikan sebagai perjalanan atau berpergian yang dalam hal ini sinonim
dengan kata travel dalam Bahasa Inggris. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka
kata pariwisata dapat diartikan sebagai perjalanan yang dilakukan berkali-kali
atau berputar-putar dari suatu tempat ke tempat lain, yang dalam bahasa Inggris
disebut dengan tour (Yoeti, 1996).
Bila ditinjau dari segi ekonomi mikro, maka yang dimaksud dengan
industri pariwisata adalah setiap uniy produksi yang dapat menghasilkan produk
atau jasa tertentu. Atas dasar pengertian ini, maka hotel atau transport secara

Universitas Sumatera Utara

sendiri-sendiri dapat disebut sebagai industri pariwisata. Dalam pengertian


ekonomi makro, yang dimaksudkan dengan

industri pariwisata adalah

keseluruhan unit-unit produksi seperti: pemandu, hotel, restoran, atraksi turis dan
took souvenir baik yang tempat kedudukannya di daerah, dalam negeri, atau luar
negeri yang ada kaitannya dengan perjalanan wisatawan yang bersangkutan.
Penilaian terhadap suatu kawasan wisata memiliki peranan yang dapat
menentukan pengembangan dari kawasan wisata tersebut yang mencakup
berbagai faktor yang berkaitan dengan nilai sosial dan politik. Menurut Ward
et.al, (2000) dalam Rahardjo (2002) metode penilaian khususnya untuk mengukur
nilai ekonomi wisata alam yang paling banyak dipakai adalah Travel Cost Method
(TCM). Metode ini menduga nilai ekonomi kawasan wisata berdasarkan penilaian
yang diberikan masing-masing individu atau masyarakat terhadap kenikmatan
yang tidak ternilai (dalam rupiah) dari biaya yang dikeluarkan untuk berkunjung
ke sebuah objek wisata, baik itu opportunity cost maupun biaya langsung yang
dikeluarkan seperti biaya transportasi, konsumsi makanan, minuman, hotel, tiket
masuk dan sebagainya.
Berikut adalah jenis-jenis pariwisata, menurut Spillane (1989) dalam
Badrudin (2000) yang terdapat di daerah tujuan wisata yang menarik wisatawan
untuk mengunjunginya sehingga dapat pula diketahui jenis pariwisata yang
mungkin layak untuk dikembangkan dan mengembangkan jenis sarana dan
prasarana yang mendukung kegiatan pariwisata tersebut.
a.

Pariwisata

untuk

menikmati

perjalanan

(pleasure

tourism).

Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang yang meninggalkan tempat


tinggalnya untuk berlibur, mencari udara segar yang baru, untuk

Universitas Sumatera Utara

mengendorkan ketegangan syarafnya, untuk menikmati keindahan alam,


untuk menikmati hikayat rakyat suatu daerah, untuk menikmati hiburan, dan
sebagainya.
b.

Pariwisata untuk rekreasi (recreation sites)


Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang yang menghendaki pemanfaatan
hari-hari libur untuk istirahat, untuk memulihkan kembali kesegaran jasmani
dan rohani, yang akan menyegarkan keletihan dan kelelahannya.

c.

Pariwisata untuk kebudayaan (cultural tourism)


Jenis pariwisata ini ditandai oleh adanya rangkaian motivasi seperti keinginan
untuk belajar di pusat-pusat pengajaran dan riset, untuk mempelajari adat
istiadat, cara hidup masyarakat negara lain dan sebagainya.

d.

Pariwisata untuk olahraga (sports tourism)


Jenis pariwisata ini bertujuan untuk tujuan olahraga, baik hanya untuk
menarik penonton olahraga dan olahragawannya sendiri serta ditujukan bagi
mereka yang ingin mempraktikkannya sendiri.

e.

Pariwisata untuk urusan dagang besar (business tourism)


Dalam jenis pariwisata ini, unsur yang ditekankan adalah kesempatan yang
digunakan oleh pelaku perjalanan ini yang menggunakan waktu-waktu
bebasnya untuk menikmati dirinya sebagai wisatawan yang mengunjungi
berbagai obyek wisata dan jenis pariwisata lain.

f.

Pariwisata

untuk

konvensi

(convention

tourism)

Banyak negara yang tertarik dan menggarap jenis pariwisata ini dengan
banyaknya hotel atau bangunan-bangunan yang khusus dilengkapi untuk
menunjang convention tourism (Leonardo, 2008).

Universitas Sumatera Utara

Konsep Ekowisata (Wisata Alam)


Salah satu bentuk kegiatan wisata alam yang berkembang saat ini adalah
ekowisata. Ekowisata lebih popular dan banyak dipergunakan dibandingkan
dengan terjemahan yang seharusnya dari istilah ecoturism yaitu ekoturisme.
Dilihat dari tujuan orang-orang melakukan wisata maka pariwisata dapat
dikelompokkan sebagai berikut:
1. Pariwisata untuk menikmati perjalanan (pleasure tourism)
Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang-orang meninggalkan tempat
tinggalnya untuk berlibur, mencari udara segar yang baru, untuk memenuhi
kehendak ingin tahu, untuk mengendorkan ketegangan saraf, untuk melihat
sesuatu yang baru, untuk menikmati keindahan alam, untuk mengetahui hikayat
rakyat setempat, untuk mendapatkan ketengan dan kedamaian diluar kota, atau
bahkan sebaliknya untuk menikmati hiburan di kota-kota besar attaupun untuk
ikut serta dalam keramaian pusat-pusat wisatawan.
2. Pariwisata untuk rekreasi (recreation tourism)
Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang-orang memanfaatkan hari
liburnya untuk beristirahat, memulihkan kembali kesegaran jasmani dan
rohaninya. Biasanya mereka tinggal selama mungkin ditempat-tempat yang
dianggapnya benar-benar menjamin tujuan-tujuan rekreasi tersebut, misalnya
ditepi pantai, pegunungan, pusat-pusat peristirahatan, obyek-obyek wissata serta
wisata lainnya.
3. Pariwisata untuk kebudayaan (cultural tourism)
Jenis wisata ini biasanya ditandai oleh adaya rangkaian motivasi, sepeti
keinginan untuk belajar dipusat-pusat pengajaran, untuk mempelajari adat istiadat,

Universitas Sumatera Utara

kelembagaan, monumen bersejarrah peninggalan pradaban masa lalu, atau


monumen besar masa kini, dan tempat-tempat bersejarah lainnya.
4. Pariwisata untuk olah raga (Sports Tourism)
Jenis pariwisata olah raga ini dapat di bagi menjadi dua kategori yaitu:
Big sport event, yaitu peristiwa-peristiwa olahraga besar seperti Olimpiade
Games, kejuaraan ski di dunia atau turnamen olah raga lainnya yang
banyak menarik penonton
Sport young tourism of the practioners, yaitu peristiwa bagi mereka yang
ingin berlatih dan mempraktikan sendiri olahraga tersebut untuk
kepentingan mereka sendiri. Seperti pendakigunung, naik kuda dan
olahraga pariwisata lainnya.
5. Pariwisata untuk urusan dagang (Busines Tourism)
Jenis pariwisata ini dilakukan untuk kegiatan atau urusan-urusan bisnis
atau dagang semata, dan berkaitan dengan urusan-urusan bisnis lainnya.
6. Pariwisata untuk urusan konferensi (Convention Turism)
Jenis pariwisata mencakup kegiatan konferensi pertemuan baiknasional
atau Internasional.

Konsep Nilai Ekonomi Sumber Daya Alam


Secara umum, nilai ekonomi didefiniskan sebagai pengukuran jumlah
maksimun seseorang untuk mengorbankan barang atau jasa guna memperoleh
barang atau jasa lain ya. Secara formal, konsep ini disebut sebagai keinginan
membayar (willingness to pay) seseorang terhadap barang atau jasa yang
dihasilkan oleh sumberdaya alam dan lingkungan (Djijono 2002).

Universitas Sumatera Utara

Kelayakan ekonomi pada suatu pengembangan memang harus dilihat dari


dua sisi yaitu potensi sumberdaya dan potensi pasarnya. Sumberdaya wisata alam
menghasilkan jasa untuk memuaskan kebutuhan manusia yang bersifat non mteriil
dan lebih banyak bersifat kejiwaan dan kesehatan. Taksiran berapa jumlah
pengunjung dan lamanya kunjungan (visitor days) sangat penting untuk analisa
prospek investasi di bidang wisata alam. (Sumitro, 2004).
Dengan menggunakan pengukuran ini, nilai ekologis dari ekosistem atau
sumberdaya alam akan dapat diterjemahkan ke dalam bahasa ekonomi dengan
mengukur nilai monoter dari barang atau jasa. Misalnya, apabila suatu ekosistem
pantai atau perairan mengalami kerusakan akibat polusi, maka nilai yang hilang
akibat degradasi lingkungan dapat diukur dari keinginan seseorang untuk
membayar agar lingkungan tersebut kembali menjadi seperti semula atau kondisi
sebelum terjadinya pencemaran (Fauzi 2004).

Pendekatan Biaya Perjalanan (Travel Cost Method)


Konsep dasar dari metode travel cost adalah waktu dan pengeluaran biaya
perjalanan (travel cost expenses) yang harus dibayarkan oleh para pengunjung
untuk mengunjungi tempat wisata tersebut yang merupakan hatga untuk akses ke
tempat wisata (Garrod dan Willis, 1999). Itulah yang disebut dengan willingness
to pay (WTP) yang diukur berdasarkan perbedaan biaya perjalanan.
Secara prinsip, metode ini mengkaji biaya yang dikeluarkan setiap
individu untuk mendatangi tempat rekreasi, misalnya untuk menyalurkan hobi
memancing atau berekreasi di pantai, seseorang akan mengorbankan biaya dalam
bentuk waktu dan uang untuk mendatangi tempat tersebut. Dengan mengetahui

Universitas Sumatera Utara

pola ekspenditure dari konsumen ini, maka akan dapat dikaji barapa nilai (value)
yang diberikan konsumen kepada sumberdaya alam dan lingkungan.
Dengan demikian, menurut Fauzi (2004) metode ini dapat digunakan
untuk mengukur manfaat dan biaya akibat dari : (i) perubahan biaya akses (tiket
masuk) bagi suatu tempat rekreasi; (ii) penambahan tempat rekreasi baru; (iii)
perubahan kualitas lingkungan tempat rekreasi; dan (iv) penutupan tempat
rekreasi yang ada. Tujuan dasar TCM adalah ingin mengatahui nilai kegunaan
dari sumberdaya alam melalui pendekatan proxy. Dengan kata lain, biaya yang
dikeluarkan untuk mengkonsumsi jasa dari sumberdaya alam digunakan sebagai
proxy untuk menentukan harga dari sumberdaya alam tersebut.
Terdapat beberapa pendekatan yang digunakan untuk memecahkan
permasalahan melalui metode travel cost menurut Garrod dan Willis (1999),
yaitu:
1.

Pendekatan Zona Biaya Perjalanan (A simple zonal travel cost approach),


menggunakan data sekunder dan pengumpulan data dari para pengunjung
menurut daerah asal.

2.

Pendekatan Biaya Perjalanan Individu (An individual travel cost approach),


menggunakan survei data dari para pengunjung secara individu.
Penelitian dengan menggunakan metode biaya perjalanan individu

(Individual Travel Cost Method) biasanya dilaksanakan melalui survey kuesioner


pengunjung mengenai biaya perjalanan yang harus dikeluarkan ke lokasi wisata,
kunjungan ke lokasi wisata yang lain (substitute sites), dan faktor-faktor sosial
ekonomi (Suparmoko, 1997). Data tersebut kemudian digunakan untuk
menurunkan kurva permintaan dimana surplus konsumen dihitung.

Universitas Sumatera Utara

Metode ini telah banyak dipakai dalam perkiraan nilai suatu taman
rekreasi denganmenggunakan berbagai variabel (Suparmoko, 2000). Pertama kali
dikumpulkan data mengenai jumlah pengunjung taman, biaya perjalanan yang
dikeluarkan, serta faktor-faktor lain seperti tingkat pendapatan, tingkat
pendidikan, dan mungkin juga agama dan kebudayaan serta kelompok etnik dan
sebagainya. Data atau informasi tersebut diperoleh dengan cara mewawancarai
para pengunjung taman rekreasi tersebut mengenai jarak tempuh mereka ke lokasi
taman rekreasi tersebut, biaya perjalanan yang dikeluarkan, lamanya waktu yang
digunakan, tujuan perjalanan, tingkat pendapatan rata-rata, dan faktor sosial
ekonomi lainnya.
Travel Cost Method

berdasarkan pendekatan individual menggunakan

data yang sebagian besarnya berasal dari kegiatan survai di lapangan. Metodologi
pendekatan individual Travel Cost Method secara prinsip sama dengan sistem
zonasi, namun pada pendekatan ini analisis lebih didasarkan pada data primer
yang diperoleh melalui survai dan teknik statistika yang relatif kompleks.
Kelebihan dari metode Travel Cost Method dengan pendekatan individu adalah
hasil yang diperoleh relatif akurat daripada metode zonasi (Fauzi 2004).

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai