Anda di halaman 1dari 4

Masa Depan Bumi Saat Matahari Berevolusi

(Oleh: Dwi Yunita L F C*)


Perubahan iklim dan pemanasan global yang terjadi akhir-akhir ini
menjadi salah satu efek yang sangat signifikan dalam perubahan kondisi Bumi
selama beberapa dekade dan abad ke depan. Namun, bagaimana dengan nasib
Bumi jika terjadi pemanasan bertahap saat Matahari menuju masa akhir hidupnya
sebagai bintang katai putih? Akankah Bumi bertahan, ataukah masa tersebut akan
menjadi masa akhir kehidupan Bumi?
Milyaran tahun lagi, Matahari akan mengembang menjadi bintang raksasa
merah. Saat itu, ia akan membesar dan menelan orbit Bumi. Akankah Bumi
ditelan oleh Matahari seperti halnya Venus dan Merkurius? Pertanyaan ini telah
menjadi diskusi panjang di kalangan astronom. Akankah kehidupan di Bumi tetap
ada saat matahari menjadi Katai Putih?
Berdasarkan perhitungan yang dilakukan K.-P. Schroder dan Robert
Connon Smith, ketika Matahari menjadi bintang raksasa merah, ekuatornya
bahkan sudah melebihi jarak Mars. Dengan demikian, seluruh planet dalam di
Tata Surya akan ditelan olehnya. Akan tiba saatnya ketika peningkatan fluks
Matahari juga meningkatkan temperatur rata-rata di Bumi sampai pada level yang
tidak memungkinkan mekanisme biologi dan mekanisme lainnya tahan terhadap
kondisi tersebut.
Saat Matahari memasuki tahap akhir evolusi kehidupannya, ia akan
mengalami kehilangan massa yang besar melalui angin bintang. Dan saat
Matahari bertumbuh (membesar dalam ukuran), ia akan kehilangan massa
sehingga planet-planet yang mengitarinya bergerak spiral keluar. Lagi-lagi
pertanyaannya bagaimana dengan Bumi? Akankah Matahari yang sedang
mengembang itu mengambil alih planet-planet yang bergerak spiral, atau akankah
Bumi dan bahkan Venus bisa lolos dari cengkeramannya?
Perhitungan yang dilakukan oleh K.-P Schroder dan Robert Cannon Smith
menunjukan, saat Matahari menjadi bintang raksasa merah di usianya yang ke

7,59 milyar tahun, ia akan mulai mengalami kehilangan massa. Matahari pada saat
itu akan mengembang dan memiliki radius 256 kali radiusnya saat ini dan
massanya akan tereduksi sampai 67% dari massanya sekarang. Saat mengembang,
Matahari akan menyapu Tata Surya bagian dalam dengan sangat cepat, hanya
dalam 5 juta tahun. Setelah itu ia akan langsung masuk pada tahap pembakaran
helium yang juga akan berlangsung dengan sangat cepat, hanya sekitar 130 juta
tahun. Matahari akan terus membesar melampaui orbit Merkurius dan kemudian
Venus. Nah, pada saat Matahari akan mendekati Bumi, ia akan kehilangan massa
4.9 x 1020 ton setiap tahunnya (setara dengan 8% massa Bumi).
Setelah mencapai tahap akhir sebagai raksasa merah, Matahari akan
menghamburkan selubungnya dan inti Matahari akan menyusut menjadi objek
seukuran Bumi yang mengandung setengah massa yang pernah dimiliki Matahari.
Saat itu, Matahari sudah menjadi bintang katai putih. Bintang kompak ini pada
awalnya sangat panas dengan temperatur lebih dari 100 ribu derajat namun tanpa
energi nuklir, dan ia akan mendingin dengan berlalunya waktu seiring dengan sisa
planet dan asteroid yang masih mengelilinginya.
Zona Habitasi yang Baru
Saat ini Bumi berada di dalam zona habitasi / layak huni dalam Tata Surya. Zona
layak huni atau habitasi merupakan area di dekat bintang di mana planet yang
berada di situ memiliki air berbentuk cair di permukaannya dengan temperatur
rata-rata yang mendukung adanya kehidupan. Dalam perhitungan yang dilakukan
Schroder dan Smith, temperatur planet tersebut bisa menjadi sangat ekstrim dan
tidak nyaman untuk kehidupan, namun syarat utama zona habitasinya adalah
keberadaan air yang cair.
Tak dapat dipungkiri, saat Matahari jadi Raksasa Merah, zona habitasi
akan lenyap dengan cepat. Saat Matahari melampaui orbit Bumi dalam beberapa
juta tahun, ia akan menguapkan lautan di Bumi dan radiasi Matahari akan
memusnahkan hidrogen dari air. Saat itu Bumi tidak lagi memiliki lautan. Tetapi,
suatu saat nanti, ia akan mencair kembali. Nah saat Bumi tidak lagi berada dalam
area habitasi, lantas bagaimana dengan kehidupan di dalamnya? Akankah mereka

bertahan atau mungkin beradaptasi dengan kondisi yang baru tersebut? Atau itulah
akhir dari perjalanan kehidupan di planet Bumi?
Yang menarik, meskipun Bumi tak lagi berada dalam zona habitasi, planetplanet lain di luar Bumi akan masuk dalam zona habitasi baru milik Matahari dan
mereka akan berubah menjadi planet layak huni. Zona habitasi yang baru dari
Matahari akan berada pada kisaran 49,4 SA - 71,4 SA. Ini berarti areanya akan
meliputi juga area Sabuk Kuipert, dan dunia es yang ada disana saat ini akan
meleleh. Dengan demikian objek-objek disekitar Pluto yang tadinya mengandung
es sekarang justru memiliki air dalam bentuk cairan yang dibutuhkan untuk
mendukung kehidupan. Bahkan bisa jadi Eris akan menumbuhkan kehidupan baru
dan menjadi rumah yang baru bagi kehidupan.
Bagaimana dengan Bumi?
Apakah ini akhir perjalanan planet Bumi? Ataukah Bumi akan selamat?
Berdasarkan perhitungan Schroder dan Smith Bumi tidak akan bisa
menyelamatkan diri. Bahkan meskipun Bumi memperluas orbitnya 50% dari orbit
yang sekarang ia tetap tidak memiliki pluang untuk selamat. Matahari yang
sedang mengembang akan menelan Bumi sebelum ia mencapai batas akhir masa
sebagai raksasa merah. Setelah menelan Bumi, Matahari akan mengembang 0,25
SA lagi dan masih memiliki waktu 500 ribu tahun untuk terus bertumbuh.
Saat Bumi ditelan, ia akan masuk ke dalam atmosfer Matahari. Pada saat
itu Bumi akan mengalami tabrakan dengan partikel-partikel gas. Orbitnya akan
menyusut dan ia akan bergerak spiral kedalam. Itulah akhir dari kisah perjalanan
Bumi. Sedikit berandai-andai, bagaimana menyelamatkan Bumi? Jika Bumi
berada pada jarak 1.15 SA (saat ini 1 SA) maka ia akan dapat selamat dari fasa
pengembangan Matahari tersebut. Nah bagaimana bisa membawa Bumi ke posisi
itu?? Meskipun terlihat seperti kisah fiksi ilmiah, namun Schroder dan Smith
menyarankan agar teknologi masa depan dapat mencari cara untuk menambah
kecepatan Bumi agar bisa bergerak spiral keluar dari Matahari menuju titik
selamat tersebut.

Yang menarik untuk dikaji adalah, umat manusia seringkali gemar


berbicara tentang masa depan Bumi milyaran tahun ke depan, padahal di depan
mata, kerusakan itu sudah mulai terjadi. Bumi saat ini sudah mengalami
kerusakan awal akibat ulah manusia, dan hal ini akan terus terjadi. Bisa jadi akhir
perjalanan Bumi bukan disebabkan oleh evolusi matahari, tapi oleh ulah manusia
itu sendiri. Tapi bisa jadi juga manusia akan menemukan caranya sendiri untuk
lolos dari situasi terburuk yang akan dihadapi.

*Mahasiswa Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam


Universitas Negeri Malang

Anda mungkin juga menyukai