BAB I
PENDAHULUAN
2.1
Latar Belakang
Stroke merupakan isu global yang meningkat yang menempati kasus terbanyak
dalam masyarakat dan unit pelayanan kesehatan. Stroke adalah masalah neurologik
primer di AS dan di dunia. Meskipun upaya pencegahan telah menimbulkan penurunan
pada insiden dalam beberapa tahun terakhir, stroke adalah peringkat ketiga penyebab
kematian, dengan laju mortalitas 18% sampai 37% untuk stroke pertama dan sebesar
62% untuk stroke selanjutnya.
Angka kejadian stroke semakin meningkat akibat dari peningkatan jumlah usia tua
dan peningkatan harapan hidup. Data stroke dunia menunjukkan bahwa 15 juta orang
mampu bertahan dari stroke setiap tahunnya, 5 juta orang meninggal dan 5 juta orang
hidup dengan cacat permanen. Perkembangan penyakit ini di perkirakan meningkat dari
38 juta orang pada tahun 1990 menjadi 61 juta orang pada tahun 2020.Terdapat kirakira 2 juta orang bertahan hidup dari stroke yang mempunyai beberapa kecacatan; dari
angka ini, 40% memerlukan bantuan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari.
Penemuan dan penanganan sedini mungkin penderita / di rumah (pra-rumah sakit)
maupun di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit sebagai suatu sistem organisasi
manajemen stroke yang komprehensif sangat membutuhkan tindakan yang efektif dan
efisien. Asuhan medik dan asuhan keperawatan secara umum, pencegahan komplikasi,
dan fisioterapi lebih dini juga merupakan landasan utama manajemen stroke secara
komprehensif.
Bagian terpenting dari managemen stroke akut dan pengurangan stroke yang
mengancam jiwa adalah untuk mencegah komplikasi yang ditimbulkan pada 24-48 jam
pertama. Waktu yang dihabiskan cukup panjang selama berada di unit gawat darurat
Kelompok E2 PSIK FK UNUD
Analisa Jurnal
mengindikasikan
Tujuan
Analisa Jurnal
2.3
Manfaat
Analisa Jurnal
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengertian Stroke
a. Stroke adalah disfungsi neurologis yang umum dan timbul secara mendadak sebagai
akibat dari adanya gangguan suplai darah ke otak dengan tanda dan gejala sesuai
dengan daerah otak yang terganggu (WHO, 1989).
b. Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran darah otak. Stroke
dapat terjadi akibat pembentukan trombus disuatu arteri serebrum akibat embolus
yang mengalir keotak dan tempat lain ditubuh atau akibat perdarahan otak
(Elizabeth J. Corwin, 2001).
c. Stroke adalah disfungsi neurology yang mempunyai awitan yang mendadak dan
berlangsung 24 jam sehari sebagai akibat dari cedera cerebrovaskuler (Huddak and
Gallo, 1996).
d. Stroke adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh terhentinya supplay
darah kebagian otak (Brunner and Suddarth, 2001).
e. Stroke atau penyakit serebrovaskular mengacu pada setiap gangguan neurologik
mendadak yang terjadi akibat pembatasan atau terhentinya aliran darah melalui
system suplai arteri otak ( Sylvia A. Price, 2006 )
2.2
Analisa Jurnal
Kondisi hyperkoagulasi
Miksoma atrium.
Selain itu juga terdapat beberapa faktor resiko yang menyebabkan terjadinya
stroke secara umum diantaranya :
faktor usia
Menurunnya elastisitas pembuluh darah dan atherosclerosis biasanya
sering menyerang usia ini
Faktor resiko medis
Hipertensi
Kolesterol tinggi
Obesitas
Klasifikasi
a. Stroke iskemik adalah stroke yang terjadi akibat obstruksi atau bekuan di satu
atau lebih arteri besar pada sirkulasi serebrum.
Analisa Jurnal
Gejala klinis:
Manifestasi klinis yang sering terjadi pada stroke hemoragik antara lain : sakit
kepala berat, leher bagian belakang kaku, muntah, penurunan kesadaran, dan kejang.
Sembilan puluh persen menunjukkan adanya darah dalam cairan serebrospinal (bila
perdarahan besar dan atau letak dekat ventrikel), dari semua pasien ini 70-75% akan
meninggal dalam waktu 1-30 hari, biasanya diakibatkan karena meluasnya perdarahan
sampai ke sistem ventrikel, herniasi lobus temporalis, dan penekanan mesensefalon,
atau mungkin disebabkan karena perembasan darah ke pusat-pusat yang vital
(Hieckey, 1997; Smletzer & Bare, 2005). Penimbunan darah yang cukup banyak (100
ml) di bagian hemisfer serebri masih dapat ditoleransi tanpa memperlihatkan gejalagejala klinis yang nyata. Sedangkan adanya bekuan darah dalam batang otak sebanyak
5 ml saja sudah dapat mengakibatkan kematian. Bila perdarahan serebri akibat
aneurisma yang pecah biasanya pasien masih muda, dan 20 % mempunyai lebih dari
satu aneurisma (Black & Hawk, 2005).
Kelompok E2 PSIK FK UNUD
Analisa Jurnal
Defisit neurologi
Defisit lapang penglihatan
a) Homonimus Hemlanopsia
b) Kehilangan penglihatan
perifer.
c) Diplopia
2.
Defisit Motorik
a)
b)
c)
d)
e)
Hemiparesis
Hemiplegia
Ataksia
Disatria
Disfagia
Manifestasi
a) Tidak menyadari orang atau objek,
mengabaikan salah satu sisi tubuh,
kesulitan menilai jarak
b) Kesulitan melihat pada malam hari,
tidak menyadari objek atau batas objek.
c) Penglihatan ganda
a) Kelemahan wajah, lengan, dan kaki
pada sisi yang sama.
b) Paralisis wajah, lengan, dan kaki pada
sisi yang sama.
c) Berjalan tidak mantap, tidak mampu
3.
Defisit sensori :
menyatukan kaki.
d) Kesulitan dalam membentuk kata
e) Kesulitan dalam menelan.
Kesemutan
4.
Parastesia
Defisit verbal
a) Fasia ekspresif
b) Fasia reseptif
c) Afasia global
5.
Defisit kognitif
dapat dipahami
b) Tidak mampu memahami kata yang
dibicarakan, mampu berbicara tapi
tidak masuk akal
c) Kombinasi afasia reseptif dan ekspresif
Kehilangan memori jangka pendek dan
panjang, penurunan lapang perhatian, tidak
mampu berkonsentrasi, dan
6.
Defisit Emosional
perubahan penilaian.
Kehilangan
kontrol
diri,
labilitas
Analisa Jurnal
Pemeriksaan Fisik
Setelah melakukan anmnesis ytang mengarah pada keluhan-keluhan klien,
pemeriksaan fisik sangat berguna untuk mendukung data dari pengkajian anamnesis,
pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan secara persistem (B1 B6) dengan focus
pemeriksaan fisik pada pemeriksaan B3 (Brain) yang terarah dan dihubungkan dengan
keluhan keluhan dari klien.
Keadaan umum
Umumnya mengalami penurunan kesadaran, kadang mengalami gangguan
bicara yaitu sulit dimngerti kadang tidak bisa bicara dan pada tanda tanda
vital : tekanan darah meningkat dan denyut nadi bervariasi
B1 (Breathing)
Pada inspeksi didapatkan klien batuk, peningkatan produksi sputum, sesak
napas, penggunaan otot bantu napas dan peningkatan frekuensi pernapasan.
Auskultasi bunyi napas tambahan seperti ronki pada klien dengan peningkatan
produksi secret dan kemampuan batuk yang menurun yang sering didapatkan
pada klien strok dengan penurunan tingkat kesadaran Koma.
Pada klien dengan tingkat kesadaran komposmentis, pengkajian inspeksi
pernapasannya tidak ada kelainan. Palpasi torak didapatkan taktil vremitus
seimbang kanan dan kiri. Auskultasi tidak didapatkan bunyi napas tambahan.
B2 (Blood)
Pengkajian
pada
system
kardiovaskuler
didapatkan
renjatan
(syok
hipovolemik) yang sering terjadi pada klien strok. Tekanan darah biasanya
terjadi peningkatan dan dapat terjadi hipertensi massif (tekanan darah
>200mmHg)
Kelompok E2 PSIK FK UNUD
Analisa Jurnal
B3 (Brain)
Disebabkan oleh paralisis otot yang bertanggungjawab untuk menghasikan
bicara). Atraksia (ketidakmampuan dalam melakukan tindakan yang dipelajari
sebelumnya), seperti terlihat ketika klien mengambil sisir dan berusaha untuk
menyisir rambutnya.
Lobus frontal : kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologis didpatkan Stroke
menyebabkan berbagai deficit neurologis, bergantung pada lokasi lesi
(pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak
adekuat dan aliran darah kolateral (sekunder dan aksesori). Lesi otak yang
rusak tidak dapat membaik sepenuhnya. Peningkatan B3 (Brain) merupakan
pemeriksaan focus dan lebih lengkap dibandingkan pengkajian pada system
lainnya
Analisa Jurnal
. klien
Analisa Jurnal
yang sakit
Saraf V (Trigeminus) : pada beberapa keadaan stroke menyebabkan
paralisis saraf trigeminus, penurunan kemampuan koordinasi gerakan
mengunyah, penyimpangan rahang bawah ke sisi ipsilateral, serta
persepsi
Saraf IX (Glosofaringeal) dan X (vagus) : kemampuan menelan
trapezius
Saraf XII (hipoglosus) : lidah simetris, terdapat defiasi pada satu sisi
dan fasikulasi, serta indra pengecapan normal.
Pengkajian reflek :
Pemerikasaan reflek terdiri atas pemerikasaan reflek profunda dan
pemeriksaan reflek patologis.
Kelompok E2 PSIK FK UNUD
Analisa Jurnal
ketidakmampuan
mengkomunikasikan
kebutuhan,
dan
Analisa Jurnal
Pemeriksaan Diagnostik
a) Pemeriksaan laboratorium :
yang
mengandung
darah
menunukkan
adanya
hemoragic
pemeriksaan darah lengkap untuk mencari kelainan pada darah itu sendiri
Kelompok E2 PSIK FK UNUD
Analisa Jurnal
b) Pemeriksaan radiology :
-
2.7
Terapy Farmakologi
Anti koagulasi dapat diberikan pada stroke nonhemoragic, meskipun heparinisasi
pada pasien dengan stroke iskemik akut mempunyai potensi untuk menyebabkan
komplikasi hemoragic. Heparinoid dengan berat molekul rendah (HBMR)
menawarkan alternatif pada penggunaan heparin dan dapat menurunkan
kecendrungan perdarahan pada penggunaannya. HBMR ini masi dalam tahap
percobaan, tetapi uji klinik sangat baik dan cukup memberi harapan. Heparinoids
harus diberikan dalam 24 jam sejak awitan gejala-gejala dan diberikan secara
intravena, seperti halnya pemberian heparin. Obat ini memberikan efek anti
trombotik, namun menyebabkan perubahan yang tidak signifikan dalam masa
protrombin pasien serta masa tromboplastin parsial.
Intervensi Pembedahan
Episode iskemik transien sering dipandang sebagai peringatan bahaya stroke
karena oklusi pembuluh darah. Sebagian pasien dengan panyakit aterosklerosis
pembuluh ekatrakranial atau intrakranial dapat menjadi calon yang akan
Kelompok E2 PSIK FK UNUD
Analisa Jurnal
bypass
kranial
mencakup
pembentukan
anastomosis
arteri
terhadap
kondisi mengancam
yang
dapat
menyebabkan
Analisa Jurnal
patologisnya.
Pemberian
antitrombotik
dilakukan
dengan
BAB III
PEMBAHASAN
3.1
Ringkasan Jurnal
Latar belakang:
Stroke merupakan isu global yang meningkat yang menempati kasus terbanyak dalam
masyarakat dan unit pelayanan kesehatan. Bagian terpenting dari managemen stroke
akut dan pengurangan stroke yang mengancam jiwa adalah untuk mencegah komplikasi
yang ditimbulkan pada 24-48 jam pertama. Waktu yang dihabiskan cukup panjang
selama berada di unit gawat darurat mengindikasikan
Analisa Jurnal
Analisa Jurnal
dan lokasi geografis unit stroke) . yang memiliki rasio 6% jika dibandingkan rumah
sakit kategori B( akses cepat, CT scan, akses HDU, lokasi geografis unit stroke tetapi
tanpa bedah saraf yang siap sedia) sebagai tambahan, manajemen dari tim spesialis
multidisiplin merupakan faktor kunci dalam meningkatkan harapan hidup untuk pasien
dengan stroke akut. Meskipun demikian, telah diketahui bahwa pasien yang
mendapatkan perawatan di unit stroke memiliki tingkat mortalitas yang lebih rendah
dan sebagian besar hidup tanpa perlu bantuan, 41% dari rumah sakit yang telah di
survey tidak memliki unti stroke khusus Di UGD pasien akan mengalami kesulitan dan
keterlambatan untuk mendapatkan izin rawat inap dan lamanya perawatan di UGD
merupakan kunci yang mempengaruhi lamanya pasien untuk dilakukan rawat inap
Bagian yang terpenting dari manajemen stroke akut dan pengurangan kematian akibat
stroke adalah mencegah komplikasi yang timbul selama 24-48 jam.
Sebuah pedoman untuk manajemen perawatan emergency stroke pertama kali
dikembangkan pada bulan juni tahun 2007 dan kemudian di revisi pada bulan januari
2009. Perkembangan awal pedoman di buat sebagai respon dari 3 faktor utama i)
jumlah dari pasien dengan stroke akut semakin meningkat sehingga stroke akan
menjadi kasus yang lebih banyak ditemukan di ugd, ii) adanya berbagai observasi
terhadap variabel manajemen stroke di UGD TNH dan iii) manajemen perawatan
emergency stroke akut yang berbasis fakta merupakan satu cara untuk menunjukkan
beberapa keterbatasan dari perawatan stroke yang terorganisasi.
KONTEKS LOKAL
Di Northen health perawatan stroke akut dilayani di The Northen Hospital
dengan fasilitas 300 tempat tidur dengan rumah sakit katagori B. Ini berarti The
Northen Hospital (TNH) memilliki akses cepat untuk CT SCAN, akses HDU, lokasi
geografis unit stroke tetapi tanpa bedah saraf yang siap sedia Dewasa ini pemberian
trombolisis tidak dianjurkan sebagai pengobatan stroke iskemik akut karena
keterbatasan infrastruktur organisasi, keterbatasan kemampuan neuro-imaging spesialis,
keterbatasan fasilitas yang diberikan oleh unit keperawatan kritis, rendahnya
kemampuan dalam unit perawatan stroke dan tidak adanya perawat spesialis yang
menangani stroke.
REVIEW PEDOMAN TERKINI
Analisa Jurnal
EVALUASI SEGERA
Royal College dari physicians menyatakan pencitraan harus dilaksanakan dalam
waktu 24 jam dari gejala awal tapi harus segera dilaksanakan jika pasien: i) mengalami
antikoagulasi atau memiliki kecenderungan pendarahan yang diketahui, ii) memiliki
penurunan tingkat kesadaran, iii) memiliki variabel atau, gejala progresif leher pegal,
demam atau sakit kepala parah atau iv) jika trombolisis atau anticoagulasi awal adalah
pilihan pengobatan. Pengamatan praktek yang biasa dilakukan di TNH menyarankan
agar dilakukan CT scan segera saat perawatan di UGD bagi mayoritas pasien dengan
stroke.
PENGKAJIAN AWAL
Perawat emergency memainkan peran yang sangat penting dalam menurunkan
kematian akibat stroke dengan cara mencegah komplikasi pertama 24-48 jam setelah
terjadi serangan stroke. Pada initial assement di semua UGD pasien datang dengan
Kelompok E2 PSIK FK UNUD
Analisa Jurnal
Analisa Jurnal
Rujukan staf kesehatan untuk penilaian kemampuan menelan, hidrasi dan nutrisi
dan mobilitas penting dalam 24-48 jam pertama stroke akut. Dysphagia terjadi pada
lebih dari 50% pasien dengan stroke akut dan berhubungan dengan komplikasi seperti
aspirasi, pneumonia, dehidrasi dan malnutrisi. Pengawasan dysphagia oleh staf terlatih
pada 24 jam pertama harus dilakukan sebelum pasien diberikan makanan atau cairan.
Pasien yang gagal harus dirujuk ke pathologist untuk penanganan yang komperehensif,
jadi rujukan UGD ke pathologist adalah komponen kunci dalam perawatan stroke pada
pasien yang mengalami keterlambatan transfer pada unit stroke.
Penilaian ahli gizi pada hidrasi dan malnutrisi adalah komponen penting pada
perawatan stroke akut. Dehidrasi sangat umum setelah stroke dikarenakan nihilnya
status oral sampai penilaian menelan selesai, kelainan menelan dan kurangnya status
nutrisional pada pasien stroke berkaitan erat dengan naiknya angka kematian. Dehidrasi
dan malnutrisi berhubungan dengan buruknya outcome pasien dengan stroke akut.
Semua pasien stroke akut diawasi status nutrisii dan pasien dengan resiko malnutrisi
(termasuk dysphagia) harus ditangani oleh ahli gizi dalam 48 jam untuk perencanaan
manajemen. Walaupun jarang beberapa pasien dalam UGD selama 48 jam jadi rujukan
ahli gizi mungkin menjadi bagian dari kedaruratan keperawatan. Lebih dalam lagi
mungkin juga diperlukan prioritas bagi pasien dengan resiko tinggi dehidrasi atau
malnutrisi dan juga rujukan lebih awal pada ahli gizi pasien dengan dysphagia atau
masalah nutrisi. Rujukan staf kesehatan dari UGD sebagai bagian dari implementasi
petunjuk stroke, sebuah rujukan sistem elektronik diaktifkan pada semua komputer
UGD dan staf perawat diberikan petunjuk cara menggunakan.
Kebanyakan pasien dengan sindrom akut menghabiskan banyak waktu di
tempat tidur dan kebenaran ini juga berlaku di UGD. Di atas 50% pasien meninggal
pada 30 hari pertama setelah terjadi stroke iskemik yang merupakan komplikasi selama
imobilisasi dan lebih dari 62% komplikasi terjadi pada minggu pertama. Mobilisasi
segera (kurang dari 24 jam) dapat mencegah komplikasi yang berhubungan
dengan imobilitas (thrombosis vena, kontraktur dan trauma tekan) sehingga
menjadi peran UGD untuk mengkonsultasikan pasien dengan fisioterapi untuk
pasien dengan keterlambatan transfer menuju stroke unit.
Mobilisasi dini dapat memberikan hasil kesehatan yang positif pada pasien
dengan
stroke
menguntungkan,
akut.
Dalam
mobilisasi
hal
dini
ini
dapat
menurunkan
memberikan
resiko
fungsi
yang
komplikasi
yang
Analisa Jurnal
Analisa Jurnal
Tingkat kesadaran
Breathing/ Pernafasan
Frekuensi pernafasan
Upaya pernafasan
Analisa Jurnal
Auskultasi dada
Circulation/ Sirkulasi
Denyut jantung
Tekanan darah,
Temperatur
Parameter
Airway/Breathing
-
Circulation
-
Disability
-
Kejang.
Analisa Jurnal
Disarankan:
Tanda-tanda vital (RR, HR, bp, sp02,
Rasional:
Hipoksia meningkatkan cedera otak, stroke
Observasi Neurology
jam untuk 2 jam pertama
setiap jamnya untuk 2 jam berikut
empat jam selama 24 jam
jika terjadi penurunan GCS , observasi
neurologi dilakukan jam dan
memberitahukan staf medis
Tingkat gula darah
4 jam jika tidak ada diabetes
Laporkan jika ada ketidaknormalan
Manajemen cairan
Mempertahankan cairan IV jika tidak ada
asupan oral
Penanganan dehidrasi jika ada tanda klinis
bertujuan untuk mempertahankan
Analisa Jurnal
imobilisasi
Gangguan menelan dihubungkan dengan
Perawatan ekstremitas
mencegah subluksasi Bahu ( tidak menarik
manset )
penurunan fungsional
CT scan kepala
Memeriksa CT scan kepala sebelum
meninggalkan UGD
Aspirin
300mg oral/ NGT tanpa perdarahan
Mempertimbangkan clopidogrel jika alergi
berulang
dengan aspirin
Pasien dengan stroke akut memiliki risiko signifikan ulkus tekan karena
meningkatnya usia, imobilitas, inkontinensia, status gizi yang buruk, kerusakan kognitif
dan diabetes. pencegahan ulkus tekan adalah komponen fundamental dari perawatan,
dan penilaian risiko ulkus tekan, pengawasan kulit, perubahan posisi yang sering, dan
penggunaan perangkat seperti kasur alternatif harus sudah menjadi bagian dari praktik
keperawatan darurat untuk pasien dengan gangguan mobilitas dan faktor-faktor risiko
lain. Pasien dengan stroke akut akan meningkatkan risiko jatuh karena masalah spasial,
gangguan mobilitas, kerusakan kognitif, inkontinensia dan dehidrasi. Perawatan
ekstremitas yang kurang pada pasien dengan stroke akut dapat mengakibatkan
subluksasi sendi, nyeri bahu, penurunan fungsional.
PERKEMBANGAN ALAT
Dalam
rangka
meningkatkan
manajemen
perawatan
darurat
stroke,
rekomendasi yang diuraikan dalam makalah ini dimasukkan ke dalam satu halaman
(double sided) ringkasan dokumen yang berjudul 'manajemen perawatan darurat akut
stroke'. pedoman ini dikembangkan pada Juni 2007 dan direvisi pada Januari 2009
dalam terang bukti-bukti baru dan tambahan referensi. Meskipun elemen dari pedoman
stroke mungkin tampak mencerminkan praktik keperawatan darurat biasa, penting
untuk mengenali tingkat tinggi sementara staf (kasual staf perawat, perawat dan
mahasiswa pascasarjana) yang menyediakan perawatan untuk pasien dengan stroke
Kelompok E2 PSIK FK UNUD
Analisa Jurnal
akut dan bahwa pasien dengan stroke akut saat ini membuat sebagian kecil dari total
sensus pasien. Pedoman stroke ini ditujukan untuk membantu semua tingkat staf untuk
memberikan perawatan yang optimal untuk pasien dengan stroke akut.
Pedoman tersebut digunakan sebagai bukti legal dan bukti terbaik yang
tersedia untuk memandu pengambilan keputusan diruang triage. Rekomendasi
tentang penilaian
rekomendasi spesifik
berhubungan
pendekatan survey
dengan parameter.
primer
dengan
Rekomendasi untuk
kontrol gylcaemic),
manajemen cairan,
manajemen
risiko (VTE, tekanan borok, menelan aman dan perawatan anggota tubuh).
Penerapan
pedoman ini
didukung
oleh tutorial
yang dilakukan
3 minggu sampai
menghabiskan
semua staf
waktu di
pendidikan
perawat telah
diulangi selama
menghadiri.
Para
periode
peneliti juga
dan pedoman itu dimuat ke Pedoman Klinis ED intranet. Evaluasi efek dari panduan
ini dijelaskan di tempat lain.
KESIMPULAN
Peran perawat emergensi dalam perawatan stroke akan meningkat dan ini
penting bahwa perawatan darurat stroke berbasis fakta memberikan perawatan dalam
rangka untuk mengoptimalkan hasil pasien. Perawatan darurat pasien dengan stroke
akut adalah penting terlepas dari apakah pasien memenuhi syarat untuk trombolisis
dan berfungsi untuk memberi kekuasaan efek pengobatan rt-PA pada pasien yang
memenuhi kriteria inklusi tetapi juga akan mengoptimalkan hasil bagi pasien yang
tidak calon trombolisis. Pedoman dan alat-alat pendukung keputusan yang digunakan
dalam perawatan darurat harus praktis dan memiliki tingkat utilitas klinis untuk
penyerapan maksimal dalam lingkungan klinis yang sibuk.
3.2
Analisis Jurnal
Jurnal ini membahas mengenai pedoman dalam perawatan kegawatdaruratan
pasien dengan stroke akut berdasarkan fakta yang ada, dimana penelitian ini dilakukan
Kelompok E2 PSIK FK UNUD
Analisa Jurnal
2 tempat yaitu di Northen hospital (TNH) dan Northern Health Clinical , pinggiran kota
Melbourne, hal tersebut dirasakan sesuai sebab Northen Health memiliki kapasitas 613
bed yang sesuai untuk perawatan penyakit akut, sub akut, dan rumah sakit ini tergolong
rumah sakit katagori B oleh National Stoke Audit. Selain itu juga memiliki fasilitas
CT scan yang cepat danlokasi yang strategis.
Dalam jurnal sangat jelas dipaparkan bagaimana pedoman yang digunakan dalam
memberikan tindakan darurat pada pasien stroke akut yang
secara
terperinci
setiap
bagian dari pedoman tersebut dijelaskan pada setiap paragraf jurnal. Namun, dari cara
penyajian tampak kurang optimal karena jurnal kurang menarik bila ditampilkan dalam
bentuk narasi
Kelebihan jurnal ini adalah mampu memberikan gambaran tentang segala
tindakan yang dilakukan bila menghadapi pasien dengan stroke akut dari pre hospital
hingga sampai di rumah sakit Ada tujuh tahapan terapi stroke akut, tahapan tersebut
meliputi: pengenalan gejala dan tanda-tanda stroke oleh penderita, keluarga atau orang
di sekitar penderita, sistem komunikasi yang baik antara masyarakat dan rumah sakit
dan fasilitas pengiriman penderita ke rumah sakit. Berdasarkan hasil penelitian
dinyatakan bahwa pelayanan ambulans darurat merupakan komponen paling signifikan
yang berhubungan dengan kecepatan penderita stroke tiba di rumah sakit. Yang tidak
kalah pentingnya adalah bagian triage dari instalasi rawat darurat, yang harus segera
melakukan evaluasi penderita, termasuk pemeriksaan CT-scan kepala, penentuan
diagnosis dan rencana penanganan, dan pengobatan umum termasuk tindakan bedah
bila diperlukan.
Pernyataan tersebut sesuai dengan pedoman implementasi penangan stroke di
kanada yang berjudul A Resource for Implementation of Canadian Best Practice
Recommendations for Stroke Care yang menyatakan penanganan stroke paling efektif
dalam waktu 24-48 jam pertama selain itu juga diuraikan bahwa penemuan dan
penanganan sedini mungkin penderita di rumah (pra-rumah sakit) maupun di ruang
gawat darurat rumah sakit sebagai suatu sistem organisasi manajemen stroke yang
komprehensif sangat membutuhkan tindakan yang efektif dan efisien. Penegakan
diagnosis jenis patologis stroke dengan segera saat ini sangat mungkin karena adanya
dokter spesialis saraf maupun tersedianya layanan CT Scan, sehingga manajemennya
akan lebih cepat sesuai dengan jenis patologisnya, dan menghasilkan outcome yang
lebih baik. Asuhan medik dan asuhan keperawatan secara umum, pencegahan
Kelompok E2 PSIK FK UNUD
Analisa Jurnal
komplikasi, dan fisioterapi lebih dini juga merupakan landasan utama manajemen
stroke secara komprehensif (The Canadian Stroke Stategy: 2009).
Pernyataan serupa diungkapkan oleh Setyopranoto, 2010 tentang Manajemen
umum Stroke di ruang rawat darurat dijelaskan bahwa perbaikan jalan nafas, proteksi
terhadap risiko gagal nafas, oksigenasi, serta perbaikan fungsi sirkulasi harus sudah
diberikan pada penanganan pra-rumah sakit baik oleh dokter maupun paramedis yang
menanganinya pertama kali. Antitrombotik atau antikoagulan tidak boleh diberikan
sebelum pemeriksaan CT Scan atau MRI kepala untuk memastikan diagnosis patologis
strokenya. Obat-obat anti hipertensi hanya diberikan jika tekanan darah lebih dari
220/120 mmHg, khususnya pada pasien yang menunjukkan tanda-tanda gagal jantung
atau iskemia miokard
Dalam jurnal dipaparkan mengenai metode TRIAGE yang dilakukan sebelum
pengkajian awal, dengan menggunakan criteria FAST yaitu: Facial weakness, Arm
Weakness, Speech Dificulity, Time to Act dan menggunakan ABCD stratifikasi risiko
untuk mengidentifikasi pasien dengan TIA ( Age, Blood Pressure, Clinical Hx,
Duration ). Sementara berdasarkan hasil observasi dilapangan dalam pengkajian pasien
stroke menggunakan pengkajian awal yaitu ABCD ( Airway, Bhreating, Circulating.
and Disability), hal ini dirasakan tidak sejalan dengan yang dipaparkan pada jurnal.
Selain itu dilapangan juga ditemukan semua tindakan yang ada dilakukan secara
simultan dengan tindakan yang mengancam nyawa sebagai prioritas.
Selain itu dalam jurnal juga disebutkan bahwa penanganan yang harus
diperhatikan pada pasien dengan stroke akut meliputi balance cairan, pemantauan kadar
glukosa darah, serta pemberian antitrombotik. Sedangkan di lapangan tidak bisa
diberikan secara optimal karena banyaknya jumlah pasien yang ada pada triage. Hal ini
kemungkinan disebabkan karena Rumah Sakit Sanglah merupakan rumah sakit rujukan
di seluruh Bali. Selain itu
3.3
Implikasi Keperawatan
Implikasi keperawatan yang dapat diambil dalam jurnal ini adalah diharapkan
dalam menangani pasien selama fase akut stoke di UGD, perawat emergency harus
mengetahui manajemen penanganan stroke akut dengan benar, sehingga dapat
memberikan perawatan dan penanganan awal yang optimal kepada pasien. Manajemen
tersebut meliputi kemampuan untuk mengidentifikasi triage dengan menggunakan
metode FAST ( Facial weaknes, Arm weakness, Speech Difficulity, Time to act ),
Kelompok E2 PSIK FK UNUD
Analisa Jurnal
menurunkan
angka
kecacatan,
morbiditas,
dan
mortalitas
serta
Kesimpulan
1)
2)
Penyebab stroke antara lain perdarahan serebri, pecahnya aneurisma dan penyebab
lain yang dapat menimbulkan infark/perdarahan). Selain itu ada beberapa faktor
risiko stroke yaitu usia, faktor resiko medis (hipertensi, penyakit kardiovaskuler,
kolesterol
tinggi,
obesitas,
peningkatan
hematokrit,
diabetes
melitus,
Klasifikasi stroke yaitu stroke iskemik (terjadi akibat obstruksi atau bekuan di satu
atau lebih arteri besar pada sirkulasi serebrum) dan stroke hemoragik (apabila lesi
Kelompok E2 PSIK FK UNUD
Analisa Jurnal
Gejala klinis stroke berupa defisit neurologik meliputi defisit lapang penglihatan,
defisit motorik, defisit sensori, defisit verbal, defisit kognitif dan defisit
emosional.
5)
Pemeriksaan fisik pada pasien stroke dimulai dari keadaan umum hingga
pemeriksaan per sistem (B1/Breathing, B2/Blood, B3/Brain, B4/Bladder,
B5/Bowel dan B6/Bone.
6)
7)
8)
Analisa Jurnal
Saran
1)
2)
3)
Rumah sakit hendaknya mampu menyediakan fasilitas yang memadai sebagai alat
dalam melakukan pemeriksaan penunjang yang penting bagi perawatan pasien
stroke.
DAFTAR PUSTAKA
Ritarwan, Kiking. 2003. Pengaruh Suhu Tubuh Terhadap Outcome Penderita Stroke yang
Dirawat di RSUP H. Adam Malik Medan. Available online
http://library.usu.ac.id/download/fk/penysaraf-kiking.pdf akses : 13 Februari 2012.
Setyopranoto, Ismail. 2010. Bagian Ilmu Penyakit Saraf FK UGM / Unit Stroke RSUP Dr
Sardjito. Available online
http://clinicalupdates2010.files.wordpress.com/2010/03/microsoft-word-materi-drismail.pdf akses : 13 Februari 2012.
McGillivray et all. Implementation of evidence into practice: Development of a tool to
improve emergency nursing care of acute stroke. Australasian Emergency Nursing
Journal (2009) 12, 110119.
The Canadian Stroke Strategy. 2009. A Guide to the Implementation of Stroke Unit Care.
Available online (http://strokebestpractices.ca/wp-content/uploads/2010/11/CSSStroke-Unit-Resource_EN-Final2-for-print.pdf). Akses: 12 februari 2012
Kelompok E2 PSIK FK UNUD
Analisa Jurnal
Long C, Barbara, Perawatan Medikal Bedah, Jilid 2, Bandung, Yayasan Ikatan Alumni
Pendidikan Keperawatan Pajajaran, 1996
Tuti Pahria, dkk, Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Ganguan Sistem Persyarafan,
Jakarta, EGC, 1993
Pusat pendidikan Tenaga Kesehatan Departemen Kesehatan, Asuhan Keperawatan Klien
Dengan Gangguan Sistem Persarafan , Jakarta, Depkes, 1996
Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah,
Jakarta, EGC ,2002
Marilynn E, Doengoes, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta, EGC, 2000
Harsono, Buku Ajar : Neurologi Klinis,Yogyakarta, Gajah Mada university press, 1996
Emergency Nurses Association. 2005. Emergency Care. USA. Elsevier