TINJAUAN PUSTAKA
massa
volume
(1)
Berdasarkan rumus di atas, kerapatan merupakan suatu sifat intensif yang tidak
bergantung pada jumlah massa yang ada. Alasannya karena volume meningkat dengan
meningkatnya massa, sehingga perbandingan kedua besaran itu tetap sama untuk setiap
bahan tertentu (Chang, 2004).
Satuan turunan-SI untuk kerapatan ialah kilogram per meter kubik (kg/m3).
Satuan tersebut terlalu besar untuk sebagian besar penerapan kimia. Karena itu, gram
per sentimeter kubik dan satuan yang setara, gram per mililiter (g/mL) lebih sering
digunakan untuk menyatakan satuan kerapatan padatan dan cairan. Karena kerapatan
gas seringkali sangat rendah, maka kerapatan tersebut dinyatakan dalam satuan gram
per liter, dimana (Chang, 2004):
1 g/cm3 = 1 g/mL = 1000 kg/m3
1 g/L = 0,001 g/mL
Kerapatan teoritis yang diperoleh dari sebuah pengukuran memberikan asumsi
bahwa titik kisi ditempati oleh spesies-spesies tertentu. Umumnya tidak demikian, dan
kerapatan eksperimen selalu lebih kecil daripada kerapatan ideal. Hal ini membuktikan
bahwa tidak semua titik kisi ditempati oleh atom-atom dan beberapa tetap tidak
ditempati. Titik-titik tersebut disebut dengan lowongan (Dogra dan Dogra, 1990).
Densitas air bukan permasalahan sederhana khususnya bagi para metrologist.
Memang formulasi untuk besaran ukur (measuring variable) ini telah dengan mudah
ditemui di beberapa situs internet, misalnya. Namun, jika kita mau menelaah dengan
teliti maka pasti akan dibingungkan oleh adanya data yang agak berbeda
yangdihasilkan oleh formula yang satu dengan formula lainnya. Permasalahan akan
timbul ketika seseorang menginginkan data baku untuk densitas air. Data baku yang
dihasilkan oleh lembaga-lembaga metrologi nasional dan internasional tentunya dapat
digunakan sebagai sandaran karena umumnya mereka mampu menghasilkan data
dengan ketelitian tertinggi sebagai konsekuensi dari sebuah penelitian yang cermat
(Sobbich, 2008).
Bobot jenis adalah rasio bobot suatu zat terhadap bobot zat baku yang
volumenya sama pada suhu yang sama dan dinyatakan dalam desimal. Misalnya air,
yang merupakan zat baku untuk sebagian besar perhitungan dan dinyatakan memiliki
bobot jenis 1,00. Sebagai perbandingan, bobot jenis gliserin adalah 1,25. Artinya bobot
gliserin 1,25 kali bobot volume air yang setara, dan bobot jenis alkohol adalah 0,81,
artinya bobot alkohol 0,81 kali bobot volume air yang setara. Zat yang memiliki bobot
jenis lebih kecil dari 1,00 g/cm3 berarti zat tersebut lebih ringan daripada air.
Sedangkan, bobot jenis yang lebih besar dari 1,00 berarti lebih berat daripada air
(Ansei dan Prince, 2004).
Bobot jenis berkurang dengan naiknya temperatur dan kekentalan sedikit
berkurang pada komposisi yang sama. Untuk kebanyakan cairan digunakan bobot jenis,
yaitu perbandingan massa dari volume yang ditentukan terhadap massa dari suatu
volume air yang sama. Oleh karena itu, gravitas spesifik tidak mempunyai dimensi.
(Godfrey dan Herguth, 1995).
2.2 Neraca Westphal
Neraca westphal adalah neraca yang digunakan untuk menentukan densitas dari
zat cair yang memiliki desitas di atas maupun di bawah densitas air pada suhu tertentu.
Penggunaan neraca Westphal berdasarkan penyelam yang ditenggelamkan pada cairan
dengan suhu tertentu, dan itu dibandingkan dengan dorongan penyelam ke atas pada
suatu cairan tertentu. Neraca Westphal memiliki penyeimbang yang terdiri dari
beberapa anting berbentuk huruf U dengan berbagai berat: 1 gram, 0,1 gram, 0,01
gram, dan 0,001 gram (Vermani dan Narula, 1995).
2.3 Piknometer
Piknometer adalah alat yang digunakan mengukur volume dengan tetap. Ketika
berbicara tentang kerapatan maka piknometer menjadi salah satu fokus pembicaraan.
Meskipun demikian, piknometer tidak hanya digunakan mengukur kerapatan, tetapi
juga menghitung volume dan massa. Penggunaan piknometer biasanya dengan
memasukan zat cair ke dalamnya dan mengukur kerapatannya. Metode penggunaan
piknometer yang lain adalah mengukur kuantitas kering, yaitu sebelum ditimbang,
piknometer dijadikan sampel padat dan dimasukkan zat cair untuk mengukur kerapatan
zat cair tersebut, berat dari piknometer dipengaruhi oleh keadaan sebelum dan sesudah
dimasukkan zat cair ke dalamnya (Webb, 2001).
Metode pengunaan piknometer adalah sebagai berikut sebelum menggunakan
piknometer, terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan berat dari akuades yang
diukur pada suhu tertentu. Kemudian piknometer dibersihkan secara menyeluruh
dengan akuades, dikeringkan dan kemudian ditimbang. Kemudian piknometer diisi
dengan akuades dan ditimbang. Metode ini merupakan metode sederhana dalam
penggunaan piknometer sebagai instrumen untuk mengukur kerapatan dari zat cair
pada suhu dan tekanan tertentu (Joslyn, 1930).