Pangkat Rasional
1) Pangkat negatif dan nol
Misalkan a R dan a 0, maka:
an =
a)
an
atau an =
1
an
b)
a =1
2) SifatSifat Pangkat
Jika a dan b bilangan real serta n, p, q bilangan bulat positif, maka berlaku:
a) ap aq = ap+q
b) ap : aq = apq
c)
d)
e)
B.
a p q = a
pq
a bn = anbn
ba n ba
n
n
Bentuk Akar
1) Definisi bentuk Akar
Jika a bilangan real serta m, n bilangan bulat positif, maka berlaku:
1
a)
an n a
m
b) a n
am
a b
ab
d)
a b
(a b) 2 ab
e)
a b
(a b) 2 ab
3) Merasionalkan penyebut
Untuk setiap pecahan yang penyebutnya mengandung bilangan irrasional (bilangan yang tidak dapat di akar),
dapat dirasionalkan penyebutnya dengan kaidahkaidah sebagai berikut:
a)
b)
c)
a
b
a b a b
b
c(a b )
c
c a b 2
a b
a b a b
a b
c( a b )
c
c
a b
a b
a b
a b
a b
C. Logaritma
a) Pengertian logaritma
Logaritma merupakan invers (kebalikan) dari perpangkatan. Misalkan a adalah bilangan positif (a > 0) dan g
adalah bilangan positif yang tidak sama dengan 1 (g > 0, g 1), maka:
g
log a = x jika hanya jika gx = a
atau bisa di tulis :
(1) untuk glog a = x a = gx
(2) untuk gx = a
x = glog a
b) sifatsifat logaritma sebagai berikut:
(1) glog g = 1
(6)
(7)
(8)
log a
log g
log g
gn
log a m = m glog a
n
log a =
g log a a
(9)
2. FUNGSI KUADRAT
A.
Persamaan Kuadrat
1. Bentuk umum persamaan kuadrat
: ax2 + bx + c = 0, a 0
2
2. Nilai determinan persamaan kuadrat
: D = b 4ac
3. Akarakar persamaan kuadrat dapat dicari dengan memfaktorkan ataupun dengan rumus:
x1,2
b D
2a
: x1 x2 ba
b.
: x1 x 2
c.
d.
D
, x1 > x2
a
2
b 2 2ac
1) x12 x22 = ( x1 x2 ) 2 2( x1 x2 ) = ab 2 ac =
2
3
b 3 3abc
2) x13 x23 = ( x1 x2 ) 3 3( x1 x2 )( x1 x2 ) = ab 3 ac ab =
3
3)
4)
x x2
1
1
= 1
=
x1 x 2
x1 x 2
1
x12
1
x 22
x12 x 22
x12 x 22
b
a
c
a
b
c
( x1 x 2 ) 2 2 x1 x 2
( x1 x2 ) 2
b 2 2 ac
a2
c2
a2
b 2 2ac
c2
Catatan:
Jika koefisien a dari persamaan kuadrat ax2 + bx + c = 0, bernilai 1, maka
1. x1 + x2 = b
2. x1 x2 D , x1 > x2
3. x1 x2 = c
B.
Menyusun Persamaan Kuadrat Baru
Jika diketahu x1 dan x2 adalah akarakar dari persamaan kuadrat ax2 + bx + c = 0, maka persamaan kuadrat baru
yang dengan akarakar dan , dimana = f(x1) dan = f(x2) dapat dicari dengan cara sebagai berikut:
2
x1 x 2 b
b.
x1 x 2 c
a
2. Menggunakan metode invers, yaitu jika dan simetri, maka persamaan kuadrat baru adalah:
D=0
D<0
: xe 2ba
: ye 4Da
y = a(x xe)2 + ye
2. Grafik fungsi kuadrat yang memotong sumbu X di dua titik (x 1, 0), (x2, 0), dan melalui sebuah titik tertentu
(x, y):
Y
(x, y)
(x2, 0)
(x1, 0)
E. Pertidaksamaan Kuadrat
Bentuk BAKU pertidaksamaan kuadrat adalah
ax2 + bx + c 0, ax2 + bx + c 0, ax2 + bx + c < 0, dan ax2 + bx + c > 0
Adapun langkah penyelesaian Pertidaksamaan kuadrat adalah sebagai berikut:
1. Ubah bentuk pertidaksamaan ke dalam bentuk baku (jika bentuknya belum baku)
2. Cari nilai pembentuk nolnya yaitu x1 dan x2 (cari nilai akarakar persamaan kuadratnya)
3. Simpulkan daerah himpunan penyelesaiannya:
No Pertidaksamaan
Daerah HP penyelesaian
Keterangan
+++ + + +
a
>
<
x1
x2
Hp = {x | x < x1 atau x > x1}
+++ + + +
x1
x2
Hp = {x | x x1 atau x x1}
+++ + + +
x1
x2
Hp = {x | x1 < x < x2}
+++ + + +
x1
x2
Hp = {x | x1 x x2}
a1x b1 y c1
a 2 x b 2 y c 2
1) Bentuk umum :
Dx =
x=
B.
a1
a2
b1
= a1b2 a2b2;
b2
c1
c2
b1
a1
; Dy =
b2
a2
Dx
;
D
c1
;
c2
y=
Dy
D
a1x b1 y c1z d1
1) Bentuk umum : a 2 x b 2 y c 2 z d 2
a x b y c z d
3
3
3
3
2) Dapat diselesaikan dengan metode eliminasi bertingkat dan determinan.
3) Metode determinan:
a1
D = a2
b1
b2
c1
c2 =
a3
b3
c3
d1
Dx = d 2
b1
b2
c1
c2 ;
d3
b3
c3
x=
Dx
;
D
y=
Dy
D
a1
Dy = a 2
d1
d2
c1
c2 ;
a3
d3
c3
z=
a1
b1
d1
Dz = a 2
b2
d2 ;
a3
b3
d3
Dz
D
4. LOGIKA MATEMATIKA
A.
B.
1)
2)
3)
4)
C.
Negasi (Ingkaran)
Negasi adalah pengingkaran terhadap nilai kebenaran suatu pernyataan. ~ p : tidak p
p
~p
B
S
S
B
Operator Logika
Konjungsi adalah penggabungan dua pernyataan atau lebih dengan operator dan.
p q : p dan q
Disjungsi adalah penggabungan dua pernyataan atau lebih dengan operator atau.
p q : p atau q
Implikasi adalah penggabungan dua pernyataan dengan operator Jika , maka .
p q : Jika p maka q
Biimplikasi adalah penggabungan dua pernyataan dengan operator jika dan hanya jika
p q : p jika dan hanya jika q
G.
Kuantor Eksistensial adalah suatu pernyataan yang berlaku secara khusus, notasinya x dibaca ada nilai
x atau beberapa nilai x
Penarikan Kesimpulan
Jenis penarikan kesimpulan ada 3 yaitu:
1) Modus Ponens
2) Modus Tollens
(MP)
(MT)
p q : premis 1
p q : premis 1
p
: premis 2
~q
: premis 2
:
kesimpulan
: kesimpulan
q
~p
3) Silogisme
p q : premis 1
: premis 2
qr
p r : kesimpulan
5. STATISTIKA
A. Membaca Sajian Data dalam Bentuk Diagram
1. Statistika dan Statistik
Statistika adalah ilmu tentang pengolahan dan analisis suatu data hingga penarikan kesimpulan dari data itu.
Statistik adalah hasil pengolahan dan analisis dari data itu.
2. Data dan Datum
Data adalah sekumpulan informasi dari suatu pengamatan. Informasi dari pengamatan itu dapat berupa angkaangka (seperti misalnya: nilai siswa, tinggi siswa, berat badan siswa), maupun bukan angka (seperti misal
data profesi:dokter, guru, perawat, pengacara, dsb)
Datum adalah elemen-elemen dalam data.
Misalnya data tinggi badan (dalam cm) 5 orang siswa ialah 167, 154, 152, 176, 160. Maka
167 ,
154 ,
152 ,
176 ,
160.
Datum
Datum
Datum
Datum
Datum
Data
Datum biasanya dilambangkan dengan x (datum harus diurutkan dulu jika akan diolah).
3. Ukuran data adalah banyaknya datum pada data tersebut. Ukuran data biasanya dinotasikan oleh n.
Pada data tinggi badan di atas, maka ukuran datanya adalah 5 (karena banyak datumnya adalah 5) atau bisa juga
ditulis n = 5.
4. Jenis-jenis Data
a. Data kuantitatif, hasil mengukur atau menghitung. Data kuantitatif yang diperoleh dengan mencacah
disebut data tercacah (data diskrit) sedangkan data yang diperoleh dengan cara mengukur disebut data
ukuran (data kontinu).
b. Data kualitatif, menyatakan keadaan atau karakteristik objek (biasanya tidak dituliskan dalam bentuk
bilangan).
5. Populasi dan Sampel
Populasi adalah semua obyek yang akan diteliti (semesta pembicaraan).
Sampel adalah sebagian populasi yang benar-benar diambil datanya dan dibuat statistiknya.
X
di
c
fi xi
fi
x x 2 x 3 ... x n
X 1
n
Cara sandi
X Xs
fi
xi
fi di
fi
Xs = Rataan sementara
= xi dari data dengan fi terbesar
Xg
n1 x1 n2 x 2 n3 x 3 ...
n1 n2 n3 ...
dengan n1, n2, n3, : banyaknya data kelompok 1, kelompok 2, kelompok 3 dst
Data terkelompok: Mo = L mo
d1
d
1 d2
b. Data terkelompok: Me = Q2
2. Kuartil
Kuartil adalah membagi bentangan data menjadi empat bagian sama panjang setelah data tersebut di urutkan
dari yang terkecil (Xmin) sampai yang terbesar (Xmaks), seperti pada bagan di bawah ini.
Xmin, Q1, Q2, Q3, dan Xmaks disebut dengan statistika 5 serangkai
a. Data tunggal:
(i) Tentukan median (Q2) dengan cara membagi bentangan data menjadi dua bagian
(ii) Q1 (kuartil bawah) merupakan median data bentangan sebelah kiri
(iii) Q3 (kuartil atas) merupakan median data bentangan sebelah kanan
b. Data terkelompok
i = jenis kuartil (1, 2, atau 3)
i
fk = Frekuensi kumulatif sebelum kelas kuartil
N fk
c fQi = Frekuensi kelas kuartil
Qi = L Qi 4
f Qi
N
= Jumlah seluruh data
b. Data terkelompok:
Sr =
| xi x | ;
Sr =
n
f i | xi x |
N
:S=
S2
7
a.
Data Terkelompok
2
:S=
f i ( xi x ) 2
fi
S2
6. PELUANG
A. Kaidah Pencacahan
1. Aturan perkalian
Apabila suatu peristiwa dapat terjadi dengan n tahap yang berurutan, dimana tahap pertama terdapat a 1 cara
yang berbeda dan seterusnya sampai dengan tahap ke-n dapat terjadi dalam an cara yang berbeda , maka total
banyaknya cara peristiwa tersebut dapat terjadi adalah a1 a2 a3 ... an.
2. Permutasi
Permutasi adalah pola pengambilan yang memperhatikan urutan (AB BA), jenisnya ada 3, yaitu:
n!
a. Permutasi dari beberapa unsur yang berbeda; n Pr
(n k)!
Biasanya digunakan untuk menyelesaikan permasalahan berkaitan dengan pemilihan suatu jabatan dalam
kepengurusan, maupun peringkat dalam kejuaraan,
n!
b. Permutasi dengan beberapa unsur yang sama; n Pn1 , n2 , n3
, n1 + n2 + n3 + n
n1! n1! n1!
c. Permutasi siklis (lingkaran);
n Psiklis (n 1)!
3. Kombinasi
d. Kombinasi adalah pola pengambilan yang tidak memperhatikan urutan (AB = BA).
n!
e. Kombinasi dari beberapa unsur yang berbeda adalah n C r
(n r )!r!
B. Peluang Suatu Kejadian
a) Kisaran nilai peluang : 0 P(A) 1
n( A )
b) P(A) =
, n(A) banyaknya kejadian A dan n(S) banyaknya ruang sampel
n(S)
c) Peluang komplemen suatu kejadian
: P(Ac) = 1 P(A)
d) Peluang gabungan dari dua kejadian
: P(AB) = P(A) + P(B) P(AB)
e) Peluang dua kejadian saling lepas
: P(AB) = P(A) + P(B)
f) Peluang dua kejadian saling bebas
: P(AB) = P(A) P(B)
(pengambilan obyek di kembalikan lagi)
P( A B)
g) Peluang kejadian bersyarat ( A dan B tidak saling bebas) : P(A/B) =
P(B)
(pengambilan obyek tidak dikembalikan lagi)
CATATAN: Percobaan Melempar 2 Dadu
Banyaknya kejadian pada pelemparan dua buah dadu dapat di sajikan dalam tabel berikut
2 3 4 5 6 7
Jumlah ke-2 mata dadu
12 11 10 9 8
Banyaknya kejadian
4 5 6
Frekuensi Harapan Fh
Frekuensi harapan kejadian A dari n kali percobaan adalah : Fh(A) = n P(A)
B.
f(x) =
ax b
dx b
, maka f(x) 1 =
cx d
cx a
8. LIMIT FUNGSI
A.
f (a) 0
f ( x)
diselesaikan dengan cara sebagai berikut:
, maka lim
x a g ( x)
g (a) 0
Jika
B.
f ( x ) f ' (a )
x a g ( x ) g ' (a )
lim
ax n bx n 1 ...
lim
x cx m dx m 1 ...
a. p =
= p , dimana:
a
, jika m = n
c
b. p = 0, jika n < m
c. p = , jika n > m
2.
lim
ax b cx d = q, dimana:
a. q = , bila a > c
b. q = 0, bila a = c
c. q = , bila a < c
3.
bq
lim ax 2 bx c ax 2 qx r
2 a
x
9. TURUNAN FUNGSI
A. RumusRumus Turunan Fungsi
1. f(x) = c,
f(x) = 0
2. f(x) = ax
f(x) = a
3. f(x) = axn
f(x) = a nxn 1
4. Jika u adalah suatu fungsi dalam x, maka
f(x) = aun
f(x) = aunun 1, dimana u = turunan pertama dari u
B. Tafsiran Geometris
Turunan suatu fungsi dapat digunakan dalam penafsiran geometris dari suatu fungsi, diantaranya:
1) Gradien garis singgung kurva f(x) di titik x = x1 , yaitu m = f(x1)
Rumus persamaan garis singgung kurva yang melalui titik (x1, y1) dan bergradien m adalah:
y y1 = m(x x1)
2) Fungsi f(x) naik, jika f(x) > 0, dan turun, jika f(x) < 0
3) Fungsi f(x) stasioner jika f(x) = 0
4) Nilai stasioner f(x) maksimum jika f(x) < 0, dan minimum jika f(x) > 0
3. axn dx =
a
n 1
x n1 + c
dy
B. INTEGRAL TENTU
Misalkan kurva y = f(x) kontinu pada interval tertutup [a, b], maka luas daerah L yang dibatasi oleh kurva y =
f(x), sumbu X, garis x = a, dan garis x = b, ditentukan dengan rumus:
b
L = f ( x)dx [ F ( x)] ba F (b) F (a) , dengan F(x) adalah integral (antidiferensial) dari f(x)
a
L = f ( x)dx , atau
L = f ( x)dx ,
a
untuk f(x) 0
L = f ( x)dx
L = { f ( x) g ( x)}dx ,
a
untuk f(x) 0
CATATAN
Jika luas hanya di batasi oleh dua kurva dan fungsinya berbentuk kuadrat, maka luas nya bisa di cari dengan
menggunakan rumus:
D D
L=
6a 2
10
y2
(x1, y1)
y1
(x2, y2)
y1
X
a (0, a)
(x1, y1)
(b, 0) X
b
x1 x2
0
b. Persamaan garis yang melalui
dua titik (x1, y1) dan (x2, y2)
adalah :
y y1
0
c. Persamaan garis yang memotong
sumbu X di (b, 0) dan memotong
sumbu Y di
(0, a) adalah:
ax + by = ab
y 2 y1
( x x1 )
x 2 x1
ax + by = c
2. Lakukan uji titik, yaitu mengambil sembarang titik (x, y) yang ada di luar garis ax + by = c, kemudian
substitusikan ke pertidaksamaan ax + by c
3. Jika pertidaksamaan itu bernilai benar, maka HPnya adalah daerah yang memuat titik tersebut dengan batas
garis ax + by = c
4. Jika pertidaksamaan itu bernilai salah, maka HPnya adalah daerah yang tidak memuat titik tersebut dengan
batas garis ax + by = c
C. Menentukan pertidaksamaan linear dari daerah himpunan penyelesaian
Y
Y
Y
Y
a
a
a
HP
a
HP
HP
0
g
b
g
(1)
(2)
Garis condong ke kiri (m < 0)
Garis g utuh dan
Garis utuh dan
HP di kiri garis
HP di kanan
ax + by ab
garis
ax + by ab
Jika garis g
Jika garis g
putusputus dan
putusputus dan
HP di kiri garis,
HP di kanan
maka
garis, maka
ax + by < ab
ax + by > ab
X
g
HP
0
(3)
(4)
Garis condong kanan (m > 0)
Garis utuh dan
Garis utuh dan HP di kanan
HP di kiri garis
garis
ax + by ab
ax + by ab
Jika garis g
putusputus dan
HP di kiri garis,
maka
ax + by < ab
2) Nilai fungsi sasaran yang dikehendaki adalah kondisi x dan y yang menyebabkan maksimum atau minimum
3) Pada gambar HP program linear, titiktitik sudut merupakan titiktitik kritis, dimana nilai minimum atau
maksimum berada. Apabila sistem pertidaksamaannya terdiri dari dari dua pertidaksamaan, maka titiktitik
kritisnya bisa ditentukan tanpa harus digambar grafiknya.
Y
Y
p
a
(0,a)
(x,y)
HP
(q,0)
q
b
(0,p)
Titik kritis ada 3:
HP
(x,y)
(b,0)
Berdasarkan kedua grafik di atas dapat disimpulkan cara penentuan titik kritis sebagai berikut:
1. Pilih titik potong garis dengan sumbu Y atau sumbu X yang terkecil (0, a) dan (q, 0) jika tujuannya
maksimumkan atau yang terbesar (0, p), (b, 0) jika tujuannya minimumkan
2. Titik potong antara kedua garis (x, y)
II. Metode garis selidik
Misal fungsi tujuan adalah Z = rx + sy, mz =
Garis g: ax + by = ab, mg =
Garis h: px + qy = pq, mh =
r
s
a
b
p
q
(x,y)
(b,0)
h
mz mg mh
X Z Y
(0,p)
(x,y)
(b,0)
h
mg mz mh
X Z Y
HP
(x,y)
(b,0)
h
mg mh m z
X Z Y
12
p
a
p
(0,a)
(x,y)
HP
(q,0)
b
p
(0,a)
(x,y)
HP
X
g
h
mz mg mh
X Z Y
(q,0)
b
(0,a)
(x,y)
HP
X
g
h
mg mz mh
X Z Y
(q,0)
b
X
g
h
mg mh m z
X Z Y
KESIMPULAN:
Fungsi tujuan maksimum : Letaknya berkebalikan dengan fungsi tujuan minimum
1. mg di Z dan mz di X, nilai maksimum ada pada titik potong garis g dengan sumbu Y
2. mh di Z dan mz di Y, nilai maksimum ada pada titik potong garis h dengan sumbu X
3. mz di tengah, nilai maksimum ada pada titik potong garis g dan garis h
10. MATRIKS
A. Kesamaan Dua Buah Matriks
Dua Matriks A dan B dikatakan sama apabila keduanya berordo sama dan semua elemen yang terkandung di
dalamnya sama
B. Transpose Matriks
a b
a c
, maka transpose matriks A adalah AT =
Jika A =
c d
b d
C. Penjumlahan dan Pengurangan Matriks
Dua matriks dapat dijumlahkan bila kedua matriks tersebut berordo sama. Penjumlahan dilakukan dengan
menjumlahkan elemenelemen yang seletak
a b
k l
a b k l a k b l
+
, dan B =
, maka A + B =
=
Jika A =
c d m n c m d n
c d
m n
D. Perkalian Matriks dengan Bilangan Real n
a b
a b an bn
, maka nA = n
=
Jika A =
c d
c d cn dn
E. Perkalian Dua Buah Matriks
Perkalian matriks A dan B dapat dilakukan bila jumlah kolom matriks A sama dengan jumlah baris matriks
B (Amn Bpq, jika n = p) dan hasil perkaliannya adalah matriks berordo m q.
Hasil perkalian merupakan jumlah perkalian elemenelemen baris A dengan kolom B.
a
c
a
A B =
c
Jika A =
b
, dan B =
d
b k l
d n o
k l m
, maka
n o p
m
ak bn al bo am bp
=
p
ck dn cl do cm dp
I =
0 1
Dalam perkalian dua matriks terdapat matriks identitas (I), sedemikian sehingga IA = AI = A
G. Determinan Matriks berordo 22
a b
a b
, maka determinan dari matriks A dinyatakan Det(A) =
Jika A =
= ad bc
c d
c d
Sifatsifat determinan matriks bujursangkar
1. det (A B) = det(A) det(B)
2. det(AB) = det(A) det(B)
3. det(AT) = det(A)
4. det (A1) =
1
det( A)
H. Invers Matriks
13
Dua matriks A dan B dikatakan saling invers bila AB = BA = I, dengan demikian A adalah invers matriks
B atau B adalah invers matriks A.
a b
, maka invers A adalah:
Bila matriks A =
c d
1
1 d b
, ad bc 0
Adj(A)
Det(A)
ad bc c a
Catatan:
1.
Jika Det(A) = 1, maka nilai A1 = Adj(A)
2.
Jika Det(A) = 1 , maka nilai A1 = Adj(A)
A 1
14
diketahui
= 12 n(2a + (n 1)b) ..jika a dan b diketahui
a(r n 1)
jika r > 1
r 1
a(1 r n )
=
jika r < 1
1 r
Sn =
Geometri
Catatan:
1. Antara suku ken dan deret terdapat hubungan yaitu :
Un = Sn Sn 1
U1 = a = S1
2. Terdapat deret takhingga suatu barisan geometri yaitu:
a
S
1 r
15