Anda di halaman 1dari 4

Penyakit Tampak (Campak) pada Bayi dan Anak

Posted on October 17, 2008 by zasmiarel


Tiga hari yang lalu, tepatnya tanggal 15 Oktober 2008, anak kami yang berumur 17 bulan
terkena tampak (campak). Padahal anak kami sudah diimunasi campak ketika umur 9 bulan.
Saya mencoba searching mengenai penyakit ini di internet. Setelah mempelajari beberapa artikel
yang saya temui ternyata pada anak kami gejalanya sudah muncul sejak sekitar dua minggu yang
lalu. Saya masih ingat di malam takbiran sekitar jam setengah dua belas malam kami membawa
anak kami ke rumah sakit karena suhu badannya mencapai 38,6 C dan batuk flu serta muntahmuntah. Waktu itu diagnosa dokter anak kami terserang radang dan diberi obat penurun panas
dan antibiotik serta obat batuk flu.
Paginya suhu badannya sempat turun, namun menjelang malam suhu badannya kembali naik
hingga mencapai 38,5 C, padahal besoknya kami harus terbang mudik ke Palembang. Pagi-pagi
seperti biasa kami putuskan mengajak anak kami jalan-jalan dan berjemur di luar rumah.
Lumayan, badannya jadi segar dan berkeringat dan setelah diukur suhu badannya berada di titik
normal 36,5 C. Saya pun sedikit bernafas lega dan kami pun bisa terbang ke Palembang dengan
senang. Selama di bandara dan sepanjang perjalanan anak kami terlihat senang dan seperti tidak
sedang sakit (kebetulan anak kami termasuk anak yang aktif bergerak, meskipun dalam kondisi
sakit).
Setibanya di Palembang muncul persoalan baru, anak kami tidak mau makan, biarpun mau
inginnya cemilan atau kue-kue, itu pun tidak banyak. Untungnya anak kami doyan minum air
putih dan susu sehingga membantu supaya dia tidak dehidrasi. Anggapan kami waktu itu dia
tidak mau makan dan suhu badannya tinggi lantaran akan tumbuh gigi, sebab setelah kami
perhatikan ternyata ada 6 giginya yang akan tumbuh sekaligus termasuk geraham belakang atas
dan bawah. Namun demikian, kami tetap waspada dan terus mengontrol suhu badannya secara
teratur. Pada lebaran hari ke empat suhu badan anak kami mengalami puncaknya, yaitu 39,4 C.
Meskipun berusaha tenang, sebagai orang tua kami tetap panik. Syukurlah, setelah diberi obat
penurun panas dan sedikit ramuan tradisional ala kampung lambat laun suhu badannya berangsur
turun mulai dari 38,2 C sampai akhirnya di titik normal 36,3 C.
Setibanya di Jakarta kondisi suhu badannya tetap tidak stabil, batuk dan flunya juga belum
sembuh, ditambah mencret serta susah makan. Anggapan kami tetap karena giginya sedang
proses tumbuh. Belakangan baru kami tahu.. disamping karena memang sedang proses tumbuh
gigi, kondisi tersebut ternyata juga karena dalam tubuhnya sedang diserang virus tampak. Itu pun
kami sadari setelah di badannya keluar bintik-bintik merah dan setelah membaca beberapa artikel
yang saya temui diinternet. Sekarang bintik-bintik merahnya sudah mulai mengecil, mungkin
sudah mulai memasuki fase penyembuhan, semoga saja. Mungkin untuk sekedar sharing, berikut
ini saya sampaikan isi dari artikel tentang tampak yang saya baca. Semoga bermanfaat.
LANGKAH EFEKTIF MENGATASI CAMPAK
Campak sebenarnya hadir sepanjang tahun tanpa musim. Walau tertular hanya sekali, lakukan
antisipasi agar anak tak sampai mengalami komplikasi.
Penyakit campak atau yang lebih sering disebut tampek mudah sekali menular. Virusnya bisa
hidup dan menyebar lewat udara, Karenanya penyakit ini tetap mewabah sepanjang tahun di
beberapa daerah, terutama di pemukiman padat, kata dr. Rudy Firmansyah, Sp.A, dari RSAB
Harapan Kita Jakarta. Penyakit campak yang dalam bahasa asing disebut measles, disebabkan
oleh virus campak atau morbili. Virus ini terdapat di udara bebas. Bila masuk ke dalam tubuh
anak, terutama yang daya tahan tubuhnya sedang lemah, maka sangat mungkin ia terjangkit
campak. Sebaiknya jika ada satu orang anak terkena campak, maka anak lain dianjurkan untuk

tidak berdekatan dengannya. Virusnya yang keluar melalui napas atau semburan ludah (droplet)
bisa terisap lewat hidung atau mulut dan akan menulari anak lain.
Menurut Rudy, campak hanya terjadi sekali seumur hidup. Bila waktu kecil anak sudah pernah
terkena campak maka setelah itu biasanya dia tidak akan terkena lagi. Namun, karena anggapan
ini sudah terlalu memasyarakat banyak orang tua yang sengaja menulari anaknya dengan campak
agar nantinya dia tidak terkena lagi. Ini adalah tindakan yang keliru, komentar Rudy.
Justru sebaiknya setiap anak dibentengi dari penyakit ini dengan imunisasi campak. Memang
tidak dijamin 100%, tapi kalaupun sampai terjangkit virus campak, maka kondisinya tidak terlalu
parah. Imunisasi bisa dilakukan dua kali. Pertama di usia 9 bulan, usia ini dipilih karena antibodi
bayi yang berasal dari ibunya lewat plasenta sudah semakin menurun sehingga butuh antibodi
tambahan lewat imunisasi. Agar kekebalan tubuh anak semakin baik maka pemberian vaksinasi
campak diulang di usia 15 bulan dengan imunisasi MMR (Measles, Mumps and Rubella).
Berikutnya, imunisasi campak dilakukan ketika anak berusia 6 tahun. Mengapa perlu dicegah?
Karena campak bisa menimbulkan komplikasi yang berakibat fatal.
EMPAT FASE CAMPAK DAN PENANGANANNYA
Agar serangan campak tidak menjadi terlalu berat, kita bisa melakukan hal-hal berikut
berdasarkan fase-fasenya:
(1) Masa Inkubasi
Fase inkubasi berlangsung sekitar 10-12 hari. Di fase ini agak sulit mendeteksi infeksinya karena
gejalanya masih bersifat umum bahkan tidak terlihat sama sekali. Mungkin beberapa anak
mengalami demam tetapi umumnya anak tidak merasakan perubahan apa-apa. Bercak-bercak
merah yang merupakan ciri khas campak pun belum keluar.
Yang perlu dilakukan: Jagalah keseimbangan gizi anak dengan baik agar daya tahan tubuhnya
tetap tinggi. Misalnya dengan makan sayur, buah, serta menjaga kebugaran tubuhnya. Bila
memang nantinya campak benar-benar menyerang kemungkinan terjadinya tidak akan terlalu
parah.
(2) Fase Prodormal
Adalah fase dimana gejala penyakit sudah mulai timbul seperti flu, batuk, pilek, dan demam.
Mata anak pun akan tampak kemerah-merahan dan berair. Tak hanya itu, anak tidak bisa melihat
dengan jelas ke arah cahaya karena merasa silau (photo phobia). Ciri lain, di sebelah dalam
mulut muncul bintik-bintik putih yang akan bertahan 3-4 hari. Beberapa anak juga mengalami
diare. Satu-dua hari kemudian timbul demam tinggi yang turun naik, berkisar 38-40,5 C. Di fase
kedua bercak merah belum muncul.
Yang perlu dilakukan: Segeralah memeriksakan anak ke dokter ketika flu, batuk, pilek, dan
demam mulai muncul. Jangan sampai menunggu munculnya bercak-bercak merah karena anak
butuh pertolongan secepatnya. Tindakan cepat sangat membantu untuk mengantisipasi beratnya
penyakit.
(3) Fase Makulopapuler
Fase makulopapuler yakni keluarnya bercak merah yang sering diiringi demam tinggi antara 3840,5C. Awalnya, bercak ini hanya muncul di beberapa bagian tubuh saja, biasanya di belakang
kuping, leher, dada, muka, tangan dan kaki. Untuk membedakan dengan penyakit lain, umumnya
warna bercak campak akan sangat khas; merah dengan ukuran yang tidak terlalu besar tapi juga
tidak terlalu kecil.
Biasanya, bercak merah akan memenuhi seluruh tubuh dalam waktu satu minggu meskipun hal
ini tergantung pula pada daya tahan tubuh masing-masing anak. Pada anak yang memiliki daya
tahan tubuh baik umumnya bercak merahnya hanya pada beberapa bagian saja. Tetapi pada anak

yang memiliki daya tahan tubuh lemah, bercak merahnya akan semakin banyak. Hal ini juga
menunjukkan kalau campak yang diderita anak termasuk berat.
Yang perlu dilakukan: Tetaplah mengonsultasikan segala sesuatunya pada dokter. Biasanya
dokter akan mengusahakan agar bercak merah pada anak tidak sampai muncul di sekujur tubuh.
Bila memang sekujur tubuhnya dipenuhi bercak, ini berarti campaknya cukup berat. Apalagi jika
sudah muncul gejala komplikasi, maka konsultasikanlah ke dokter apakah anak perlu dirawat
atau tidak.
Sebagian masyarakat beranggapan bahwa semakin banyak bercak merah yang tampak semakin
bagus karena berarti anak akan cepat sembuh. Pendapat ini keliru karena kita sebenarnya dituntut
untuk lebih waspada. Tetapi bila diagnosis sudah ditegakkan, dan tak ada komplikasi, anak
cukup dirawat di rumah.
(4) Fase Penyembuhan
Bila bercak merah sudah keluar, umumnya demam akan turun dengan sendirinya. Selanjutnya
bercak merah akan berubah menjadi kehitaman dan bersisik, disebut hiperpigmentasi. Pada
akhirnya bercak akan mengelupas atau rontok atau sembuh dengan sendirinya. Umumnya,
dibutuhkan waktu hingga 2 minggu sampai anak sembuh benar dari sisa-sisa campak.
Yang perlu dilakukan: Tetap berikan obat yang sudah diberikan oleh dokter sambil menjaga
asupan makanan bergizi seimbang dan istirahat yang teratur. Jangan pernah beranggapan kalau
bercak merah sudah berkurang dan gejalanya sudah hilang berarti virus campaknya sudah
musnah. Kita tetap perlu melanjutkan pengobatan sampai anak benar-benar sembuh.
HAL LAIN YANG PERLU DIPERHATIKAN
Jangan melakukan pengobatan menurut aturan sendiri tetapi harus berdasarkan petunjuk dokter.
Bila memang harus mengonsumsi obat 3 kali sehari maka harus dilakukan dengan baik. Bila ada
gejala lain yang timbul, misalnya kejang-kejang atau sesak napas, segeralah berkonsultasi pada
dokter.
Sebaiknya berikan makanan yang mudah dicerna seperti bubur nasi. Hal ini untuk menghindari
terjangkitnya infeksi lain, seperti radang tenggorokan, flu, atau lainnya. Dianjurkan untuk
memberikan makanan yang mudah dicerna selama sebulan kemudian sampai kondisinya benarbenar pulih.
Karena mudah menular lewat udara, sebaiknya anak campak dirawat di kamar sendiri agar tidak
menularkan penyakitnya. Namun perlu diingat, jangan sampai terkesan kalau anak diisolasi,
berikan mainan yang dapat menghibur agar dia tidak bosan.
Setiap anak yang sedang sakit butuh istirahat yang cukup. Anak campak pun demikian, berikan
waktu beristirahat secara maksimal.
Jangan biarkan bayi yang belum mendapat imunisasi campak berdekatan dengan penderita
campak sampai penyakitnya benar-benar sembuh. Sangat mungkin virus campak akan menulari
bayi.
Jaga tubuh anak agar tetap bersih sehingga dia tetap merasa nyaman. Boleh saja anak
dimandikan atau dilap seluruh tubuhnya. Pendapat yang mengatakan kalau anak campak tidak
boleh dimandikan adalah keliru karena bila tubuhnya kotor dan berkeringat akan menimbulkan
rasa lengket dan gatal luar biasa. Dorongan menggaruk kulit yang gatal bisa menimbulkan
infeksi berupa bisul-bisul kecil bernanah. Gunakan sabun bayi yang tak terlalu merangsang kulit
dan gosoklah kulitnya perlahan. Sehabis mandi, keringkan dan taburi dengan bedak salycyl talc.
Selama anak sakit dan dalam pemulihan sebaiknya kita memisahkan peralatan makan dan
mandinya, seperti piring, gelas, sendok, handuk, sprai dan pakaiannya. Hal ini untuk
menghindari terjadinya penularan lewat kontak tak langsung.

PENGOBATAN SECARA SIMPTOMATIS


Rudy menjelaskan, pengobatan campak hanya bersifat simptomatis, yakni mengobati gejalanya
saja. Misalnya, bila muncul demam maka yang diobati adalah gejala demamnya. Bila mengalami
batuk maka obat batuk digunakan untuk meringankan batuknya. Demikian pula bila anak diare
maka dokter akan memberikan obat antidiare. Pada beberapa anak yang berbakat kejang, gejala
ini bisa timbul sehingga dokter akan menyiapkan obat antikejang. Sementara hingga saat ini,
kata Rudy, belum ditemukan obat yang bisa langsung mengatasi virus campak tersebut.
Pengobatan gejala sangat penting dilakukan karena bila tidak ditangani dengan baik campak bisa
sangat berbahaya. Bisa saja terjadi komplikasi terutama pada campak yang berat. Ciri-ciri
campak berat, selain bercaknya di sekujur tubuh, gejalanya tidak membaik setelah diobati selama
1-2 hari. Sebaliknya, bila selama 1-2 hari pengobatan gejalanya sudah membaik, umumnya anak
hanya menderita campak ringan.
Komplikasi yang terjadi biasanya berupa radang paru-paru (broncho pneumonia) dan radang
otak (ensefalitis). Hal ini terjadi karena virus campak dapat menyebar melalui aliran darah ke
jaringan tubuh lainnya. Komplikasi inilah yang umumnya paling sering menimbulkan kematian
pada anak.
Untuk mengetahui apakah sudah terjadi komplikasi atau tidak biasanya ditunjukkan dengan
tanda-tanda khas. Bila sudah terjadi ensefalitis biasanya terjadi kejang satu kali atau berulang,
kesadaran anak menurun, dan suhu tubuhnya tinggi atau susah turun karena infeksinya sudah
sampai ke otak.
Sedangkan radang paru-paru ditunjukkan dengan gejala batuk berdahak, pilek, dan sesak napas.
Boleh dikatakan, kematian bukan ditimbulkan karena campak itu sendiri melainkan komplikasi
yang terjadi. Umumnya hal ini akan terjadi pada anak yang kurang gizi dan memiliki daya tahan
tubuh lemah.
BERBEDA DARI CAMPAK JERMAN
Campak biasa, kata Rudy, berbeda dari campak Jerman atau rubela. Campak Jerman umumnya
memiliki dampak lebih ringan dan tidak fatal. Umumnya pun terjadi pada anak usia 5 sampai 14
tahun.
Memang gejalanya hampir sama dengan campak biasa, seperti flu, batuk, pilek dan demam
tinggi. Yang membedakan, bercak merah pada rubela tidak timbul terlalu banyak dan tidak
separah campak biasa, juga cepat menghilang dalam waktu 3 hari. Gejala lain, umumnya nafsu
makan anak akan menurun karena terjadi pembengkakan pada limpa.
Justru kita harus lebih khawatir bila rubela menyerang wanita hamil karena virusnya bisa
menular pada janin melalui plasenta. Bila janin tertular maka anak yang dilahirkan akan
mengalami sindrom rubela kongenital dengan kelainan-kelainan, misalnya mata bayi mengalami
katarak, tidak bisa mendengar, terjadi pengapuran di otak, juga banyak terjadi anak-anak tumbuh
dengan keterbelakangan perkembangan.
Rudy menekankan, setiap anak perempuan harus mendapat vaksinasi rubela. Hal ini untuk
mengantisipasi terjadinya rubela serta melindungi janin yang dikandungnya kelak. Tak hanya
pada perempuan, vaksinasi rubela pun penting bagi kaum pria. Gunanya mencegah agar tidak
terserang rubela dan menulari sang istri yang mungkin tengah hamil nanti.

Anda mungkin juga menyukai