PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkuliahan dengan sistem Problem Based Learning/ PBL pada blok sistem
kardiovaskuler, respirasi, pencernaan, imun hematologi, dan neurobehavior sudah diterima
pada semester III dan IV. Mata kuliah tersebut membahas tentang prinsip-prinsip teoritis
dan keterampilan klinis tentang sistem tersebut diatas sesuai tingkat usia manusia mulai dari
pembentukan dalam kandungan sampai lansia. Fokus pada masing- masing mata kuliah
tersebut diatas membahas tentang aspek yang terkait dengan sistem kardiovaskuler,
respirasi, pencernaan, imun hematologi, neurobehavior I, dan integumen . Berdasar hal
tersebut mempermudah mahasiswa berpikir sistematis dan komprehensif dalam
mengaplikasikan konsep dengan pendekatan asuhan keperawatan sebagai dasar pemecahan
masalah. (Kerangka Acuan Praktik Klinik Keperawatan, 2015)
Salah satu metode pembelajaran untuk mencapai kompetensi tersebut adalah metode
pembelajaran di lapangan (rumah sakit). Sebagai suatu upaya mengetahui sejauhmana
pemahaman mahasiswa tentang kemampuan dalam mengaplikasikan pengetahuan,
keterampilan serta cara bersikap dalam pelayanan asuhan keperawatan kepada pasien
maupun teman sejawat maka dilakukanlah pelaksanaan praktik klinik keperawatan di
rumah sakit Bethesda dalam rangka menerapkan ilmu yang telah diterima mahasiswa dalam
perkuliahan system kardiovaskuler, respirasi, pencernaan, imun hematologi, neurobehavior
I, dan integument dengan harapan mahasiswa semester IV program studi S1 Keperawatan
mampu menerapkan ilmu yang ditujukan kepada pasien dimana tidak hanya pengetahuan
tetapi keterampilan dan juga sikap-sikap yang harus diperhatikan saat melakukan
keterampilan dalam melakukan praktik pelayanan asuhan keperawatan.(Kerangka Acuan
Praktik Klinik Keperawatan, 2015)
B. Tujuan
1. Umum
Melalui pelaksanaan praktik klinik keperawatan pada sistem kardiovaskuler, respirasi,
pencernaan, imun hematologi, neurobehaviour I, dan integumen di RS Bethesda
Yogyakarta, RS Bethesda Lempuyangwangi, RS Dr. Cipto Semarang, RS Panti Wilasa
Citarum, RS Panti Rahayu Purwodadi, RS Emmanuel Klampok, mahasiswa diharapkan
mampu mengaplikasikan pengetahuan, keterampilan, serta sikap yang telah diperoleh
selama menerima dan mempelajari mata kuliah tersebut diatas.
2. Tujuan Khusus
Setelah melakukan praktik laboratorium klinik keperawatan di RS Bethesda
Yogyakarta dan RS Bethesda Lempuyanganwangi, RS Dr. Cipto Semarang, RS Panti
Wilasa Citarum, RS Panti Rahayu Purwodadi, RS Emmanuel Klampok, mahasiswa
diharapkan mampu mengaplikasikan ilmu yang sudah didapat, dengan mampu
melakukan praktik pelayanan proses asuhan keperawatan pada pasien dengan
gangguan pada sistem:
a. Kardiovaskuler
b. Respirasi
c. Pencernaan
d. Imun Hematologi
e. Neurobehavior I
f. Integumen
BAB II
PELAKSANAAN PRAKTIK
A. Waktu dan Tempat
2
1. Waktu
a. Pelaksanaan praktik klinik keperawatan dimulai dari tanggal 22-25 Juli 2015.
b. Pengaturan jadwal praktik sesuai dengan jadwal Puskesmas Mergangsan, sebagai
berikut :
1) Senin-Kamis
: 07.30 14.30 WIB
2) Jumat
: 07.00 (senam pagi) 11.30 WIB
3) Sabtu
: 07.30 13.00 WIB
2. Tempat
Pelakasanaan praktik klinik keperawatan semester IV ini dilaksanakan di Puskesmas
Mergangsan
B. Profil Puskesmas Mergangsan
Gambaran Umum Puskesmas Mergangsan Tahun 2014
Batas Wilayah
Batas wilayah Kecamatan Mergangsan adalah sebagai berikut:
a. Utara : Kecamatan Pakualaman dan Kecamatan Gondomanan\
b. Timur : Kecamatan Umbulharjo
c. Selatan : Kecamatan Sewon, Bantul
d. Barat : Kecamatan Mantrijeron, Kraton dan Gondokusuman
Kondisi wilayah Kecamatan Mergangsan merupakan daerah daratan rendah di wilayah
perkotaan dan dilintasi oleh sungai Code.
ISO
Pada tanggal 26 November 2013 Puskesmas Mergangsan mendapat Sertifikat ISO 9001:
2008. Setahun kemudian tepatnya November 2014 diadakan audit eksternal ISO 9001: 2008
dan hasilnya Puskesmas Mergangsan masih bisa mempertahankan Sertivikat ISO 9001: 2008
yang telah didapatkan.
Visi, Misi, Kebijakan Mutu dan Budaya Kerja
Dalam melaksanakan pembangunan kesehatan, Puskesmas Mergangsan mempunyai visi dan
misi sebagai berikut:
1. Visi
Menjadi puskesmas yang mampu memberikan pelayanan kesehatan dasar yang bermutu,
merata dan terjangkau serta mampu menyelenggarakan masyarakat hidup bersih dan
sehat secara mandiri.
2. Misi
a. Memberikan pelayanan sesuai standar, peduli, responsive dan berkeadilan
b. Memberikan pelayanan yang mengutamakan kepuasan pelanggan
c. Mendorong dan meningkatkan pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan
d. Mencegah dan mengendalikan penyebaran peyakit menular yang berpotensi wabah
Pelayanan Puskesmas Mergangsan
Pelayanan Puskesmas Mergangsan dengan jadwal pendaftaran sebagai berikut:
1. Senin-Kamis : 07.30 12.00 WIB
2. Jumat
3. Sabtu
Puskesmas Mergangsan terdiri dari satu puskesmas induk, satu pustu yaitu Pustu
Joyonegaran dan Rumah Pemulihan Gizi (RPG). Berikut pelayanan yang terdapat di
Puskesmas Mergangsan:
1. Jenis layanan Puskesmas Induk Mergangsan meliputi BPU (Balai Pengobatan Umum),
BPG (Balai Pengobatan Gigi), KIA (Kesehatan Ibu dan Anak), laboratorium, radiologi,
farmasi klinik konsultasi gizi dan konseling ASI/ menyusui, klinik konsultasi psikologi,
klinik konsultasi berhenti merokok.
2. Jenis layanan Pustu Joyonegaran meliputi BPU (Balai Pengobatan Umum), BPG (Balai
Pengobatan Gigi), KIA (Kesehatan Ibu dan Anak), laboratorium, dan farmasi. Sejak 15
Desember 2014 Pustu Joyonegaran tutup.
3. Jenis layanan RPG meliputi pelayanan skrining dan perawatan balita gizi buruk. Sejak 15
April 2014 rawat inap bersalin Puskesmas Mergangsan berada satu lokasi dengan RPG.
f. SDIDTK (Stimulasi dan Deteksi Dinin Tumbuh Kembang) bayi, balita dan anak pra
sekolah
4. Gizi
a. Penimbangan balita
b. Penyuluhan di posyandu
c. Drop barang UPGK
d. Pemberian vitamin A dan Fe
e. Pencegahan defisiensi yodium
f. Monitoring status gizi
g. Pertemuan kader gizi kelurahan tiap bulan
h. Refreshing kader
i. PWS PG
j. Pembinaan karang gizi/ toga
k. Evaluasi posyandu setiap tiga bulan sekali
5. P2M
a. Imunisasi meliputi penyuluhan, pencarian drop out, pengambilan vaksin, pemberian
imunisasi di puskesmas
b. Diare meliputi pencarian kasus, pengobatan pasien dan penyuluhan
c. Kusta meliputi penyuluhan, case survey, school survey
d. ISPA meliputi penemuan dan pengobatan penderita dan penyuluhan
e. TB (Tuberculosis) meliputi penyuluhan, penemuan serta pengobatan penderita dan
administrasi
6
f. Demam berdarah meliputi PJB tiga bulan sekali, penyuluhan PSN, pelacakan
penderita, abatisasi selektif dan fogging
g. Malaria meliputi pencarian dan penemuan pengobatan penderita
6. PKM (Promosi Kesehatan Masyarakat)
Mading, penyuluhan, pertemuan PKMD kelurahan, kecamatan, pembinaan dan sehat,
pembinaan UKBM, pembinaan SBH
7. HS (Hygiene Sanitasi)
Pengambilan sampel air, penyuluhan dan pembinaan kesling, pendataan dan pembinaan
perumahan, jaga, SPAL, TTU, TP3, TP2M, pembinaan kesehatan kerja dan inspeksi
sanitarian air bersih.
8. PHN (Public Health Nurse)
Kunjungan rumah bagi kelompok resti, keluarga rawan, lanjut usia.
9. UKS
Pendataan murid, bimbingan/ penyuluhan, screening UKS, penataran dokter kecil,
pertemuan TP UKS/ 3 bulan sekali.
10. Laboratorium
a. Pelayanan laboratorium setiap hari selama jam kerja puskesmas
b. Memiliki peralatan laboratorium yang cukup memadai, antara lain mikrotoar,
photometer, solovst, mikroskop binocular, centrifuge urin dan darah, centrifuge HMT.
11. Farmasi
Pelayanan obat setiap hari selama jam kerja puskesmas.
12. Radiologi
Melayani pemeriksaan radiologi senin sampai sabtu.
13. Klinik Konsultasi Gizi
Pelayanan konsultasi meliputi konseling IMD dan ASI/ menyusui, konseling gizi bayi/
balita, remaja, calon pengantin, lansia, dan konsultasi gizi dengan penyakit penyerta.
Pelayanan setiap hari senin, selasa, rabu, kamis, dan sabtu.
14. Klinik Konsultasi Psikolog
Pelayanan konsultasi setiap hari kerja.
15. Klinik Konsultasi Berhenti Merokok
Pelayanan konsultasi setiapp hari selasa dan kamis jam 10.00-12.00 WIB
16. KESWA
Pengobatan penderita lepas rawat RS, rawat jalan penderita jiwa, penerimaan penderita
baru, penyuluhan, pertemuan dan rujukan RSJ.
17. Rawat Inap Bersalin
a. Pelayanan bersalin 24 jam
b. Terdapat dokter residen
c. Peralatan yang dimiliki antara lain CTG, incubator, bed pemeriksa, lampu, partus set,
troli alat, standar infuse, set partus, COVIS, brancar gea, vacuum, O2 besar, O2 kecil,
lampu operasi, lampu penghangat bayi, tensi meter, stetoskop, pesawat sinar X,
otomatic prosesor, kaset extrie, GRIT, EVRON, baju pasien, krikes, standar kaset, bet
periksa rontgen, diagnostic set.
18. RPG (Rumah Pemulihan Gizi)
a. Pelayanan senin sampai dengan sabtu
b. Melayani balita yang memiliki permasalahan gizi, baik gizi buruk maupun gizi lebih.
Jenis layanan meliputi balita sekrening, balita penderita dan balita rawat.
19. Pencatatan dan Pelaporan (R/ R)
Melaksanakan pencatatan dan pelaporan harian pasien maupun non pasien, antar lain:
a. Laporan minggu
1) W2PU
2) P2ISPA
b. Laporan bulanan
(Sumber: staf administrasi Puskesmas Mergangsan)
Sejarah Puskesmas Mergangsan
Puskesmas Mergangsan sejak tanggal 15 April 2014 berada di dua lokasi. Rawat
jalan berada di jalan Taman Siswa Gang Braja Perma MG II/1168 RT 22 RW 11
Kelurahan Wiroguanan Kecamatan Mergangsan Kota Yogyakarta, sedangkan rawat inap
Puskesmas Mergangsan berada di Rumah Pemulihan Gizi (RPG) tepatnya di jalan
Mayjen Sutoyo Nomor 32 Mantrijeron Kota Yogyakarta. Sebelumnya Puskesmas
Mergangsan berada di jalan Kolonel Sugiono Nomor 98 Kelurahan Brontokusuman
Kecamatan Mergangsan Kota Yogyakarta.
Awal berdiri pada tanggal 28 Februari 1966 dengan nama Klinik Bersalin
Tresnowati. Pada tanggal 1 Oktober 1987 Klinik Bersalin Tresnowati menjadi RSUD
Kota Yogyakarta dengan type kelas D, meliputi pelayanan dasar umum, gigi dan
kebidanan. Pada tahun 1988 pelayanan RSUD Kota Yogyakarta pindah dengan gedung
baru di jalan Wirosaban yang sering disebut dengan Rumah Sakit Wirosaban. Sedangkan
gedung lama berganti nama menjadi Puskesmas Mergangsan dengan perawatan.
Semula Puskesmas Mergangsan hanya memberikan pelayanan dasar berupa poli
umum, poli gigi, poli KIA/KB, imunisasi kemudian sejak tahun 2007 mulai melakukan
diversifikasi layanan kesehatan berupa layanan penunjang baik radiologi, laboratorium,
konsultasi gizi, sanitasi, psikologi, layanan kegawat daruratan serta rawat inap Poned
untuk persalinan. Pada tahun 2008 menjadi UPT Puskesmas Mergangsan dengan struktur
organisasi yang baru berdasarkan Perwal nomor 74 tahun 2008. Saat ini Perwal tersebut
diubah menjadi Perwal nomor 46 tahun 2012.
Pada tahun 2013 Puskesmas Mergangsan menjadi Badan Layanan Umum Daerah
(BLUD) UPT Puskesmas Mergangsan Kota Yogyakarta berdasarkan Perwal nomor 442/
KEP/ 2012. Penerapan pola pengelolaan keuangan BLUD di UPT Puskesmas
Mergangsan Kota Yogyakarta dilaksanakan pada bulan November 2013. Selanjutnya
pada tahun yang sama tepatnya 26 November 2013 Puskesmas Mergangsan mendapat
9
sertifikat ISO 9001: 2008. Setahun kemudian tepatnya 12 November 2014 diadakan audit
eksternal ISO 9001: 2008 dan hasilnya Puskesmas Mergangsan masih bisa
mempertahankan sertifikat ISO 9001: 2008 yang telah didapatkan. Pada tanggal 15
Desember 2014 Pustu Joyonegaran ditutup samapi batas waktu yang tidak ditentukan
karena pertimbangan lokasi Pustu Joyonegaran yang dekat dengan lokasi puskesmas
induk dan keterbatasan SDM.
Sumber: staf administrasi Puskesmas Mergangsan.
C. Pembahasan
Hasil Pencapaian:
1. Program pemerintah mengenai HIV/AIDS
a. Indikator: Mengetahui program nasional penanggulangan HIV/AIDS
Pencapain:
Program nasional Permenkes RI No. 21 Tahun 2013 tentang Penanggulangan
HIV dan AIDS
Bab IV Bagian kesatu
Pasal 9
(1) Kegiatan penanggulangan HIV dan AIDS terdiri atas :
a. promosi kesehatan;
b. pencegahan penularan HIV;
c. pemeriksaan diagnosis HIV;
d. pengobatan, perawatan dan dukungan; dan
e. rehabilitasi.
(2) Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan oleh
Pemerintah dan masyarakat.
10
(3) Penyelenggaraan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam
bentuk layanan komprehensif dan berkesinambungan.
(4) Layanan komprehensif dan berkesinambungan sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) merupakan upaya yang meliputi semua bentuk layanan HIV dan AIDS yang
dilakukan secara paripurna mulai darirumah, masyarakat sampai ke fasilitas
pelayanan kesehatan.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pedoman layanan komprehensif dan
berkesinambungan diatur dengan Peraturan Menteri.
Bagian Kedua
Promosi Kesehatan
Pasal 10
(1) Promosi kesehatan ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan yang benar
dan komprehensif mengenai pencegahan penularan HIV dan menghilangkan
stigma serta diskriminasi.
(2) Promosi kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dalam bentuk
advokasi, bina suasana, pemberdayaan, kemitraan dan peran serta masyarakat
sesuai dengan kondisi sosial budaya serta didukung kebijakan publik.
(3) Promosi kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh
tenaga kesehatan dan tenaga non kesehatan terlatih.
(4) Sasaran promosi kesehatan meliputi pembuat kebijakan, sektor swasta,
organisasi kemasyarakatan dan masyarakat.
(5) Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diutamakan pada populasi
sasaran dan populasi kunci.
(6) Populasi sasaran sebagaimana dimaksud pada ayat (5) merupakan populasi
yang menjadi sasaran program.
11
13
Manajemen
pasokan
perbekalan
kesehatan
pencegahan
sebagaimana
diatur
14
berhubungan
seksual pada penyimpangan terhadap ketentuan ayat (1) huruf a dan huruf b
serta hubungan seks dengan pasangan yang telah
17
setelah usia 6 bulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dan huruf d
disertai dengan informasi pemberian imunisasi, serta perawatan bayi baru lahir,
bayi dan anak balita yang benar.
Pasal 19
Setiap bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi HIVharus dilakukan tes virologi HIV
(DNA/RNA) dimulai pada usia 6 (enam) sampai dengan 8 (delapan) minggu atau tes
serologi HIV pada usia 18 (delapan belas) bulan ke atas.
Pasal 20
Ketentuan lebih lanjut mengenai Pedoman Pencegahan Penularan HIV dari ibu ke
anaknya diatur dengan Peraturan Menteri.
18
Pergub DIY No. 37 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan Penanggulangan HIV dan
AIDS
Bab II Pengurangan Dampak Buruk Tertular dan Menularkan HIV
Pasal 2
(1) Pengurangan dampak buruk tertular atau menularkan HIV disusun dalam
rencana strategis.
(2) Rencana Strategis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat visi, misi,
tujuan, sasaran, kegiatan dan rincian pembiayaan.
(3) Rencana strategis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun untuk jangka
waktu 5 (lima) tahun.
Pasal 3
(1) Visi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) merupakan perumusan
cita-cita luhur dilakukannya kegiatan pengurangan dampak buruk.
(2) Misi sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) merupakan
perumusan strategi untuk mewujudkan visi.
(3) Tujuan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) merupakan
perumusan hasil yang dapat terukur.
(4) Sasaran sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) meliputi
masyarakat umum, anak jalanan, pekerja seks laki-laki dan perempuan, warga
binaan pemasyarakatan,
laki-laki
yang
berhubungan
seks
dengan
lelaki,
19
20
poster,
leaflet
dan
spanduk
atau
media
lain
yang
dapat
pembinaan
penyelenggaraan
di bidang pembinaan
promosi
pencegahan
(2) Upaya pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui :
a. pelatihan penyuluhan;
b. edukasi dan konseling bagi karyawan yang ditunjuk perusahaan;
c. pemberian penghargaan bagi perusahaan yang telah melakukan
promosi pencegahan penularan HIV; dan/atau
d. pemberian teguran tertulis dan pemberitaan di media massa
kepada
Pasal 11
(1) Fasilitas pelayanan kesehatan yang dituju sebagaimana dimaksud dalam Pasal
10 ayat (3) huruf c harus menerima rujukan orang sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 10 ayat (2).
(2) Fasilitas pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
mengalihkan rujukan ke fasilitas pelayanan kesehatan lain yang setara karena
alasan tertentu.
Bab V Mekanisme Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Bagi ODHA
Pasal 12
(1) Mekanisme pembiayaan pelayanan kesehatan bagi ODHA diselenggarakan
melalui sistem jaminan kesehatan semesta.
(2) Mekanisme pembiayaan sebagaimana dimaksud ayat (1) menggunakan
mekanisme :
a. penerima Bantuan Iuran (PBI); dan
b. coordination of Benefit (COB).
(3)
ODHA
yang
berhak
memperoleh
pembiayaan
pelayanan
kesehatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah yang terdaftar dalam daftar
kepesertaan jaminan kesehatan.
Pasal 13
(1) Dinas melakukan pendataan dan pemilahan ODHA yang akan diusulkan
memperoleh bantuan jaminan kesehatan semesta sebagaimana dimaksud dalam Pasal
12 ayat (2).
(2) Berdasarkan pendataan dan pemilahan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), Dinas merekomendasikan ODHA penerima bantuan kepada Pemerintah
Kabupaten/Kota.
23
pelaksanaan :
a. standar pelayanan minimum;
b. upaya pencegahan penularan;
c. kewaspadaan standar;
d. promosi; dan/atau
e. pelayanan komprehensif pengurangan dampak buruk.
(3) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan paling sedikit 1
kali dalam 1 (satu) tahun.
(4) Prosedur pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih
lanjut olehKepala Dinas Kesehatan.
Pasal 20
Dinas harus mempublikasikan hasil pengawasan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 19
elektronik.
24
25
Kekuatan
Kelemahan
Dilakukan ditempat-tempat orang- orang
dengan
resiko
tinggi
HIV/AIDS berada.
mereka
berada,
serta
HIV/AIDS
apakah kesukarelaan,
memaksakan
tidak
bisa
seseorang
Pemberian
kondom
melakukan PITC.
Jika pasien menggunakan
IMS.
Dapat mengedukasi masyarakat tentang -
promosi
HIV/AIDS
Pendampingan & Membantu penderita HIV/AIDS dalam konseling
kepatuhan
pengobatan,
member
bagian virus HIV. Hasil pemeriksaan dibandingkan dengan nilai cut off yang
didapat saat pemeriksaan ELISA dilakukan.
Bila nilai sampel lebih kecil dari nilai cut off dianggap non reaktif, tetapi bila
nilai sampel lebih besar dari nilai cut off pemeriksaan diulang kembali
(induplikat) dengan memakai sampel yang baru. Jika hasil pemeriksaan ulangan
tersebut lebih besar dari cut off berarti hasil pemeriksaan reaktif terhadap HIV.
Bila nilai sampel mendekati nilai cut off pemeriksaan ulang dilakukan 2-4
minggu
kemudian,
27
Hasil negatif palsu dapat terjadi karena rendahnya titer antibodi atau akibat
terapi immunosupresi. Hasil positif palsu dapat terjadi karena kesalahan teknik
pemeriksaan (pencucian
yang
salah,
suhu
yang
dilakukan
pemeriksaan
penyaring
misalnya
dengan
EIA.
Prinsip
pemeriksaannya adalah reaksi antara antibodi anti HIV dengan antigen HIV.
Protein yang berasal dari virus HIV didenaturasi dan selanjutnya dipisahkan
dengan metode elektroforesis dengan menggunakan sodium dodecyl sulfate
polyacrylamide gel (SDS-PAGE). Protein dengan berat molekul besar akan
bermigrasi lambat, sedangkan protein dengan berat molekul ringan akan bermigrasi
lebih cepat. Selanjutnya dari gel, protein ditransfer ke membran nitroselulose dan
direaksikan dengan serum pasien. Selanjutnya dilakukan dilakukan visualisasi hingga
hasil WB terlihat sebagai pita.
Hasil dinyatakan positif bila terdapat pita sekurang-kurangnya dua dari antigen
berikut ini yaitu, inti (Gag) protein (p24), (env) glikoprotein (gp41) atau gp 120/160,
28
sedangkan hasilnya negatif bila tidak ditemukan pita. Hasil pemeriksaan meragukan
bila ditemukan ada pita tetapi tidak memenuhi kriteria untuk disebut positif. Menurut
WHO bila hasil meragukan, dilakukan pemeriksaan ulang setelah dua minggu. Bila
hasil tetap negatif selama satu bulan berarti infeksi HIV dapat disingkirkan.
c. Rapid Test
Rapid test untuk deteksi antibodi anti HIV telah banyak digunakan selama decade
terakhir. Dasar rapid test adalah immunokromatografi HIV-1 dan antibodi HIV-2
secara kualitatif. Pemeriksaan di atas mudah dilakukan, tidak memerlukan peralatan
khusus serta tidak memerlukan tenaga terlatih. Hasilnya dapat dibaca dalam waktu
kurang dari 30 menit. Karena itu rapid test sangat berguna untuk membantu
menetapkan status medis pada orang yang diduga terinfeksi HIV sehingga dapat
mengurangi penularan infeksi karena hasil pemeriksaan diperoleh dalam waktu yang
singkat dan pasien dapat segera ditangani.
US Food and Drug Administration (FDA) menyetujui empat jenis pemeriksaan
rapid test yaitu OraQuick Advance Rapid, Reveal
TM
29
30
31
ke bagian pendaftaran
membayar
ke ruang konseling
bertemu dokter
anamnese
dan konseling pra tes, digali sejauh mana pengetahuan tentang HIV/AIDS
pasien
mengisi formulir regristasi konseling dan tes HIV sambil ditanya tentang aktivitas sex,
penggunaan kondom, pasangan sex, perilaku tidak sehat (penggunaan napza)
ke lab untuk rapid test
keluar
pasien
hasil tes
Jika hasil positif HIV, pasien kembali ke ruang konseling untuk konseling post
tes untuk diberi dukungan dalam menanggapi hasil tes, diberi informasi perlunya
perawatan dan pengobatan HIV, cara pencegahan penularan kepada pasangan, setelah itu
pasien akan dirujuk ke rumah sakit atau LSM tertentu yang melayani pasien HIV/AIDS;
jika hasil negative HIV, pasien kembali ke ruang konseling untuk konseling post test
akan diberi pesan tentang pencegahan HIV/AIDS, disarankan untuk melakukan tes
ulang 3 bulan kemudian karena dikhawatirkan pasien dalam tahap window period.
Alur PITC: sama dengan VCT, perbedaan nya terletak pada dorongan untuk melakukan
tes HIV bukan inisiatif dari diri pasien sendiri namun merupakan saran dari dokter/
petugas kesehatan dan tidak dapat dipaksakan.
32
Dalam praktik selama 4 hari, mahasiswa tidak dapat melakukan pengambilan sampel
untuk pemeriksaan rapid HIV/AIDS karena sampel diambil langsung oleh petugas
laborat di ruang laboratorium.
b. Indikator: Melakukan pemeriksaan rapid HIV/AIDS
Pencapaian:
Mahasiswa tidak melakukan pemeriksaan rapid test HIV, namun dapat
mengobservasi pemeriksaan tersebut dengan memperhatikan langkah-langkahnya
yang dilakukan oleh petugas laborat. Adapun langkah-langkah rapid test HIV adalah
sebagai berikut:
1) Mengambil sampel darah vena pasien.
2) Meneteskan satu tetes sampel darah ke alat tes (rapid test SD) dan ditambah
dengan satu tetes reagen.
3) Menunggu hasil selama kurang lebih 15 menit yang berupa garis/strip.
4) Jika muncul satu garis/strip berarti non reaktif/ negative HIV, jika muncul dua
garis/strip berarti reaktif/ positif HIV.
Terdapat tiga reagen yang digunakan di laboratorium Puskesmas Mergangsan, yaitu:
1) Intec Advanced Quality untuk lini pertama.
2) Oncoprobe HIV 1&2 Antibody untuk lini kedua.
3) Biomerik Vikia HIV untuk lini ketiga
c. Indikator: Mengetahui arti hasil pemeriksaan HIV/AIDS
Pencapaian:
Pada rapid test HIV jika muncul satu garis/strip berarti non reaktif/ negative HIV,
jika muncul dua garis/strip berarti reaktif/ positif HIV.
Berdasarkan penggunaan reagen:
33
Jika dilakukan tes 3 kali dengan 3 reagen berbeda, salah satu hasil nya non
reaktif maka hasil yang lain juga sama non reaktif yang artinya negative HIV
Jika dilakukan tes 3 kali dengan 3 reagen berbeda, hasilnya 2 reaktif dan 1 non
reaktif berarti indeterminate atau masih rancu.
Jika dilakukan tes 3 kali dengan 3 reagen berbeda, hasilnya ketiganya reaktif
artinya positif HIV.
Obat-Obat HIV/AIDS:
Berdasarkan Pedoman Nasional Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral
pada orang Dewasa oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan 2011
a. ARV (anti retrovirus)
Adalah sebuah terapi yang menggunakan 3 jenis kombinasi obat anti viral yang
bertujuan menekan replikasi HIV di dalam tubuh.
Fungsi: menekan replikasi HIV di dalam tubuh.
Cara pemakaian: obat ini harus diminum secara teratur 2x sehari setiap 12 jam sekali
pada jam yang sama, diminum seumur hidup ODHA tanpa boleh terputus untuk
menghindari terjadinya resisten obat.
35
pasien
agar
patuh
minum
obat
antara
lain
dengan
37
Ada perbedaan dalam profil toksisitas, potensi interaksi dengan obat lain,
dan harga
NVP berhubungan dengan insidensi ruam kulit, sindrom Steven Johnson dan
hepatotosksisitas yang lebih tinggi dibanding EFV.
Dalam keadaan reaksi hepar atau kulit yang berat maka NVP harus
dihentikan dan tidak boleh dimulai lagi
Gunakan NVP atau PI untuk ibu hamil trimester 1 atau triple NRTI jika NVP
dan PI tidak dapat digunakan. Triple NRTI hanya diberikan selama 3 bulan
lalu dikembalikan kepada paduan lini pertama
Perlu dilakukan lead-in dosing pada penggunaan NVP, yaitu diberikan satu
kali sehari selama 14 hari pertama kemudian dilanjutkan dengan 2 kali
sehari.
EFV dapat digunakan sekali sehari dan biasanya ditoleransi dengan baik,
hanya saja biayanya lebih mahal dan kurang banyak tersedia dibandingkan
NVP
39
Toksisitas utama EFV adalah berhubungan dengan sistem saraf pusat (SSP)
dan ada kemungkinan (meski belum terbukti kuat) bersifat teratogenik
bila diberikan pada trimester 1 (tetapi tidak pada triemester dua dan tiga) dan
ruam kulit yang biasanya ringan dan hilang sendiri tanpa harus
menghentikan obat. Gejala SSP cukup sering terjadi, dan meskipun biasanya
hilang sendiri dalam 2-4 minggu, gejala tersebut dapat bertahan beberapa
bulan dan sering menyebabkan penghentian obat oleh pasien
EFV perlu dihindari pada pasien dengan riwayat penyakit psikiatrik berat,
pada perempuan yang berpotensi hamil dan pada kehamilan trimester
pertama.
Indeks Massa Tubuh (IMT / BMI = Body Mass Index) dan jumlah CD4 yang
rendah merupakan faktor prediksi terjadinya anemi oleh penggunaan AZT
Perlu diketahui faktor lain yang berhubungan dengan anemi, yaitu antara lain
malaria, kehamilan, malnutrisi dan stadium HIV yang lanjut
TDF tidak boleh digunakan pada anak dan dewasa muda dan sedikit data
tentang keamanannya pada kehamilan
TDF juga tersedia dalam sediaan FDC (TDF+FTC) dengan pemberian satu
kali sehari yang lebih mudah diterima ODHA.
kesepakatan
dengan
panel
ahli,
maka
pemerintah
Menggunakan AZT atau TDF pada pasien yang baru memulai terapi
dan belum pernah mendapat terapi ARV sebelumnya
Pada pasien yang sejak awal menggunakan d4T dan tidak dijumpai efek
samping dan/atau toksisitas maka direkomendasikan untuk diganti setelah 6
bulan
Jika terjadi efek samping akibat penggunaan AZT (anemia), maka sebagai
obat substitusi gunakan TDF.
42
antiretroviral/ARV/HAART
(Highly
Active
Antiretroviral
43
infeksi
oportunistik
(IO)
pada
ODHA
dapat
dicegah dengan
44
insidensi
infeksi
P.
jiroveci,
ODHA dengan jumlah CD4 di bawah 200 sel/mm3 (apabila tersedia pemeriksaan
dan hasil CD4).
45
47
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Puskesmas Mergangsan dapat menjadi sarana pemerintah dalam menanggulangi
HIV/AIDS dengan adanya PITC, VCT mandiri, VCT mobile, pendampingan pasien,
penyuluhan dan pemberian kondom pada pasien IMS dan HIV/AIDS. Namun untuk
mendapatkan pengobatan HIV/AIDS seperti ARV tidak dapat diperoleh di puskesmas,
melainkan didapatkan pada rumah sakit dan LSM tertentu yang merupakan rujukan.
Puskesmas menyediakan konselor bagi pasien HIV/AIDS, dan juga menyediakan rapid
test gratis. Dalam pencapaian kompetensi persistem sulit didapatkan oleh mahasiswa.
B. Saran
Setelah melakukan serangkaian kegiatan yang diwajibkan oleh bidang akademik
STIKES Bethesda selama empat hari di Puskesmas Mergangsan, penulis mendapatkan
berbagai macam pengalaman dari melakukan anamnese keluhan pasien lansia, membatu
dalam penulisan etiket obat, mengobservasi rapid tes HIV dan tes lainnya di lab serta
studi dokumentasi. Dengan praktik ini penulis semakin mengetahui tentang HIV/AIDS.
Pencapaian keterampilan dalam pemenuhan kebutuhan dasar dan untuk proses
keperawatan sulit untuk terpenuhi di Puskesmas Mergangsan, karena hanya melakukan
ukur tekanan darah pasien saja, kegiatan lainnya hanya observasi. Penulis berharap pada
praktik berikutnya akan banyak tindakan yang dapat dilakukan dan dapat lebih terampil
dengan skill yang sudah ada baik dari pembelajaran di bangku perkulihan maupun pada
praktik sebelumnya.
Keakraban yang dibangun oleh karyawan di Puskesmas Mergangsan sangat
membantu dalam penyelesaian tugas ini. Pembuatan laporan ini memiliki sedikit kendala
sehingga membutuhkan bimbingan dari pembimbing akademik dan juga pembimbing
lapangan.
Dengan adanya tugas akhir semester ini penulis merasakan semakin tertantang
untuk benar-benar terjun di masyarakat.
LAMPIRAN
A. Formulir Regristasi Konseling dan Tes HIV
B. Formulir Regristasi Layanan PITC
C. Formulir Regristasi Layanan IMS
48
D.
E.
F.
G.
H.
49