Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut WHO diare merupakan merupakan buang air besar dengan frekuensi lebih sering
(lebih dari 3 kali dalam sehari) dan dengan konsistensi lebih cair dengan atau tanpa darah dan
atau lendir. Diare juga dikatakan jika kandungan air dalam tinja melebihi normal yaitu lebih
dari 10 ml/kgBB/hari. Diare dapat disebabkan oleh 3 hal yaitu infeksi pencernaan oleh
rotavirus dan e coli, alergi makanan. Penyebab tersering dari diare akut pada anak yaitu
infeksi virus terutama rotavirus (60-70%)1,2.
Diare dapat dibedakan menjadi 2 yaitu diare akut dan diare kronis atau persisten.
Diare akut merupakan jenis yang paling sering muncul dan biasanya akan menghilang dalam
14 hari, sedangkan diare kronis atau persisten tidak menghilang dalam 14 hari dan disertai
darah, lendir serta bau busuk pada tinja. Menurut WHO dan UNICEF terdapat 2 juta kasus
diare tiap tahunnya di dunia dan 1,9 juta terjadi pda anak-anak dengan usia kurang dari 5
tahun dan terutama terjadi pada Negara berkembang. Sebanyak 18% anak anak usia
dibawah 5 tahun meninggal yang diartikan sebanyak 5000 anak meninggal setiap harinya dan
78% terjadi di Afrika dan Asia Tenggara2,3.
Penegakkan diagnosis diare dapat dilakukan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
penunjang. Pada anamnesis ditekankan pada frekuensi, jumlah, bau, adanya darah atau lendir,
buang air kecil dan juga penyakit yang menyertai diare. pemeriksaan tanda vital dan fisik
umum dilakukan terutama mencari tanda-tanda dehidrasi seperti kesadaran, napas cepat, rasa
haus, turgor kulit, mata cowong mukosa mulut dan lidah yang kering.

Pemeriksaan

penunjang umumnya tidak rutin dilakukan pada diare akut namun, dapat dipertimbangkan
terutama saat penyebab atau tanda-tanda lain tidak diketahui atau pada penderita dengan
dehidrasi berat. Pemeriksaan yang dilakukan dapat berupa darah lengkap, kultur urin dan
pemeriksaan makroskopik dan mikroskopik pada tinja.
Tatalaksana diare bukan hanya ditekankan pada pemberian rehidrasi tapi juga unuk
memperbaiki kondisi usus dan mengobati pasien. Departemen Kesehatan Indonesia
menetapkan lima pilar penatalaksanaan diare bagi semua kasus diare baik yang diderita anak
balita baik dirumah maupun rumah sakit berupa4,5 ; 1) rehidrasi dengan oralit, 2) zinc selama
10 hari, 3) pemberian nutrisi, 4) antibiotik selektif, 5) nasihat kepada orang tua. Selain itu,
pemberian terapi pada diare juga dibedakan berdasarkan derajat dehidrasi. Terdapat 3 rencana
1

terapi yaitu terapi A untuk diare tanpa dehidrasi, terapi B untuk diare dengan dehidrasi ringan
sedang dan terapi C untuk diare dengan dehidrasi berat.
Berdasarkan pemapaparan diatas, masalah diare pada anak sangat penting untuk itu
sebagai dokter umum nantinya kita perlu mengetahui lebih jelas mengenai tatalaksana diare
akut sehingga nantinya mampu melakukan diagnosis dan tatalaksana yang cepat dan tepat.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Menurut WHO, diare merupakan merupakan buang air besar dengan frekuensi lebih sering
(lebih dari 3 kali dalam sehari) dan dengan konsistensi lebih cair dengan atau tanpa darah dan
atau lendir. Diare juga dikatakan jika kandungan air dalam tinja melebihi normal yaitu lebih
dari 10 ml/kgBB/hari1,2.
2.2 Klasifikasi
Berdasarkan waktu terjadinya, diare dapat dibedakan menjadi diare akut dan diare persisten
atau kronis. Diare akut yaitu buang air besar dengan frekuensi yang meningkat dan konsistensi
tinja yang lembek atau cair dan bersifat mendadak datangnya dan berlangsung dalam waktu
kurang dari 14 hari. Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dari tubuh penderita, gradasi
penyakit diare akut dapat dibedakan dalam empat kategori, yaitu: (1) Diare tanpa dehidrasi, (2)
Diare dengan dehidrasi ringan, apabila cairan yang hilang 2-5% dari berat badan, (3) Diare
dengan dehidrasi sedang, apabila cairan yang hilang berkisar 5-8% dari berat badan, (4) Diare
dengan dehidrasi berat, apabila cairan yang hilang lebih dari 8-10%. Diare persisten adalah diare
yang berlangsung lebih dari 14 hari, merupakan kelanjutan dari diare akut 6,7.

2.2 Etiologi dan Faktor risiko


Diare dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya yaitu 7,8 :

1. Faktor infeksi merupakan penyebab tersering dan utama diare pada anak. Infeksi
dapat disebabkan oleh bakteri ; Vibrio, E.coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter,
Yersinia, Aeromonas,

infeksi virus ; Enteroovirus (Virus ECHO, Coxsackie,

Poliomyelitis), Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus dan lain-lain dan infestasi parasite ;


Cacing

(Ascaris,

Trichiuris,

Oxyuris,

Strongyloides),

protozoa

(Entamoeba

histolytica, Giardia lamblia, Trichomonas hominis), jamur (candida albicans).


2. Faktor malabsorpsi seperti malabsorbsi karbohidrat. Pada bayi dan anak yang terpenting
dan tersering ialah intoleransi laktrosa.
3. Malabsorbsi lemak Malabsorbsi protein
4. Faktor makanan: makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
5. Faktor psikologis: rasa takut dan cemas. Walaupun jarang dapat menimbulkan diare
terutama pada anak yang lebih besar.

2.3 Patogenesis
Secara garis besar terdapat 2 mekanise dasar terjadinya diare 6,7 :
1. Gangguan osmotik didasari oleh tidak terserapnya makanan atau nutrient sehingga
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat dan menyebabkan
pergeseran elektrolit ke dalam rongga usus yang akan menyebabkan diare.
2. Gangguan sekresi akibat rangsangan benda asing isalnya bakteri (enterotoksin) pada
dinding usus akan menyebabkan peningkatan sekresi klorida di sel epitel.
2.4 Manifestasi Klinis
-

Gejala
Biasanya anak menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu

makan berkurang atau tidak ada, muntah, kemudian timbul diare. Tinja cair dan
mungkin disertai lendir dan atau darah. Warna tinja makin lama berubah menjadi
-

kehijau-hijauan karena tercampur dengan empedu.


Tanda
Pada pasien dapat ditemukan peningkatan suhu tubuh dan takikardi.Bila penderita
telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi makin tampak.
Berat badan menurun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun membesar menjadi
cekung, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering. Anus dan daerah
sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai
akibat makin banyaknya asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak dapat
diabsorbsi usus selama diare. Berikut adalah tabel dehidrasi pada bayi dan anak :

2.5 Diagnosis
- Anamnesis
Anamnesis berdasarkan scared seven dan fundamental four ditekankan pada gejala
diare akut yang mengarah pada apakah diare yang dialami primer atau sekunder.
selain itu, perlu ditanyakan gejala respiratorik seperti batuk atau sesak, frekuensi
kencing, adanya sakit telinga dan adanya perubahan kesadaran. Anamnesis bertujuan
-

untuk menialai beratnya gejala dan risiko komplikasi seperti dehidrasi.


Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisisk bertujuan untuk memperkirakan derajat dehidrasi dan mencari tantanda penyakit penyerta. Berat badan saat datang harus ditimbang yang dapat

digunakan sebagai indicator keberhasilan terapi.


Pemeriksaan penunjang8
1. Pemeriksaan tinja : makroskopik konsistensi, warna, lendir, darah, bau
mikroskopik leukosit, eritrosit, parasit, bakteri
2. Pemeriksaan tambahan
Biakan kuman
Darah lengkap
Kadar gula darah
Elektrolit

2.6 Tatalaksana
Secara umum penanganan diare akut ditujukan untuk mencegah/menanggulangi dehidrasi
serta gangguan keseimbangan elektrolit dan asam basa, kemungkinan terjadinya intoleransi,
mengobati kausa dari diare yang spesifik, mencegah dan menanggulangi gangguan gizi serta
mengobati penyakit penyerta. Untuk melaksanakan terapi diare secara secara komprehensif,
efisien dan efektif harus dilakukan secara rasional. Secara umum terapi rasional adalah terapi
yang : 1) tepat indikasi, 2) tepat dosis, 3) tepat penderita, 4) tepat obat, 5) waspada terhadap
efek samping. Jadi penatalaksanaan terapi diare yang menyangkut berbagai aspek didasarkan
pada terapi yang rasional yang mencakup kelima hal tersebut1,3.
Menurut Kemenkes RI (2011), prinsip tatalaksana diare pada balita adalah LINTAS
DIARE (Lima Langkah Tuntaskan Diare), yang didukung oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia
dengan rekomendasi WHO. Rehidrasi bukan satu-satunya cara untuk mengatasi diare tetapi
memperbaiki kondisi usus serta mempercepat penyembuhan/menghentikan diare dan
mencegah anak kekurangan gizi akibat diare juga menjadi cara untuk mengobati diare.
Adapun program LINTAS DIARE yaitu :
1. Rehidrasi
Tatalaksana pertama pada pasien diare adalah rehidrasi. Hal ini penting agar cairan yang
masuk mampu mengganti cairan yang keluar dengan pemberian cairan yang cukup sehingga
kebutuhan cairan tetap terpenuhi. Pemberian cairan dapat dilakukan secara oral maupun
parenteral sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pasien.
a. Upaya Rehidrasi Oral (URO)
Upaya rehidrasi oral merupakan solusi untuk mencegah ataupun menangani dehidrasi pada
diare. Penggunaan URO tidak memerlukan biaya yang besar dan efektif mengurangi
kebutuhan penggunaan alat-alat medis baik di negara maju maupun negara berkembang..
Pemberian secara oral dapat digunakan pada diare tanpa dehidrasi hingga diare dengan
dehidrasi ringan sedang. URO merupakan campuran garam elektrolit, seperti natrium klorida
(NaCl), kalium klorida (KCl), dan trisodium sitrat hidrat, serta glukosa anhidrat. Garam yang
digunakan dalam URO mengandung bahan yang spesifik dan penting yang ikut hilang pada
saat tinja dikeluarkan. Pemberian terapi dapat diberikan melalui mulut dan pipa nasogastrik2,3.
Rekomendasi WHO, URO harus mengandung garam dengan konsentrasi 90mmol/L.
WHO dan UNICEF merekomendasikan komposisi baru URO dengan osmolaritas yang lebih
rendah dimana penurunan konsentrasi dari garam dan glukosa yang dihubungkan dengan
6

muntah berkurang, berkurang BAB, kemungkinan hipernatremia menurun, dan menurunkan


kebutuhan penggunaan pemberian cairan parenteral. Penelitian menunjukan penyerapan air
yang melewatu lumen usus maksimal pada konsentrasi 60mmol/L dan direkomendasikan
oleh The European Society of Paediatric Gastroenterology and Nutrition.

Formula oralit menurut WHO dan UNICEF

Penggunaan URO dengan osmolaritas yang lebih rendah menunjukkan perkembangan


yang lebih baik daripada pemberian osmolaritas yang lebih tinggi. Penelitan menunjukkan
bahwa oralit formula baru mampu; 1) Mengurangi volume tinja hingga 25%, 2) Mengurangi
mual-muntah hingga 30%, 3) Mengurangi secara bermakna pemberian cairan melalui
intravena. Anak yang tidak menjalani terapi intravena, tidak harus dirawat di rumah sakit. Ini
artinya risiko anak terkena infeksi di rumah sakit3.
7

Cairan rehidrasi oral diberikan dengan dosis 5-10mL/kgBB setiap diare cair. Dapat
juga diberikan berdasarkan usia yaitu usia <1 tahun sebanyak 50-100 mL, usia 1-5 tahun
sebanyak 100-200 mL, dan usia diatas 5 tahun sesuai kebutuhannya. Selain itu, ASI tetap
diberikan dan pemberian cairan rumah tangga disesuaikan dengan keinginan anak5,6.
Ketentuan pemberian oralit formula baru yaitu:
a. Beri ibu 2 bungkus oralit formula baru
b. Larutkan 1 bungkus oralit formula baru dalam 1 liter air matang untuk persedian
24 jam
c. Berikan larutan oralit pada anak setiap kali buang air besar, dengan ketentuan
sebagai berikut:
-

Anak berumur < 2 tahun: 50-100 ml tiap kali BAB

Anak berumur > 2 tahun: 100-200 ml tiap kali BAB

d. Jika dalam waktu 24 jam persediaan larutan oralit masih tersisa, maka sisa larutan
harus dibuang
Selain pemeberian dengan konsentrasi yang sesuai dengan kebutuhan, cara pemberian
URO juga perlu diperhatikan. Pemberian cairan secara berkala dengan volume yang kecil
namun sering sangat penting. Sebaiknya anak diberikan cairan 0,5mL/kgBB setiap 5 menit.
Anak yang mengkonsumsi akan lebih mentoleransi URO dengan cara ini daripada diberikan
dalam volume besar dalam satu waktu. Kontraindikasi pemberian URO yaitu pada pasien
yang mengalami dehidrasi berat, anak dengan ileus paralitik, muntah yang persisten lebih dari
4 kali dalam 1 jam, anak dengan gangguan dan kandidiasis oral5,6.
b. Parenteral
Pemberian cairan melalui parenteral diberikan apabila upaya rehidrasi oral gagal karena
pasien mengalami muntah terus menerus meskipun telah diberikan cairan sedikit demi sedikit
ataupun melalui pipa nasogastrik. Pemilihan cairan yang diberikan yaitu ringer laktat atau
KaEN 3B atau NaCl sesuai dengan berat badan pasien.
-

Berat badan 30-10 kg : 200 mL/kgBB/hari


Berat badan 10-15 kg : 175 mL/kgBB/hari
Berat badan > 15 kg : 135 mL/kgBB/hari

2. Pemberian Zinc
Masalah kekurangan zinc pada anak tersebar luas di negara berkembang. WHO dan UNICEF
merekomendasikan pemberian zinc yang diberikan bersamaan dengan upaya rehidrasi oral
8

selama 10-14 hari mampu mengurangi tingkat keparahan diare yang dialami oleh anak.
Penelitian selama 20 tahun menunjukkan bahwa pengobatan diare dengan pemberian oralit
disertai zinc lebih efektif dan terbukti menurunkan angka kematian akibat diare pada anakanak sampai 40%3,4.
Zinc merupakan salah satu mineral yang penting untuk kesehatan dan pertumbuhan
anak. Saat diare, zinc yang ada dalam tubuh akan keluar bersama tinja sehingga kadarnya
menurun dalam jumlah besar. Zinc mampu meningkatkan kekebalan tubuh dan bekerja
dengan menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide Synthase), yang sekresinya
meningkat selama diare dan mengakibatkan hipersekresi epitel usus. Selain itu, zinc berperan
dalam epitelisasi dinding usus yang mengalami kerusakan morfologi dan fungsi selama
kejadian diare. Pemberian zinc pada diare dapat meningkatkan absropsi air dan elektrolit oleh
usus halus, meningkatkan kecepatan regenerasi epitel usus, meningkatan jumlah brush
border apical, dan meningkatkan respon imun yang mempercepat pembersihan patogen dari
usus. Manfaat penggunaan zinc selama diare yaitu mampu mengurangi lama dan tingkat
keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi volume tinja, serta
menurunkan kekambuhan kejadian diare pada 3 bulan berikutnya1,5.
Zinc diberikan satu kali sehari selama 10 hari berturut-turut dan harus tetap
dilanjutkan meskipun diare sudah berhenti. Hal ditujukan sebagai upaya pencegahan agar
diare tidak terulang 2-3 bulan ke depan. Zinc tersedia dalam berbagai sediaan baik tablet
maupun sirup. Zinc dapat diberikan dengan melarutkan tablet dalam satu sendok air matang
atau ASI dan untuk anak yang lebih besar, zinc dapat dikunyah. Menurut WHO, zinc
diberikan selama 10 hari berturut-turut dengan dosis sebagai berikut5:
a. Balita umur < 6 bulan: 1/2 tablet (10 mg)/ hari
b. Balita umur 6 bulan: 1 tablet (20 mg)/ hari
3. Nutrisi
Diare dapat menyebabkan malnutrisi dan 40% menyebabkan kematian terutama pada diare
yang persisten. Kejadian diare di negara berkembang sering kali terulang diakibatkan oleh
kurangnya pengaturan nutrisi selama terjadinya diare. Hal yang harus diperhatikan adalah
pemberian makanan dan melanjutkan pemberian ASI karena kapasitas penyerapan dan
pencernaan ingin dipertahankan selama diare. Meneruskan pemberian makanan akan
mempercepat kembalinya fungsi usus yang normal termasuk kemampuan menerima dan
mengabsropsi berbagai nutrien, sehingga memburuknya status gizi dapat dicegah atau paling

tidak dikurangi. Sebaliknya, pembatasan makanan akan menyebabkan penurunan berat badan
sehingga diare menjadi lebih lama dan kembalinya fungsi usus akan lebih lama5,7.
Makanan yang diberikan kepada anak diare sama dengan yang dibutuhkan oleh anak
sehat. Bayi yang minum ASI harus diteruskan sesering mungkin dan selama anak mau
menyusu. Jika bayi tidak mau minum ASI harus diberi susu yang biasa diminum paling tidak
setiap 3 jam. ASI mengandung berbagai macam zat yang dapat melindungi permukaan usus
untuk mencegah infeksi mikroorganisme dan meningkatkan kekebalan tubuh. Sebuah
penelitian menunjukkan pemberian laktosa yang terkandung dalam ASI setelah rehidrasi
mampu meningkatkan pemulihan bobot tubuh dan tidak memperburuk gejala yang
sebelumnya dikeluhkan. Apabila penderita telah kembali diberikan diet sebagaimana
biasanya, segala kekurangan tubuh akan lemak, protein akan segera dapat dipenuhi. Untuk
anak yang berusia kurang dari 2 tahun, anjurkan untuk mulai mengurangi susu formula dan
menggantinya dengan ASI. Anak tidak boleh dipuasakan, makanan diberikan sedikit demi
sedikit tapi sering (tidak kurang dari 6 kali sehari), rendah serat, buah-buahan diberikan
terutama pisang6.
4. Antibiotik
Penggunaan obat-obatan pada kasus diare harus dibatasi dan tidak disarankan untuk
penggunaan tatalaksana pada diare akut yang disebabkan oleh virus. Penggunaan antibiotik
harus dilakukan secara hati-hati, biasanya digunakan apabila ada indikasi seperti pada diare
yang disebabkan oleh bakteri seperti pada disentri (diare berdarah) atau kolera atau diare
disertai penyakit lain. Antibiotik dapat membunuh dan melemahkan sistem kerja bakteri
patogen penyebab diare namun bukan berarti dapat digunakan disetiap kasus diare.
Pemberian antibiotik yang tidak rasional dapat mengganggu keseimbangan flora usus
sehingga akan memperpanjang masa dan mempersulit kesembuhan diare. Selain itu,
pemberian antibiotik yang berlebihan akan menyebabkan resistensi kuman terhadap
antibiotik dan timbulnya gangguan fungsi ginjal, hati dan diare yang disebabkan oleh
antibiotik5,7.
Saat terkena diare, tubuh akan memberikan reaksi berupa peningkatan motilitas atau
pergerakan usus untuk mengeluarkan kotoran atau racun. Perut akan terasa banyak gerakan
dan berbunyi. Anti diare akan menghambat gerakan itu sehingga kotoran yang seharusnya
dikeluarkan, justru dihambat keluar. Selain itu anti diare dapat menyebabkan komplikasi yang
disebut prolapsus pada usus (terlipat/terjepit). Kondisi ini berbahaya karena memerlukan

10

tindakan operasi. Oleh karena itu anti diare seharusnya tidak boleh diberikan. Beberapa
antibiotik yang dapat diberikan pada anak sesuai indikasi yaitu7,8:
Penyebab
Kolera

Antibiotik Pilihan
Tetracycline

Alternatif
Erythromycin

12,5 mg/kgBB

12,5 mg/kgBB

4x sehari selama 3 hari


Shigella dysentery Ciprofloxacin

4x sehari selama 3 hari


Pivmecillinam

15 mg/kgBB

20 mg/kgBB

2x sehari selama 3 hari

4x sehari selama 5 hari


Ceftriaxone
50-100 mg/kgBB
1x sehari IM selama 25 hari

Amoebiasis

Metronidazole
10 mg/kgBB
3x sehari selama 5 hari
(10 hari pada kasus

Giardiasis

berat)
Metronidazole
5 mg/kgBB
3x sehari selama 5 hari

5. Edukasi
Edukasi penting diberikan kepada orang tua mengenai kondisi yang dialam oleh anaknya.
Selain pemberian cairan, tablet zinc dan nutrisi, perubahan perilaku juga merupakan hal yang
harus dilakukan untuk mengatasi dan mencegah terjadinya diare. Orang tua harus dierikan
nasihat dan pemahaman tentang cara pemberian Oralit, Zinc, ASI/makanan dan tanda-tanda
yang perlu diwaspadi sehingga dapat segera membawa anaknya ke petugas kesehatan. Tanda
tersebut seperti5 :

Buang air besar cair lebih sering


Muntah berulang-ulang
Mengalami rasa haus yang nyata
Makan atau minum sedikit
Demam
Tinjanya berdarah
Tidak membaik dalam 3 hari
11

Selain itu, langkah promotif atau preventif juga dapat dijelaskan kepada orang tua/pengasuh
seperti :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Tetap berikan ASI


Jaga kebersihan perorangan
Cuci tangan sebelum makan
Jaga kebersihan lingkungan, buang air besar di jamban
Lakukan imunisasi campak
Sediakan minuman yang bersih
Selalu masak makanan
Ketika seorang bayi/balita/ anak datang dengan keluhan diare, maka kondisinya perlu

dibedakan menjadi diare tanpa dehidrasi, dengan dehidrasi ringan sedang dan dehidrasi berat.
Departemen Kesehatan RI tahun 2011, telah membuat 3 rencana terapi diare akut pada anak
bergantung pada derajat dehidrasi yang dialami anak yaitu diare yaitu rencana terapi A (diare
tanpa dehidrasi), rencana terapi B (diare dengan dehidrasi ringan-sedang) dan rencana terapi
C (diare dehidrasi berat)5,6.
Rencana terapi A
Rencana terapi A dilakukan pada anak dengan diare tanpa dehidrasi atau bila terdapat dua
tanda atau lebih berikut:
-

Keadaan umum baik (sadar)


Mata tidak cekung
Minum biasa (tidak haus)
Cubitan kulit perut/turgor kembali segera

Penangaan tersebut berupa menerangkan 5 langkah terapi daire yang dapat dilakukan
dirumah yaitu:
1. Beri cairan lebih banyak dari biasanya
- Teruskan ASI lebih sering dan lama
- Anak yang mendapatkan ASI eksklusif, beri oralit atau air matang sebagai
-

tambahan
Anak yang tidak mendapatkan ASI eksklusif, beri susu yang biasa diminum dan
oralit atau cairan rumah tangga sebagai tambahan (kuah sayur, air matang dan

lain-lain)
Berikan oralit sampai diare berhenti. Bila muntah, tunggu 10 menit dan
dilanjutkan sedikit demi sedikit.
Umur < 1 tahun diberikan 50-100 ml setiap kali berak
Umur > 1 tahun diberikan 100-200 ml setiap kali berak
Anak harus diberi 6 bungkus oralit (200 ml) dirumah bila:
Telah diobati dengan rencana terapi B atau C
12

Tidak dapat kembali kepada petugas kesehatan jika diare memburuk


- Ajari ibu cara mencampur dan memberikan oralit
2. Beri obat zinc
Berikan Zinc 10 hari berturut walaupun diare sudah berhenti. Dapat diberikan dengan
cara dikunyah atau dilarutkan dalam 1 sendok air matang atau ASI.
Umur < 6 bulan diberi 10 mg per hari (1/2 tablet) per hari
Umur > 6 bulan diberi 20 mg per hari ( 1 tablet) per hari
3. Beri anak makanan untuk mencegah kurang gizi
Berikan makanan sesuai dengan umur anak dengan menu yang sama pada waktu anak
sehat. Tambahkan 1-2 sendok the minyak sayur setiap porsi makan, beri makanan
kaya kalium seperti pisang, sari buah dan air kelapa. Berikan makan lebih sering
setiap 3-4 jam.
4. Antibiotik sesuai indikasi
Antibiotik hanya diberikan jika terdapat indikasi berupa disentri, kolera, pasien
dengan demam dan yang lainnya.
5. Edukasi
KIE yang dapat diberikan berupa cara mencegah terjadinya diare dengan menjaga
higienitas pribadi dan keluarga serta KIE mengenai gejala dan tanda pada anak yang
harus diperhatika sehingga ibu membawa anaknya ke rumah sakit. Gejala dan tanda
tersebut berupa berak cair lebih sering, muntah berulang, sangat haus, makan minum
sangat sedikit, demam, berak berdarah dan tidak membaik dalam 3 hari.
Rencana Terapi B
Rencana terpai B digunakan untuk mengatasi diare dengan derajat dehidrasi ringan dan
sedang atau bila terdapat dua tanda atau lebih berikut:
-

Gelisah atau rewel


Mata cekung
Ingin minum terus (haus)
Turgor kulit kembali lambat

Penanganan yang diberikan berupa pemberian cairan oralit dalam 3 jam pertama sebanyak 75
ml dikali berat badan anak. Jika berat badan anak tidak diketahui, pemberian cairan oralit
sesuai tabel berikut:
Umur sampai
Berat badan
Jumlah cairan

4 bln
<6 kg
200-400

4-12 bln
6-10 kg
400-700

13

12-24 bln
10-12 kg
700-900

2-5 thn
12-19 kg
900-1400

Jika pemberian cairan melalui oral gagal (pasien muntah persisten, tidak mampu
minum) maka terlebih dahulu dilanjutkan dengan rehidrasi melalui nasogastrik tube (NGT)
dengan jumlah volume yang sama namun dengan kecepatan 20 ml/kgBB/jam. Selain berupa
pemberian cairan, pada rencana terapi B juga anak dianjurkan untuk terus diberikan ASI serta
makanan. Pemberian Zinc selama 10-14 hari berturut turut juga harus diberikan. Jika
terdapat pembengkakan pada kelopak mata maka pemberian oralit harus dihentikan dan
penanganan selanjutnya berupa pemberian air hangat atau ASI.
Setelah 3-4 jam penanganan tersebut, lakukan penilaian kembali anak menggunakan
bagan penilaian dehidrasi. Setelah penilaian tersebut dilakukan kemudian pilih rencana terapi
(A, B ataupun C) untuk melanjutkan terapi.
Rencana Terapi C
Anak yang menderita dehidrasi berat memerlukan rehidrasi intravena secara cepat dengan
pengawasan yang ketat dan dilanjutkan dengan rehidrasi oral segera setelah anak membaik.
Penderita dengan dehidrasi berat, yaitu dehidrasi lebih dari 10% untuk bayi dan anak dan
menunjukkan gangguan tanda-tanda vital tubuh (somnolen-koma, pernafasan Kussmaul,
gangguan dinamik sirkulasi ) memerlukan pemberian cairan elektrolit parenteral.
Rencana terapi C dilakukan pada anak dengan diare dehidrasi berat atau jika terdapat dua
tanda atau lebih berikut:

Lesu, lunglai/tidak sadar


Mata cekung
Malas minum
Turgor kulit kembali sangat lambat

Penanganan yang diberikan berupa pemberian cairan intravena berupa Ringer Laktat
atau NaCl 0,9% (bila RL tidak tersedia) sebanyak 100 ml/kgBB yang dibagi sebagai berikut :
Pemberian I

Kemudian

Bayi < 1

30 ml/kgBB
1 jam (dapat diulang bila denyut nadi

70 ml/kgBB
5 jam

tahun
Anak 1

masih lemah atau tidak teraba)


30 menit (dapat diulang bila denyut

2,5 jam

tahun

nadi masih lemah atau tidak teraba)

Umur

Lakukan penilaian setiap 15-30 mrnit, bila nadi belum teraba beri tetesan lebih
cepat.

14

Berikan oralit sebanyak 5 ml/kg/jam dapat diberikan jika penderita dapat minum,

biasanya setelah 3-4 jam (bayi) atau 1-2 jam (anak).


Berikan zinc selama 10 hari berturut-turut.
Setelah 6 jam (bayi) atau 3 jam (anak) resusitasi cairan lakukan penilaian derajat
dehidrasi kembali, kemudian lakukan penanganan sesuai dengan derajat dehidrasi
yang didapatkan.

BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
1. Diare merupakan merupakan buang air besar dengan frekuensi lebih sering (lebih dari 3
kali dalam sehari) dan dengan konsistensi lebih cair dengan atau tanpa darah dan atau
lendir.
2. Diare dapat disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, malabsorpsi, intoleransi dan lainnya.
3. Diare diklasifikasikan menjadi diare akut ( tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan sedang,
dehidrasi berat) dan diare persisten.
4. Tatalaksana diare dilakukan sesuai dengan Lima Lintas Diare yaitu rehidrasi, pemberian
zinc, nutrisi, antibiotik dan edukasi.
5. Diare juga diterapi menggunakan pedoman rencana terapi menurut derajat dehidrasinya
menjadi rencana terapi A (tanpa dehidrasi), terapi b (dehidrasi ringan sedang) dan terapi C
(dehidrasi berat)

15

Anda mungkin juga menyukai