Anda di halaman 1dari 8

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Alhamdulillahirabbilalamin,

segala

puji

bagi

Allah

SWT

yang

telah

memberikan nikmat serta hidayah-Nya terutama nikmat kesempatan dan


kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah mata kuliah
Pendidikan Agama Islam yang berjudul Hukum dan Hak Asasi Manusia
dalam Islam".
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Agama
Islam di program studi Diploma IV Analis Keshatan Jurusan Analis Kesehatan
Poltekkes Kemenkes Jakarta III. Selanjutnya penulis mengucapkan terima
kasih kepada Bapak Drs.Rukyat, M.Koml, selaku dosen pembimbing mata
kuliah Pendidikan Agama Islam dan kepada segenap pihak yang telah
memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan makalah ini.
Akhirnya penulis menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan dalam
penulisan makalah ini. Oleh sebab itu,

penulis mengharapkan kritik dan

saran yang konstruktif dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Terima kasih, dan semoga makalah ini bisa memberikan manfaat positif bagi
kita semua. Aamiin.
Jakarta, 15 September 2016

Kelompok 3

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hukum Islam merupakan salah satu pilar yang sangat penting
dalam agama Islam. Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa hampir di
semua sendi kehidupan, baik dalam lingkungan ibadah maupun
muammalah diatur dan dikondisikan sedemikian rupa oleh hukum
Islam. Dalam kehidupan sosial, hukum Islam dituntut untuk terus
menerus merespon dan memberi solusi terhadap persoalanpersoalan
kemanusiaan yang selalu muncul dalam dimensi ruang dan waktu
yang berbeda. Masalah-masalah dan kasus-kasus hukum akan selalu
muncul seiring dengan berkembangnya pemikiran masyarakat. Hukum
Islam akan dapat memainkan perannya dengan baik dan tetap sesuai
dengan

sifat

serta

karaktristiknya

jika

mampu

mengikuti

perkembangan hukum manusia yang selalu berubah dan berkembang,


yang pada akhirnya mampu memberikan jalan keluar terbaik dari
berbagai persoalan hukum dan dapat diterima oleh semua pihak serta
tidak keluar dari kerangka ajaran Islam itu sendiri.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian konsepsi hukum dalam Islam?
2. Apa fungsi hukum Islam dalam kehidupan sehari-hari?
3. Apa konsep hak asasi manusia dalam Islam?
C. Tujuan Penulisan
1. Agar dapat mengetahui apa itu konsepsi hukum dalam Islam
2. Agar dapat mengetahui fungsi hukum Islam dalam kehidupan
sehari-hari
3. Agar mengetahui konsep hak asasi manusia dalam Islam

BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsepsi Hukum Islam
Syariah (hukum Islam) secara etimologis berarti jalan keluarnya
air atau sumbernya air untuk minum. Kemudian dikonotasikan oleh
bangsa Arab dengan jalan lurus yang harus diturut atau diikuti oleh
setiap muslim.
Hukum Islam adalah hukum yang ditetapkan oleh Allah swt
melalui wahyu-Nya yang kini terdapat dalam Al Quran dan dijelaskan
oleh Nabi Muhammad saw sebagai rasul-Nya melalui sunnah beliau
yang kini terhimpun dengan baik dalam kitab-kitab hadits. Dasar inilah
yang membedakan hukum Islam dengan hukum-hukum lain yang
semata-mata lahir dari kebiasaan dan hasil pemikiran atau perbuatan
manusia belaka.
Dalam masyarakat Indonesia berkembang berbagai macam
istilah, di mana istilah satu dengan lainnya mempunyai persamaan dan
sekaligus juga mempunyai perbedaan. Istilah-istilah tersebut adalah
syariat Islam, fiqih Islam, dan hukum Islam. Syariat Islam merupakan
landasan

fiqih,

dan

fiqih

merupakan

pemahaman

orang

yang

memenuhi syarat tentang syariat. Oleh karena itu orang yang akan
memahami hukum Islam dengan baik dan benar harus dapat
membedakan antara syariat Islam dengan fiqih Islam.
Pada prinsipnya, syariat adalah wahyu Allah yang terdapat
dalam Al Quran dan sunnah Rasulullah SAW yang terdapat dalam
kitab-kitab hadits. Syariat bersifat fundamental, mempunyai ruang
lingkup yang lebih luas dari fiqih, berlaku abadi dan menunjukkan
kesatuan dalam Islam. Sedangkan yang dimaksud fiqih adalah
pemahaman manusia yang memenuhi syarat tentang syariat yang
sekarang terdapat dalam kitab-kitab fiqih. Oleh karena itu fiqih bersifat
instrumental, ruang lingkupnya terbatas pada hukum yang mengatur
perbuatan manusia, yang biasanya disebut sebagai perbuatan hukum.

Menurut

Tahir

Azhary,

terdapat

tiga

sifat

hukum

Islam.

Pertama yaitu bidimensional, artinya mengandung segi kemanusiaan


dan segi ketuhanan. Di samping sifat bidimensional, hukum Islam juga
berhubungan dengan sifatnya yang luas atau komprehensif. Hukum
Islam tidak hanya mengatur satu aspek kehidupan saja, tetapi
mengatur berbagai aspek kehidupan manusia. Sifat bidimensional
merupakan sifat yang melekat pada hukum Islam dan merupakan
fitrah (sifat asli) hukum Islam. Sifat kedua ialah adil. Dalam hukum
Islam, keadilan bukan saja merupakan tujuan, tetapi merupakan sifat
yang melekat sejak kaidah-kaidah dalam syariat ditetapkan. Keadilan
merupakan sesuatu yang didambakan oleh setiap manusia, baik
sebagai

individu

maupun

masyarakat.

Karena

itu

sebagai sifat

ketiga dalam hukum Islam adalah individualistik dan kemasyarakatan


yang diikat oleh nilai-nilai transendental, yaitu wahyu Allah yang
disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW. Tiga, sifat hukum Islam
yang asli itu juga mempunyai hubungan yang erat dengan dua sifat
yang lain, yakni komprehensif dan dinamis.
B. Fungsi Hukum Islam Dalam Kehidupan
Hukum Islam tidak hanya mengatur tentang hubungan manusia
dengan Allah, tetapi juga mengatur hubungan antara manusia dengan
dirinya sendiri, manusia dengan manusia lain dalam masyarakat,
manusia dengan benda, dan manusia dengan lingkungan hidupnya.
Peranan hukum Islam dalam kehidupan bermasyarakat sebenarnya
cukup banyak, tetapi dalam pembahasan ini hanya akan dikemukakan
peranan utamanya saja, yaitu :
1. Fungsi Ibadah
Fungsi utama hukum Islam adalah untuk beribadah kepada
Allah SWT. Hukum Islam adalah ajaran Allah yang harus
dipatuhi umat manusia, dan kepatuhannya merupakan ibadah
yang sekaligus juga merupakan indikasi keimanan seseorang.
2. Fungsi Amar Maruf Nahi Munkar

Hukum Islam sebagai hukum yang ditunjukkan untuk


mengatur hidup dan kehidupan umat manusia. Sebagai
contoh, diharamkannya riba dan khamar, jelas menunjukkan
adanya keterkaitan penetapan hukum Allah dengan subyek
dan obyek hukum. Penetap hukum tidak pernah mengubah
atau

memberikan

pengharamannya.

toleransi

Riba

atau

dalam

khamar

hal

tidak

proses

diharamkan

sekaligus, tetapi secara bertahap. Ketika suatu hukum lahir,


yang terpenting adalah bagaimana agar hukum tersebut
dipatuhi dan dilaksanakan dengan kesadaran penuh. Secara
langsung, akibat buruk riba dan khamar memang hanya
menimpa

pelakunya.

Namun

secara

tidak

langsung,

lingkungannya ikut terancam bahaya tersebut. Oleh karena


itu, kita dapat memahami, fungsi kontrol yang dilakukan lewat
tahapan pengharaman riba dan khamar.
Dalam contoh di atas, tampak bahwa hukum Islam sebagai
salah

satu

sarana

pengendali

social.

Fungsi

ini

dapat

disebut amar maruf nahi munkar. Dari fungsi inilah dapat


dicapai

tujuan

hukum

Islam,

yakni

mendatangkan

kemaslahatan dan menghindarkan kemudharatan, baik di


dunia maupun di akhirat kelak.
3. Fungsi Zawajir
Fungsi ini terlihat dalam pengharaman membunuh dan
berzina, yang disertai dengan ancaman hukum atau sanksi
hukum. Qishash dan diyat, ditetapkan untuk tindak pidana
terhadap jiwa/ badan. Hudud untuk tindak pidana tertentu,
seperti pencurian, perzinaan, qadhaf, hirabah, dan riddah.
Tazir untuk tindak pidana selain kedua macam tindak pidana
tersebut.
Adanya sanksi hukum mencerminkan fungsi hukum Islam
sebagai sarana pemaksa yang melindungi warga masyarakat

dari

segala

bentuk

ancaman

serta

perbuatan

yang

membahayakan.
4. Fungsi Tanzim wa Islah Al-Ummah
Fungsi hukum Islam ini ialah sebagai sarana untuk
memperlancar proses interaksi sosial, sehingga terwujudlah
masyarakat yang harmonis, aman, dan sejahtera. Dalam halhal tertentu, hukum Islam menetapkan aturan yang cukup
rinci dan mendetail sebagaimana terlihat dalam hukum yang
berkenaan

dengan

masalah

yang

lain,

yakni

masalah

muamalah. Fungsi ini disebut dengan Tanzim wa ishlah alummah.


C. Konsep Hak Asasi Manusia Dalam Islam
Hak asasi manusia dalam Islam tertuang secara jelas untuk
kepentingan manusia. Menurut syariah, manusia adalah makhluk
bebas yang mempunyai tugas dan tanggung jawab, dan karenanya ia
juga mempunyai hak dan kebebasan. Dasarnya adalah keadilan yang
ditegakkan atas dasar persamaan atau egaliter, tanpa pandang bulu.
Artinya, tugas yang diemban tidak akan terwujud tanpa adanya
kebebasan, sementara kebebasan secara eksistensial tidak terwujud
tanpa adanya tanggung jawab itu sendiri.
Sistem HAM Islam mengandung prinsip-prinsip dasar tentang
persamaan, kebebasan dan penghormatan terhadap sesama manusia.
Persamaan, artinya Islam memandang semua manusia sama dan
mempunyai kedudukan yang sama, satu-satunya keunggulan yang
dinikmati seorang manusia atas manusia lainya hanya ditentukan oleh
tingkat ketakwaannya. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Surat
Al-Hujarat ayat 13, yang artinya sebagai berikut : Hai manusia,
sesungguhnya Kami ciptakan kamu dari laki-laki dan perempuan, dan
Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu
saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kaum
adalah yang paling takwa.

Al-Quran sebagai sumber hukum pertama bagi umat Islam telah


meletakkan dasar-dasar HAM serta kebenaran dan keadilan. Hali ini
dapat dilihat pada ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam AlQuran, antara lain :
1. Dalam Al-Quran terdapat sekitar 80 ayat tentang hidup,
pemeliharaan

hidup

dan

penyediaan

sarana

kehidupan,

misalnya dalam Surat Al-Maidah ayat 32. Di samping itu, AlQuran juga berbicara tentang kehormatan dalam 20 ayat.
2. Al-Quran juga menjelaskan sekitar 150 ayat tentang ciptaan
dan

makhluk-makhluk,

serta

tentang

persamaan

dalam

penciptaan, misalnya dalam Surat Al-Hujarat ayat 13.


3. Al-Quran telah mengetengahkan sikap menentang kezaliman
dan orang-orang yang berbuat zalim dalam sekitar 320 ayat,
dan memerintahkan berbuat adil dalam 50 ayat yang
diungkapkan dengan kata-kata : adl, qisth dan qishash.
4. Dalam Al-Quran terdapat sekitar 10 ayat yang berbicara
mengenai larangan memaksa untuk menjamin kebebasan
berpikir, berkeyakinan dan mengutarakan aspirasi. Misalnya
yang dikemukakan oleh Surat Al-Kahfi ayat 29.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai