Anda di halaman 1dari 27

1. Denah alur skematis proses terjadinyabfoto yang siap dibaca?

FOTO THORAX POSISI PA

Pasien diposisikan erect menghadap bucky stand (kaset vertikal), MSL // garis tengah
kaset.

Kedua punggung tangannya diletakkan di atas panggul dan siku ditekan ke depan.

FFD 150 cm, CR horizontal, CP pada MSL setinggi CV thoracal VI

Eksposi pada saat pasien tahan nafas setelah inspirasi penuh, berikan aba- aba : tarik
napas tahan ! Nafas biasa...!

KRITERIA GAMBAR :

Foto mencakup keseluruhan thorax, bagian atas: apeks paru-paru tidak terpotong

Bagian bawah: kedua sinus costophrenicus tidak terpotong

Diafragma mencapai iga ke- 9 belakang

Kedua Os scapula terlempar ke arah lateral

C.V. Thoracalis tampak s/d ruas keempat

Tampak bayangan bronchus

Foto simetris

Tampak marker R/ L

2. FOTO THORAX POSISI AP

Pasien diposisikan setengah duduk atau supine di atas meja pemeriksaan/brandcar.

Kedua lengan lurus disamping tubuh.

Kaset di belakang tubuh, MSL // grs tengah kaset

FFD: 150 cm

CR tegak lurus kaset, CP pada MSL setinggi CV TH VI

Beri marker L / R

Eksposi pada saat pasien tahan nafas setelah inspirasi penuh

KRITERIA FOTO THORAX POSISI AP :

Tampak gambaran thorax proyeksi AP

Batas atas apex paru

Batas bawah sinus costophrenicus

Dinding lateral tidak terpotong

CV TH sampai ruas ke empat

Diafragma mencapai iga IX belakang

Tampak bayangan bronchus

Marker L / R & identitas pasien

Foto simetris

3. FOTO THORAX POSISI LATERAL

Pasien diposisikan erect, MSP // kaset

Kedua lengan dilipat di atas kepala

Pasang Marker L / R sesuai dengan sisi yang dekat ke kaset

FFD: 150 cm,

CR : horizontal

CP kira-kira satu inci ke depan dari MCL setinggi CV TH VI

Eksposi pada saat pasien tahan nafas setelah inspirasi penuh

KRITERIA GAMBARAN POSISI LATERAL:

Tampak gambaran thorax proyeksi lateral

Bagian Anterior mencakup gambaran sternum

Bagian Posterior mencakup Col.Vert. Thoracalis

Batas atas apex paru

Batas bawah sinus coctoprhenicus dan paru posterior

Gambaran iga-iga kiri dan kanan superposisi

Gambaran bahu tidak menutupi apex paru

2. Prinsip kerja sinar X

-Ray atau sinar-X pada dasarnya hal yang sama seperti sinar cahaya tampak. Keduanya
berbentuk seperti gelombang energi elektromagnetik yang dibawa oleh partikel yang disebut
foton. Perbedaan antara sinar-X dan sinar cahaya tampak adalah tingkat energi foton individual.
Hal ini juga dinyatakan sebagai panjang gelombang sinar.
Mata kita peka terhadap panjang gelombang tertentu pada cahaya tampak, tetapi tidak dengan
panjang gelombang yang lebih pendek dari energi yang lebih tinggi dari gelombang sinar-X atau
panjang gelombang yang lebih rendah dari energi gelombang radio.
Foton cahaya tampak dan foton sinar-X dihasilkan oleh pergerakan elektron dalam atom.
Elektron menempati tingkat energi yang berbeda, atau orbital, di sekitar inti atom. Ketika
elektron turun ke orbital yang lebih rendah menyebabkan pelepasan energi, energi ekstra ini
dalam bentuk foton. Tingkat energi foton tergantung pada seberapa jauh elektron turun antara
orbital.
Ketika foton bertabrakan dengan atom lain, atom dapat menyerap energi foton dengan
meningkatkan elektron ke tingkat yang lebih tinggi. Agar hal ini terjadi, tingkat energi foton
harus sesuai dengan perbedaan energi antara dua posisi elektron. Jika tidak, foton tidak dapat
menggeser elektron antara orbital.

Atom yang membentuk jaringan tubuh manusia menyerap foton cahaya tampak dengan sangat
baik. Tingkat energi foton cocok dengan berbagai perbedaan energi antara posisi elektron.
Gelombang radio tidak memiliki cukup energi untuk memindahkan elektron antara orbital
dalam atom yang lebih besar, sehingga mereka melewati sebagian besar benda. Foton sinar-X
juga melewati banyak benda, tapi untuk alasan yang berlawanan: foton x-ray memiliki terlalu
banyak energi.
Sinar-X atau sinar Rntgen adalah salah satu bentuk dari radiasi elektromagnetik dengan panjang
gelombang berkisar antara 10 nanometer ke 100 pikometer (mirip dengan frekuensi dalam
jangka 30 PHz to 60 EHz). Sinar-X umumnya digunakan dalam diagnosis gambar medis dan
Kristalografi sinar-X. Sinar-X adalah bentuk dari radiasi ion dan dapat berbahaya.

Gelombang Elektromagnetik X-Ray

Sinar-X dapat terbentuk apabila partikel bermuatan misalnya elektron oleh pengaruh gaya inti
atom bahan mengalami perlambatan. Sinar-X yang tidak lain adalah gelombang elektromagnetik
yang terbentuk melalui proses ini disebut sinar-X bremsstrahlung. Sinar-X yang terbentuk
dengan cara demikian mempunyai energi paling tinggi sama dengan energi kinetik partikel
bermuatan pada waktu terjadinya perlambatan.
.
Andaikata mula-mula ada seberkas elektron bergerak masuk kedalam bahan dengan energi
kinetik sama, elektron mungkin saja berinteraksi dengan atom bahan itu pada saat dan tempat
yang berbeda-beda. Karena itu berkas elektron selanjutnya biasanya terdiri dari elektron yang
memiliki energi kinetik berbeda-beda. Ketika pada suatu saat terjadi perlambatan dan
menimbulkan sinar-X, sinar-X yang terjadi umumnya memiliki energi yang berbeda-beda sesuai
dengan energi kinetik elektron pada saat terbentuknya sinar-X dan juga bergantung pada arah
pancarannya.

Energi kinetik pada elektron

Berkas sinar-X yang terbentuk ada yang berenergi rendah sekali sesuai dengan energi
elektron pada saat menimbulkan sinar-X itu, tetapi ada yang berenergi hampir sama dengan
energi kinetik elektron pada saat elektron masuk kedalam bahan. Dikatakan berkas sinar-X yang
terbentuk melalui proses ini mempunyai spektrum energi nirfarik. Sinar-X dapat juga terbentuk
dalam proses perpindahan elektron-elektron atom dari tingkat energi yang lebih tinggi menuju ke
tingkat energi yang lebih rendah, misalnya dalam proses lanjutan efek fotolistrik. Sinar-X yang
terbentuk dengan cara seperti ini mempunyai energi yang sama dengan selisih energi antara
kedua tingkat energi yang berkaitan. Karena energi ini khas untuk setiap jenis atom, sinar yang
terbentuk dalam proses ini disebut sinar-X karakteristik, kelompok sinar-X demikian mempunyai
energi farik. Sinar-X karakteristik yang timbul oleh berpindahnya elektron dari suatu tingkat
energi menuju ke lintasan k, disebut sinar-X garis K, sedangkan yang menuju ke lintasan l, dan
seterusnya. Sinar-X bremsstrahlung dapat dihasilkan melalui pesawat sinar-X atau pemercepat

partikel.

Pada dasarnya pesawat sinar-X terdiri dari tiga bagian utama, yaitu tabung sinar-X, sumber
tegangan tinggi yang mencatu tegangan listrik pada kedua elektrode dalam tabung sinar-X, dan
unit pengatur. Bagian pesawat sinar-X yang menjadi sumber radiasi adalah tabung sinar-X.
Didalam tabung pesawat sinar-X yang biasanya terbuat dari bahan gelas terdapat filamen yang
bertindak sebagai katode dan target yang bertindak sebagai anode. Tabung pesawat sinar-X
dibuat hampa udara agar elektron yang berasal dari filamen tidak terhalang oleh molekul udara
dalam perjalanannya menuju ke anode. Filamen yang di panasi oleh arus listrik bertegangan
rendah (If) menjadi sumber elektron. Makin besar arus filamen If, akan makin tinggi suhu
filamen dan berakibat makin banyak elektron dibebaskan persatuan waktu.

Elektron yang dibebaskan oleh filamen tertarik ke anode oleh adanya beda potensial yang besar
atau tegangan tinggi antara katode dan anode yang dicatu oleh unit sumber tegangan tinggi
(potensial katode beberapa puluh hingga beberapa ratus kV atau MV lebih rendah dibandingkan
potensial anode), elektron ini menabrak bahan target yang umumnya bernomor atom dan bertitik
cair tinggi (misalnya tungsten) dan terjadilah proses bremsstrahlung. Khusus pada pemercepat
partikel energi tinggi beberapa elektron atau partikel yang dipercepat dapat agak menyimpang
dan menabrak dinding sehingga menimbulkan bremsstrahlung pada dinding. Beda potensial atau
tegangan antara kedua elektrode menentukan energi maksimum sinar-X yang terbentuk,
sedangkan fluks sinar-X bergantung pada jumlah elektron persatuan waktu yang sampai ke
bidang anode yang terakhir ini disebut arus tabung It yang sudah barang tentu bergantung pada
arus filamen It. Namun demikian dalam batas tertentu, tegangan tabung juga dapat
mempengaruhi arus tabung. Arus tabung dalam sistem pesawat sinar-X biasanya hanya
mempunyai tingkat besaran dalam milliampere (mA), berbeda dengan arus filamen yang
besarnya dalam tingkat ampere.

Proses pembentukan X-Ray

Sinar-X bisa dihasilkan oleh seperangkat alat yang desebut pesawat sinar X. Pesawat sinar X
banyak digunakan di bidang kesehatan untuk keperluan diagnostik dan terapi dan di bidang
industri, antara lain untuk radiografi. Sinar-X ditemukan pertama kali oleh fisikawan
berkebangsaan Jerman Wilhelm Conrad Roentgen pada tanggal 8 November 1895. Saat itu
Roentgen bekerja menggunakan tabung Crookes di laboratoriumnya diUniversitas
Wurzburg.

3. Dd bayangan putih pada ro thorax


Diferensial diagnosis radiopaque dan radiolusen pada foto thorax dan
ciri radiologisnya
JAWAB
Radiopaque:
a Massa mediastinum

b Oedema pulmonal

Bayangan dengan garis tidak tegas


Terdapat air brochogram
Tanda silhoutte yaitu hilangnya visualisasi bentuk diafragma
atau mediastinum berdekatan
Tampak perselubungan perihiler bilateral yang memberikan
gambaran bat wings appearance

c TB paru

TB paru aktif Tampak bercak berawan disertai kavitas pada


kedua lapangan paru
TB paru lama aktif Tampak bercak berawan disertai kavitas,
bintik-bintik kalsifikasi, garis fibrosis yang menyebabkan retraksi
hilus ke atas
TB paru lama tenang Tampak bintik-bintik kalsifikasi serta garis
fibrosis pada kedua lapangan paru atas
d Pneumonia

Tampak

perselubungan

homogen

pada

tengah/bawah paru dextra/sinistra, batas tegas

e Atelektasis

lapangan

atas/

Tampak perselubungan homogen pada lapangan paru disertai


dengan shift midline ke arah lesi
Terdapat bayangan lobus yang kolaps
Ditemukan tanda silhoutte
Pada kolpas keseluruhan paru : keseluruhan hemithorax tampak
opaque dan ada pergeseran hebat pada mediastinum dan
trachea
ICS pada hemithoraks dextra/sinistra menyempit; diafragma dan
batas jantung dextra/sinistra sulit dinilai
f

Abses paru

Ditemukan lesi uang logam (coin lesion) / nodulus


Tampak kavitas pada lapangan atas/tengah/bawah
dextra/sinistra dengan dinding tebal, tepi reguler
g Fibrosis paru

paru

Bayangan kabur pada basis paru yang menyebabkan kurang


jelasnya garis bentuk pembuluh darah, nodulus berbatas tak
jelas dengan garis penghubung
Volume paru menurun, sering jelas dan translusensi sirkular
terlihat memberikan pola paru sarang tawon, jantung dan
arteria pulmonalis membesar karena hipertensi pulmonal
h Neoplasma

Tampak perselubungan homogen yang berbatas tegas pada


daerah atas/tengah/bawah paru dextra/sinistra
Terdapat kavitas dengan massa

Efusi pleura

Terlihat cairan mengelilingi paru, lebih tinggi di lateral daripada


medial
Tampak

perselubungan

homogen

pada

hemithoraks

dextra/sinistra yang menutupi sinus, diafragma, dan batas


jantung dextra/sinistra; cor sulit dinilai
Radiolusen:
a Pneumothorax

Tampak hiperlusen avaskuler pada lapangan paru dextra/sinistra;


adanya gambaran paru dextra / sinistra kolaps dengan bayangan
pleura visceralis yang jelas terlihat sesuai gambaran pleural
white line, dengan shift mediastinum ke arah berlawanan (tidak
selalu ada).
b Chronic obstructive pulmonary disease (COPD)
Hemidiafragma terlihat rata

Lebih sedikit pembuluh darah yang terlihat secara peripheral


terutama di bagian atas dan tengah namun arteri pulmonari
terlihat besar di pertengahan
c Tension pneumothorax
Pada foto inspirasi, paru yang terkena seluruhnya kolaps tetapi
mediastinum ditengah
Pada foto ekspirasi, udara terjebak di hemithorax yang terkena di
bawah tekanan positif, jantung dan paru kontralateral tertekan
ke arah yang sehat
d Pulmonary embolus
Tampak fissura horisontal dimana daerah tersebut terlihat lebih
hitam dibandingkan bagian kontralateral pada tinggi yang sama
(Westermarks sign) dari perfusi yang berkurang pada daerah
paru yang mengindikasikan bahwa arteri pada daerah ini
mengandung gumpalan besar
e Bronkiektasis
Tampak cincin-cincin lusen pada lapangan paru dextra/sinistra
yang memberikan gambaran honey comb appearance
f

Flail chest
Terdapat gambaran fraktur costae yang multiple; terdapat
bayangan udara yang terlihat akibat kontusio paru

g Emfisema lobaris

Bayangan radiolusen pada bagian paru yang bersangkutan


dengan pendorongan mediastinum ke arah kontralateral

h Emfisema senilis

Tampak toraks lebih radiolusen, corakan bronkovaskular yang


jarang dan diafragma yang normal akibat atrofi septa alveolar
dan jaringan paru berkurang yang diisi oleh udara
i

Emfisema subkutis
Tampak bayangan radiolusen pada otot pektoralis mayor

4. Diferensial diagnosis bayangan lusen dan gambaran radiologisnya

5. Klasifikasi tuberculosis.
Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru, tidak termasuk pleura.
1.

Berdasar hasil pemeriksaan dahak (BTA)


TB paru dibagi atas:

a.

Tuberkulosis paru BTA (+) adalah:

- Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak menunjukkan hasil


BTA positif

- Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif


dan kelainan radiologi menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif

- Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif


dan biakan positif

b.

Tuberkulosis paru BTA (-)

- Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif,


gambaran klinis dan kelainan radiologi menunjukkan tuberkulosis
aktif
- Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan
biakan M. tuberculosis
2.

Berdasarkan tipe pasien

Tipe pasien ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya. Ada


beberapa tipe pasien yaitu :

a.

Kasus baru

Adalah pasien yang belum pernah mendapat pengobatan dengan OAT


atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan.
b.
Kasus kambuh (relaps)

Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat


pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau
pengobatan lengkap, kemudian kembali lagi berobat dengan hasil
pemeriksaan
dahak
BTA positif
atau
biakan
positif.
Bila BTA negatif atau biakan negatif tetapi gambaran radiologi
dicurigai lesi aktif / perburukan dan terdapat gejala klinis maka harus
dipikirkan beberapa kemungkinan :

- Lesi nontuberkulosis (pneumonia, bronkiektasis, jamur, keganasan


dll)

- TB paru kambuh yang ditentukan oleh dokter spesialis yang


berkompeten menangani kasus tuberkulosis
c.
Kasus defaulted atau drop out

Adalah pasien yang telah menjalani pengobatan > 1 bulan dan tidak
mengambil obat 2 bulan berturut-turut atau lebih sebelum masa
pengobatannya selesai.
d.
Kasus gagal

Adalah pasien BTA positif yang masih tetap positif atau kembali
menjadi positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelum akhir
pengobatan) atau akhir pengobatan.
e.
Kasus kronik

Adalah pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif setelah


selesai pengobatan ulang dengan pengobatan kategori 2 dengan
pengawasan yang baik
f.
Kasus Bekas TB:

- Hasil pemeriksaan BTA negatif (biakan juga negatif bila ada) dan
gambaran radiologi paru menunjukkan lesi TB yang tidak aktif, atau
foto serial menunjukkan gambaran yang menetap. Riwayat
pengobatan OAT adekuat akan lebih mendukung

- Pada kasus dengan gambaran radiologi meragukan dan telah


mendapat pengobatan OAT 2 bulan serta pada foto toraks ulang tidak
ada perubahan gambaran radiologi

6. Proses tuberculosis pada anak


Paru merupakan port dentree lebih dari 98% kasus infeksi TB. Kuman TB dalam percik renik
(droplet nuclei) yang ukurannya sangat kecil (<5 m), akan terhirup dan dapat mencapai
alveolus.. Pada sebagian kasus, kuman TB dapat dihancurkan seluruhnya oleh mekanisme
imunologis nonspesifik, sehingga tidak terjadi respons imunologis spesifik. Akan tetapi, pada
sebagian kasus lainnya, tidak seluruhnya dapat dihancurkan. Pada individu yang tidak dapat
menghancurkan seluruh kuman, makrofag alveolus akan memfagosit kuman TB yang sebagian
besar dihancurkan. Akan tetapi, sebagian kecil kuman TB yang tidak dapat dihancurkan akan
terus berkembang biak di dalam makrofag, dan akhirnya menyebabkan lisis makrofag.
Selanjutnya, kuman TB membentuk lesi di tempat tersebut, yang
dinamakan fokus primer Ghon
Dari fokus primer Ghon, kuman TB menyebar melalui saluran limfe menuju kelenjar limfe
regional, yaitu kelenjar limfe yang mempunyai saluran limfe ke lokasi fokus primer. Penyebaran
ini menyebabkan terjadinya inflamasi di saluran limfe (limfangitis) dan di kelenjar limfe
(limfadenitis) yang terkena. Jika fokus primer terletak di lobus bawah atau tengah, kelenjar limfe
yang akan terlibat adalah kelenjar limfe parahilus (perihiler), sedangkan jika fokus primer
terletak di apeks paru, yang akan terlibat adalah kelenjar paratrakeal. Gabungan antara fokus
primer, limfangitis, dan limfadenitis dinamakan kompleks primer (primary complex).Waktu yang
diperlukan sejak masuknya kuman TB hingga terbentuknya kompleks primer secara lengkap
disebut sebagai masa inkubasi. Hal ini berbeda dengan pengertian masa inkubasi pada proses
infeksi lain, yaitu waktu yang diperlukan sejak masuknya kuman hingga timbulnya gejala
penyakit. Masa inkubasi TB bervariasi selama 212 minggu, biasanya berlangsung selama 48
minggu. Selama masa inkubasi tersebut, kuman berkembang biak hingga mencapai jumlah 10,
yaitu jumlah yang cukup untuk merangsang respons imunitas selular
Pada saat terbentuknya kompleks primer, TB primer dinyatakan telah terjadi. Setelah terjadi
kompleks primer, imunitas selular tubuh terhadap TB terbentuk, yang dapat diketahui dengan
adanya hipersensitivitas terhadap tuberkuloprotein, yaitu uji tuberkulin positif. Selama masa
inkubasi, uji tuberkulin masih negatif. Pada sebagian besar individu dengan sistem imun
yang berfungsi baik, pada saat sistem imun selular berkembang, proliferasi
kuman TB terhenti. Akan tetapi, sejumlah kecil kuman TB dapat tetap hidup dalam granuloma.
Bila imunitas selular telah terbentuk, kuman TB baru yang masuk ke dalam alveoli akan segera
dimusnahkan oleh imunitas selular spesifik (cellular mediated immunity, CMI).
Setelah imunitas selular terbentuk, fokus primer di jaringan paru biasanya akan mengalami
resolusi secara sempurna membentuk fibrosis atau kalsifikasi setelah terjadi nekrosis perkijuan
dan enkapsulasi. Kelenjar limfe regional juga akan mengalami fibrosis dan enkapsulasi, tetapi

penyembuhannya biasanya tidak sesempurna fokus primer di jaringan paru. Kuman TB dapat
tetap hidup dan menetap selama bertahun-tahun dalam kelenjar ini, tetapi tidak menimbulkan
gejala sakit TB.

7. Indikasi dan kontraindikasi pemeriksaan colon in loop dan ivp


a Colon in Loop
Indikasi
Kolitis kronik (kolitis ulseratif
dan Crohn disease)
Karsinoma atau keganasan.
Divertikel, merupakan
kantong yang menonjol pada
dinding colon, terdiri atas
lapisan mukosa dan
muskularis mukosa.
Hirschprung disease adalah
kelainan kongenital yang
terjadi karena tidak adanya
sel ganglion dipleksus
mienterik dan sub mukosa
pada segmen colon distal.
Obstruksi kolon seperti
invaginasi, volvulus

Atresia (tidak adanya saluran


dari colon yang seharusnya
ada)

Kontraindikasi
Perforasi usus
Ileus paralitik
Ileus obstruksi lama (> 8
jam).

Peritonitis, infeksi akut


saluran cerna

Kolitis berat dimana dinding


abdomen menjadi sangat
tipis dan ditakutkan terjadi
perforasi
Keadaan umum pasien yang
jelek

PERSIAPAN PEMERIKSAAN
a Kolon harus bersih sama sekali dari kotoran (urus-urus dengan
castor oil)
b Pola makan penderita : konsistensi lunak, non lemak.
c Minum sebanyak-banyaknya untuk menjaga tinja agar tetap
lembek.
d Pemberian pencahar.
PELAKSANAAN
a Lakukan foto polos abdomen. Jika faecal material masih ada,
masukkan sabun melalui dubur kemudian masukkan Barium per

anus ke kolon sampai sedikit masuk ke ileum. Pengisian larutan


barium dikatakan cukup bila sudah mencapai fleksura lienalis
atau pertengahan colon transversum
b Tunggu 1-2 menit agar barium melapisi mukosa kolon
c Setelah yakin mukosa kolon terlapisi semua, sisa larutan dibuang
sebanyak yang dapat dikeluarkan dengan memiringkan
penderita ke kiri (left decubitus) dan menegakkan meja periksa
(upright)
d Pompa udara melalui anus sehingga colon mengembang dan
terlihat haustranya
e Setelah seluruh colon mengembang sempurna, maka baru
dilakukan pemotretan.
b IVP
Indikasi
Batu saluran kemih
Infeksi ginjal kronis
Kelainan kongenital
Trauma abdomen
Hematuria
Disuria
Tumor ginjal
Check up, oleh karena nyeri
pinggang yang lama (flank pain)

Kontraindikasi
Alergi terhadap media kontras
Memiliki kelainan atau penyakit
jantung atau hepar lanjut
Infeksi akut traktus urinarius
Retensi cairan berlebih
Multipel myeloma
Neonatus
Pasien yang sedang dalam keadaan
kolik
Gangguan fungsi ginjal dengan ureum
>60mg% atau creatinine >2mg%

PERSIAPAN PEMERIKSAAN
a Persiapan Pasien
Pasien makan bubur kecap saja sejak 2 hari (48 jam)
sebelum pemeriksaan BNO
IVP dilakukan.
Pasien tidak boleh minum susu, makan telur serta sayursayuran yang berserat.

Jam 20.00 pasien minum garam inggris (magnesium


sulfat), dicampur 1 gelas air matang untuk urus-urus,
disertai minum air putih 1-2 gelas, terus puasa.
Selama puasa pasien dianjurkan untuk tidak merokok dan
banyak bicara guna meminimalisir udara dalam usus.
Jam 08.00 pasien datang ke unit radiologi untuk dilakukan
pemeriksaan, dan sebelum pemeriksaan dimulai pasien
diminta buang air kecil untuk mengosongkan blass.
Penjelasan kepada keluarga pasien mengenai prosedur
yang akan dilakukan dan penandatanganan informed
consent

b Persiapan Media Kontras


Media kontras yang digunakan adalah yang berbahan iodium,
dimana jumlahnya disesuaikan dengan berat badan pasien, yakni
1-2 cc/kg berat badan.
Persiapan Alat dan Bahan
Peralatan Steril
Wings needle No. 21 G (1 buah)
Spuit 20 cc (2 buah)
Kapas alcohol atau wipes
Tourniquet
Peralatan Un-Steril
Plester
Marker R/L dan marker waktu
Media kontras Iopamiro ( 40 50 cc)
Obat-obatan emergency (antisipasi alergi media kontras)
PELAKSANAAN PEMERIKSAAN BNO-IVP
a Lakukan pemeriksaan BNO posisi AP, untuk melihat persiapan
pasien
b Jika persiapan pasien baik/bersih, suntikkan media kontras
melalui intravena 1 cc saja, diamkan sesaat untuk melihat
reaksi alergis.

c Jika tidak ada reaksi alergis penyuntikan dapat dilanjutkan


dengan memasang alat compressive ureter terlebih dahulu di
sekitar SIAS kanan dan kiri.
d Setelah itu lakukan foto nephogram dengan posisi AP supine 1
menit setelah injeksi media kontras untuk melihat masuknya
media kontras ke collecting sistem, terutama pada pasien
hypertensi dan anak-anak.
e Lakukan foto 5 menit post injeksi dengan posisi AP supine
menggunakan ukuran film 24 x 30 untuk melihat pelviocaliseal
f

dan ureter proximal terisi media kontras.


Foto 15 menit post injeksi dengan

posisi

AP

supine

menggunakan film 24 x 30 mencakup gambaran pelviocalyseal,


ureter dan bladder mulai terisi media kontras
g Foto 30 menit post injeksi dengan posisi AP supine melihat
gambaran bladder terisi penuh media kontras. Film yang
digunakan ukuran 30 x 40.
h Setelah semua foto sudah dikonsulkan kepada dokter spesialis
radiologi, biasanya dibuat foto blast oblique untuk melihat
i

prostate (umumnya pada pasien yang lanjut usia).


Yang terakhir lakukan foto post void dengan posisi AP supine
atau erect untuk melihat kelainan kecil yang mungkin terjadi di
daerah bladder. Dengan posisi erect dapat menunjukan adanya
ren mobile (pergerakan ginjal yang tidak normal) pada kasus
pos hematuri.

KRITERIA GAMBAR
a Foto 5 menit post injeksi
Tampak kontras mengisi ginjal kanan dan kiri.
b Foto 15 menit post injeksi
Tampak kontras mengisi ginjal, ureter.
c Foto 30 menit post injeksi (full blass)
Tampak blass terisi penuh oleh kontras
d Foto Post Mixi
Tampak blass yang telah kosong.

8. Organ organ intraperitoneal dan retroperitoneal


Organ-organ intraperitonal:
j
k
l
b
c
d
e
f
g
h

Gaster
Colon Transversum
Appendiks
Hepar
Duodenum (Pars I)
Small intestines
Rektum
Colon Sigmoid
Spleen
Pankreas (tail)

Organ-organ Retroperitoneal:
c
d
e
b
c
d
e
f
g
h
i

Esofagus
Kelenjar Suprarenal
Aorta dan IVC
Pankreas (except tail)
Duodenum (except pars I)
Vesika Urinaria
Ureter
Colon Ascending
Colon Descending
Ginjal
Rectum (lower two-third)

Anda mungkin juga menyukai