Anda di halaman 1dari 10

RINGKASAN MATERI KULIAH

PERPAJAKAN SEKTOR PUBLIK

ASPEK PERPAJAKAN BAGI YAYASAN (STUDI KASUS)


A. Perhitungan PPh badan
1. Peredaran Bruto <4,8M
Yayasan Pendidikan Bangsa (YPB) adalah organisasi yang menyelenggarakan
aktivitas non-profit yang bergerak dibidang pendidikan. Aktivitas yang dilakukan
antara lain mengadakan program bimbingan belajar, asrama, dan kegiatan yang
berkaitan dengan pendidikan seperti seminar. Selama tahun 2014 terdapat transaksi
sebagai berikut:
Pendapatan dan sumbangan
1
.
Uang pendaftaran dan uang pangkal
2 Uang pembangunan gedung/pengadaan
.
prasarana
3
.
Uang spp
4
.
Sumbangan

120.000.00
0
Rp300.000.
000
Rp400.000.
000
Rp0
820.000.00
0

Jumlah
Beban dan kerugian
1
.
Biaya Operasional
2
.
Biaya Non Operasional
Jumlah

Perubahan Aktiva Bersih


Aktiva Bersih Awal Tahun

Rp200.000.
000
Rp150.000.
000
Rp350.000.
000
RP470.000.
000
Rp1.000.00
0.000

Berapakah PPh terutang yang harus dibayar oleh Yayasan Pendidikan Bangsa
(YPB)?
Jawab:
1) Asumsi 1:
Dengan asumsi bahwa aktiva bersih akhir tahun/sisa dana tidak digunakan untuk:
a. Pembelian atau pembangunan gedung dan prasarana kegiatan pendidikan,
penelitian danpengembangan termasuk pembelian tanah sebagai lokasi
pembangunan gedung dan prasarana tersebut.

b. Pengadaan sarana dan prasarana kantor, laboratorium dan perpusatakaan.


c. Pembelian atau pembangunan asrama mahasiswa, rumah dinas, guru, dosen
atau karyawan dan sarana prasarana olahraga, sepanjang berada di
lingkungan atau lokasi lembaga pendidikan formal.
Maka Berdasarkan PP 46 tahun 2013 dimana Wajib Pajak badan tidak termasuk
bentuk usaha tetap; dan Menerima penghasilan dari usaha, tidak termasuk
penghasilan dari jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas, dengan peredaran
bruto tidak melebihi Rp4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah)
dalam 1 (satu) Tahun Pajak dikenakan tarif Pajak Penghasilan yang bersifat final
sebagaimana sebesar 1% (satu persen) dari jumlah peredaran bruto setiap bulan.
Sehingga perhitungannya adalah sebagai berikut:
PPh Badan Terutang tahun 2014: Rp820.000.000 x 1% = Rp8.200.000
2) Asumsi 2:
Dengan asumsi bahwa aktiva bersih akhir tahun/sisa dana digunakan untuk:
a. Pembelian atau pembangunan gedung dan prasarana kegiatan pendidikan,
penelitian danpengembangan termasuk pembelian tanah sebagai lokasi
pembangunan gedung dan prasarana tersebut.
b. Pengadaan sarana dan prasarana kantor, laboratorium dan perpusatakaan.
c. Pembelian atau pembangunan asrama mahasiswa, rumah dinas, guru, dosen
atau karyawan dan sarana prasarana olahraga, sepanjang berada di
lingkungan atau lokasi lembaga pendidikan formal.
Maka sesuai Peraturan Menteri Keuangan Nomor 80/PMK.03/2009 Tentang Sisa
Lebih Yang Diterima Atau Diperoleh Badan Atau Lembaga Nirlaba Yang Bergerak
Dalam Bidang Pendidikan Dan/Atau Bidang Penelitian Dan Pengembangan, Yang
Dikecualikan Dari Objek Pajak Penghasilan, dalam jangka waktu paling lama 4
(empat) tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut dikecualikan sebagai objek
Pajak Penghasilan sehingga tidak dikenakan PPh badan.
3) Asumsi 3:
Apabila pada tahun 2015 ternyata sebagian laba neto tersebut misalnya sebesar
Rp.200.000.000,- digunakan untuk kegiatan selain membangun/ mengadakan
sarana

dan

prasarana

dan/atau

penelitian

dan

pengembangan

yang

diselenggarakan bersifat terbuka kepada pihak manapun. Maka atas laba neto
sebesar Rp.200.000.000,- dikenakan PPh Badan untuk tahun pajak diperolehnya

laba neto tersebut yaitu tahun 2014, sehingga untuk SPT Tahunan PPh Badan
Tahun 2014 harus dilakukan pembetulan dan menyetorkan PPh Badan yang
terutang tersebut ditambah dengan sanksi bunga adalah 2% (dua persen) per
bulan atas jumlah pajak yang kurang dibayar, dihitung sejak saat penyampaian
SPT Tahunan berakhir sampai dengan tanggal pembayaran, dan bagian dari
bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan.

4) Asumsi 4:
Apabila ternyata setelah lewat empat tahun sejak laba neto diperoleh ternyata
Yayasan

tidak menggunakan

laba neto

sebesar Rp350.000.000,-

untuk

membangun/ mengadakan sarana dan prasarana dan/atau penelitian dan


pengembangan yang diselenggarakan bersifat terbuka kepada pihak manapun,
maka atas laba neto sebesar Rp350.000.000,- dikenakan PPh Badan pada tahun
pajak berikutnya setelah lewat jangka waktu 4 (empat) tahun tersebut ditambah
dengan sanksi sesuai ketentuan yang berlaku.
2. Peredaran Bruto antara 4,8 M dan 50 M
Yayasan Bangun Bangsa (YBB) adalah organisasi yang menyelenggarakan aktivitas
non-profit yang bergerak dibidang sosial. Dimana selain menerima bantuan
sumbangan juga melakukan usaha jual beli bahan kebutuhan pokok. Pada tahun
2015 nilai pada Laporan Aktivitas yayasan tersebut diketahui:
1) Peredaran Bruto

Rp 24.000.000.000,00

2) Pendapatan Kena Pajak

Rp.5.000.000.000,00

(Tidak ada sumbangan)

Berapakah pajak terutang tahun 2015 dan angsuran pajak PPh pasal 25 tahun 2016
pada yayasan tersebut?
Jawab:
Untuk tahun 2015 dihitung berdasarkan Pasal 31E UU PPh dimana Wajib Pajak
badan dalam negeri dengan peredaran bruto sampai dengan Rp50.000.000.000,00
(lima puluh miliar rupiah) mendapat fasilitas berupa pengurangan tarif sebesar 50%
(lima puluh persen) dari tarif 25% yang dikenakan atas Penghasilan Kena Pajak dari
bagian peredaran bruto sampai dengan Rp4.800.000.000,00 (empat miliar delapan
ratus juta rupiah). Kemudian perhitungan sesuai dengan penjelasan pasal 31E.
Penghitungan Pajak Penghasilan yang terutang:
1) Jumlah Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto yang memperoleh
fasilitas

= (Rp4.800.000.000,00 : Rp24.000.000.000,00) x Rp5.000.000.000,00


= Rp1.000.000.000,00
2) Jumlah Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto yang tidak
memperoleh fasilitas
= Rp5.000.000.000,00 - Rp1.000.000.000
= Rp4.000.000.000,00
Pajak Penghasilan yang terutang:
1) (50% x 25%) x Rp1.000.000.000,00

= Rp 125.000.000,00

2) 25% x Rp4.000.000.000,00

= Rp1.000.000.000,00

Jumlah PPh Terutang Tahun 2015

= Rp1.125.000.000,00

Angsuran PPh Pasal 25 (angsuran) yang harus dibayar setiap bulan (asumsi
tidak ada kredit pajak tahun 2015 dan semua berasal dari penghasilan rutin)
= Rp1.125.000.000,00 : 12
= Rp93.750.000,00
3. Peredaran Bruto > 50 M
Yayasan Bangun Bangsa (YBB) pada tahun 2016 perdaran bruto atas usahanya naik
sehingga nilai pada Laporan Aktivitas yayasan tersebut menjadi:
1) Peredaran Bruto

Rp 60.000.000.000,00

2) Pendapatan Kena Pajak

Rp15.000.000.000,00

(Tidak ada sumbangan)

Berapakah pajak terutang tahun 2016 pada yayasan tersebut?


Jawab:
Sesuai dengan pasal 17 ayat (1) huruf b dimana PPh untuk Wajib Pajak badan dalam
negeri dan bentuk usaha tetap adalah sebesar 25% (dua puluh lima persen) yang
dikenakan atas Penghasilan Kena Pajak, sehingga perhitungan PPh yang terutang
untuk tahun 2017 adalah sebesar:
Pajak Penghasilan yang terutang
= 25%

Rp15.000.000.000,00

= Rp3.750.000.000,00

B. Perhitungan PPh Pasal 21 atas Penghasilan Pegawai Tetap Yayasan maupun


Bukan Pegawai
Berikut adalah perhitungan PPh 21 pada Yayasan Botjah bulan Januari.
1. PPh 21 Pegawai Tetap Yayasan

Paijo bekerja sebagai karyawan pada Yayasan Botjah dengan memperoleh gaji pokok
sebulan sebesar Rp 4.000.000. Paijo membayar iuran pensiun sebesar Rp 100.000.
Saat ini Paijo belum menikah. Hitunglah PPh Pasal 21 atas penghasilan yang
diterima Paijo!
Jawab:
Perhitungan PPh pasal 21 adalah:
Gaji Sebulan

Rp 4.000.000

Pengurangan:
a. Biaya Jabatan (5% x Rp4.000.000)

Rp200.000

b. Iuran Pensiun

Rp100.000
Rp

300.000

Penghasilan neto sebulan

Rp 3.700.000

Penghasilan neto setahun

Rp44.400.000

PTKP (TK/0)

Rp36.000.000

Penghasilan Kena Pajak

Rp 8.400.000

PPh pasal 21 Setahun


5% * Rp 8.400.000
PPh pasal 21 Sebulan

Rp

420.000

Rp

35.000

2. PPh 21 Bukan Pegawai Yayasan


Painem (menikah tanpa tanggungan, memiliki NPWP) memberikan konsultasi kepada
Yayasan Botjah dengan bayaran sebesar Rp 5.000.000. Hitunglah PPh Pasal 21
atas penghasilan yang diterima Painem!
Jawab:
Besarnya PPh pasal 21 adalah:
5% x 50% x Rp5.000.000 = Rp 125.000

Jadi Yayasan Botjah pada bulan Januari akan menyetorkan PPh pasal 21 sebesar =

Rp 35.000 + Rp 125.000 = Rp 160.000

C. Perhitungan Kewajiban Pemotongan PPh Pasal 23


1. Bunga Pinjaman dari Jaminan Pengembalian Utang
Yayasan Ayang bergerak di bidang sosial meminjam uang kepada CV Serahkanlah
(bukan lembaga keuangan), untuk tambahan modal yayasan dengan jaminan bunga
atas utang yang diberikan. Bunga utang yang diberikan setiap bulan adalah sebagai
berikut:
Bulan

Bunga Yang Diperoleh

Januari 2013

Rp 1.000.000,00

Februari 2013

Rp 600.000,00

Maret 2013

Rp 1.300.000,00

April 2013

Rp 650.000,00

Mei 2013

Rp 700.000,00

Juni 2013

Rp 850.000,00

Atas bunga pinjaman yang diterima oleh CV Serahkanlah tersebut, berapakah


PPh pasal 23 yang harus dipotong oleh Yayasan Ayang?
Jawab:
Bunga yang diterima oleh Yayasan Ayang dari bunga jaminan utang tersebut tidak
termasuk yang dikenai PPh yang bersifat final. Hal ini sesuai dengan Pasal 23
ayat (4) UU PPh jo. PMK Nomor 251/PMK.03/2008 dimana CV Serahkanlah bukan
lembaga keuangan pinjam, sehingga atas penghasilan bunga pinjaman yang diterima
termasuk dalam pengertian bunga yang wajib dipotong PPh Pasal 23 oleh Yayasan
Ayang sebesar 15%.

Pemotongan PPh Pasal 23 setiap bulannya oleh Yayasan Ayang sebagai berikut:
Bulan

Perhitungan

PPh Pasal 23

Januari 2013

15% x Rp1.000.000,00

Rp150.000,00

Februari 2013

15% x Rp600.000,00

Rp90.000,00

Maret 2013

15% x Rp1.300.000,00

Rp195.000,00

April 2013

15% x Rp650.000,00

Rp97.500,00

Mei 2013

15% x Rp700.000,00

Rp105.000,00

Juni 2013

15% x Rp850.000,00

Rp127.500,00

2. Contoh Pemotongan atas Jasa


Yayasan Ayang mengadakan rapat tahunan antar anggota pada tanggal 21 Februari
2016. Yayasan Ayang menyewa jasa katering pada Rumah Makan Harusnya
Sederhana untuk menyediakan makanan dan minuman pada rapat tahunan tersebut.
Yayasan Ayang dikenakan tagihan oleh Rumah Makan Harusnya Sederhana sebesar
Rp10.000.000 atas jasa katering yang telah disediakan. Hitunglah PPh atas
penghasilan jasa katering tersebut!
Jawab:
Perhitungan PPh Pasal 23
Penghasilan Jasa Katering

Rp 10.000.000

PPh Pasal 23 atas jasa: 2% x 10.000.000 =

Rp

200.000

D. Perhitungan PPh Final/Pasal 4 Ayat (2)


PPh Pasal 4(2), atas penghasilan di bawah ini dapat dikenai pajak bersifat final:
1. Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya
tarif sebesar 20% sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 131 tahun
2000 dan turunannya Keputusan Menteri Keuangan Nomor 51/KMK. 04/2001.
2. Persewaan tanah dan bangunan.
tarif 10% sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 29 tahun 1996 dan
turunannya Peraturan Pemerintah Nomor 5 tahun 2002.

Contoh Kasus:
1. Kasus pertama :
Yayasan "Memandang Langit yang Sama" menyimpan uang di Bank Kotan berbentuk
deposito sebesar Rp200.000.000,00 dengan tingkat suku bunga 12% per tahun
sehingga menerima bunga setiap bulan sebesar Rp2.000.000,00
Bunga sebesar Rp2.000.000,00 dipotong PPh pasal 4 ayat (2) sebesar:
Rp2.000.000,00 x 20% = Rp400.000,00
Uang yang diterima Yayasan "Memandang Langit yang Sama" dari bunga deposito
per bulan sebesar:
Rp2000.000,00 - Rp400.000,00 = Rp1.600.000,00

Kasus Kedua:
Yayasan "Izinkan Aku Pergi" menyimpan Uang di Bank Bang berbentuk deposito
sebesar Rp5.000.000,00 dengan tingkat suku bunga 12% per tahun sehingga
menerima bunga setiap bulan sebesar Rp50.000,00 dan atas bunga sebesar
Rp50.000,00 tidak dipotong PPh Pasal 4 ayat (2) karena nilai deposito kurang dari
Rp7.500.000,00

2. Yayasan "Ku Tetap Teman Baikmu" menyewa kantor berupa rumah dari orang pribadi
yaitu Tulus yang tidak memiliki NPWP sebesar Rp 100.000.000 per tahun untuk
periode 3 tahun.
Jawab :
Pasal 4 ayat (2) yang dipotong adalah 10% x 3 tahun x Rp 100.000.000 = Rp
30.000.000.
Yayasan "Ku Tetap Teman Baikmu" membayar ke Bapak Tulus Rp 270.000.000,
menyetorkan ke kas negara Rp 30.000.000, melaporkan ke kantor pajak SPT Masa
pasal 4 ayat (2) dan memberikan bukti potong pasal 4 ayat (2) Bapak Tulus senilai Rp
30.000.000.
Setelah mengetahui perhitungannya, Bapak Tulus keberatan dan ingin sewa tersebut
net saja. Bapak Tulus ingin menerima bersih Rp 30.000.000. Karena sudah terdesak
dan sangat butuh, dengan berat hati yayasan "Ku Tetap Teman Baikmu" setuju.

Perhitungan pasal 4 ayat (2) terpaksa dilakukan gross-up dengan logika sebagai
berikut: pembayaran ke Bapak Tulus = Rp 30.000.000 adalah 90% dari nilai transaksi
(ingat 10% nya adalah pasal 4 ayat (2)). nilai kontrak yang harus dibuat adalah 100%;
sehingga besarnya untuk 3 tahun adalah 100/90 x Rp 30.000.000 = Rp 333.330.000.
untuk memudahkan sewa tahun pertama Rp 110.000.000, kedua Rp 110.000.000 dan
ketiga Rp 113.330.000. dari jumlah sewa 3 tahun tadi yayasan "Ku Tetap Teman
Baikmu" memotong sesuai pasal 4 ayat (2) sebesar 10%.

Perhatikan bahwa kini biaya sewa kantor meningkat sebesar 33 Juta lebih. Oleh
karena itu penting untuk dibicarakan di muka apakah nilai sewa itu nilai bersih dari
potongan pajak, atau masih gross yang nantinya akan dipotong pajak 10%. Bila

gross, tidak ada masalah. Nilai kontrak adalah Rp 300.000.000 dan sama dengan
biaya sewa kantor yayasan "Ku Tetap Teman Baikmu". Bila net pajak, maka biaya
kontrak menjadi Rp 333.330.000 dan biaya sewa kantor di pembukuan yayasan "Ku
Tetap Teman Baikmu" meningkat 11 persen.

E. Perhitungan PPN
Pada awal bulan Maret tahun 2016, Yayasan Kasih Ibu (sudah dikukuhkan sebagai PKP)
yang salah satu kegiatannya adalah penjualan mesin jahit membeli mesin jahit (Barang
Kena Pajak) dari PT Jahid (PKP) seharga Rp10.000.000,-. Mesin Jahit tersebut berhasil
terjual di pertengahan bulan Maret 2016 kepada CV Baju Jadi seharga Rp15.000.000,-.
Atas transaksi pembelian dan penjualan tersebut, berapa PPN yang dilaporkan
Yayasan Kasih Ibu dalam SPT Masa PPN bulan Maret 2016?
Jawab:
Pada saat pembelian mesin cetak dari PT Jahid seharga Rp20.000.000,-, Yayasan Kasih
Ibu harus membayar PPN kepada penjual sebesar: Rp10.000.000,- x 10% =
Rp1.000.000,-. Sehingga total yang dibayarkan Yayasan Kasih Ibu kepada PT Jahid
adalah Rp10.000.000,- + Rp1.000.000,- = Rp11.000.000,-.
Pada saat penjualan mesin cetak kepada CV Baju Jadi seharga Rp15.000.000,-,
Yayasan Kasih Ibu memungut PPN dari pembeli sebesar: Rp15.000.000,- x 10% =
Rp1.500.000,-. Sehingga total yang ditagihkan Yayasan Kasih Ibu kepada CV Baju Jadi
adalah Rp15.000.000,- + Rp1.500.000,- = Rp16.500.000.
Jadi, mekanisme perhitungan PPN yang dilaporkan dalam SPT Masa bulan Maret 2016
adalah sebagai berikut:
Pajak Keluaran
Pajak Masukan
PPN yang kurang (lebih) bayar

Rp1.500.000
1.000.000,Rp 500.000

F. Kewajiban Penyetoran Dan Pelaporan PPh


Untuk kewajiban penyetoran dan pelaporan PPh, Menteri Keuangan telah menetapkan
batas waktu penyetoran PPh ke Bank Persepsi/Kantor Pos penerima pembayaran serta
batas waktu pelaporan SPT Masa PPh ke KPP tempat Wajib Pajak terdaftar
sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.03/2007
tentang Penentuan Tanggal Jatuh Tempo Pembayaran dan Penyetoran Pajak,

Penentuan Tempat Pembayaran Pajak, dan Tata Cara Pembayaran, Penyetoran, dan
Pelaporan Pajak, serta Tata Cara Pengangsuran dan Penundaaan Pembayaran Pajak
sebagaimana

telah

diubah

dengan

Peraturan

Menteri

Keuangan

Nomor

80/PMK.03/2010.
Batas waktu pembayaran/penyetoran pajak yang sudah dipotong dan/ atau dipungut oleh
Wajib Pajak serta tanggal pelaporan SPT Masa adalah sebagai berikut:
PPh Pasal
PPh Badan

Kapan Penyetoran
Sebelum SPT Tahunan PPh
WP Badan disampaikan.

PPh Pasal 21

Paling lama tanggal 10 bulan


berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir
Paling lama tanggal 10 bulan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir

PPh Pasal 22 Migas, Industri,


Barang Mewah, Pedagang
Pengumpul
PPh Pasal 23

PPh Pasal 4 ayat (2)


Pemotongan
PPh Pasal 4 ayat (2) Setor
Sendiri

Paling lama tanggal 10 bulan


berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir
Paling lama tanggal 10 bulan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir
Paling lama tanggal 15 bulan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir

Kapan Pelaporan
Pada akhir bulan keempat
setelah berakhirnya tahun
atau bagian tahun pajak.
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir

Paling lama 20 hari setelah


Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir

Anda mungkin juga menyukai

  • LHP Audit Keuangan Daerah
    LHP Audit Keuangan Daerah
    Dokumen4 halaman
    LHP Audit Keuangan Daerah
    Fufu Zein Fuad
    Belum ada peringkat
  • Manaset
    Manaset
    Dokumen10 halaman
    Manaset
    Fufu Zein Fuad
    Belum ada peringkat
  • Progres 6
    Progres 6
    Dokumen1 halaman
    Progres 6
    Fufu Zein Fuad
    Belum ada peringkat
  • Pertanyaan Kasus
    Pertanyaan Kasus
    Dokumen1 halaman
    Pertanyaan Kasus
    Fufu Zein Fuad
    Belum ada peringkat
  • RMK Audit
    RMK Audit
    Dokumen6 halaman
    RMK Audit
    Fufu Zein Fuad
    Belum ada peringkat
  • PSI - Ch09 - Problem 8
    PSI - Ch09 - Problem 8
    Dokumen2 halaman
    PSI - Ch09 - Problem 8
    Fufu Zein Fuad
    Belum ada peringkat
  • BAB III Metode Penelitian
    BAB III Metode Penelitian
    Dokumen2 halaman
    BAB III Metode Penelitian
    Fufu Zein Fuad
    Belum ada peringkat
  • PSI - Ch09 - Problem 8
    PSI - Ch09 - Problem 8
    Dokumen2 halaman
    PSI - Ch09 - Problem 8
    Fufu Zein Fuad
    Belum ada peringkat
  • Kel 112
    Kel 112
    Dokumen1 halaman
    Kel 112
    Fufu Zein Fuad
    Belum ada peringkat
  • Progres 4
    Progres 4
    Dokumen3 halaman
    Progres 4
    Fufu Zein Fuad
    Belum ada peringkat
  • Welding Industries Malaysia
    Welding Industries Malaysia
    Dokumen8 halaman
    Welding Industries Malaysia
    Fufu Zein Fuad
    Belum ada peringkat
  • Miller Dan O
    Miller Dan O
    Dokumen19 halaman
    Miller Dan O
    Fufu Zein Fuad
    Belum ada peringkat
  • Contoh LKPD
    Contoh LKPD
    Dokumen21 halaman
    Contoh LKPD
    Fufu Zein Fuad
    Belum ada peringkat
  • Pajak
    Pajak
    Dokumen7 halaman
    Pajak
    Fufu Zein Fuad
    Belum ada peringkat
  • Miller Dan O
    Miller Dan O
    Dokumen19 halaman
    Miller Dan O
    Fufu Zein Fuad
    Belum ada peringkat
  • Perpajakan Koperasi
    Perpajakan Koperasi
    Dokumen4 halaman
    Perpajakan Koperasi
    Fufu Zein Fuad
    Belum ada peringkat
  • PSP PP 2
    PSP PP 2
    Dokumen8 halaman
    PSP PP 2
    Fufu Zein Fuad
    Belum ada peringkat
  • RMK Pertemuan Ke-6 Materialitas
    RMK Pertemuan Ke-6 Materialitas
    Dokumen4 halaman
    RMK Pertemuan Ke-6 Materialitas
    Fufu Zein Fuad
    Belum ada peringkat
  • Audit Keuda
    Audit Keuda
    Dokumen3 halaman
    Audit Keuda
    Fufu Zein Fuad
    Belum ada peringkat
  • Audit Ke Uda
    Audit Ke Uda
    Dokumen4 halaman
    Audit Ke Uda
    Fufu Zein Fuad
    Belum ada peringkat
  • ABK40
    ABK40
    Dokumen6 halaman
    ABK40
    alenovondo
    Belum ada peringkat
  • RMK 1-6 Uma Sekaran
    RMK 1-6 Uma Sekaran
    Dokumen36 halaman
    RMK 1-6 Uma Sekaran
    Fufu Zein Fuad
    100% (2)
  • Anggaran Sektor Publik
    Anggaran Sektor Publik
    Dokumen11 halaman
    Anggaran Sektor Publik
    Fufu Zein Fuad
    Belum ada peringkat
  • Keuangan Daerah
    Keuangan Daerah
    Dokumen4 halaman
    Keuangan Daerah
    Fufu Zein Fuad
    Belum ada peringkat
  • Presentasi AFAI
    Presentasi AFAI
    Dokumen13 halaman
    Presentasi AFAI
    Fufu Zein Fuad
    Belum ada peringkat
  • Analisis Lap Keu Wika
    Analisis Lap Keu Wika
    Dokumen9 halaman
    Analisis Lap Keu Wika
    Fufu Zein Fuad
    Belum ada peringkat
  • Anggaran Sektor Publik
    Anggaran Sektor Publik
    Dokumen11 halaman
    Anggaran Sektor Publik
    Fufu Zein Fuad
    Belum ada peringkat
  • RMK 4
    RMK 4
    Dokumen9 halaman
    RMK 4
    Fufu Zein Fuad
    Belum ada peringkat
  • RMK 3 Asp
    RMK 3 Asp
    Dokumen13 halaman
    RMK 3 Asp
    Fufu Zein Fuad
    Belum ada peringkat