TUGAS AKHIR
OLEH :
PADOHA ARITONANG
04.331.0026
AGENDA
DITERIMA
PARAF
:
:
:
TUGAS AKHIR
PERENCANAAN TANGKI MINYAK MENTAH DENGAN
KAPASITAS 350 BARREL DI BAKAU FIELD, SELAT
PANJANG
NAMA
: PADOHA ARITONANG
: 043310026
DOSEN PEMBIMBING I
: Ir.Syawaldi.MSc.
BIDANG STUDI
: Material Teknik
DOSEN PEMBIMBING II
: Dody Yulianto,ST,MT.
Spesifikasi Tugas:
-Survey lapangan, perhitungan rancang bangun tangki
-Pemilihan jenis matrial yang akan digunakan
-Jenis-jenis pengerjaan yang dilakukan, meliputi
1. Perhitungan tebal sheel plate, bottom plate dan roof plate.
2. Perhitungan tekanan yang terjadi pada tangki.
3. Perhitungan pengerolan pada tangki
4. Perhitungan pengelasan pada tangki
Diberikan tanggal :
Selesai tanggal
April 2010
:
Pekanbaru
April 2010
Dosen Pembimbing I
Ir.Syawaldi, MSc.
KATA PENGANTAR
Dengan segala kerendahan hati penulis haturkan rasa syukur yang dalam
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,yang telah memberikan limpahan rahmat dan
karunia-Nya yang berupa kemampuan,kesehatan dan kesempatan sehinga penulis
dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dalam rangka melengkapi kurikulum yang
sudah ditetapkan dan sekaligus merupakan syarat untuk
mendapatkan gelar
Sarjana pada Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik di Universitas Islam Riau
Adapun judul yang diangkat oleh penulis adalah Perencanaan Tangki
Minyak Mentah Dengan Kapasitas 350 Barrel Di Bakau Field, Selat Panjang,
membahas tentang perencanaan tangki.
Dengan menyadari sepenuhnya bahwa dalam tugas akhir ini masih
dijumpai kekurangan, sehingga belum mencapai kesempurnaan sebagaimana yang
diharapkan. Hal ini tidak terlepas dari keterbatasan kemampuan dan pengalaman
penulis. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis menerima kritik
dan saran untuk menuju kearah kesempurnaan Tugas Akhir ini.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan penghargaan yang
setinggi-tingginya dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. DR. Ir. H. Sugeng Wiyono, M.MT selaku Dekan Fakultas Teknik
Universitas Islam Riau.
2. Bapak Sehat Abdi Saragih, ST. MT dan bapak Dody Yulianto, ST. MT selaku
Ketua dan Sekretaris Jurusan Fakultas Teknik Mesin Universitas Islam Riau.
3. Bapak Ir. Syawaldi,MSc selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak
memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis dalam pembuatan
Tugas Akhir ini.
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK ......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI....................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL............................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... x
DAFTAR NOTASI ............................................................................................. xiii
BAB. I
PENDAHULUAN .......................................................................... 1
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1.
17
Tabel 2.2.
18
Tabel 3.1.
42
Tabel 3.2.
43
Tabel 3.3.
49
Tabel 4.1.
...........................................
61
Tabel 4.2.
72
Tabel 4.3.
90
Tabel 4.4.
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR NOTASI
Simbol
Notasi
Satuan
t1
Inch
Feet
Tinggi tangki
Feet
SG
SD
lb/in2
volume
m3
kg/m3
Kekuatan luluh
kg/mm2
Tegangan logitudinal
kg/mm2
Panjang pelat
ID
Gaya pengerolan
kg
mm
Kekuatan Tarik
kg/mm2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pada saat ini kebutuhan akan suatu alat guna membaantu kelancaran dalam
suatu proses pengolahan yang mana dalam hal ini pada industri migas semakin
hari semakin meningkat seiring dengan perkembangan zaman saat ini. Salah satu
kebutuhan pada industri migas salah satunya yaitu tangki, yang mana tangki pada
indutri tersebut digunakan sebagai tangki penimbun minyak mentah (Storage Oil
Tank) sebelum minyak tersebut dilanjutkan ke proses selanjutnya.
Beberapa tangki penyimpanan minyak di lingkungan industri perminyakan
dapat mengalami kerusakan yaitu berubah bentuk dan bisa juga mengalami
kemiringan. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :
Pengaruh luar : misalnya gempa , angin , petir dan bencana alam lainnya
antara dua bagian logam atau lebih dengan menggunakan energi panas yang
menyebabkan logam disekitar lasan mengalami sirkulasi thermal, sehingga logam
disekitar lasan mengalami perubahan metalurgi yang rumit, deformasi dan
tegangan-tegangan
thermal,
atau
secara
ringkas
juga
dapat
diartikan
1.2
Perumusan masalah
Permasalahan yang akan dibahas dalam perencanaan tanki penyimpanan
1.3
Proses pengelasan
Tujuan Perencanaan
Adapun Tujuan umum dari perencanaan tangki minyak mentah ini adalah
untuk membuat suatu tangki penyimpanan minyak mentah yang sesuai dengan
standar API, kemudian untuk mengetahui proses pembuatan tangki.
1.4
Manfaat
Dengan adanya pembahasan ini, diharapkan diketahui langkah-langkah
dalam proses fabrikasi,tata cara pengelasan dan profil matrial yang digunakan
dalam perencanaan tanki penyimpanan minyak mentah. Selain itu, diharapkan
dapat menjadi tambahan referensi bagi pengembangan ilmu pengetahuan
khususnya pada perencanaan tanki penyimpanan minyak mentah.
1.5
Ruang Lingkup
Agar didapat pemahaman yang baik maka didalam penulisan ini diadakan
1.6
Sistimatika Penulisan
Dalam sistematika penulisan tugas akhir ini terdiri dari lima Bab,dimana
: Pendahuluan
Berisi
pembahasan
mengenai
latar
belakang,perumusan
: Landasan Teori
Berisi
pembahasan
uraian
teori
yang
berkaitan
dengan
: Metodologi
Berisi tentang metode yang digunakan untuk membahas
fabrikasi,tata cara pengelasan,system pengerolan, pemasangan.
Bab IV
Bab V
Untuk langkah rancangan suatu tanki maka dibuat suatu diagram alir
rancangan dimana diagram alir ini ditunjukkan pada gambar 1.1
Mulai
Survey
Data Lapangan
Ya
Dapat
Ya
Pengolahan data dan perhitungan
Hasil perhitungan
Gambar Rancangan
Tidak
Sesuai
Kesimpulan
Selesai
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Perencanaan
Perencanaan yaitu suatu proses pengembangan dari sebuah ide menuju
kepada relisasi bentuk fisik. Langkah- langkah dalam merencanakan suatu produk
adalah sebagai berikut
1. Fungsi
Fungsi dari perencanaan
2. Permasalahan
Permasalahan
dalam
perencanaan
yaitu
bagaimana
mendapatkan
2.2
Pengelasan
Pengelasan adalah proses penyambungan antara dua bagian logam atau
lain masukan panas, bahan, jenis las, dan sikap atau posisi juru las (welder).
Dengan diikuti prosedur-prosedur pengerjaan diatas akan menghasilkan sifat
mampu las yang baik. sifat mampu las yang baik apabila dalam penggunaannya
tidak mengalami kegagalan kerja atau pengurangan kekuatan. Sifat mampu las
yang baik apabila elektroda dan bahan lasan sama-sama mencair sehingga
dihasilkan kekuatan yang sangat baik, baiknya hasil pengelasan apabila kekuatan
dari daerah lasan lebih kuat dari logam induk.
2.2.2 Las busur listrik elektroda terbungkus.(SMAW)
Las busur listrik elektroda terbungkus adalah cara pengelasan yang banyak
digunakan dewasa ini. Dalam cara pengelasan ini digunakan kawat elektroda
logam yang dibungkus dengan fluks. Sedangkan pola pemindahan cairan
dipengaruhi oleh besar kecilnya arus dan juga komposisi fluks yang digunakan.
Dalam Gambar 2.1 dapat dilihat dengan jelas bahwa busur listrik terbentuk di
antara logam induk dan ujung elektroda, karena panas dari busur ini maka logam
induk dan ujung elektroda tersebut mencair dan kemudian membeku bersama.
menggunakan
busur nyala listrik sebagai sumber panas untuk mencairkan logam. Jenis ini yang
paling lazim dipakai dimana-mana untuk hampir semua keperluan pengelasan.
Proses SMAW adalah proses pengelasan dengan menggunakan busur logam yang
terbungkus oleh fluks atau dalam dunia pengelasan disebut dengan las elektroda
terbungkus.Proses pemindahan logam elektroda terjadi pada saat ujung elektroda
mencair dan membentuk butir-butir yang terbawa oleh busur listrik yang terjadi.
Apabila digunakan arus listrik yang besar maka butiran logam cair yang terbawa
menjadi halus seperti terlihat pada Gambar 2.2 (a), sebaliknya bila arusnya kecil
maka butirannya menjadi besar seperti terlihat pada Gambar 2.2 (b).
pemindahan
logam
cair
seperti
diterangkan
diatas
sangat
mempengaruhi sifat mampu las dari logam. Secara umum dapat dikatakan bahwa
logam mempunyai sifat mampu las tinggi bila pemindahan terjadi dengan butiran
halus. Di dalam pengelasan ini hal yang penting adalah bahan fluks dan jenis
listrik yang digunakan. Untuk las busur listrik elektroda terbungkus, fluks
memegang peranan penting karena fluks dapat berperan sebagai :
a) Pemantap busur dan penyebab kelancaran pemindahan butir-butir
cairan logam.
b) Sumber terak atau gas yang dapat melindungi logam cair terhadap
udara disekitarnya.
c) Pengatur penggunaan.
d) Sumber unsur-unsur paduan.
Elektroda terumpan.
Elektroda terumpan ialah elektroda terbungkus yang mempunyai flux
Bahan pengisi
Pembangkit busur.
b.
PIPA GAS
GAS PELINDUNG
GAS PELINDUNG
ELEKTRODA WOLFRAM
KAWAT PENGISI
BUSUR
BUSUR
LOGAM LASAN
LOGAM LASAN
LOGAM INDUK
Posisi pengelasan
Jenis material
Biaya operasional
Desain sambungan
Juru las.
Perlakuan panas
Tujuan dari semua ini adalah agar dapat memilih suatu elektroda yang
tepat, haruslah sesuai dengan standar, yang mana hasil las yang sesuai persyaratan
dapat diterima dan dapat dipertanggung jawabkan.
cembung.
Dapat
dipakai
pada
tegangan
rendah
(E6013),
menghasilkan permukaan las agak rata, baik dipakai pada pekerjaan pelat
tipis.
3. Elektroda E 6020
Busur las yang dihasilkan bersifat mengorek sehingga embusan agak
dalam. Slag tebal tetapi mudah dibuka, membantu perlindungan cairan las
dari pengaruh atmosfir. Cairan las sangat lebar, sehingga hanya dipakai
pada posisi bawah tangan dan horizontal saja. Deposit las lebih tinggi
dibandingkan dengan elektroda konvensional yang lain dan hasil las sama.
4. Elektroda E 6027, E 7018, E 7024, E 7028
Elektroda yang selaputnya mengandung serbuk besi. Makin banyak
persentase serbuk besinya, selaput semakin tebal. Dapat dipakai pada arus
pengelasan yang lebih tinggi. Deposit lasnya tinggi, disebabkan persentase
serbuk besi 40 % (E 7018) untuk posisi vertikal, Overhead & Horizontal
kampuh. Selaput mengandung serbuk besi 40 -55 %, sehingga dipakai
pada posisi flat dan horizontal sudut saja, dikarenakan fluitditas dari cairan
selaput tinggi (E 6027, E 7024, E 7028)
5. Elektroda E 7016
Elektroda ini mengandung hydogen yang rendah yaitu kurang dari
0,1 % saja. Bila menggunakannya harus dipanaskan sampai temperatur
Sambungan tumpul.
Sambungan tumpul adalah jenis sambungan yang paling efisien. Sambungan
ini dibagi lagi menjadi dua yaitu sambungan penetrasi penuh dan sambungan
penetrasi sebagian. seperti terlihat dalam Gambar 2.4 (a). Sambungan penetarsi
penuh dibagi menjadi sambungan tanpa pelat pembantu dan sambungan dengan
pelat pembantu.
b)
las dengan alur dan jenis las sudut seperti yang terlihat dalam Gambar 2.4 (b) dan
(c). Dalam pelaksanaan pengelasan mungkin sekali ada batang yang menghalangi,
hal ini dapat diatasi dengan memperbesar sudut alur.
c)
Sambungan sudut.
Dalam sambungan ini dapat terjadi penyusutan dalam arah tebal pelat yang
dapat menyebabkan terjadinya retak lamel. Hal ini dapat dihindari dengan
membuat alur pada pelat tegak seperti terlihat dalam Gambar 2.4 (d)
d)
Sambungan ini dibagi dalam dua jenis yaitu sambungan dengan pelat
penguat tunggal dan pelat penguat ganda seperti terlihat dalam Gambar 2.4 (e)
e)
Sambungan sisi
Sambungan sisi dibagi dalam sambungan las dengan alur dan sambungan las
Sambungan tumpang
Sambungan tumpang dibagi dalam tiga jenis seperti ditunjukkan dalam
Gambar 2.4 (g). Karena sambungan ini efisiensinya rendah maka jarang sekali
digunakan untuk pelaksanaan penyambungan kontruksi utama.
Jenis Fluks
Posisi Pengelasan
Jenis Listrik
DL 5016 A 1
DL 5016 A 2
DL 5016 B 1
DL 5016 B 2
DL 5016 C 1
DL 5016 C 2
DL 5016 D 2
DL 5016 D 3
DL 5016 D 4
DL 5016 E 2
DL 5016 E 3
DL 5016 E 4
DL 5018 A 1
DL 5018 A 2
DL 5018 B 1
DL 5018 B 2
DL 5018 C 1
DL 5018 C 2
DL 5018 D 2
DL 5018 D 3
DL 5018 D 4
DL 5026 A 1
DL 5026 A 2
DL 5026 B 2
DL 5026 B 2
DL 5026 C 1
DL 5026 C 2
Hidrogen rendah
F, V, OH, H
AC atau DC ( + )
F, V, OH, H
AC atau DC ( + )
F, H-Fill
AC atau DC ( + )
F = datar
V = Vertikal
OH = Atas kepala
H = Horizontal
H-S = Las sudut horizontal
** arti simbol :
( + ) = Polaritas balik
( - ) = Polaritas lurus
( ) = Polaritas ganda
DL 5016 A 1
Komposisi kimia logam las
Maksimum C
(%)
0,10
Maksimum P
(%)
0,030
Maksimum S
(%)
0,030
Ni
(%)
Kurang dari 20
0,10
0,030
0,030
0,10
0,030
0,030
0,25
0,030
0,030
Kekuatan
tarik
(kg/mm2)
50
Kekuatan
tarik
(kg/mm2)
37
50
37
2
3
4
Perpanjangan
(%)
20
20
Laku panas
Tanpa perlakuan panas
Dipanaskan pada 620C
selama 1 jam didinginkan
dalam tungku sampai
315C
dengan
laju
180C/jam dan kemudian
didinginkan di udara
A
B
C
D
E
- 30
- 45
- 60
- 75
- 105
Tabel 2.2 Spesifikasi elektroda terbungkus untuk bejana suhu rendah menurut
(AWS A5.1 64T)
N
o
Klasifikasi
AWSASTM
Jenis fluks
Posisi
pengelas
an
Jenis listrik
Kekuata
n tarik
(kg/mm2)
Kekuata
n luluh
(kg/mm2)
Perpan
jangan
(%)
1
2
3
4
5
8
9
10
11
12
13
Kekuatan tarik terendah kelompok E 60 setelah dilaskan adalah 60.000 psi atau 42,2 kg/mm2
E 6010
Natrium
F, V, OH, DC polaritas
43,6
35,2
22
selulosa tinggi
H
balik
E 6011
Kalium selulosa F, V, OH, AC atau DC
43,6
35,2
22
tinggi
H
polaritas balik
E 6012
Natrium titania F, V, OH, AC atau DC
47,1
38,7
17
tinggi
H
polaritas lurus
E 6013
Kalium titania F, V, OH, AC atau DC
47,1
38,7
17
tinggi
H
polaritas ganda
E 6020
Oksidasi
besi H-S
AC atau DC
43,6
35,2
25
tinggi
polaritas lurus
F
AC atau DC
polaritas ganda
E 6027
Serbuk
besi, H-S
AC atau DC
43,6
35,2
25
oksidasi besi
F
polaritas lurus
AC atau DC
polaritas ganda
Kekuatan tarik terendah kelompok E 70 setelah dilaskan adalah 70.000 psi atau 49,2 kg/mm2
E 7014
Serbuk
besi, F, V, OH, AC atau DC
17
titania
H
polaritas ganda
E 7015
Natrium
F, V, OH, DC polaritas
22
hidrogen rendah H
balik
E 7016
Kalium
F, V, OH, AC atau DC
22
hidrogen rendah H
polaritas balik
E 7018
Serbuk
besi, F, V, OH, AC atau DC
50,6
42,2
22
hidrogen rendah H
polaritas balik
E 7024
Serbuk
besi, H-S, F
17
titania
E 7028
Serbuk
besi, H-S, F
AC atau DC
22
hidrogen rendah
polaritas balik
Klasifikasi AWS
ASTM
E 6010, E 6011, E 6027,
E 7015, E 7016, E 7018
E 7028
E 6012, E 6013, E 6020,
E 7014, E 7024
Sumber: Inspeksi Teknik
2.2.5
Kekuatan tumbukan
terendah
2,8 kg-m pada 28,9 C
2,8 kg-m pada 17,8 C
Tidak di isyaratkan
dasanya adalah efisiensi yang tinggi, biaya yang murah, penghematan tenaga dan
penghematan energi. Apabila proses pengelasan telah ditentukan untuk tiap-tiap
sambungan, maka tahap berikutnya adalah menentukan syarat-syarat pengelasan,
urutan pengelasan dan persiapan pengelasan.
tebal 6 mm
digunakan alur (kampuh) persegi, untuk pelat dengan tebal antara 6 mm sampai
20 mm digunakan alur (kampuh) V tunggal dan untuk tebal pelat diatas 20 mm
digunakan alur (kampuh) V ganda, U tunggal atau U ganda.
hanya tack weld, tetap diperlukan pemanasan awal, sebab jika ketentuan tersebut
dilanggar akan berisiko terjadi retak, yaitu jenis retak dingin (toe crack) yang
bersifat fatal.
Mengapa tack weld yang dilaksanakan tampa aturan dianggap berbahaya
dapat dijelaskan sebagai berikut; head input (masukan panas) yang dihasilkan
oleh suatu tack weld sangat kecil. Akibatnya masukan panas yang sangat sedikit
tersebut segera diserap oleh bahan induk baja yang relatif sangat besar sehingga
terjadi pendingginan cepat (quenching). Akibatnya terjadilah perubahan struktur
material disekitar tack weld berupa martensit yang keras dan getas. Keadaan ini
mempermudah terjadinya retak dingin, apalai jika carbon coeficien material
cukup besar. Tack welding yang terbaik dilaksanakan pada akar las di dalam
kampuh, yaitu setelah pipa distel dan diikat (diklem), untuk nanti dilebur besama
akar las.
Cara pembuangan tack weld yang baik adalah dengan menggunakan
bander potong acetylene, sedemikian dekatnya dengan permukaan plat tangki
sehingga sisa tack weld sangat sedikit, yang kemudian diratakan dengan
menggunakan batu grinda. Sebagai guna meyakinkan bahwa tack weld tidak
menimbulkan cacat, diadakan uji penetran.
F
hl
Maka tegangan rata-rata pada las temu karena pembebanan geser adalah :
F
hl
Sedangkan kekuatan las temu sama dengan tegangan izin dikali dengan perkalian
panjang las dengan tebal pelat sambungan.
S = (l x t )
2.2.6.3 Las Sudut
Pada Gambar 2.7 memperlihatkan suatu alur las sudut sisi dan las sudut
melintang. dimana kekuatan las sudut sisi atau melintang dianggap ditetapkan
dengan tahanan geser leher las dengan mengabaikan arah beban terpasang.
F
F
=
A 0,707hl
Tegangan ini dapat dibagi menjadi dua komponen, tegangan geser dan tegangan
normal yaitu :
= x cos 45 =
F
F
atau = x cos 45 =
hl
hl
F
F
F F
1 =
1,618
hl
2hl
2hl hl
max =
F
F F
1,118
hl
2hl hl
F
0,707hl
logam las sifat ini dipengaruhi oleh keadaan, cara dan prosedur pengelasan.
Disamping itu juga tergantung pada tempat pengambilan pelat uji.
c. Sifat tarikan dari sambungan las tumpul
Pada dasarnya kekuatan sambungan las tumpul sama dengan kekuatan
logam induk, asal saja pemilihan bahan las dan cara pengelasannya betul. Dalam
pelaksanaannya manik las dalam las tumpul mempunyai ketebalan yang lebih dari
pada pelat yang dilas dan ini disebut penguatan las. Tebal penguatannya sendiri
tidak boleh melebihi 3 mm.untuk lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 2.10.
PEN G U A TA N
Pada tempat pertemuan antara penguat las dan logam induk biasanya terjadi
ketidak lanjutan yang menyebabkan terbentuknya pengumpulan atau konsentrasi
tegangan yang besarnya sangat tergantung dari kaki las dan adanya takik las. Bila
bentuk manik las rapi konsentrasi tegangan yang terjadi antara 1,3 sampai 1,8.
Konsentrasi tegangan dan tegangan sisa pada kenyataannya tidak terlalu
mempengaruhi kekuatan sambungan las tumpul. Untuk lebih jelas dapat dilihat
pada Gambar 2.11.
T E G A N G A N
1 ,7 1
1 ,0 0
1 ,6 0
P E R M U K A A N
dalam hal tegangan yang terjadi dianggap sama dengan yang terjadi dalam leher
las.
2.2.8 Inspeksi Visual Las
Semua las harus diamati (inspeksi) untuk mengetahui mutu la. Inspeksi
menentukan apakah standar mutu telah dipenuhi. Inspeksi dapat dilakukan setelah
pengelasan atau saat pengelasan. Inspeksi setelah pengelasan sangat menentukan
diterima tidaknya hasil las dan jika ada kesalahan saat pengelasan dilakukan untuk
mendeteksi CACAT dan kesalahan pelaksanaan sehingga perlu dikoreksi
1. Inspeksi Visual
Inspeksi visual harus dimulai sebelum terjadi busur pertama. bahan
harus diperiksa apakah telah memenuhi kualitas, tipe, ukuran, kebersihan, dan
bebas cacat yang telah ditetapkan. Inspeksi sebelum pengelasan untuk
mengklarifikasi apakah proses dan prosedur pengelasan sudah sesuai seperti jenis
dan ukuran, elektroda, tegangan,dan arus. Pengamatan visual dapat dilakukan
dengan mata telanjang atau dibantu dengan kaca pembesar dan dapat mendeteksi
retak pada permukaan las, porosity permukaan, inklusi terak pada permukaan,
retak pada akar, dan underwelding.
Inspeksi las harus dilakukan dan jika ada kesalahan harus dikoreksi
secepat mungkin. Inspeksi terutama difokuskan pada sambungan vertikal dan
horizontal pada shell, sambungan tumpul pada plat dasar, dan sambungan lainnya
yang melewati plat shell. Sambungan harus dibersikan untuk menghilangkan terak
dengan cara penggrindaan atau disikat untuk setiap kali pengelasan
Inpeksi visual meliputi:
2.
a)
b)
c)
3.
b)
c)
berikut :
4.
a)
b)
2.3
Tangki Penimbun
Tangki penimbun adalah suatu wadah penyimpanan yang biasanya
digunakann untuk menyimpan cairan dan gas. Cairan dibedakan menjadi dua
macam, yaitu cairan yang mudah mengup seperti moniak dan bensin serta cairan
yang tidak mudah seperti air dan solar. Berikut ini adalah pembagian jenis tangki,
cairan yang akan diimpan beserta vapour saving efficiency, dan bentuk atap.
2.3.1
b.
2.3.2
Baik Fixed cone dan dome roof dapat memiliki internal floating roof,
biasanya dengan penggunaan floating roof ditujukan untuk penyimpanan bahan
bahan yang mudah terbakar atau mudah menguap , kelebihan dari penggunaan
internal floating roof ini adalah :
berbentuk
Terdapat komponen utama pembentukan tangki, dimana komponenkomponen tersebut antara lain :
1. Shell
2. Support
3. Accesories lainnya.
Untuk mengetahui tentang kegunaan dari komponen-komponen pressure
vessel, maka akan dibahas kegunaannya secara umum yaitu :
1. Shell
Pada Gambar 2.12 dimana merupakan bagian utama dari pressure vessel
yang berbentuk silinder dengan ketebalan plat yang konstan ( secara umum)
sesuai dengan kebutuhan dan kondisi perencanaan dan berfungsi sebagai wadah
untuk menampung tekanan.
BAB III
DASAR-DASAR PERENCANAAN TANGKI
3.1
4 vt
.............................................................................................. pers 3.1
Dimana :
v : Volume tangki ( m3 )
d : Diameter tangki ( m )
t : Tinggi tangki (m)
Sedangkan untuk kelilingnya adalah
k d .............................................................................................. pers 3.2
Dimana :
k : Keliling tangki
d : Diameter tangki
3.2
Tekanan
Tekanan adalah gaya yang terjadi dibagi dengan luas penampang, semakin
besar gaya yang terjadi maka tekanannya semakin besar dan sebaliknya semakin
besar luas penampang dari tangki maka tekanan yang terjadi akan kecil. Sebelum
membuat tangki kita perhitungkan dulu gaya-gaya yang akan timbul pada tangki
tersebut. Data-data yang perlu diketahui adalah panjang tangki, diameter tangki,
kapasitas dan tebal plat. Persamaan-persamaan yang dipakai dalam perhitungan
ini adalah :
3.2.1
V . r 2 . T (m3)
pers 3.3
(litertur 11)
Dimana
:r
.r 2 .d 3
V
(m )........................................................................................... pers 3.4
2
(litertur 11)
3.2.3
p .g.h
Dimana :
= Gravitasi (m/s2)
3.2.4
Massa = x V
Dimana
ijin
y
(kg/m2) ........................................................................... pers 3.7
Sf 1 . Sf 2
(Literatur 9,Hal. 8)
Dimana :
3.3
Sf1
Sf2
terdapat pada table 3.2, ditambah dengan corrosion allowance ( ketebalan plat
yang diperhitungkan akan berkarat ).
Tabel 3.2 Ketebalan Bottom Plates ( inch )
dimana : St
D
2,6 D ( H 1)
.pers
3.2
t
(litertur 1, Hal 3.8)
3.5
dihitung dengan menngunakan table 3.1 dengan ditambahkan nilai korosi pada
plat.
3.6
2.t .T
2t
(kg/m2)...pers 3.9
(Literatur 3, hal 24)
Dimana :
3.7
(kg/m2).pers 3.10
(Literatur 3, hal 27)
3.8
Proses Pengerolan
Proses pengerolan yang bisa dilihat pada gambar 3.1 adalah proses
lanjutan setelah lat dipotong sesuai dengan ukuran yang telah direncanakan, jadi
proses ini memproses dimana plat yang datar dirubah menjadi lengkung.
Tegangan pada plat pada saat proses pengerolan haruslah melebihi yield strength
bahan tangki.
Plat dengan panjang (L) ditumpu oleh dua buah roll dan mendapat gaya
tekan sebesar P dari roll bagian atas maka plat akan mengalami tegangan, bila
roll atas diperbesar maka plat akan mengalami perubahan dari tegangan elastis
menjadi tegangan plastis. Karena roll berputar maka seluruh luasan plat
mendapat gaya tekan secara merata dan sama besarnya sehingga didapatkan
bentuk dan diameter yang sama. Gaya tekan diberikan sedikit demi sedikit agar
hasilnya halus dan tidak merusak plat selain itu juga memperpanjang umur roll.
AE
Segitiga AEC
BD
1/ 2 . AC
...............................................................pers 3.12
AE
(Literatur 7, hal. 217)
= Turunnya roll B, dan dicari dengan cara :
BD
= BF + FD
Cos 0
= BF + (ED EF)
= R roll atas + t + (AE . Sin 0 R tangki )
Jadi jarak penurunan roll dari awal proses sampai dengan akhir proses
mempunyai lintasan sepanjang :
BB
= BD BD (mm)
FD BD BF
BD ( Rroll atas t BB ' )
Untuk mencari R luar tangki menggunakan rumus Phytagoras :
A2 + B2 = C2
(Rluar tangki + FD)2 + (0,5 . AC)2 = (Rluar tangki + Rroll bawah)2
Dari segitiga ADE dapat dicari nilai sudutnya, yaitu :
Cos 0
AD
.........................................................................pers 3.13
AE
(Literatur 7, hal. 218)
1
2 . . ( IR K . t ) .....................................pers 3.14
360
(Literatur 7, hal. 222)
Dimana : IR
K . L . S . t2
....................................................................pers 3.15
I
(Literatur 7, hal. 223)
Dimana :
K
F.L
...................................................................... pers 3.16
B . t2
(Literatur 7, hal. 224)
Dimana :
3.9
Proses Pengelasan
Prosedur dan persiapan pengelasan sangat memerlukan mutu dari hasil
= 200 mm
= 60 mm
Jenis las
= SMAW
3.9.1
membentuk 3 buah silinder menjadi tangki harus menyambung ketiga plat yang
berbentuk silinder tersebut. Jumlah las ikat yang dibutuhkan untuk menyambung
tiga buah silinder itu yaitu :
Jumlah las ikat
.D
..pers 3.17
( l1 l0 )
(Literature Welding Hand Book, hal 268)
a Pengelasan inti
Pengelasan inti dibagi menjadi dua pengelasan yaitu pengelasan luar dan
pengelasan dalam.
1. Pengelasan luar
Panjang total lasan
= Panjang tangki + ( . D)
2. Pengelasan dalam
Pengelasan dalam adalah pengelasan inti yang dilakukan dari dalam yang
bertujuan untuk menghaluskan permukaan bagian dalam.
b. Kekuatan las
P
...pers 3.18
h.l
(Literatur 4, hal. 190)
Jadi
syarat.
3.9.2
.D
.t pers 3.19
( l1 l0 )
(Literature Welding Hand Book, hal 268)
disebabkan mempunyai mampu keras yang baik meskipun berukuran besar dapat
dikeraskan sampai ke dalam jadi dengan penemperan dapat diperoleh struktur
yang lebih uniform. di samping itu kekuatan yang lebih tinggi dan keuletan yang
lebih baik dapat diperoleh. Karena mempunyai mampu keras yang baik tidak
perlu pendinginan yang cepat pada pengerasannya, hal ini menyebabkan
rendahnya tegangan sisa.
BAB IV
DATA DAN PERHITUNGAN PERENCANAAN TANGKI
Data Perencanaan
Tipe tangki
Jenis Fluida
Kapasitas
d
0
55.63m3 4
3.435m 3.5m
6m
API
: 35
maka SG minyak mentah:
SG
SG
141.5
API 131.5
141.5
0.8498
35 131.5
: 2 mm ( 0,0066 ft )
: 23.200 Psi
: 24.900 Psi
Gradient fluida
: 0,433 Psi/ft
Sketsa gambar tangki dapat dilihat pada gambar di bawah ini dimana
1500
1500
1500
6000
1500
Dinding tangki
3500
3
50
0
350
300
65
0
4.2
Perhitungan Tekanan
Dalam perhitungan tekanan ini digunakan persamaan yang ada pada
bab III, data-data dalam yang akan direncanakan berdasarkan spesifikasi diatas.
4.2.1 Volume badan tangki
Volume badan tangki meliputi volume yang mengisi tangki,yaitu
minyak mentah (crude oil).Jadi untuk menghitung volume tersebut digunakan
rumus sebagai berikut:
V . r2 . T
Dimana :
D 3,5m
1,75m
2
2
= 57,69 m3 55,65 m3
4.2.2 Volume tutup tangki (V)
Volume yang terdapat pada bagian atap tangki, sehingga dapat di cari
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
V
.r 2 .d
2
Tekanan pada setiap bagian tangki, dalam hal ini tangki terdiri dari 4 bagian.
Dimana
H1= 6 m
H3= 3 m
H2= 4.5 m
H4= 1.5 m
o 0.8498 1000kg / m3
N= Kg.m/s2
49968.24 N / m 2
p2 .g .h2
o 0.8498 1000kg / m3
p3 .g .h3
o 0.8498 1000kg / m3
849.8kg / m3 9.8m / s 2 3m
24984.12 N / m 2
p 4 .g.h4
o 0.8498 1000kg / m3
849.8kg / m3 55.65m3
47291.37kg
y
Sf 1 . Sf 2
(Elemen mesin, Sularso, hal. 8)
ijin
Dimana :
y
Sf1
Sf2
Bahan yang dipakai adalah ASTM A36 dimana tegangan luluhnya sebesar
36.000 psi.
36000
lb
0,4536kg
1in 2
kg
x
x
25,31
2
2
1lb
in
645,16mm
mm 2
ijin
25,31kg / mm 2
6 x2
= 2,11 kg/mm2
4.3
Tegangan yield
Tegangan tarik
2,6 D( H 1) SG
t1
CA x0,433Psi / ft
Sd
4st Course
untuk tebal annular plate tebal minimum platnya ditentukan menggunakan API
Std 650 Tabel 3.2 dengan dua parameter yang harus diketahui yaitu :
a. Tebal shell course yang diambil adalah t = 6 mm = 0,236 inch
2,6 D( H 1)
t
= 2363,18 psi
Dari Table 3.2 (pada kolom 27.000 psi) didapat tb = inch maka :
tb = inch
CA
= 6,35 mm
= 2 mm +
tb min = 8,35 mm ~8,00 mm
Jadi tebal minimum bottom dan annular plate yang digunakan adalah 8,00
mm. untuk keamanan diambil tebal bottom plate sebesar 10 mm. Nilai CA didapat
berdasarkan ketentuan dari API yaitu sebesar dari tebal plate. hal ini bertujuan
untuk menghindari kebocoran yang begitu cepat akibat dari korosi, karena korosi
adalah salah satu masalah yang tidak pernah lepas dari baja ataupun besi.
4.5
beberapa pelat atap. Dengan slope atap = 22,50 dan corrosion allowance yang
diberikan untuk plat atap sebesar 2 mm.
Data-data pendukung dari profil atap adalah jumlah plat yang dibuat untuk
atap adalah 16 buah dan panjang rata-rata 1,50 m. Tiap plat akan membentuk
sudut 22,50 antar plat yang lainnya.
4.5.1
=
=
4,76 mm
2,00 mm
+
6,76 mm ~ 8 mm
jadi ketebalan dari roof plate yang diambil adalah 8,00 mm, dimana ini
dimaksudkan untuk mencegah korosi akibat dari perubahan dari cuaca maka
untuk keamanan tebal atap diambil sebesar 8 mm.
dari hasil perhitungan desain tangki diperoleh perbedaan ketebalan terhadap shell
plate,Roof plate,bottom plate dapat dilihat dalam table 4.1
Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Desain Tangki
No
Bagian Tangki
Penimbun
t min
(mm)
t actual
(mm)
Roof
Shell Course 1
3,5
Shell Course 2
2,9
Shell Course 3
2,2
Shell Course 4
1,44
Bottom
10
1
= 67,97 kg/m2
0
cos 22,5
API 650
beda ketebalannya
karena
tekanannyapun berbeda.
4.6 Tegangan circumferensial (c)
Tegangan circumferensial yaitu tegangan melingkar pada tangki, dimana
tegangan ini mempengaruhi kekuatan dinding tangki
P.ID.l P.ID
2.t.l
2.t
(Kekuatan Bahan, Ferdinand, hal.24)
Dimana :
ID
= 0,37 kg/mm2
= 0,28 kg/mm2
4.7 Tegangan longitudinal (t)
Tegangan longitudinal yaitu tegangan tegak lurus akibat adanya beban
axial
P.D
2.t
= 0,185 kg/mm2
4.8
Proses Pengerolan
Proses pengerolan seperti pada gambar 4.1 adalah proses lanjutan setelah
plat dipotong sesuai dengan ukuran yang telah direncanakan, jadi proses ini
memproses dimana plat yang datar dirubah menjadi lengkung. Tegangan pada plat
pada saat proses pengerolan haruslah melebihi yield strength bahan (dalam hal ini
ASTM A 36 dimana yield strength 25,31 Kg/mm2 ).
Plat dengan panjang (L) ditumpu oleh dua buah roll dan mendapat gaya
tekan sebesar P dari roll bagian atas maka plat akan mengalami tegangan, bila roll
atas diperbesar maka plat akan mengalami perubahan dari tegangan elastis
menjadi tegangan plastis. Karena roll berputar maka seluruh luasan plat mendapat
gaya tekan secara merata dan sama besarnya sehingga didapatkan bentuk dan
diameter yang sama. Gaya tekan diberikan sedikit demi sedikit agar hasilnya halus
dan tidak merusak plat selain itu juga memperpanjang umur roll.
Pada proses pengerolan diperoleh data, sebagai berikut :
Diameter roll
= 350 mm
= 600 mm
BD
= 356 mm
AE
Segitiga AEC :
Cos 0
1 / 2 . AC 1 / 2 . 600
AE
1925
0 81,03
BD
BD
= BF + FD
= BF + (ED EF)
= R roll atas + t + (AE . Sin 0 R tangki )
= 175 + 6 + (1925 Sin 81,03 1750)
= 332,46 mm
Jadi jarak penurunan roll dari awal proses sampai dengan akhir proses
mempunyai lintasan sepanjang :
BB
= BD BD (mm)
= 356 mm 332,46 mm
= 23,54 mm 24 mm
BD
AE
1 / 2 . AC 1 / 2 . 600
AE
1925
0 81,03
BD
BD
= BF + FD
= BF + (ED EF)
= R roll atas + t + (AE . Sin 0 R tangki )
= 175 + 8 + (1925 Sin 81,03 1750)
= 334,46 mm
Jadi jarak penurunan roll dari awal proses sampai dengan akhir proses
mempunyai lintasan sepanjang :
BB
= BD BD (mm)
= 356 mm 334,46 mm
= 21,54 mm 22 mm
a.
Perhitungan tahap I
Roll diturunkan sejauh 5 mm, sehingga BB = 5 mm
FD BD BF
BD ( Rroll atas t BB ' )
356 mm ( 175 mm 6 mm 5 mm)
170 mm
Untuk mencari R luar tangki menggunakan rumus Phytagoras :
A2 + B2 = C2
(Rluar tangki + FD)2 + (0,5 . AC)2 = (Rluar tangki + Rroll bawah)2
(Rluar tangki + 170)2 + (300)2 = (Rluar tangki + 175)2
R2 + 340R + 28.900 + 90.000 = R2 + 350R + 30.625
Dari persamaan diatas dapat diketahui nilai R, yaitu
340R + 118.900 = 350R + 30.625
10R
= 88275
R1
= 8827,5 mm
0,033
R1 Rroll 8827,5mm 175mm
Cos 0
1 2 . ( 90 88,11 )
3,78
Panjang pelengkungan (L)
1
2 . . ( IR K . t )
360
Dimana :
IR
= (8827,5 mm 6 mm)
= 8821,5 mm
K
K . L . S . t2
I
Dimana :
K
F.L
B . t2
Dimana :
21600
600 mm . (6mm) 2
19,28 Kg / mm 2
b.
Perhitungan tahap II
Roll diturunkan sejauh 5 mm, sehingga BB = 10 mm
FD BD BF
BD ( Rroll atas t BB ' )
356 ( 175 6 10 )
165 mm
= 86600
R1
= 4330 mm
0,067
R1 Rroll
4330mm 175mm
Cos 0
1 2 . ( 90 86,16 )
7,68
Panjang pelengkungan (L)
1
2 . . ( IR K . t )
360
Dimana :
L
IR
600mm . (6mm) 2
21600mm 3
19,14 Kg / mm 2
c.
diturunkan
sejauh
mm,
sehingga
BB
FD BD BF
BD ( Rroll atas t BB ' )
356 ( 175 6 15 )
160 mm
Untuk mencari R luar tangki menggunakan rumus Phytagoras :
A2 + B2 = C2
Maka = DE2 + AD2 = AE2
(Rluar tangki + FD)2 + (0,5 . AC)2 = (Rluar tangki + Rroll bawah)2
(Rluar tangki + 160)2 + (300)2 = (Rluar tangki + 175)2
R2 + 320R + 25600 + 90000 = R2 + 350R + 30625
Dari persamaan diatas dapat diketahui nilai R, yaitu
320R + 115600 = 350R + 30625
30R
= 84975
R1
= 2832,5 mm
15
mm
AD
AE
300
300mm
0,09975
R1 Rroll
2832,5 175mm
Cos 0
1 2 . ( 90 84,27 )
11,46
Panjang pelengkungan (L)
1
2 . . ( IR K . t )
360
Sehingga panjang kelengkungan pada proses ini dapat diketahui, yaitu :
L
11,46
. 2 . 3,14 . ( 2826,5mm 0,5 . 6mm)
360
565,65 mm
695,75kg . 565,65mm
600mm . (6mm) 2
18,22 Kg / mm 2
d.
Perhitungan Tahap IV
Roll diturunkan sejauh 5 mm, sehingga BB = 20 mm
FD BD BF
BD ( Rroll atas t BB ' )
356 ( 175 6 20 )
155 mm
Untuk mencari R luar tangki menggunakan rumus Phytagoras :
A2 + B2 = C2
Maka = DE2 + AD2 = AE2
(Rluar tangki + FD)2 + (0,5 . AC)2 = (Rluar tangki + Rroll bawah)2
(Rluar tangki + 155)2 + (300)2 = (Rluar tangki + 175)2
R2 + 310R + 24025 + 90000 = R2 + 350R + 30625
Dari persamaan diatas dapat diketahui nilai R, yaitu
40R
= 83400
R1
= 2085 mm
0,13
R1 Rroll
2085mm 175mm
Cos 0
1 2 . ( 90 82,53 )
14,94
Panjang pelengkungan (L)
1
2 . . ( IR K . t )
360
Sehingga panjang kelengkungan pada proses ini dapat diketahui, yaitu :
L
14,94
. 2 . 3,14 . (2079mm 0,5 . 6mm)
360
542,61 mm
667,41kg . 542,61mm
600mm . (6mm) 2
16,77 Kg / mm 2
e.
Perhitungan Tahap V
= 82176
R1
= 1712 mm
0,13457
R1 Rroll
2054,4mm 175mm
Cos 0
1 2 . ( 90 82,26 )
15,48
Panjang pelengkungan (L)
L
1
2 . . ( IR K . t )
360
K . L . S . t2
F
W
Sehingga besar gaya pengerolan adalah :
0,5 . 554,23mm . 41kg / mm 2 . (6mm) 2
F
600mm
681,70 Kg
681,70kg . 554,23mm
600 . (6mm) 2
17,49 Kg / mm 2
Hasil dari perhitungan pada pengerolan plat ini selengkapnya dapat dilihat pada
table 4.2.
Tahap
8827,5 8833,5
II
III
IV
2085
1712
4330
88,11
3,78
581,89
715,72
19,28
86,16
7,68
579,70
713,03
19,14
84,27
11,48
565,65
695,75
18,22
2091
82,53
14,19
542,61
667,41
16,77
1718
82,26
15,48
554,23
681,70
17,49
4336
2832,5 2838,5
4.8.2
a.
Perhitungan tahap I
Roll diturunkan sejauh 5 mm, sehingga BB = 5 mm
FD BD BF
BD ( Rroll atas t BB ' )
358 mm ( 175 mm 8 mm 5 mm)
170 mm
Untuk mencari R luar tangki menggunakan rumus Phytagoras :
A2 + B2 = C2
(Rluar tangki + FD)2 + (0,5 . AC)2 = (Rluar tangki + Rroll bawah)2
(Rluar tangki + 170)2 + (300)2 = (Rluar tangki + 175)2
R2 + 340R + 28.900 + 90.000 = R2 + 350R + 30.625
Dari persamaan diatas dapat diketahui nilai R, yaitu
340R + 118.900 = 350R + 30.625
10R
= 88275
R1
= 8827,5 mm
AD
AE
300
300mm
0,033
R1 Rroll 8827,5mm 175mm
Cos 0
1 2 . ( 90 88,11 )
3,78
Panjang pelengkungan (L)
L
Dimana :
1
2 . . ( IR K . t )
360
IR
= Jari-jari dalam tangki (Rluar tangki - t )
= (8827,5 mm 8 mm)
= 8819,5 mm
38400
600 mm . (8mm) 2
19,28 Kg / mm 2
b.
Perhitungan tahap II
Roll diturunkan sejauh 5 mm, sehingga BB = 10 mm
FD BD BF
BD ( Rroll atas t BB ' )
358 ( 175 8 10 )
165 mm
Untuk mencari R luar tangki menggunakan rumus Phytagoras :
A2 + B2 = C2
Maka = DE2 + AD2 = AE2
(Rluar tangki + FD)2 + (0,5 . AC)2 = (Rluar tangki + Rroll bawah)2
(Rluar tangki + 165)2 + (300)2 = (Rluar tangki + 175)2
R2 + 330R + 27225 + 90000 = R2 + 350R + 30625
Dari persamaan diatas dapat diketahui nilai R, yaitu
330R + 117225 = 350R + 30625
20R
= 86600
R1
= 4330 mm
0,067
R1 Rroll
4330mm 175mm
Cos 0
1 2 . ( 90 86,16 )
7,68
Panjang pelengkungan (L)
1
2 . . ( IR K . t )
360
Dimana :
L
IR
Kekuatan bahan
adalah kemampuan bahan untuk menahan tegangan tanpa terjadinya
kerusakan.
F.L
B . t2
Sehingga kekuatan dari bahan adalah :
600mm . (8mm) 2
38400mm 3
19,13 Kg / mm 2
c.
diturunkan
sejauh
mm,
sehingga
BB
FD BD BF
BD ( Rroll atas t BB ' )
358 ( 175 8 15 )
160 mm
Untuk mencari R luar tangki menggunakan rumus Phytagoras :
A2 + B2 = C2
Maka = DE2 + AD2 = AE2
(Rluar tangki + FD)2 + (0,5 . AC)2 = (Rluar tangki + Rroll bawah)2
(Rluar tangki + 160)2 + (300)2 = (Rluar tangki + 175)2
R2 + 320R + 25600 + 90000 = R2 + 350R + 30625
Dari persamaan diatas dapat diketahui nilai R, yaitu
320R + 115600 = 350R + 30625
30R
= 84975
R1
= 2832,5 mm
0,09975
R1 Rroll
2832,5 175mm
Cos 0
1 2 . ( 90 84,27 )
11,46
Panjang pelengkungan (L)
15
mm
1
2 . . ( IR K . t )
360
1236,45kg . 565,45mm
600mm . (8mm) 2
18,21 Kg / mm 2
d.
Perhitungan Tahap IV
Roll diturunkan sejauh 5 mm, sehingga BB = 20 mm
FD BD BF
BD ( Rroll atas t BB ' )
358 ( 175 8 20 )
155 mm
Untuk mencari R luar tangki menggunakan rumus Phytagoras :
A2 + B2 = C2
Maka = DE2 + AD2 = AE2
(Rluar tangki + FD)2 + (0,5 . AC)2 = (Rluar tangki + Rroll bawah)2
(Rluar tangki + 155)2 + (300)2 = (Rluar tangki + 175)2
R2 + 310R + 24025 + 90000 = R2 + 350R + 30625
Dari persamaan diatas dapat diketahui nilai R, yaitu
40R
= 83400
R1
= 2085 mm
0,13
R1 Rroll
2085mm 175mm
Cos 0
1 2 . ( 90 82,53 )
14,94
Panjang pelengkungan (L)
1
2 . . ( IR K . t )
360
Sehingga panjang kelengkungan pada proses ini dapat diketahui, yaitu :
L
14,94
. 2 . 3,14 . (2077 mm 0,5 . 8mm)
360
542,35 mm
1185,94kg . 542,35mm
600mm . (8mm) 2
16,75 Kg / mm 2
e.
Perhitungan Tahap V
Roll diturunkan sejauh 2 mm, sehingga BB = 22 mm
FD BD BF
BD ( Rroll atas t BB ' )
358mm ( 175 mm 8mm 22mm )
153 mm
Untuk mencari R luar tangki menggunakan rumus Phytagoras :
A2 + B2 = C2
Maka = DE2 + AD2 = AE2
(Rluar tangki + FD)2 + (0,5 . AC)2 = (Rluar tangki + Rroll bawah)2
(Rluar tangki + 153)2 + (300)2 = (Rluar tangki + 175)2
R2 + 306R + 23409 + 90000 = R2 + 350R + 30625
Dari persamaan diatas dapat diketahui nilai R, yaitu
44R
= 82784
R1
= 1881,45 mm
0,146
R1 Rroll 1881,45mm 175mm
Cos 0
1 2 . ( 90 81,60 )
16,8
Panjang pelengkungan (L)
L
1
2 . . ( IR K . t )
360
K . L . S . t2
W
Sehingga besar gaya pengerolan adalah :
F.L
B . t2
1203,15kg . 550,22mm
600 . (8mm) 2
17,24 Kg / mm 2
hasil dari pengerolan plat ini lebih lengkapnya dapat dilihat pada table 4.4 di
bawah ini.
F (Kg)
(Kg/mm2)
8827,5
8835,5
88,11
3,78
581,82
1272,25
19,28
II
4330
4338
86,16
7,68
579,57
1267,33
19,13
III
2832,5
2840,5
84,27
11,48
565,45
1236,45
18,21
IV
2085
2093
82,53
14,19
542,35
1185,94
16,75
1881,45
1889,45
81,60
16,8
550,22
1203,15
17,24
4.9
Perhitungan Pengelasan
Berdasarkan Welding Hand Book, hal 268, untuk plat dengan ketebalan 8
mm dengan jenis pengelasan busur redam, bentuk alur yang dianjurkan adalah I
dengan geometri sebagai berikut :
4.9.1
Jenis las
= SMAW
Electroda
= E 7018
Jumlah las ikat untuk panjang shell I dan II adalah 2 x 7 buah karena
digunakan dua lembar plat untuk membuat diameter tangki sebesar 3500
mm. Jadi jumlah las ikatnya adalah 14 buah untuk satu silinder
sedangkan dalam perencanaan ini membutuhkan 4 silinder sehingga
jumlah las ikat yaitu 14 x 4 = 56 buah. Begitu juga dengan jumlah jarak
lasnya jadi 8 buah x 2 x 4 sehingga total jumlah jarak las 64 buah.
d.
membentuk 4 buah silinder menjadi tangki harus menyambung keempat plat yang
berbentuk silinder tersebut. Jumlah las ikat yang dibutuhkan untuk menyambung
empat buah silinder itu yaitu :
=
= 42
jumlah jarak las =
= 17,4 17
= 16 buah, dimana 15 buah berjarak 200 mm dan 1 buah
berjarak 256 mm.
Perhitungan pengelasan
Total las ikat shell
= 7+7+7+7
= 28 buah
= 2 x 42
= 84 buah
= 28+84
= 112 buah
= 112 x 60
= 6720 mm
=I.t
= 1,5 x 4
= 6 mm2
Volume pengelasan
= 6 mm2 x 6720 mm
= 40.320 mm3
e.
Pengelasan inti
Pengelasan inti dibagi menjadi dua pengelasan yaitu pengelasan luar dan
pengelasan dalam.
3. Pengelasan luar
Panjang total lasan
= Panjang tangki + ( . D)
= 6000 + ( x 3516)
= 17045,84 mm
Volume pengelasan
= 16990 mm2 . 6 mm
= 101.940 mm3
4. Pengelasan dalam
Pengelasan dalam adalah pengelasan inti yang dilakukan dari
dalam yang bertujuan untuk menghaluskan permukaan bagian dalam.
Panjang total lasan
= 6000 + 2( + 3500 )
= 13006,28 mm
= 6 . 13006,28 mm
= 78037,70 mm3
f.
Kekuatan las
kekuata las yaitu hasil dari kekuatan tarik pada bagian material yang di las
dimana kekuatan las dapat dicari dengan rumus sebagai berikut:
.D
.2
200 60
3.14.3500mm
.2
260mm
Pengelasan luar
Panjang total lasan
= 2 ( . 3516 mm)
= 22091,68 mm
= 6 mm2
Volume pengelasan
= 22091 mm . 6 mm2
= 132550,1 mm3
2.
Pengelasan dalam
Panjang total lasan
= 2 . ( . 3500 mm )
= 21991,15 mm
=I.t
= 1,5 mm. 4 mm
= 6 mm2
Volume pengelasan
= 21991,15 mm . 6 mm2
= 131946,89 mm3
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Dimensi Tangki
Panjang Tangki
6000 mm
3500 mm
Kapasitas Tangki
Jenis matrial
ASTM A36
Tebal Pelat
Bagian Shell Tangki
Tebal Minimum
Tebal Actual
Roof Plate
5 mm
8 mm
Shell Course 1
3,5 mm
8 mm
Shell Course 2
2,9 mm
8 mm
Shell Course 3
2,2 mm
6 mm
Shell Course 4
1,4 mm
6 mm
Bottom Plate
6 mm
10 mm
Material Pelat
ASTM A36
57,69 m3
16,83 m3
1270,65 Kg/m2
47.141,11 Kg
2,11 Kg/mm2
0,37 Kg/mm2
0,28 Kg/mm2
0,185 Kg/mm2
350 mm
Jarak roll
600 mm
8821,5 mm
4324 mm
2826,5 mm
2079 mm
1721 mm
350 mm
Jarak roll
600 mm
8821,5 mm
4324 mm
2826,5 mm
2079 mm
1873,45 mm
28 buah
84 buah
112 buah
6720 mm
6 mm2
40.320 mm3
Electroda
E 7018
17.045,84 mm
6 mm2
Volume pengelasan
101.940 mm3
13006,28 mm
6 mm2
Volume pengelasan
78037,70 mm3
70 Kg/mm2
Kekuatan las
Electroda
E 7018
85 buah
5100 mm
6 mm2
Volume pengelasan
30600 mm3
22091,68 mm
6 mm2
Volume pengelasan
132550,1 mm
21991,15 mm
6 mm2
131946,89 mm3
Dari hasil perencanaan ini dapat disimpulkan bahwa pemilihan ukuranukuran/dimensi pelat, pengerolan, pengelasan, sangat penting dalam perencanaan
suatu tengki penimbun karena sangat berpengaruh kepada ketahanan tangki atau
umur tangki. Dengan baiknya hal-hal yang disebut diatas secara jelas akan lebih
ekonomis dan efisien dalam penggunaannya.
Tekanan maksimum untuk kapasitas tangki 350 barrel didapat 1.270,65
kg/m2, melebihi tekanan ini maka tangki tersebut akan mengalami kerusakan atau
terdevormasi.