I.
IDENTITAS PASIEN
Tn. K, laki-laki, 33
minyak tanah di Pekan Baru, pendidikan terakhir SMP, suku lampung, tinggal di
Gunung Sugih Lampung Tengah, masuk rumah sakit pada tanggal 26 Mei 2016
dengan nomor CM. 029XXX. Dilakukan pemeriksaan pada tanggal 30 Agustus
2016 pada pukul 11.00 WIB.
II.
PEMERIKSAAN PSIKIATRI
Dilakukan autoanamnesis dari pasien dan alloanamnesis dari kakak ipar korban
Tn.B usia 44 tahun, pendidikan terakhir SMA.
II.1 Keluhan Utama
Mengamuk sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit.
II.2 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Poli RSJ Provinsi Lampung diantar keluarga dengan
keluhan mengamuk sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit, membakar
rumah, merusak barang, terkadang berbicara sendiri, sering melihat
bayangan wanita dan mendengar bisikan, dan sulit tidur.
Menurut keluarga pasien, pasien mengalami perubahan sikap sejak tahun
2010 saat bekerja di Pekan Baru. Pasien sering telanjang keluar rumah,
ngomong sendiri, mengamuk sehingga oleh kakak ipar pasien dibawa
kembali ke Lampung, dirumah pasien memukul ibunya, tiba-tiba mengejar
dan memukul setiap orang dilihatnya, sehingga pasien dibawa oleh
keluarganya ke Rumah Sakit Jiwa dan sempat dirawat inap beberapa bulan.
Menurut keluarga pasien, pasien mengalami perubahan perilaku setelah
pasien mengalami kecelakaan, mobil yang dikendarai pasien masuk kedalam
jurang di Pekan Baru mobil membawa minyak tanah, tetapi pasien tidak
mengalami luka serius. Menurut pasien sejak kecelakaan tersebut pasien
merasa semakin takut, pasien takut ditangkap oleh polisi, merasa teman
disekitar pasien ingin membunuh pasien, sering ngomong sendiri, jarang
tidur, tertawa sendiri, pasien juga sering mendengar suara perempuan dan
laki-laki yang membisiki pasien mengenai hal-hal baik dan buruk. Pasien
juga sering melihat bayangan seorang wanita berambut panjang yang
menyuruh pasien tidak keluar rumah dan melakukan hal-hal buruk.
Menurut keluarga pasien selama 6 tahun ini pasien sudah 3 kali dirawat inap
di Rumah sakit jiwa, pasien sempat diikat didapur selama 1 bulan, jarang
kontrol dan terakhir kontrol tanggal 19 januari 2016. Tanggal 26 Mei 2016
pasien dibawa oleh keluarganya ke poli untuk kontrol dikarenakan 3 hari
sebelumnya pasien kembali mengamuk, awalnya pasien sering melamun,
ngomong sendiri, memukul ibunya, lalu pasien mau membakar rumahnya,
tetapi apabila ditanya oleh keluarga alasannya pasien hanya diam saja sejak
saat itu pasien diikat dan 3 hari setelahnya pasien baru dibawa berobat ke
rumah sakit jiwa karena keluarga terkendala oleh biaya dan kendaraan.
Menurut pasien, pasien dibawa ke rumah sakit jiwa karena merasa dirinya
marah dan mengamuk. Pasien memecahkan jam dinding, memukul ibunya,
membakar gorden rumah, menurutnya pasien melakukan hal tersebut
dikarenakan pasien melihat bayangan perempuan yang mengganggunya,
bayangan perempuan itu menyentuh pasien, dan melarang pasien untuk
tidak pergi kemana-mana. Pasien juga merasa bahwa pasien dapat membaca
pikiran orang lain dan merasa bahwa seluruh masyarakat desa membenci
pasien beserta keluarganya.
II.3 Riwayat Penyakit Sebelumnya
II.3.1 Riwayat Gangguan Psikiatri
Pasien memiliki gangguan jiwa sejak tahun 2010
II.3.2 Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif
Menurut keluarga pasien pasien sebelum sakit sering mengkonsumsi
alkohol dan ganja. Menurut pasien saat bekerja di Pekan Baru hampir
setiap hari pasien mengkonsumsi alkohol dan sering mengkonsumsi
pil inex, ganja, dan shabu sejak usia 15 tahun sampai usia 27 tahun,
pasien sempat berhenti mengkonsumsi obat-obatan tersebut selama
Keterangan:
= Laki-Laki
= perempuan
= meninggal dunia
= penyakit yang sama
= pasien
II.5.7 Riwayat Sosial Ekonomi Keluarga
Pasien tinggal bersama ibu kandung. Biaya hidup ditanggung oleh kakakkakak pasien.
III. STATUS MENTAL
III.1 Deskripsi Umum
III.1.1 Penampilan
Seorang laki-laki sesuai dengan usia, berperawakan kurus, kesan gizi
cukup, terlihat rapi, memakai pakaian seragam RSJ Provinsi Lampung
berwarna biru, kulit sawo matang, kuku rapi, perawatan diri cukup.
III.1.2 Sikap terhadap pemeriksaan : kooperatif
III.1.3 Kesadaran: jernih (compos mentis)
menggerakkan
kedua
matanya
untuk
melirik
orang
disekitarnya.
III.1.5 Pembicaraan
Spontan, lancar, intonasi normal, volume cukup , kualitas cukup,
artikulasi kurang jelas, kuantitas cukup, amplitudo baik.
III.1.6 Keadaan Afektif
a. Mood
: eutimia
b. Afek
: terbatas
c. Keserasian
: appropriate
III.1.7 Gangguan Persepsi :
a. Halusinasi
Riwayat halusinasi auditorik (pasien mendengar suara-suara, berupa
perintah), riwayat halusinasi taktil (pasien merasa tubuhnya disentuh
oleh wanita) dan halusinasi visual (pasien melihat sesosok wanita
berambut panjang ).
b. Ilusi
Tidak ada.
c. Derealisasi
Tidak ada.
d. Depersonalisasi
Tidak ada
III.1.8 Proses Berpikir :
1.
Arus pikiran :
a. Produktivitas
: Cukup, pasien membutuh waktu beberapa
untuk menjawab saat diajukan pertanyaan
b. Kontinuitas
: Koheren, mampu memberikan jawaban
sesuai pertanyaan.
c. Relevansi
: Relevan
d. Hendaya berbahasa
: Tidak ada
2. Isi pikiran
a. Waham
b. Obsesif
c. Kompulsif
: Sesuai
: baik
: kurang
: kurang
III.1.11 Tilikan
Tilikan 1 (satu). Penyangkalan total terhadap penyakitnya.
III.1.12 Taraf dapat dipercaya : dapat dipercaya
IV. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT
A. Status Internus
Keadaan
umum
baik.
Fungsi
pernafasan,
kardiovaskular,
dan
B. Tanda-tanda vital
Tensi: 120/80 mmHg
Nadi :83 x/menit
RR
:18 x/menit
Suhu : 36,7C
C. Pemeriksaan Fisik
Mata
: Tidak ditemukan kelainan
Mulut
: adanya labioschisis sinistra
Hidung
: Tidak ditemukan kelainan
Telinga
: Tidak ditemukan kelainan
Paru
: Tidak ditemukan kelainan
Jantung
Abdomen
D. Status Neurologis
Menurut keluarga pasien selama 6 tahun ini pasien sudah 3 kali dirawat inap di
Rumah sakit jiwa, pasien sempat diikat didapur selama 1 bulan, jarang kontrol
dan terakhir kontrol tanggal 19 januari 2016. Tanggal 26 Mei 2016 pasien
dibawa oleh keluarganya ke poli untuk kontrol dikarenakan 3 hari sebelumnya
pasien kembali mengamuk, awalnya pasien sering melamun, ngomong sendiri,
memukul ibunya, lalu pasien mau membakar rumahnya, tetapi apabila ditanya
oleh keluarga alasannya pasien hanya diam saja sejak saat itu pasien diikat dan 3
hari setelahnya pasien baru dibawa berobat ke rumah sakit jiwa karena keluarga
terkendala oleh biaya dan kendaraan.
Menurut pasien, pasien dibawa ke rumah sakit jiwa karena merasa dirinya
marah dan mengamuk. Pasien memecahkan jam dinding, memukul ibunya,
membakar gorden rumah, menurutnya pasien melakukan hal tersebut
dikarenakan pasien melihat bayangan perempuan yang mengganggunya,
bayangan perempuan itu menyentuh pasien, dan melarang pasien untuk tidak
pergi kemana-mana. Pasien juga merasa bahwa pasien dapat membaca pikiran
orang lain dan merasa bahwa seluruh masyarakat desa membenci pasien beserta
keluarganya.
Selama wawancara pasien dalam keadaan tenang, kontak mata baik, sesekali
menggerakkan kedua matanya untuk melirik orang disekitarnya, Wawancara
secara spontan, lancar, intonasi normal, volume cukup, kualitas cukup, artikulasi
tidak jelas, kuantitas cukup, amplitudo baik. Didapatkan riwayat halusinasi
auditorik, riwayat halusinasi taktil dan halusinasi visual, isi piker terdapat
waham paranoid.
VI. FORMULASI DIAGNOSIS
Pada pasien ini ditemukan adanya gangguan persepsi dan isi pikir yang
bermakna serta menimbulkan suatu distress dan disability dalam pekerjaan dan
kehidupan sosial pasien, sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien ini
mengalami gangguan jiwa. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan rekam
medis, tidak ditemukan riwayat trauma kepala, demam tinggi, kejang ataupun
kelainan organik. Ada riwayat penggunaan zat psikoaktif tetapi tidak ada
tampilan klinis putus zat. Hal ini dapat menjadi dasar untuk menyingkirkan
diagnosis gangguan mental organik (F.0) dan penggunaan zat psikoaktif
(F.1).
Pada pasien didapatkan riwayat waham paranoid. Selain itu ditemukan pula
gangguan persepsi berupa halusinasi visual, riwayat halusinasi taktil dan
auditorik. Pembicaraan dan perilaku pasien menjadi kacau. Pasien mengalami
gangguan jiwa sejak tahun 2010. Data ini menjadi dasar untuk mendiagnosis aksis
I skizofrenia paranoid (F.20.0).
Pasien menyelesaikan pendidikan hingga lulus SMP, tidak pernah tinggal kelas,
kemudian setelahnya tidak mengalami kesulitan dalam bersosialisasi dengan
lingkungan sekitar. Sehingga dapat disingkirkan kemungkinan aksis II
diagnosis retardasi mental (F70). Sedangkan jenis kepribadian pasien belum
dapat didiagnosis karena pemeriksa hanya bertemu dengan pasien sebanyak satu
kali.
Pada anamnesis dan pemeriksaan fisik tidak ditemukan kelainan, sehingga tidak
mempengaruhi masalah kejiwaan pasien oleh karena itu untuk saat ini tidak ada
diagnosis pada Aksis III.
Pasien memiliki masalah dengan kehidupan pribadinya, pasien ingin berumah
tangga sebagai stresor pada Aksis IV.
Penilaian terhadap kemampuan pasien untuk berfungsi dalam kehidupannya
menggunakan GAF (Global Assessment of Functioning) Scale. Menurut PPDGJ
III, pada aksis V didapatkan GAF saat dirawat (GAF current) adalah 60-51,
yaitu gejala sedang dan disabilitas sedang dalam menjalani aktivitas seharihari. GAF HLPY (Highest Level Past Year) dan pada saat wawancara dengan
kakak kandung pasien didapatkan skor GAF HLPY 70-61 (gejala minimal,
berfungsi baik) sebagai aksis V.
VII.
EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I : Skizofrenia paranoid (F.20.0).
VIII.
DAFTAR PROBLEM
a. Organobiologik: Tidak ditemukan adanya kelainan fisik yang bermakna,
tetapi diduga terdapat ketidakseimbangan neurotransmitter. Oleh karena itu
pasien memerlukan psikofarmakologi.
b. Psikologik: Ditemukan hendaya dalam menilai realita berupa halusinasi
c.
IX.
PROGNOSIS
a. Quo ad vitam
b. Quo ad functionam
c. Quo ad sanationam
: Dubia ad bonam
: Dubia ad malam
: Dubia ad malam
X. RENCANA TERAPI
a.
Psikofarmaka :
Antipsikosis Generasi II (APG II) : Risperidone 2x 2 mg (dosis yang
b.
10
Sosioterapi:
Memberi penjelasan pada keluarga pasien dan orang sekitar pasien
untuk memberi dorongan dan menciptakan lingkungan yang
kondusif.
11
XI.
DISKUSI
1.
c.
12
b.
c.
d.
atau mukjizat;
3. Halusinasi auditorik:
a. Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap
4.
b.
c.
tubuh
Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat
dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal
keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di
atas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau
berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain).1
Atau paling sedikit dua gejala ini yang harus selalu ada secara jelas:
a.
b.
berbulan-bulan terus-menerus;
Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang
c.
tubuh
tertentu
(posturing),
atau
fleksibilitas
cerea,
13
d.
b)
c)
menonjol.
Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan
(delusion of control), dipengaruhi (delusion of influence), atau
Passivity (delusion of passivity), dan keyakinan dikejar-kejar yang
beraneka ragam, adalah yang paling khas.1
14
15
16
selama
pengobatan
timbul
efek
samping
berupa
sindrom
kecil
pada
risperidon,
maka
dapat
diberikan
17
18
4.
Dukungan
masyarakat
merupakan
salah
satu
sumber
19
No.
Keterangan
1. Onset lambat
2. Faktor pencetus jelas
3. Onset akut
Riwayat sosial dan pekerjaan pramorbid
4.
yang baik
5. Gangguan mood
6. Mempunyai pasangan
7. Riwayat keluarga gangguan mood
8. Sistem pendukung yang baik
9. Gejala positif
Check List
2. Poor Prognosis
No.
Keterangan
1. Onset muda
2. Faktor pencetus tidak jelas
3. Onset kronis
Riwayat sosial, seksual, pekerjaan
4.
pramorbid jelek
5. Perilaku menarik diri, autistic
6. Tidak menikah, cerai/janda/duda
7. Riwayat keluarga skizofrenia
8. Sistem pendukung yang buruk
9. Gejala negative
10. Tanda dan gejala neurologis
11. Tidak ada remisi dalam 3 tahun
12. Banyak relaps
13. Riwayat trauma perinatal
14. Riwayat penyerangan
Check List
d)
e)
f)
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Maslim, Rusdi. Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJIII. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran jiwa FK Unika Atmajaya. 2007.
2. Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Kaplan dan Sadock Sinopsis Psikiatri
Ilmu
Binarupa Aksara.2010.
3. Notosoedirdjo & Latipun. 2005. Kesehatan Mental, Konsep dan
Penerapan. Malang: UMM Press.
4. National Mental Health Assosiation/ NHMA. 2001. A literature review
report. www.nhma.org.
5. Friedman, M.M, Bowden, O & Jones,M. 2010. Keperawatan Keluarga:
Teori dan Praktek: Alih Bahasa, Achir Yani S, Hamid et al: Editor Edisi
Bahasa Indonesia, Estu Tiar Ed.5. Jakarta :EGC.
6. Fitria MS, 2013. Hubungan Antara Faktor Kepatuhan Mengkonsumsi
Obat, Dukungan Keluarga Dan Lingkungan Masyarakat Dengan Tingkat
Kekambuhan Pasien Skizofrenia Di RSJD Surakarta. Fakultas Ilmu
Kesehatan:Universitas Muhammadiyah Surakarta
7. Amir, Nurmiati. Buku Ajar Psikiatri Edisi 2. Jakarta. FKUI. 2013
21