Anda di halaman 1dari 14

5

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Penyakit Demam Berdarah Dengue /DBD (secara medis disebut Dengue
Hemerragic Fever/DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang
di tularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan aedes albopictus. Virus ini
akan mengganggu kinerja darah kapiler dan system pembekuan darah, sehngga
mengakibatkan perdarahan-perdarahan. Penyakit ini banyak ditemukan di daerah
tropis, seperti Asia Tenggara, India, Brazil, Amerika, termasuk di seluruh pelosok
Indonesia, kecuali ditempat-tempat dengan ketinggian lebih dari 1000 meter di
atas permukaan air laut. Demam Berdarah Dengue tidak menular melalui kontak
manusia dengan manusia. Virus dengue sebagai penyebab demam berdarah hanya
dapat ditularkan melalui nyamuk. (Dwi Sunar Prasetyo : 2012, hal: 31)
Demam dengue dan demam berdarah dengue / DBD (dengue haemorragic
fever / DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan
manifestasi klinis demam, nyeri otot / nyeri sendi yang disertai lekopenia, ruam,
limfadenopati, trombositopenia dan diathesis hemoragik. Pada DBD terjadi
perembesan plasma yang ditandai oleh hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit)
atau penumpukan cairan dirongga tubuh. (Aru.W. Sudoyo, dkk : 2006, hal : 1731).
DBD adalah merupakan penyebab umum demam diantara turis Amerika
Tengah, Iindia, Cina Tenggara, dan Asia Tenggara. Turis yang tinggal lebih lama
dan hidup di daerah pedesaan dengan akomodasi yang tidak diskrining dengan
baik adalah yang paling beresiko. Sulit untuk menghindari gigitan serangga

karena kebiasaan menggigit terjadi di siang hari. (B.K. Mandal, dkk : 2006, hal :
245). Demam berdarah dengue merupakan penyakit infeksi yang dapat berakibat
fatal dalam waktu yang relative singkat. Penyakit ini tergolong susah dibedakan
dari peyakit demam berdarah lainnya. (Oktri Astuti : 2008 hal : 7).
B. Etiologi
Demam dengue dan demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue,
yang termasuk dalam genus Flavivirus, keluarga Flaviviridae. Flavivirus
merupakan virus dengan diameter 30 nm terdiri dari asam ribonukleat rantai
tunggal.
Virus dengue dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus
sebagai vector ke tubuh manusia melalui gigitan nyamuk tersebut. Infeksi yang
pertama kali dapat member gejala sebagai Demam Dengue, Apabila orang itu
mendapat infeksi berulang oleh tipe virus dengue yang berlainan akan
menimbulkan reaksi yang berbeda. DBD dapat terjadi bila seseorang yang telah
terinfeksi dengue pertama kali, mendapat infeksi berulang virus dengue lainnya.
Virus akan bereplikasi di nodus limfatikus regional dan menyebar ke jaringan lain,
terutama ke system retikuloendotelial dan kulit secara bronkogen maupun
hematogen.
C. Patofisiologi (Proses Perjalan Penyakit, Manifestasi Klinis, Komplikasi)
1. Proses Perjalanan Penyakit
Umumnya, demam dengue merupakan penyakit saat seseorang terinfeksi
salah satu serotype virus dengue untuk pertama kalinya. Misalnya, DEN-1
atau DEN-2. Hal ini terjadi paling tidak 6 bulan 5 tahun sebelum seseorang
terinfeksi virus DBD. Demam dengue merupakan akibat paling ringan yang

ditimbulkan virus dengue. Orang yang tidak mengerti sering menyebutnya


sebagai gejala demam berdarah. Hal ini dikarenakan gejalanya yang hamper
serupa, seperti demam tinggi mendadak, sakit kepala berat, nyeri persendian
dan otot, mual, muntah, dan dapat timbul ruam.
Sebelum seorang terkena DBD, didalam tubuhnya telah ada satu jenis
serotype virus dengue (serangan pertama kali). Biasanya, serangan pertama
kali ini menimbulkan demam dengue. Ia akan kebal seumur hidup terhadap
serotype yang menyerang pertama kali itu. Namun, hanya akan kebal
maksimal 6 bulan-5 tahun terhadap serotype virus dengue lainnya. Misalnya,
seseorang terinfeksi DEN-1. Ia akan kebal seumur hidup terhadap serotype itu
dan hanya maksimal 6 bulan-5 tahun ia kebal terhadap DEN-2, DEN-3, dan
DEN-4. Serangan virus dengue kedua kali inilah yang mengakibatkan demam
berdarah dengue.
Masa inkubasi DBD dimulai dari gigitan sampai timbul gejala,
berlangsung selama dua minggu. Darah penderita sudah mengandung virus,
yaitu sekitar 1-2 hari sebelum terserang demam. Virus tersebut berada dalam
darah selama 5-8 hari. Jika daya tahan tubuh tidak cukup kuat melawan virus
dengue maka orang tersebut akan mengalami berbagai gejala DBD.

2. Manifestasi Klinis
Masa inkubasi penyakit DBD adalah 3-15 hari sejak seseorang
terserang virus dengue. Selanjutnya, penderita akan menampakan berbagai
tanda dan gejala demam berdarah, seperti berikut :
a. Demam tinggi secara mendadak selama 2-7 hari (38-40C)

b. Pada pemeriksaan uji Torniquet, tampak adanya jentik (puspura)


perdarahan.
c. Adanya bentuk perdarahan di kelopak mata bagian dalam (konjungtiva),
mimisan (epitaksis), BAB dengan kotoran berupa lender bercampur darah
(melena), dan lain-lainnya.
d. Terjadi pembesaran hati (hepatomegali)
e. Tekanan darah menurun, sehingga menyebabkan shock.
f. Pada pemeriksaan laboratorium (darah), hari ke 3-7 terjadi trombosit di
bawah 100.000 per mm (trombositopent) dan terjadi peningkatan nilai
hematokrit di ats 20% dari nilai normal (hemokonsentrasi)
g. Timbulnya beberapa gejala klinis yang menyertai, seperti mual, muntah,
penurunan nafsu makan (anoreksia), sakit perut, diare, menggigil, kejang,
dan saklit kepala.
h. Mengalami perdarahan pada hidung (mimisan) dan gusi.
i. Demam yang dirasakan penderita menyebabkan keluhan pegal/sakit pada
persendian.
j. Munculnya bintik-bintik merah pada kulit akibat pecahnya pembuluh
darah.
3. Klasifikasi
Klasifikasi Demam Berdarah Dengue adalah sebagai berikut :
a. Derajat I : Demam disertai dengan gejala konstitusional non-spesifik, satusatunya manifestasi perdarahan adalah tes tourniquet positif dan atau
mudah memar.
b. Derajat II : Perdarahan spontan selain manifestasi pasien pada derajat I,
biasanya pada bentuk perdarahan kulit atau perdarahan lain.
c. Derajat III : Gagal sirkulasi dimanifestasikan dengan nadi cepat dan lemah
serta penyempitan tekanan nadi atau hipotensi, dengan adanya kulit dingin
dan lembab serta gelisah.

d. Derajat IV: Syok hebat dengan tekanan darah atau nadi tidak terdeteksi.
(WHO : , hal : 32).
4. Komplikasi
Komplikasi dari penyakit DHF yaitu :
a. Perdarahan luas
b. Shock atau renjatan
c. Penurunan kesadaran
5. Pemeriksaan Diagnostik
a. Darah
1) Trombositopenia ( N : 150.000-400.000/ui ).
2) Hemokonsentrasi ( N pria : 40-48 Nol % ).
3) Mas pembekuan normal ( 10-15 ).
4) Masa pendarahan memanjang ( N = 1-3 ).
Kimia darah :
a) Hiponatremia.
b) Hipoproteinemia.
c) Hipokalemia.
d) SGOT, SGPT meningkat ( N < 12 u / i ).
e) Ureum meningkat.
b. Urine
1) Albuminurial ringan
c. Sumsum tulang
Awal hiposelular kemudian menjadi hiperselular pada hari ke-5 dengan
gangguan maturasi. Hari ke-10 biasanya kembali normal.
d. Pemeriksaan serologi
Dilakukan pengukuran titer antibodi pasien dengan cara haema
glutination inhibition tes (HI test) atau dengan uji pengikatan komplemen
(complement fixation test/CFT) diambil darah vena 2-5 ml).
e. Foto thorak
Mungkin dijumpai pleural Efusion.
f. USG

10

Hematomegali Splenomegali
1) Darah
a) Trombosit menurun.
b) HT meningkat lebih 20 %.
c) Leukosit menurun pada hari ke 2 dan ke 3.
d) Protein darah rendah.
e) Ureum PH bisa meningkat.
f) NA dan CL rendah.

2) Serology : HI (hemaglutination inhibition test).


a) Rontgen thorax : Efusi pleura.
b) Uji test tourniket (+).

D. Penatalaksanaan Medis
Tidak ada terapi yang spesifik untuk demam dengue, prinsip utama adalah
terapi suportif. Dengan terapi suportifyang adekuat, angka kematian dapat di
turunkan hingga kurang dari 1%. Pemeliharaan volume cairan sirkulasi
merupakan tindakan yang paling penting dalam penanganan kasus DBD. Asupan
cairan pasien tetap dijaga, terutama cairan oral. Jika asupan cairan oral pasien
tidak mampu di pertahankan, maka dibutuhkan suplemen cairan melalui intravena
untuk mencegah dehidrasi dan hemokonsentrasi secara bermakna.
E. Pengkajian Keperawatan (termasuk pemeriksaan diagnostic)
1. Data Subjektif
Adalah data yang dikumpulkan berdasarkan keluhan klien atau
keluargapada klien DHF, data subjektif yang sering di temukan yaitu :
a.
b.
c.
d.
e.

Lemah
Panas atau Demam
Sakit kepala
Anoreksia, mual, haus, sakit saat menelan
Nyeri ulu hati

11

f. Nyeri pada otot dan sendi


g. Pegal-pegal pada seluruh tubuh
h. Konstipasi (sembelit)
2. Data Objektif
Adalah data yang diperoleh berdasarkan pengamatan perawat atas kondisi
klien. Data objektif yang sering dijumpai pada pasien DHF, yaitu :
a. Suhu tubuh tinggi, menggigil, wajah tampak kemerahan.
b. Mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah kotor.
c. Tampak bintik merah pada kulit (pteckie), uji tourniquet (+), epistaksis,
d.
e.
f.
g.

ekimosis, hematoma, hematemesis, melena.


Hyperemia pada tenggorokan.
Nyeri tekan pada epigastrik.
Pada palpasi teraba adanya pembesaran hati dan limpa.
Pada renjatan (derajat IV) nadi cepat dan lemah, hipotensi, ekstremitas
dingin, gelisah, sianosis perifer, nafas dangkal.

Pemeriksaan laboratorium pada pasien DHF akan dijumpai :


1) Ig G dengue positif.
2) Penurunan kadar trombosit dalam darah.
3) Hemoglobin meningkat >20%.
4) Hemokonsentrasi (hematokrit meningkat).
5) Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukan hipoproteinemia.
F. Diagnosa Keperawatan
Beberapa diagnose keperawatan yang ditemukan pada klien DHF yaitu :
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit (viremia).
2. Gangguan rasa nyaman:nyeri brhubungan dengan proses patologis penyakit.
3. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan mual, muntah, anoreksia.
4. Kurangnya volume cairan tubuh

berhubungan

dengan

peningkatan

permeabilitas dinding plasma.


5. Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kondisi tubuh yang
lemah.
6. Resiko terjadi syok hipovolemik berhubungan dengan kurangnya volume
cairan tubuh.

12

7. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan inpasif (pemasangan infus).


8. Resiko terjadi perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan penurunan kadar
trombosit dalam darah.
9. Kecemasan berhubungan dengan kondisi klien yang memburuk dan
perdarahan yang dialami klien.

G. Perencanaan Keperawatan
Tahap selanjutnya setelah diagnose keperawatan adalah merencanakan
tindakan keperawatan dimulai dari memprioritaskan diagnose keperawatan,
menetapkan tujuan dan kriteria hasil serta tindakan/intervensi.
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit (viremia).
Hasil yang diharapkan :
a. Suhu tubuh normal (36 37C).
b. Klien bebas dari demam.
Intervensi :
1)
2)
3)
4)
5)

Kaji saat timbulnya demam.


Observasi tanda-tanda vital (suhu, nadi, pernapasan, tekanan darah).
Anjurkan klien untuk banyak minum kurang lebih 2,5 liter/24 jam.
Berikan kompres hangat.
Berikan teraphy cairan intravena dan obat-obatan sesuai program

dokter.
2. Nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit
Hasil yang diharapkan :
a. Rasa nyaman klien terpenuhi.
b. Nyeri berkurang atau hilang.
Intervensi :
1) Kaji tingkat nyeri yang dialami klien.
2) Berikan posisi yang nyaman, usahakan situasi ruangan yang tenang.
3) Alihkan perhatian klien dari rasa nyeri.

13

4) Berikan obat-obatan analgetik.


3. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari krbutuhan berhubungan
dengan mual, muntah, anoreksia.
Hasil yang diharapkan :
a. Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi, klien mampu menghabiskan
makanan sesuai dengan porsi yang diberikan/dibutuhkan.
Intervensi :
1) Kaji keluhan mual, sakit menelan, dan muntah yang dialami klien.
2) Berikan makanan yang mudah di telan seperti bubur.
3) Berikan makanan dalam porsi kecil dan frekuensi sering.
4) Catat jumlah/porsi makanan yang dihabiskan oleh klien setiap hari.
5) Berikan obat-obatan antiemetik sesuai program dokter.
6) Ukur berat badan klien.
4. Kurangnya volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan
permeabilitas dinding plasma.
Hasil yang diharapkan :
a. Volume cairan terpenuhi.
Intervensi :
1) Kaji keadaan umum klien (lemah, pucat, takikardi) serta tanda-tanda
vital.
2) Observasi tanda-tanda syok.
3) Berikan cairan intravena sesuai program dokter.
4) Anjurkan klien untuk banyak minum.
5) Catat intake dan output.
5. Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kondisi tubuh yang
lemah.
Hasil yang diharapkan :
a. Klien mampu mandiri setelah bebas demam.
b. Kebutuhan aktivitas sehari-hari terpenuhi.
Intervensi :

14

1) Kaji keluhan klien.


2) Kaji hal-hal yang mampu dan tidak mampu dilakukan oleh klien.
3) Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan aktivitasnya sesuai tingkat
keterbatasan klien.
4) Letakkan barang-barang di tempat yang mudah terjangkau oleh klien.
6. Resiko terjadinya syok hivopolemik berhubungan dengan kurangnya volume
cairan tubuh.
Hasil yang diharapkan :
a. Tidak terjadi syok hipovolemik.
b. Tanda-tanda vital dalam batas normal.
c. Keadaan umum baik.
Intervensi :
1) Monitor keadaan umum klien.
2) Observasi tanda-tanda vital.
3) Monitor tanda perdarahan.
4) Chek hemoglobin, hematokrit, trombosit.
5) Laporkan dokter jika tampak syok hipovolemik.
7. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasive (pemasangan infuse)
Hasil yang diharapkan :
a. Tidak terjadi infeksi pada klien.
Intervensi :
1) Lakukan teknik aseptik saat melakukan tindakan pemasangan infus.
2) Observasi tanda-tanda vital.
3) Observasi daerah pemasangan infuse.
4) Segera cabut infus jika tampak adanya pembengkakan atau phlebitis.
8. Resiko terjadinya perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan penurunan
kadar trombosit dalam darah.
Hasil yang dihrapkan :
a. Tidak terjadi tanda-tanda perdarahan lebih lanjut.
b. Jumlah trombosit meningkat.
Intervensi :

15

1) Monitor tanda penurunan trombosit yang disertai gejala klinis.


2) Anjurkan klien untuk banyak istirahat.
3) Beri penjelasan untuk segera melapor bila ada tanda perdarahan lebih
lanjut.
4) Jelaskan obat yang diberikan dan manfaatnya.
9. Kecemasan berhubungan dengan kondisi klien yang memburuk dan
perdarahan yang dialami klien.
Hasil yang diharapkan :
a. Kecemasan berkurang.
Intervensi :
1) Kaji rasa cemas yang dialami klien.
2) Jalin hubungan saling percaya dengan klien.
3) Tunjukan sikap empati.
4) Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya.
5) Gunakan komunikasi terapeutik.
H. Pelaksanaan Keperawatan
Pelaksanaan atau implementasi adalah pemberian tindakan keperewatan yang
dilaksanakan untuk mencapai tujuan rencana tindakan yang telah disusun setiap
tindakan keperawatan yang dilakukan dan dicatat dalam pencatatan keperawatan
agar tindakan keperawatan terhadap klien berlanjut. Prinsip dalam melaksanakan
tindakan keperawatan yaitu cara pendekatan pada klien efektif, tehnik komunikasi
terapeutik serta penjelasan untuk setiap tindakan yang diberikan kepada klien.
Dalam melakukan tindakan keperawatan menggunakan tiga tahap yaitu
independent, dependent, dan interdependent. Tindakan keperawatan secara
independent adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh perawat tanpa petunjuk
atau perintah dokter atau tenaga kesehatan lainnya, dependent adalah tindakan
sehubungan dengan pelaksanaan rencana tindakan medis dan interdependent
adalah tindakan keperawatan, yang menjelaskan suatu kegiatan yang memerlukan

16

suatu kerja sama dengan tenaga kesehatan lainnya, misalnya tenaga sosial, ahli
gizi, dan dokter, keterampilan yang harus perawatpunya dalam melaksanakan
tindakan keperawatan yaitu kognitif, dan sikap psikomotor.
I. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
yang menandakan seberapa jauh diagnose keperawatan, rencana tindakan, dan
pelaksanaannya sudah berhasil dicapai kemungkinan terjadi pada tahap evaluasi
adalah masalah dapat teratasi, masalah teratasi sebagian, masalah belum teratasi,
atau timbul masalah baru. Evaluasi dilakukan yaitu evaluasi proses dan evaluasi
hasil. Evaluasi proses adalah yang dilakukan untuk membantu keefektifan
terhadap tindakan. Sedangkan evaluasi hasil adalah evaluasi yang dilakukan pada
akhir tindakan keperawatan secara keseluruhan sesuai dengan waktu yang ada
pada tujuan.

17

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit menular yang disebabkan
oleh virus dengue terutama menyerang anak-anak dengan ciri-ciri demam tinggi
mendadak disertai manifestasi perdarahan dan berpotensi menimbulkan renjatan
/syok dan kematian. Yang biasanya di tandai dengan adanya demam,
hepatomegaly, perdarahan dan syok.
Dengan derajat menurut patokan WHO : Derajat I : Demam dengan test
rumple leed positif, Derajat II : Derajat I disertai dengan perdarahan spontan
dikulit atau perdarahan, Derajat III : Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi
cepat dan lemah, tekanan nadi menurun/ hipotensi disertai dengan kulit dingin
lembab dan pasien menjadi gelisah, Derajat IV : Syock berat dengan nadi yang
tidak teraba dan tekanan darah tidak dapat diukur.
B. Saran
Pencegahan terhadap infeksi virus dengue harus dilakukan sedini mungkin
untuk mencegah resiko-resiko yang dapat menimbulkan masalah yang tidak di
inginkan.

18

DAFTAR PUSTAKA

Astuti, Oktri. 2008. Demam berdarah dengue ; penyakit dan cara pencegahannya.
Yogyakarta : Kanisius.
Prasetyono, Dwi Sunar.2012. daftar tanda dan gejala ragam penyakit. Jogjakarta :
FlashBooks.
Sudoyo, W. Aru, dkk. 2006. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid III. Jakarta : FKUI.
WHO.Demam berdarah dengue. Edisi 2. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai