120.000.00
0
Rp300.000.
000
Rp400.000.
000
Rp0
820.000.00
0
Jumlah
Beban dan kerugian
1
.
Biaya Operasional
2
.
Biaya Non Operasional
Jumlah
Rp200.000.
000
Rp150.000.
000
Rp350.000.
000
RP470.000.
000
Rp1.000.00
0.000
Berapakah PPh terutang yang harus dibayar oleh Yayasan Pendidikan Bangsa
(YPB)?
Jawab:
1) Asumsi 1:
Dengan asumsi bahwa aktiva bersih akhir tahun/sisa dana tidak digunakan untuk:
a. Pembelian atau pembangunan gedung dan prasarana kegiatan pendidikan,
penelitian danpengembangan termasuk pembelian tanah sebagai lokasi
pembangunan gedung dan prasarana tersebut.
dan
prasarana
dan/atau
penelitian
dan
pengembangan
yang
diselenggarakan bersifat terbuka kepada pihak manapun. Maka atas laba neto
sebesar Rp.200.000.000,- dikenakan PPh Badan untuk tahun pajak diperolehnya
laba neto tersebut yaitu tahun 2014, sehingga untuk SPT Tahunan PPh Badan
Tahun 2014 harus dilakukan pembetulan dan menyetorkan PPh Badan yang
terutang tersebut ditambah dengan sanksi bunga adalah 2% (dua persen) per
bulan atas jumlah pajak yang kurang dibayar, dihitung sejak saat penyampaian
SPT Tahunan berakhir sampai dengan tanggal pembayaran, dan bagian dari
bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan.
4) Asumsi 4:
Apabila ternyata setelah lewat empat tahun sejak laba neto diperoleh ternyata
Yayasan
tidak menggunakan
laba neto
sebesar Rp350.000.000,-
untuk
Rp 24.000.000.000,00
Rp.5.000.000.000,00
Berapakah pajak terutang tahun 2015 dan angsuran pajak PPh pasal 25 tahun 2016
pada yayasan tersebut?
Jawab:
Untuk tahun 2015 dihitung berdasarkan Pasal 31E UU PPh dimana Wajib Pajak
badan dalam negeri dengan peredaran bruto sampai dengan Rp50.000.000.000,00
(lima puluh miliar rupiah) mendapat fasilitas berupa pengurangan tarif sebesar 50%
(lima puluh persen) dari tarif 25% yang dikenakan atas Penghasilan Kena Pajak dari
bagian peredaran bruto sampai dengan Rp4.800.000.000,00 (empat miliar delapan
ratus juta rupiah). Kemudian perhitungan sesuai dengan penjelasan pasal 31E.
Penghitungan Pajak Penghasilan yang terutang:
1) Jumlah Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto yang memperoleh
fasilitas
= Rp 125.000.000,00
2) 25% x Rp4.000.000.000,00
= Rp1.000.000.000,00
= Rp1.125.000.000,00
Angsuran PPh Pasal 25 (angsuran) yang harus dibayar setiap bulan (asumsi
tidak ada kredit pajak tahun 2015 dan semua berasal dari penghasilan rutin)
= Rp1.125.000.000,00 : 12
= Rp93.750.000,00
3. Peredaran Bruto > 50 M
Yayasan Bangun Bangsa (YBB) pada tahun 2016 perdaran bruto atas usahanya naik
sehingga nilai pada Laporan Aktivitas yayasan tersebut menjadi:
1) Peredaran Bruto
Rp 60.000.000.000,00
Rp15.000.000.000,00
Rp15.000.000.000,00
= Rp3.750.000.000,00
Paijo bekerja sebagai karyawan pada Yayasan Botjah dengan memperoleh gaji pokok
sebulan sebesar Rp 4.000.000. Paijo membayar iuran pensiun sebesar Rp 100.000.
Saat ini Paijo belum menikah. Hitunglah PPh Pasal 21 atas penghasilan yang
diterima Paijo!
Jawab:
Perhitungan PPh pasal 21 adalah:
Gaji Sebulan
Rp 4.000.000
Pengurangan:
a. Biaya Jabatan (5% x Rp4.000.000)
Rp200.000
b. Iuran Pensiun
Rp100.000
Rp
300.000
Rp 3.700.000
Rp44.400.000
PTKP (TK/0)
Rp36.000.000
Rp 8.400.000
Rp
420.000
Rp
35.000
Jadi Yayasan Botjah pada bulan Januari akan menyetorkan PPh pasal 21 sebesar =
Januari 2013
Rp 1.000.000,00
Februari 2013
Rp 600.000,00
Maret 2013
Rp 1.300.000,00
April 2013
Rp 650.000,00
Mei 2013
Rp 700.000,00
Juni 2013
Rp 850.000,00
Pemotongan PPh Pasal 23 setiap bulannya oleh Yayasan Ayang sebagai berikut:
Bulan
Perhitungan
PPh Pasal 23
Januari 2013
15% x Rp1.000.000,00
Rp150.000,00
Februari 2013
15% x Rp600.000,00
Rp90.000,00
Maret 2013
15% x Rp1.300.000,00
Rp195.000,00
April 2013
15% x Rp650.000,00
Rp97.500,00
Mei 2013
15% x Rp700.000,00
Rp105.000,00
Juni 2013
15% x Rp850.000,00
Rp127.500,00
Rp 10.000.000
Rp
200.000
Contoh Kasus:
1. Kasus pertama :
Yayasan "Memandang Langit yang Sama" menyimpan uang di Bank Kotan berbentuk
deposito sebesar Rp200.000.000,00 dengan tingkat suku bunga 12% per tahun
sehingga menerima bunga setiap bulan sebesar Rp2.000.000,00
Bunga sebesar Rp2.000.000,00 dipotong PPh pasal 4 ayat (2) sebesar:
Rp2.000.000,00 x 20% = Rp400.000,00
Uang yang diterima Yayasan "Memandang Langit yang Sama" dari bunga deposito
per bulan sebesar:
Rp2000.000,00 - Rp400.000,00 = Rp1.600.000,00
Kasus Kedua:
Yayasan "Izinkan Aku Pergi" menyimpan Uang di Bank Bang berbentuk deposito
sebesar Rp5.000.000,00 dengan tingkat suku bunga 12% per tahun sehingga
menerima bunga setiap bulan sebesar Rp50.000,00 dan atas bunga sebesar
Rp50.000,00 tidak dipotong PPh Pasal 4 ayat (2) karena nilai deposito kurang dari
Rp7.500.000,00
2. Yayasan "Ku Tetap Teman Baikmu" menyewa kantor berupa rumah dari orang pribadi
yaitu Tulus yang tidak memiliki NPWP sebesar Rp 100.000.000 per tahun untuk
periode 3 tahun.
Jawab :
Pasal 4 ayat (2) yang dipotong adalah 10% x 3 tahun x Rp 100.000.000 = Rp
30.000.000.
Yayasan "Ku Tetap Teman Baikmu" membayar ke Bapak Tulus Rp 270.000.000,
menyetorkan ke kas negara Rp 30.000.000, melaporkan ke kantor pajak SPT Masa
pasal 4 ayat (2) dan memberikan bukti potong pasal 4 ayat (2) Bapak Tulus senilai Rp
30.000.000.
Setelah mengetahui perhitungannya, Bapak Tulus keberatan dan ingin sewa tersebut
net saja. Bapak Tulus ingin menerima bersih Rp 30.000.000. Karena sudah terdesak
dan sangat butuh, dengan berat hati yayasan "Ku Tetap Teman Baikmu" setuju.
Perhitungan pasal 4 ayat (2) terpaksa dilakukan gross-up dengan logika sebagai
berikut: pembayaran ke Bapak Tulus = Rp 30.000.000 adalah 90% dari nilai transaksi
(ingat 10% nya adalah pasal 4 ayat (2)). nilai kontrak yang harus dibuat adalah 100%;
sehingga besarnya untuk 3 tahun adalah 100/90 x Rp 30.000.000 = Rp 333.330.000.
untuk memudahkan sewa tahun pertama Rp 110.000.000, kedua Rp 110.000.000 dan
ketiga Rp 113.330.000. dari jumlah sewa 3 tahun tadi yayasan "Ku Tetap Teman
Baikmu" memotong sesuai pasal 4 ayat (2) sebesar 10%.
Perhatikan bahwa kini biaya sewa kantor meningkat sebesar 33 Juta lebih. Oleh
karena itu penting untuk dibicarakan di muka apakah nilai sewa itu nilai bersih dari
potongan pajak, atau masih gross yang nantinya akan dipotong pajak 10%. Bila
gross, tidak ada masalah. Nilai kontrak adalah Rp 300.000.000 dan sama dengan
biaya sewa kantor yayasan "Ku Tetap Teman Baikmu". Bila net pajak, maka biaya
kontrak menjadi Rp 333.330.000 dan biaya sewa kantor di pembukuan yayasan "Ku
Tetap Teman Baikmu" meningkat 11 persen.
E. Perhitungan PPN
Pada awal bulan Maret tahun 2016, Yayasan Kasih Ibu (sudah dikukuhkan sebagai PKP)
yang salah satu kegiatannya adalah penjualan mesin jahit membeli mesin jahit (Barang
Kena Pajak) dari PT Jahid (PKP) seharga Rp10.000.000,-. Mesin Jahit tersebut berhasil
terjual di pertengahan bulan Maret 2016 kepada CV Baju Jadi seharga Rp15.000.000,-.
Atas transaksi pembelian dan penjualan tersebut, berapa PPN yang dilaporkan
Yayasan Kasih Ibu dalam SPT Masa PPN bulan Maret 2016?
Jawab:
Pada saat pembelian mesin cetak dari PT Jahid seharga Rp20.000.000,-, Yayasan Kasih
Ibu harus membayar PPN kepada penjual sebesar: Rp10.000.000,- x 10% =
Rp1.000.000,-. Sehingga total yang dibayarkan Yayasan Kasih Ibu kepada PT Jahid
adalah Rp10.000.000,- + Rp1.000.000,- = Rp11.000.000,-.
Pada saat penjualan mesin cetak kepada CV Baju Jadi seharga Rp15.000.000,-,
Yayasan Kasih Ibu memungut PPN dari pembeli sebesar: Rp15.000.000,- x 10% =
Rp1.500.000,-. Sehingga total yang ditagihkan Yayasan Kasih Ibu kepada CV Baju Jadi
adalah Rp15.000.000,- + Rp1.500.000,- = Rp16.500.000.
Jadi, mekanisme perhitungan PPN yang dilaporkan dalam SPT Masa bulan Maret 2016
adalah sebagai berikut:
Pajak Keluaran
Pajak Masukan
PPN yang kurang (lebih) bayar
Rp1.500.000
1.000.000,Rp 500.000
Penentuan Tempat Pembayaran Pajak, dan Tata Cara Pembayaran, Penyetoran, dan
Pelaporan Pajak, serta Tata Cara Pengangsuran dan Penundaaan Pembayaran Pajak
sebagaimana
telah
diubah
dengan
Peraturan
Menteri
Keuangan
Nomor
80/PMK.03/2010.
Batas waktu pembayaran/penyetoran pajak yang sudah dipotong dan/ atau dipungut oleh
Wajib Pajak serta tanggal pelaporan SPT Masa adalah sebagai berikut:
PPh Pasal
PPh Badan
Kapan Penyetoran
Sebelum SPT Tahunan PPh
WP Badan disampaikan.
PPh Pasal 21
Kapan Pelaporan
Pada akhir bulan keempat
setelah berakhirnya tahun
atau bagian tahun pajak.
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir