Anda di halaman 1dari 38

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan kecerdasan seorang anak tidak hanya dipengaruhi oleh faktor genetik atau
bawaan yang diturunkan oleh orang tua, namun utamanya dipengaruhi oleh pertumbuhan otak.
Peningkatan pemberian Air Susu Ibu (ASI) sebagai makanan paling sempurna bagi bayi
merupakan suatu upaya nyata dalam mewujudkan kesehatan dan gizi masyarakat khususnya bayi
dan anak balita (Depkes RI, 2008) Sebagaimana diketahui bahwa salah satu masalah gizi yang
paling utama pada saat ini di Indonesia adalah kurang kalori, protein, hal ini banyak ditemukan
bayi dan anak yang masih kecil dan sudah mendapat adik lagi yang sering disebut kesundulan
artinya terdorong lagi oleh kepala adiknya yang telah muncul dilahirkan. Keadaan ini karena
anak dan bayi merupakan golongan rentan.
Terjadinya kerawanan gizi pada bayi disebabkan karena selain makanan yang kurang juga karena
Air Susu Ibu (ASI) banyak diganti dengan susu botol dengan cara dan jumlah yang tidak
memenuhi kebutuhan. Hal ini pertanda adanya perubahan sosial dan budaya yang negatif
dipandang dari segi gizi.
Pertumbuhan dan perkembangan bayi sebagian besar ditentukan oleh jumlah ASI yang diperoleh
termasuk energi dan zat gizi lainnya yang terkandung di dalam ASI tersebut. ASI tanpa bahan
makanan lain dapat mencukupi kebutuhan pertumbuhan sampai usia sekitar empat bulan. Setelah
itu ASI hanya berfungsi sebagai sumber protein vitamin dan mineral utama untuk bayi yang
mendapat makanan tambahan yang tertumpu pada beras.
Dukungan politis dari pemerintah terhadap peningkatan penggunaan ASI termasuk ASI
EKSLUSIF telah memadai, hal ini terbukti dengan telah dicanangkannya Gerakan Nasional
Peningkatan Penggunaan Air Susu Ibu (GNPP- ASI) oleh Bapak Presiden pada hari Ibu tanggal
22 Desember 1990 yang betemakan Dengan Asi, kaum ibu mempelopori peningkatan kualitas
manusia Indonesia. Dalam pidatonya presiden menyatakan juga bahwa ASI sebagai makanan
tunggal harus diberikan sampai bayi berusia empat bulan.Pemberian ASI tanpa pemberiaan
makanan lain ini disebut dengan menyusui secara ekslusif. Selanjutnya bayi perlu mendapatkan
makanan pendamping ASI kemudian pemberian ASI di teruskan sampai anak berusia dua
tahun.ASI merupakan makanan yang bergizi sehingga tidak memerlukan tambahan komposisi.
Disamping itu ASI mudah dicerna oleh bayi dan langsung terserap.
Diperkirakan 80% dari jumlah ibu yang melahirkan ternyata mampu menghasilkan air susu
dalam jumlah yang cukup untuk keperluan bayinya secara penuh tanpa makanan tambahan.
Selama enam bulan pertama.Bahkan ibu yang gizinya kurang baikpun sering dapat menghasilkan
ASI cukup tanpa makanan tambahan selama tiga bulan pertama.
ASI sebagai makanan yang terbaik bagi bayi tidak perlu diragukan lagi, namun akhir-akhir ini
sangat disayangkan banyak diantara ibu-ibu meyusui melupakan keuntungan menyusui. Selama
ini dengan membiarkan bayi terbiasa menyusu dari alat pengganti, padahal hanya sedikit bayi

yang sebenarnya menggunakan susu botol atau susu formula. Kalau hal yang demikian terus
berlangsung, tentunya hal ini merupakan ancaman yang serius terhadap upaya pelestarian dari
peningkatan penggunaan ASI.
Hasil penelitian yang dilakukan di Biro Konsultasi Anak di Rumah Sakit UGM Yogyakarta tahun
1976 menunjukkan bahwa anak yang disusui sampai dengan satu tahun 50,6%. Sedangkan data
dari survei Demografi Kesehatan Indonesia (SKDI) tahun 1991 bahwa ibu, yang memberikan
ASI pada bayi 0-3 bulan yaitu 47% diperkotaan dan 55% dipedesaan (Depkes 1992) dari laporan
SKDI tahun 1994 menunjukkan bahwa ibu-ibu yang memberikan ASI EKSLUSIF kepada
bayinya mencapai 47%, sedangkan pada repelita VI ditargetkan 80% (Hapsari, 2009)
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 menunjukkan bahwa pemberian Asi di
Indonesia saat ini memperihatinkan, persentase bayi yang menyusu ekslusif sampai 6 bulan
hanya 15,3%.
Hal ini terjadi karena rendahnya kesadaran masyarakat dalam mendorong peningkatan
pemberian asi. Masalah utama penyebab rendahnya penggunaan Asi di Indonesia adalah faktor
sosial budaya, kurangnya pengetahuan ibu ibu hamil, keluarga dan masyarakat akan
pentingnya Asi, serta jajaran kesehatan yang sepenuhnya mendukung peningkatan pemberian Asi
(PP ASI) (SehatNews.com)
Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, Angka Cakupan
ASI Ekslusif 6 bulan di Indonesia hanya 32,3%, masih jauh dari rata-rata dunia yaitu 38%.
Sementara saat ini jumlah bayi dibawah 6 bulan yang diberi susu formula meningkat 16,7% pada
tahun 2002 menjadi 27,9% pada tahun 2007.
Sejalan dengan penelitain yang dilakukan oleh Purnami (2008) tentang faktor faktor penyebab
kegagalan ASI ekslusif diKelurahan Kembang Sari wilayah kerja Puskesmas Selong, penyebab
kegagalan ASI ekslusif adalah faktor ibu yang meliputi sosial budaya (pengetahuan yang kurang
tentang ASI ekslusif 46,9% dan 84,6% gagal memberikan ASI ekslusif karena adanya kebiasaan
dan kepercayaan keluarga/lingkungan seperti memberi makanan pengganti ASI berupa susu
formula, bubur, pisang dan makanan padat lainnya sebelum bayi berusia 6 bulan).
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Afifah (2007) tentang Faktor yang berperan
dalam kegagalan praktik pemberian ASI Ekslusif, diantara 12 subjek penelitian, terdapat 2 ibu
pekerja, namun satu diantaranya berhenti bekerja setelah bayi berusia 2 bulan.
Permasalahan utama dalam pemberian ASI ekslusif adalah sosial budaya antara lain kurangnya
kesadaran akan pentingnya ASI, pelayanan kesehatan yang belum sepenuhnya mendukung,
gencarnya promosi susu formula, ibu bekerja dan dukungan keluarga. Adapun kebiasaan ibu
yang tidak mendukung pemberian ASI adalah memberi makanan/minuman setelah bayi lahir
seperti madu, air kelapa, nasi papah, pisang dan memberi susu formula sejak dini, orang tua dan
keluarga juga masih menyediakan dan menganjurkan pemberian susu formula dan kepercayaan
seperti adanya kepercayaan kalau menyusui dapat merusak payudara dan adanya kepercayaan
memberikan madu/air manis merupakan suatu ajaran agama.

Kemajuan teknologi dan canggihnya komunikasi, serta gencarnya promosi susu formula sebagai
pengganti ASI, membuatmasyarakat kurang mempercayai kehebatan ASI, sehingga akhirnya
memilih susu formula. Padahal, promosi penambahan Arachidonic Acid (AA), DHA, ARA dan
lain sebagainya pada susu formula, ternyata sudah terkandung dalam komposisi ASI. Demikian
pula dengan zat kekebalan tubuh (antibodi), kebutuhan gizi dan nutrisi untuk bayi (Prasetyono,
2009).
Berdasarkan survey yang dilakukan oleh Hellen Keller International pada tahun 2002 di
Indonesia, diketahui bahwa rata-rata bayi Indonesia hanya medapatkan ASI eksklusif selama 1,7
bulan. Padahal, kajian World Health Organization (WHO) yang dituangkan dalam Kepmen
No.450 tahun 2004 menganjurkan agar bayi diberi ASI eksklusif selama 6 bulan (Prasetyono,
2009).
World Health Organization (WHO), United Nation Childrens Fund (UNICEF), dan Departemen
Kesehatan Republik Indonesia melalui SK Menkes No. 450/Men.Kes/SK/IV/2004 tanggal 7
April 2004 telah menetapkan rekomendasi pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan. Dalam
rekomendasi tersebut, dijelaskan bahwa untuk mencapai pertumbuhan, perkembangan, dan
kesehatan yang optimal, bayi harus diberi ASI eksklusif selama 6 bulan pertama. Selanjutnya,
demi tercukupinya nutrisi bayi, maka ibu mulai memberikan makanan pendamping ASI dan ASI
hingga bayi berusia 2 tahun atau lebih (Prasetyono, 2009).
United Nation Childrens Fund (UNICEF) menyatakan, sebanyak 30.000 kematian bayi di
Indonesia dan 10 juta kematian anak balita di dunia setiap tahunnya bisa dicegah melalui
pemberian ASI (Air Susu Ibu) secara eksklusif selama enam bulan sejak kelahiran, tanpa harus
memberikan makanan atau minuman tambahan pada bayi. UNICEF juga menyatakan bahwa
bayi yang diberikan susu formula memiliki kemungkinan untuk meninggal dunia pada bulan
pertama kelahirannya. Dan peluang itu 25 kali lebih tinggi dibandingkan bayi yang disusui oleh
ibunya secara eksklusif (Siregar, 2003).
Meskipun khasiat ASI begitu besar, namun tidak banyak ibu yang mau atau bersedia
memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan seperti yang disarankan organisasi kesehatan dunia
(WHO). Sentral Laktasi Indonesia mencatat bahwa berdasarkan survey demografi dan kesehatan
Indonesia 2002-2003, hanya 15% ibu yang memberikan ASI eksklusif selama 5 bulan. Di
Indonesia, rata-rata ibu memberikan ASI eksklusif hanya 2 bulan. Pada saat yang bersamaan,
pemberian susu formula meningkat 3 kali lipat. Ironisnya, pada tahun 2005-2006, bayi di
Amerika Serikat yang mendapatkan ASI eksklusif justru meningkat menjadi 60-70% (Yuliarti,
2010).
Menurut sebuah studi yang dilaporkan oleh Reuters, ketika ibu menyusui bayinya hingga
berumur 1 tahun, ada nilai tambah bagi kesehatan ibu dan si anak. Dalam studi yang dilaporkan
tersebut, para peneliti menemukan bukti bahwa durasi menyusui ASI kepada bayi bisa
menurunkan resiko ibu terkena tekanan darah tingi, diabetes, kolesterol tinggi dan penyakit
kardiovaskular setelah si ibu menoupose.
Berbagai penelitian pun melaporkan, bayi yang diberi susu formula terancam mengalami
obesitas. Kebanyakan susu formula berbasis susu sapi yang mengandung protein jauh lebih

banyak dari pada protein pada manusia. Tidak mengherankan bahwa bayi yang mendapat ASI
tidak segemuk bayi yang mendapat susu formula. Tidak sedikit bayi terserang diare akibat susu
formula karena gula susu sapi (laktosa) pada beberapa bayi (Tempo, 2008).
Bayi yang tidak mendapat zat kekebalan pada ASI rentan akan infeksi. Kekurangan gizi dapat
terjadi apabila susu formula tidak diberikan sesuai dengan petunjuk penggunaan, bayi yang
diberi susu formula lebih mudah alergi serta mengalami gangguan pertumbuhan mulut, rahang
dan gigi (Asian Brain, 2008)
Hasil evaluasi program kesehata ibu dan anak (KIA) pada rapat kerja Kesehatan Nasional
(Rakernas) bulan Maret 2010 menunjukkan bahwa cakupan pemberian Asi Ekslusif di Indonesia
hanya mencapai 68% dari target yang diharapkan yaitu sebesar 80% (Depkes RI, 2010)
Sementara di Sumatera Utara, cakupan pemberian ASI Ekslusif pada tahun 2009 mencatat
berkisar 72,5% dengan target 80%. Sedangkan tahun 2010 pemberian Asi Ekslusif hanya
mencapai target 54,14%. Sedangkan di Kabupaten Langkat tercatat hanya 24,10% (Dinas
Kesehatan Kabupaten Langkat, 2010). Rendahnya cakupan pemberian ASI tersebut disebabkan
beberapa faktor, diantaranya karena kurangnya pengetahuan, kesadaran, motivasi dan sikap ibu
yang rendah untuk menyusui.
Puskesmas merupakan poster terdepan dalam pembangunan kesehatan masyarakat. Puskesmas
berfungsi melaksanakan tugas teknis dan administratif. Keberadaan puskesmas sangat penting
dalam rangka memberikan pelayanan kesehatan menyeluruh, terpadu, merata dan terjangkau
oleh masyarakat diwilayah kerjanya.
Wilayah kerja puskesmas pantai cermin kabupaten langkat membawahi 18 (Delapan belas) desa.
Puskesmas lerletak di Desa pantai cermin Kecamatan Tanjung Pura. Mayoritas penduduk bekerja
sebagai petani.
Berdasarkan data yang ada, penulis tertarik untuk melakukan penelitian hubungan sosial budaya
dan pengetahuan ibu tentang ASI terhadap Status Kesehatan Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas
Pantai Cermin Kabupaten Langkat.
1.1 Perumusan Masalah
United Nation Childrens Fund (UNICEF) menyatakan, sebanyak 30.000 kematian bayi di
Indonesia dan 10 juta kematian anak balita di dunia setiap tahunnya bisa dicegah melalui
pemberian ASI (Air Susu Ibu) secara eksklusif selama enam bulan sejak kelahiran, tanpa harus
memberikan makanan atau minuman tambahan pada bayi. UNICEF juga menyatakan bahwa
bayi yang diberikan susu formula memiliki kemungkinan untuk meninggal dunia pada bulan
pertama kelahirannya. Dan peluang itu 25 kali lebih tinggi dibandingkan bayi yang disusui oleh
ibunya secara eksklusif (Siregar, 2003).
Meskipun khasiat ASI begitu besar, namun tidak banyak ibu yang mau atau bersedia
memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan seperti yang disarankan organisasi kesehatan dunia
(WHO). Sentral Laktasi Indonesia mencatat bahwa berdasarkan survey demografi dan kesehatan

Indonesia 2002-2003, hanya 15% ibu yang memberikan ASI eksklusif selama 5 bulan. Di
Indonesia, rata-rata ibu memberikan ASI eksklusif hanya 2 bulan. Pada saat yang bersamaan,
pemberian susu formula meningkat 3 kali lipat. Ironisnya, pada tahun 2005-2006, bayi di
Amerika Serikat yang mendapatkan ASI eksklusif justru meningkat menjadi 60-70% (Yuliarti,
2010).
Sedangkan di Kabupaten Langkat tercatat hanya 24,10% (Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat,
2010). Rendahnya cakupan pemberian ASI tersebut disebabkan beberapa faktor, diantaranya
karena kurangnya pengetahuan, kesadaran, motivasi dan sikap ibu yang rendah untuk menyusui.
Berdasarkan data yang ada, penulis tertarik untuk mengetahui Apakah ada hubungan antara
sosial budaya dan pengetahuan ibu tentang ASI terhadap Status Kesehatan Bayi di Wilayah Kerja
Puskesmas Pantai Cermin Kabupaten Langkat?
1.3. Pertanyaan Penelitian
.
Seberapa besar pengetahuan ibu tentang Asi Ekslusif dan faktor apa saja yang
mempengaruhinya, penulis menduga faktor sosial budaya yang mempengaruhinya ?
1.4. Tujuan Penelitian
1.4.1.Tujuan Umum
Mengetahui hubungan sosial budaya dan pengetahuan tentang Asi Ekslusif dengan Status
kesehatan bayi di wilayah kerja puskesmas pantai cermin kecamatan tanjung pura Kabupaten
Langkat Tahun 2012.
1.4.2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui hubungan Pendidikan dengan status kesehatan bayi di wilayah kerja
Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat Tahun 2012
2. Untuk mengetahui hubungan Pekerjaan dengan status kesehatan bayi di wilayah kerja
puskesmas pantai cermin Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat Tahun 2012
3. Untuk mengetahui hubungan Penghasilan dengan status kesehatan bayi di wilayah kerja
Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat Tahun 2012
4. Untuk mengetahui hubungan Agama dengan status kesehatan bayi di wilayah kerja
Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat Tahun 2012
5. Untuk mengetahui hubungan Suku dengan status kesehatan bayi di wilayah kerja
Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat Tahun 2012

6. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan Asi dengan status kesehatan bayi di wilayah
kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat Tahun
2012
7. Untuk mengetahui variabel yang paling dominan antara hubungan pengetahuan Asi
dengan status kesehatan bayi di wilayah kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan
Tanjung Pura Kabupaten Langkat Tahun 2012
1.5.

Manfaat Penelitian

1.5.1. Manfaat Aplikatif


Hasil penelitian ini merupakan masukan bagi pengembangan program pelayanan
kesehatan masyarakat, khususnya dalam peningkatan program pemberian Asi Ekslusif pada bayi
(0 6 bulan)
1.5.2. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat merupakan konstribusi bagi pengembangan khazanah ilmu
kesehatan masyarakat, utamanya dalam pengembangan gizi masyarakat.
1.6. Sistematika Penelitian
Bagian tesis ini terdiri dari Pendahuluan, Tinjauan pustaka, Kerangka konsep/kerangka pikir,
Metodologi, Hasil penelitian/pembahasan, Kesimpulan dan saran.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. 2.

Sosial Budaya
1. 1. Definisi Sosial

Kata sosial berasal dari kata socius yang berarti segala sesuatu yang lahir, tumbuh dan
berkembang dalam kehidupan bersama. Sedangkan menurut KBBI (1989) sosial adalah
berkenaan dengan masyarakat dan sifat sifat kemasyarakatan.
Sosial budaya adalah segala hal yang dicipta oleh manusia dengan pemikiran dan budi nuraninya
untuk dan atau dalam kehidupan bermasyarakat. Atau lebih singkatnya manusia membuat
sesuatu berdasar budi dan pikirannya yang diperuntukkan dalam kedidupan bermasyarakat
(Ahira, 2011)
Manusia adalah makhluk sosial, yaitu mahluk yang saling bergantung kehidupannya satu sama
lain, oleh karena manusia tidak bisa hidup sendiri dan selalu membutuhkan pertolongan orang
lain. Disamping itu manusia adalah makhluk berbudaya, yang dikaruniai akal oleh tuhan untuk
memecahkan masalah yang dihadapinya termasuk masalah kesehatan ( Notoatmodjo, 2005 ).
Dalam era globalisasi, dunia menjadi sempit, budaya lokal dan budaya nasional akan tertembus
oleh bahaya universal. Dengan demikian akan terjadi pergeseran nilai kehidupan. Kemajuan ilmu
pengetahuan terhadah pesatnyainformasi. Segala sesuatu yang terjadi dimuka bumi dengan
sekejap diketahui oleh seluruh penguhuni bumi. Dalam era globalisasi pengakuan akan hak azasi
manusia mulai memasyarakat (Sumiati, 2009)
Manusia berada dalam lingkungan sosial budaya yang terdiri dari pola interaksi antar budaya,
tekhnologi dan organisasi sosial termasuk didalamnya jumlah penduduk dan perilakunya yang
terdapat dalam spasial tertentu. Lingkungan sosial budaya mengalami perubahan sejalan dengan
peningkatan kemampuan adaptasi kultural manusia terhadap lingkungannya. Dinamika
masyarakat dapat memberikan kesempatan kebudayaan untuk berkembang sehingga dapat
dikatakan bahwa tidak ada kebudayaan tanpa masyarakat dan tidak ada masyarakat tanpa
kebudayaan sebagai wadah pendukungnya ( Deliyanto, 2008 ).
Menurut Deliyanto (2008), dalam bukunya Lingkungan Sosial Budaya, memberikan difinisi
kebudayaan sebagai keseluruhan yang kompleks yang didalamnya terkandung ilmu pengetahuan,
kepercayaan, dan kemampuan kesenian. Moral, hukum, adat istiadat dan kemampuan lain serta
kebiasaan-kebiasaan yang di dapat manusia sebagai anggota masyarakat.

Menurut Notoadmodjo (2005) ada beberapa aspek sosoial yang mempengaruhi kesehatan antara
lain:

1. Pendidikan
Pendidikan adalah upaya persuasi atau pembelajaran kepada masyarakat agar masyarakat mau
melakukan tindakan-tindakan (praktik) untuk memelihara (mengatasi masalah-masalah), dan
meningkatkan kesehatannya. Perubahan atau tindakan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
yang dihasilkan oleh pendidikan kesehatan ini didasarkan pengetahuan dan kesadarannya melalui
proses pembelajaran. Sehingga perilaku tersebut diharapkan berlangsung lama (long lasting) dan
menetap (langgeng), karena didasasri oleh kesadaran (Notoatmodjo, 2005).
Pendidikan merupakan penuntun manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupannya yang dapat
digunakan untuk mendapatkan informasi sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup (Hidayat,
2005)
Pendidikan kesehatan adalah aplikasi atau penerapan pendidikan dalam bidang kesehatan.
(Notoatmodjo, 2003)
Pendidikan adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik
individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh
pelaku pendidik. (Notoatmodjo, 2003)
1. 2. Pekerjaan
Pekerjaan adalah suatu aktivitas yang dilakukan sehari-hari seperti PNS, petani, pedagang. Di
kota-kota besar, para ibu yang aktif melakukan kegiatan komersial, seperti bekerja di kantor atau
pabrik, menjalankan usaha pribadi sebagai tambahan penghasilan, serta berkecimpung dalam
kegiatan sosial yang menyita banyak waktu di luar rumah, memilih untuk menggunakan susu
formula lantaran dianggap lebih menguntungkan dan membantu mereka. Dengan adanya susu
formula, mereka tidak perlu memberikan ASI kepada anak, dan menghabiskan banyak waktu di
rumah bersama anak (Dwi Sunar, 2009)
Pekerjaan adalah perubahan melakukan suatu kegiatan yang bertujuan mendapatkan hasil
dalam hal pencarian nafkah. Jenis dan lapangan pekerjaan berhubungan erat dengan status
ekonomi individu, keluarga, dan masyarakat (Chandra, 2008)
1. 3.

Penghasilan

Penghasilan adalah pendapat keluarga perbulan yang dapat mencukupi kebutuhan keluarga. Pada
saat ini kebutuhan ekonomi merupakan bagian penting dalam keluarga sehingga tidak hanya
suami yang harus bekerja, tetapi istripun membantu suami untuk mencukupi kebutuhan keluarga,
sehingga banyak wanita yang bekerja diluar rumah. Wanita diperkotaan bekerja di sector formal
maupun informal. Pada kondisi tersebut menyulitkan untuk tetap menyusui bayinya. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh purnamawati (2003) yang menunjukkan bahwa pada sosial
ekonomi rendah memiliki peluang 4,6 kali memberikan ASI disbanding ibu dengan sosial
ekonomi tinggi (Ridwan, 2010)

Sosio budaya (culture) setempat biasanya sangat berpengaruh terhadap terbentuknya perilaku
seseorang. Telah diuraikan terlebih dahulu bahwa faktor sosio budaya merupakan faktor
eksternal untuk terbentuknya perilaku seseorang. Hal ini dapat kita lihat dari perilaku tiap tiap
etnis di Indonesia yang berbeda beda, karena memang masing masing etnis mempunya
budaya yang berneda dan khas (Notoadmodjo, 2005)
Notoatmodjo (2005) menjelaskan, kebudayaan adalah seluruh kelakuan dan hasil kelakuan
manusia yang teratur oleh tata kelakuan yang harus didapatkannya dengan belajar dan semuanya
tersusun dalam kehidupan masyarakat.
Dari berbagai definisi kebudayaan dapat diperoleh pengertian kebudayaan adalah sesuatu yang
akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat
dalam pikiran manusia, sehingga dalam kegiatan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.
Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan manusia sebagai
mahluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola
perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya
ditunjukkan untuk membantu manusia dalam melansungkan kehidupan bermasyarakat
( Wikipedia Bahasa Indonesia, 2009 ).
Faktor yang mempengaruhi budaya adalah :
1) Kebiasaan
Kebiasaan adalah pengalaman seseorang yang dipengaruhi oleh faktor-faktor dari luar seperti
lingkungan yang diketahui dipersepsikan sehingga menimbulkan motivasi untuk bertindak dan
diwujudkan dalam bentuk tindakan (Notoatmodjo, 2005 ).
Kebiasaan adalah proses peniruan (mimesis) yang dilakukan oleh seseorang dari orang lain
yang terjadi dalam masyarakat ( Brata, 2006 ).
Kebiasaan merupakan kumpulan petunjuk hidup mengenai perilaku yang diulang-ulang dalam
bentuk yang sama (Laning, 2007 ).
Sosial budaya yang mendukung dalam pemberian ASI adalah :
a) Kebiasaan minum jamu merupakan keyakinan ingin sehat, keyakinan ini hendaknya dapat
didorong dengan lebih memotivasi pentingnya makanan bergizi dan seimbang bagi ibu hamil dan
menyusui, pentingnya memelihara payudara ibu sebelum melahirkan untuk persiapan ASI bagi
bayinya
b) Kebiasaan untuk tidak memisahkan bayi dan ibunya mendekatkan hubungan batin antara
ibu dan bayi. Disamping itu juga meransang keluarnya ASI sesegera mungkin pada waktu bayi
membutuhkan (Judwanto, 2006)
Sosial budaya yang tidak mendukung pemberian ASI adalah :

a) Kebiasaan membuang kolostrom, karena kolostrom dianggap kotor disebabkan karena


warnanya kekuning-kuningan.
b) Memberikan ASI diselingi atau ditambah minuman atau makanan lain pada waktu bayi
berusia beberapa hari. Cara ini tidak tepat karena pemberian makanan/minuman lain selain ASI
akan menyebabkan bayi kenyang sehingga mengurangi keluarnya ASI. Selain itu bayi akan
menjadi malas menyusu karena sudah mendapat makanan/minuman terlebih dahulu. Dan yang
lebih penting juga dapat mengakibatkan penyakit seperti diare ataupun penyakit infeksi lainnya.
c) Kebiasaan memberikan susu sapi/formula sebagai pengganti ASI apabila bayi ditinggal
ibunya atau bayi rewel.
d) Kebiasaan memberikan susu formula dengan menggunakan botol susu agar tidak
merepotkan ibu.
e) Kebiasaan memberikan makanan padat/sereal pada bayi sebelum usia 6 bulan agar bayi
cepat kenyang dan tidak rewel.
f) Meninggalkan bayi untuk bekerja sehingga memberikan susu botol sebagai pengganti ASI
(Judarwanto, 2006).
2)

Kepercayaan

Fishbein dan azjen (1995) menyebutkan pengertian kepercayaan atau keyakinan dengan kata
belief yang memiliki pengertian sebagai inti dari setiap perilaku manusia. Aspek kepercayaan
tersebut merupakan acuan bagi seseorang untuk menentukan persepsi terhadap suatu objek.
Kepercayaan adalah akuan akan benarnya terhadap suatu perkara. Biasanya seorang yang
menaruh kepercayaan ke atas sesuatu perkara itu akan disertai oleh perasaan pasti atau
kepastian terhadap perkara yang berkenaan. Kepercayaan dalam kontek psikologi bermaksud
suatu keadaan jiwa yang berkaitan dengan sikap bekedudukan memihak (propositional attitude).
Kepercayaan senantiasa melibatkan penekanan, penuntutan dan jangkaan daripada seorang
individu mengenai kebenaran sesuatu. Kebenaran yang dituntut itu mungkin sahih, dan mungkin
palsu secara obyektif, tapi bagi indivudu yang berkenaan itu adalah sahih (Wikipedia Bahasa
Melayu, 2008).
Kepercayaan adalah suatu unsur yang sifatnya universal dalam persepsi religi/kepercayaan,
antara lain kepercayaan akan kekuatan gaib yang lebih tinggi dari derajad manusia, berbagai hal
yang dilakukan manusia untuk berkomunikasi dan mencari hubungan dengan kekuatan-kekuatan
tersebut (Mulyadi, 2000).
Sosial budaya yang mendukung dalam pemberian ASI adalah :
a) Kepercayaan minum wejah (sejenis minuman dari daun-daunan tertentu) dengan keyakinan
bahwa ASI akan lebih banyak keluar.

b) Kepercayaan bahwa ibu kembali dari bepergian harus segera mencuci payudara sekitar
puting yang berwarna coklat disebabkan karena ibu yang bepergian bisa mendapat angin jahat
maknanya adalah menyusui harus dalam keadaan bersih termasuk pemeliharaan kebersihan
payudara.
c) ASI tidak boleh dibuang sembarangan karena dalam ASI terkandung unsur manusia. Makna
dari kepercayaan tersebut adalah bahwa ASI harus diberikan kepada bayi bukan untuk dibuang
(Arisman, 2007)
Sosial budaya yang tidak mendukung pemberian ASI adalah :
a) Berbagai tahayul untuk berpantangan makanan yang seharusnya tidak dimakan oleh ibu
yang sedang menyusui seperti ikan laut, udang, cumi-cumi, dll, dengan anggapan ASI akan
berbau amis sehingga bayi tidak menyukainya.
b) Kepercayaan untuk memberikan cairan manis ketika bayi lahir sebagai salah satu cara dalam
agama (Abdurrahman, 2002).
c) Kepercayaan untuk memberikan makanan pada bayi umur beberapa hari dengan cara
dibiarkan dalam beberapa lama untuk diberikan kepada bayi dengan tujuan mendapat berkah.
d) Keyakinan bahwa dengan menyusui akan merusak bentuk tubuh dan payudara ( Judarwanto,
2006).
e) Kepercayaan untuk berhenti menyusui bayi apabila ibu dalam keadaan hamil (Arisman,
2007).
2.1.1. Faktor sosial budaya yang mempengaruhi pemberian ASI antara lain;
1)

Ketidaktahuan tentang pentingnya ASI, cara menyusui, perlekatan yang benar.

2)

Kurang memahami penatalaksanaan laktasi

Mengenal manajemen laktasi yang penatalaksanaanya dimulai sejak masa kehamilan, lalu pada
masa bayi lahir sampai berusia 2 tahun, termasuk cara mengatasi kesulitan menyusui.
3) Kebiasaan memberikan prelacteal feeding yakni memberikan makanan atau minuman
kepada bayi sebelum ASI keluar antara lain: air kelapa, air tajin, madu, susu formula, pisang dan
lain-lain.
4) Kepercayaan atau keyakinan sebagai akibat pemberian ASI atau maakanan tambahan lain
termasuk keyakinan berdasarkan agama atau kepercayaan lain (tahayul).
5)
Kemudahan-kemudahan yang didapat sebagai hasil kemajuan teknologi pembuatan
makanan bayi seperti pembuatan tepung makanan bayi, susu formula mendorong ibu untuk
mengganti ASI dengan makanan olahan lain.

6)
Ibu bekerja, pemberian susu sapi adalah salah satu jalan keluar untuk memberikan
makanan pada bayi yang ditinggalkan dirumah.
7)
Faktor psikologis ibu sehingga adanya kepercayaan merasa
kecemasan/stress, takut bentuk payudara rusak, badan menjadi gemuk, dll.

ASI

kurang,

8)
Kurang motivasi keluarga/suami, petugas kesehatan termasuk instistusi yang mempekerjai
perempuan untuk menyusui (Yudhoyono, 2007).
Menurut Maas (2004), walaupun pada masyarakat tradisional pemberian ASI bukan merupakan
permasalahan yang besar karena pada umumnya ibu memberikan bayinya ASI, namun yang
terjadi permasalahan adalah pola pemberian ASI yang tidak sesuai dengan konsep medis
sehingga menimbulkan dampak negatif pada kesehatan dan pertumbuhan bayi. Di samping pola
pemberian yang salah, kualitas ASI juga kurang. Hal ini disebabkan banyaknya pantangan
terhadap makanan yang dikonsumsi si ibu baik pada saat hamil maupun sesudah melahirkan.
Sebagai contoh, pada masyarakat Tanjung Pura ibu yang menyusui pantang untuk
mengkonsumsi bayam, ikan laut atau sayur nangka. Di beberapa daerah ada yang memantangkan
ibu yang menyusui untuk mengkonsumsi telur.
Pada beberapa masyarakat tradisonal Indonesia kita bisa melihat konsepsi budaya yang terwujud
dalam perilaku berkaitan dengan pola pemberian makanan pada bayi yang berbeda, dengan
konsepsi kesehatan modren. Sebagai contoh, pemberian ASI menurut konsep kesehatan modren
atau medis dianjurkan selama 2 tahun dan pemberian makanan tambahan berupa makanan padat
sebaiknya sesudah bayii berumur 4 tahun.
2.2 Konsep Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah
orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui
pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian
besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan
seseorang (overt behavior).Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6
tingkatan, yang dibagi atas :
1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.Termasuk ke
dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari
seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.Tahu merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah, yang dapat diukur dengan kemampuan menyebutkan,
menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.

1. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek
yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
1. Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada
situasi dan kondisi yang sebenarnya (real).
1. Analisis (analysis)
Analsis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam
komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya
satu ama lain.
1. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagianbagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
1. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap
suatu materi atau objek.Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan
sendiri, atau menggunakan kriteria -kriteria yang telah ada (Notoatmodjo, 2007).
2.3. Konsep ASI eksklusif
2.3.1. Defenisi ASI
ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam
garam organik yang disekresi oleh kelenjar payudara ibu (mammae) sebagai makanan utama
bagi bayi (Soetjiningsih, 2002). ASI (Air Susu Ibu) sebagai makananyang alamiah juga
merupakan makanan terbaik yang dapat diberikan oleh seorang ibu kepada anak yang baru
dilahirkannya dan komposisinya yang sesuai untuk pertumbuhan bayi serta ASI juga
mengandung zat pelindung yang dapat menghindari bayi dari berbagai penyakit (Utami, 2005)
2.3.2 Pengertian ASI eksklusif
Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam
anorganik yang sekresi oleh kelenjar mamae ibu, yang berguna sebagai makanan bagi bayinya.
ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada bayi
berumur nol sampai enam bulan. Bahkan air putih tidak diberikan dalam tahap ASI eksklusif ini.

ASI dalam jumlah cukup merupakan makanan terbaik pada bayi dan dapat memenuhi kebutuhan
gizi bayi selama 6 bulan pertama.ASI merupakan makanan alamiah yang pertama dan utama
bagi bayi sehingga dapat mencapai tumbuh kembang yang optimal.Pada tahun 2001 World
Health Organization / Organisasi Kesehatan Dunia menyatakan bahwa ASI eksklusif selama
enam bulan pertama hidup bayi adalah yang terbaik. Dengan demikian, ketentuan sebelumnya
(bahwa ASI eksklusif itu cukup empat bulan) sudah tidak berlaku lagi (Hapsah, 2009)
ASI adalah cairan putih yang dihasilkan oleh kelenjar payudara ibu melalui proses
menyusui. Secara alamiah, ia mampu menghasilkan ASI. ASI merupakan makanan yang
disiapkan untuk calon bayi saat ia mengalami kehamilan. Semasa kehamilan, payudara akan
mengalami perubahan untuk menyiapkan produksi ASI tersebut (Khasanah, 2011).
Menurut World Health Organization (WHO) dan United Nation Childrens Fund (UNICEF),
ASI eksklusif adalah hanya memberikan ASI saja tanpa makanan pendamping lainnya hingga
bayi berusia 6 bulan.
Kata eksklusif , diambil dari kata asli bahasa Inggris, exclusive yang menurut kamus (John M.
Echolas & Hassan Shadily) artinya sendirian, tidak disertai dengan yang lain. Dengan demikian,
pemberian ASI eksklusif diartikan sebagai pemberian ASI sepenuhnya tanpa disertai tambahan
atau selingan apa pun sejak bayi lahir hingga umur tertentu (Budiasih, 2008).
ASI ialah makanan Ekslusuif bagi bayi. NIlai gizi yang terkandung dalam ASI sangat tinggi
sehingga sebenarnya ia tidak memerlukan tambahan komposisi apapun dari luar. Secara alamiah,
Tuhan memang telah menciptakan ASI sedeikian rupa sehingga sangat cocok untuk dijadikan
makanan yang mudah dicerna olehnya dengan cara diserap melalui putting ibunya (Knasanah,
2011)
ASI eksklusif atau lebih tepat pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi yang hanya diberi
ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan
tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, papaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan tim
(dr. Utami Roesli,SpA, 2005).
ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan tambahan lain pada bayi berumur 0-6 bulan
(Yuliarti, 2010).
ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI selama 6 bulan tanpa tambahan cairan lain, seperti
susu formula, jeruk, madu, air teh, dan air putih, serta tanpa tambahan makanan padat seperti
pisang, bubur susu, biscuit, bubur nasi, dan nasi tim, kecuali vitamin, mineral dan obat
(Prasetyono, 2009).

2.3.3. Macam macam ASI


1. a.

Kolostrum

Adalah cairan tahap pertama Asi yang dihasilkan selama masa kehamilan.
Kolostrum ini seringkali disalah artikan dengan susu basi. Pada hal Kolostrum bukan susu basi
yang kaya akan kandungan gizi dan zat imun. Kolostrum mempunyai kandungan yang tinggi
protein, vitamin yang larut dalam lemak serta mineral mineral.
Selain itu dalam kolostrum ada kandungan zat immunoglobulin.zat immunoglobulin ini
merupakan antibody dari ibu untuk bayi yang juga berfungsi sebagai immunitas pasif untuk bayi.
Immunitas pasif ini akan melindungi bayi dari berbagai bakteri dan virus yang merugikan
sealama tahuntahun pertama sang bayi.
Kolostrum juga berguna bagi usus bayi.Kolostrum merupakan pembersih usus bayi yang
dapat membersihkan mikonium. Dengan adanya kolostrum ini maka mukosa usus bayi baru lahir
bias segera bersih dan siap menerima ASI. Hal ini ditandai dengan feces bayi yang pertama kali
berwarna hitam. Bebarapa ciri-ciri kolostrum yaitu: Berwarna kuning atau krem, lebih kental
dibandingkan denagan cairan susu tahap berikutnya, berakhir bebrapa hari setelah kelahiran bayi
(2 4 hari).
1. b.

Transitional Milk

Transitional Milk atau ASI peralihan adalah ASI yang dihasilkan setelah kolostrum. Biasanya
ASI ini akan berakhir sekitar 2 minggu setelah kolostrum. Kandungan dalam ASI.peralihan
memang tidak selengkap Kolostrum. Beberapa zat yang tergantung dalam Asi peralihan ini
adalah lemak, laktosa, vitamin terlarut dalam air dan mengandung lebih banyak kalori dari pada
kolostrum.
1. Mature Milk
Asi Matura tau mature Milk adalah cairan terakhir yang dihasilkan oleh sang ibu. ASI matur
berisi 90% air yang diperlukan untuk memelihara hidrasi bayi sedangkan 10% kandungannya
adalah karbohitrat, protein dan lemak yang diperlukan untuk kebutuhan hidup dan
perkembangan bayi. Dalam perkembangannya ASI matur dapat terus berubah disesuaikan
dengan perkembangan bayi sampai 6 bulan. Dalam perkembangannya ada 2 tipe mature milk
atau ASI matur yaitu foremilk dan hindmilk.Kedua jenis tersebut diatas sangat dibutuhkan ketika
ibu menyusui yang akan menjamin nutrisi bayi yang akan diperlukan sesuai tumbuh kembang
bayi. Jenis foremilk adalah jenis ini dihasilkan selama awal menyusui dan mengandung air,
vitamin-vitamin dan protein.Sedangkan hindmilk adalah jenis dihasilkan setelah pemberian awal
menyusui dan mengandung lemak tingkat tinggi dan sangat diperlukan untuk pertambahan berat
bayi (Kodrat, 2010).

2.3.4 Kandungan ASI


ASI adalah makanan yang kaya gizi bagi bayi, tetapi tidak pernah tahu seberapa banyak
kandungan gizi yang terdapat di dalamnya terutama sekali air susu pertama setelah ibu
melahirkan. Berbeda air susu berikutnya yang berwarna putih, yang hanya sedikit mengandung
protein sekitar 1% dengan kolostrum. Pada kolostrum banyak mengandung protein sekitar 16%,
immunoglobulin A (Ig A), laktoferin, sel-sel darah putih, faktor bifidus, yang semuanya sangat
penting bagi pertumbuhan bayi terhadap serangan penyakit (infeksi), lebih banyak mengandung
vitamin A dan mineral-mineral seperti seng (Zn) dan natrium (Na), serta lebih sedikit
mengandung lemak dan laktosa (Sunartyo, 2008).
Komposisi ASI bersifat dinamis : berubah dari waktu ke waktu. Ada kolostrum yang
mengandung antibody, foremilk yang mengandung lebih banyak protein, dan hindmilk yang
mengandung lebih banyak lemak (Sri Budiasih, 2008).
2.3.5. Komposisi Kolostrum, ASI, dan Susu Sapi
Komposisi Kolostrum, ASI dan susu sapi per 100 gram dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1
Komposisi Kolostrum, ASI dan Susu Sapi Per 100 Gram

KOLOSTRUM

SUSU

1 s/d 5 hari

ASI

SUSU SAPI

100 gram

100 gram

100 gram

Energi (Kal)

58

77

65

Protein (g)

2,7

1,1

3,5

Lemak (g)

2,9

4,0

3,5

Karbohidrat (g)

5,3

9,5

4,9

GIZI

Kalsium (g)

31

33

118

Fospor (mg)

14

14

93

Besi (mg)

0,9

0,1

Vit A (SI)

296

240

140

Thiamin (mg)

0,015

0,01

0,03

Riboflavin (mg)

0,029

0,04

0,17

Niacin (mg)

0,075

0,2

0,1

Asam Askorbat

4,4

Sumber : F. G. Winarno
2.3.6 Manfaat ASI
Tidak diragukan lagi bahwa bayi yang diberi ASI, terutama ASI Ekslusif memiliki
banyak manfaat. Manfaat utama yang dapat diperoleh dari ASI, yaitu ia bisa mendapatkan nutrisi
terlengkap dan terbaik baginya. Selain itu, ASI juga dapat melindungi bayi dari berbagai
penyakit dan alergi, serta meringankan kerja pencernaannya dan lain sebagainya (Khasanah,
2011)
1. ASI baik bagi pertumbuhan otak bayi
Otak bayi membesar dua kali lipat dalam tahun pertama kehidupan. Sel sel otak yang
banyaknya 14 miliar sel, tidak bisa tumbuh dan berkembang secara alami saja sehingga ia
membutuhkan nutrisi, seperti lemak dan protein.
Nutrisi yang paling bagus dan paling cocok tiada lain adalah yang terdapat dalam ASI karena
ASI sangat sempurna sebagai nutrisi bagi bayi.

ASI mengandung AA (Asam Arakhidonat) termasuk kelompok omega-6 dan DHA (Asam
Dekosa Heksanoat) kelompok omega-3, dan nutrisi lain seperti protein, laktosa dan lemak
lainnyayang merupakan zat yang dapat merangsang pertumbuhan otak bayi. Untuk menunjang
pertumbuhan otak bayi, makanan yang mengandung AA dan DHA sebagaimana terdapat dalam
ASI sangat diperlukan baginya.Dalam perkembangan otak bayi lebih mengutamakan zat AA dan
DHA dalam bentuk jadi seperti yang terdapat dalam ASI.
Makanan yang paling bagus dan dapat menunjang pertumbuhan otak bayi tidak ada selain ASI
Ekslusif.ASI mengandung zat zat yang sangat dibutuhkan bayi.Oleh sebab itu, jika anda
menginginkan bayi anda cerdas, ASI harus diberikan kepadanya. Jika ia tidak diberi ASI, jangan
harap pertumbuhan sel otaknya akan bagus. Banyak penelitian menunjukkan bahwa bayi yang
diberi ASI memiliki IQ lebih tinggi dibandingkan dengan bayi yang tidak diberi ASI.
1. ASI adalah Sumber Nutrisi Terbaik Bagi Bayi
ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang seimbang karena
disesuaikan dengan dengan kebutuhan bayi pada masa pertumbuhannya.
ASI adalah makanan yang paling sempurna, baik kualitas maupun kuantitasnya. Jika proses
menyusui dilakukan dengan tehnik yang tepat dan benar, produksi ASI seorang ibu akan cukup
sebagai makanan tunggal bagi bayi normal sampai usia 6 bulan.
Air susu ibu yang memiliki bayi premature mengandung lebih banyak zat lemak, protein,
natrium, klorida dan besi untuk memenuhi kebutuhan bayi. Bahkan telat dibuktikan bahwa
fungsi mata bayi berkembang lebih baik pada bayi premature yang diberi ASI dan mereka
memperlihatkan kecakapan yang lebih baik dibandingkan bayi premature yang tidak diberi ASI
(Khasanah, 2011).
1. ASI Meringankan Pencernaan Bayi
Kondisi system pencernaan bayi pada bulan bulan pertama belum berfungsi secara
sempurna.Oleh karena itu, asupan nutrisi untuknya tidak boleh yang memberatkan kerja system
pencernaanya. Selain itu ASI mengandung nutrisi yang lengkap, ASI juga dilengkapi dengan
enzim enzim yang membantu proses pencernaan sehingga meringankan kerja system
pencernaan bayi.
Otak bayi membesar dua kali lipat dalam tahun pertama kehidupan. Sel sel otak yang
banyaknya 14 miliar sel tidak bisa tumbuh dan berkembang secara alami saja sehingga ia
membutuhkan nutrisi, seperti lemak protein.
1. ASI Meningkatkan Kekebalan Tubuh Bayi
Awal tahun kehidupan bayi merupakan masa paling rawan.Disamping memenuhi kebutuhan
nutrisinya, ASI juga melindungi bayi dari berbagai macam penyakit.Ia yang baru lahir belum
memiliki kekebalan tubuh yang berfungsi sempurna, karena ada beberapa unsur penting yang

masih kurang untuk melawan infeksi.Ia masih memerlukan tambahan faktor yang mendukung
kekebalan tubuhnya dari luar.
Pada waktu bayi baru lahir, secara alamiah, ia mendapat zat kekebalan tubuh dari ibunya melalui
placenta, tetapi kadar zat tersebut akan cepat turun setelah kelahirannya, padahal dari waktu ia
lahir sampai ia berusia beberapa bulan, ia belum dapat membentuk kekebalan sendiri secara
sempurna.
Kemampuannya untuk membantu daya tahan tubuhnyasendiripun menjadi lambat sehingga
akanterjadi kesenjangan daya tahan tubuh. Kesenjangan daya tahan tersebut dapat diatasi apabila
ia diberi ASI. Sebab, ASI mengandung faktor kekebalan tubuh yang diperlukan bagi
tubuhnya.ASI awal mengandung faktor kekebalan tubuh yang lebih tinggi dibanding ASI yang
keluar selanjutnya.Hal ini menunjukkan bahwa ASI lebih dari sekedar makanan (Khasanah,
2011)
Pemberian ASI sampai bayi mencapai usia 4 6 bulan, akan memberikan kekebalan terhadap
berbagai macam penyakit karena ASI adalah cairan yang mengandung zat kekebalan tubuh yang
dapat melindungi dirinya dari berbagai penyakit infeksi, bakteri, virus, jamur, maupun parasit.
Oleh karena itu, dengan adanya zat antiinfeksi dalam ASI maka ia yang mendapat ASI Eksklusif
akan terlindungi dari berbagai macam infeksi. ASI mengandung faktor faktor kekebalan seperti
berikut :

1. Faktor Bifilus
Hal ini merupakan suatu karbohidrat yang diperlukan untuk pertumbuhan bakteri
menguntungkan, yaitu bakteri Lactobacillus bifidus.Dalam usus bayi yang diberi ASI, bakteri
tersebut mendominasi flora bakteri dan memproduksi asam laktat dari laktosa. Asam laktat akan
menghambat pertumbuhan bakteri yang berbahaya dan parasit lainnya.
1. Faktor Laktoferin
Laktoferin adalah suatu protein yang mengikat zat besi yang terdapat dalam ASI.Zat besi yang
terikat tidak dapat digunakan oleh bakteri bakteri usus yang berbahaya, yang membutuhkan
untuk pertumbuhan sehingga bakteri berbahaya tidak dapat tumbuh.
1. Faktor Laktospirosidase
Laktospirosidase merupakan enzim yang terdapat dalam ASI yang membantu membunuh
bakteri berbahaya.
1. Faktor Sel sel Fagosit
Sel sel fagosit berfungsi sebagai pemakan bakteri yang berbahaya bagi tubuh bayi
1. Faktor Sel Limfosit dan Makrofag
Sel limfosit dan makrofag mampu mengeluarkan zat antibody untuk meningkatkan imuntas
terhadap penyakit pada tubuh bayi.
1. Faktor Lisozim
Lipozim merupakan salah satu enzim yang terdapat dalam ASI.Enzim tersebut memiliki fungsi
membunuh berbagai macam bakteri dan kuman, serta berperan sebagai pelindung terhadap
berbagai macam virus.
1. Faktor Interferon
Interferon berfungsi menghambat pertumbuhan virus sehingga tubuh bayi anda pun bisa
terhindar dari beragam penyakit yang disebabkan virus.
Berbagai factor kekebalan diatas akan saling bekerja sama melindungi bayi dari berbagai
penyakit. Berbagai penelitian pun menunjukkan bahwa bayi yang disusui lebih sedikit terkena
diare dibandingkan dengan bayi yang diberi makanan buatan.Ia juga lebih sedikit menderita
saluran pernapasan dan telinga tengah.

1. ASI Mudah Dicerna oleh Bayi


ASI memiliki unsure yang istimewa karena ASI merupakan makanan yang paling mudah dicerna
bayi. Meskipun demikian sangat kaya akan zat gizi, ASI sagat mudah dicerna oleh system
pencernaan bayi yang masih rentan. Maka dari itu, ia memerlukan sedikit energy dalam
mencerna ASI sehingga ia dapat menggunakan energinya untuk pertumbuhan dan perkembangan
organ. ASI mudah dicerna karena mengandung enzim pencernaan yang terkandung dalam ASI.
1. ASI Tidak Mudah Tercemar
ASI steril dan tidak mudah tercemar karena ASI langsung dikeluarkan oleh mulut bayi ketika
menyusu da tidak ada ruang untuk baktri masuk kedalam ASI. Sementara itu, pada susu formula
mudah dan sering tercemar bakteri, terutama bila ibu kurang mengetahui cara pembuatan susu
formula yang benar dan baik.
1. ASI Menghindarkan Bayi dari Alergi
Alergi adalah suatu bentuk penolakan tubuh yang berlebihan atas masuknya zat asing kedalam
tubuh.Alergi sering terjadi pada bayi karena system pengaman tubuh yang belum terbentuk
sempurna.Hasil penelitian menunjukkan bahwa ASI mampu melindungi terhadap beberapa jenis
gangguan alergi.Komposisi ASI sudah disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi bayi.Bayi
yang diberi ASI terhindar dari alergi karena ASI mengandung antibody IgA tinggi dalam ASI
yang berfungsi sebagai pencegahan system imun terhadap zat pemicu alergi.
1. ASI Mengurangi Risiko Obesitas di Kemudian Hari
Berat badan berlebih atau obesitas pada anak di Indonesia akhir akhir ini jumlahnya semakin
bertambah.Masalah ini merupakan masalah kompleks dengan banyak sebab.Namun, berbagai
penelitian menunjukkan bahwa pemberian ASI memiliki peran awal dalam mengurangi obesitas
pada anak. Anak anak yang diberi ASI memiliki resiko berat badan berlebih atau obesitas lebih
rendah ketimbang anak yang diberi susu formula.
Proses menyusui cukup berbeda dari pemberian susu formula. Seorang bayi yang menyusu,
cenderung mengambil ASI sesuai kebutuhannya dan berhenti ketika ia sudah merasa cukup.
Kemungkinan, ada sesuatu didalam ASI yang mencegah kenaikan berat badan.
1. ASI Tidak Menimbulkan Karies Gigi pada Bayi
Kandungan selenium yang banyak dalam ASI mampu melindungi bayi terhadap timbulnya karies
gigi. Karies gigi pada bayi yang terdapat pada susu formula jauh lebih tinggi dibandingkan yang
terdapat pada ASI.

1. ASI Menyehatkan Paru paru bayi


Banyak orang tahu bahwa menyusui sangat baik untuk bayi.Tetapi, sedikit orang yang mengerti
bahwa menyusui juga baik untuk paru paru bayi. Proses menyedot ASI dapat memperkuat
paru paru bayi. Berdasarkan hasil penelitian, anak anak pada umur 10 tahun dicek fungsi dan
kapasitas paru parunya, da hasilnya menunjukkan bahwa anak anak yang menyusu ASI
selama 4 bulan lebih memiliki paru paru lebih sehat dan kuat ketimbang anak yang hanya
menyusu melalui botol.
Ternyata, proses menyusu merupakan aktivitas olah raga yang menyehatkan. Latihan fisik yang
terjadi saat proses menyusui kira kira 6 kali dalam sehari selama 4 bulan, kemungkinan akan
meningkatkan kapasitas paru paru dan perputaran udara dari paru paru, dibandingkan dengan
anak anak yang menggunakan botol. Aktivitas olah raga memberikan manfaat 2 kali bagi bayi
yang menyusu pada ibu dari pada yang memakai botol.
1. Menyusu sebagai Media Mendidik Bayi sejak dini
Menyusu bukanlah sekedar memberi makanan, melainkan juga sebagai saranan dalam mendidik
bayi. Sambil anda menyusui, eluslah si bayi dan dekaplah ia dengan hangat. Tindakan ini sudah
dapat menibulkan rasa aman padanya sehingga kelak ia akan memiliki emosi yang tinggi. Hal
tersebut menjadi dasar bayi pertumbuhan manusia menuju sumber daya manusia yang baik dan
lebih mudah untuk menyayangi orang lain.
1. Menyusui Dapat Menjalin Interaksi antara Ibu dan Bayi
Pengaruh kontak langsung antara ibu dan bayi selama proses menyusui dapat membentuk ikatan
kasih saying diantara mereka karena berbagai rangsangan, seperti sentuhan kulit (skin to skin
contact).
Bayi akan merasakan aman dan puas karena ia merasakan kehangat tubuh ibu dan menengarkan
denyut jantung ibu yang sudah dikenalnya sejak ia masih dalam rahim. Selain itu, interaksi
tersebut juga dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan pskiologisnya yang tergantung
pada eratnya hubungan mereka (Khasanah, 2011)
Manfaat ASI Bagi Ibu
Manfaat memberikan ASI tidak hanya dirasakan oleh bayi saja, tetapi menyusui juga banyak
memberikan manfaat bagi ibu.Ada berbagai manfaat yang bisa didapatkan si ibu jika
memberikan ASI kepada bayinya. Diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Menguntungkan secara Ekonomi
Dengan menyusui secara Ekslusif, ibu tidak perlu mengeluarkan biaya untuk makanan bayi
sampai bayi berumur 4 atau 6 bulan. Dengan demikian, menyusui akan menghemat pengeluaran
rumah tangga untuk membeli susu formula dan peralatannya. Biaya bisa dialokasikan untuk

memberikan makanan yang lebih bergizi kepada ibu menyusui karena menyusui memerlukan zat
gizi yang lebih.
1. ASI Tidak Pernah Basi
ASI selalu diproduksi oleh pabriknya di wilayah payudara ibu. Bila gudang ASI telah kosong,
ASI langsung diproduksi, sebaliknya jika ASI tidak digunakan akan diserap kembali oleh tubuh
ibu. Jadi, ASI dalam payudara tidak pernah basi dan ia tidak perlu memerah, atau pun membuang
ASI-nya sebelum menyusui..
1. Timbul Rasa Percaya Diri pada Diri Ibu untuk Menyusui
Menyusui dapat memberikan rasa percaya diri bahwa ibu mampu menyusui dengan produksi ASI
yang mencukupi untuk bayinya. Menyusui dipengaruhi oleh emosi ibu dan kasih saying terhadap
bayi sehingga bisa meningkatkan produksi hormone, terutama oksitoksin yang pada akhirnya
akan meningkatkan produksi ASI.
1. Praktis dan tidak Merepotkan
Bila bayi diberi ASI, ibu tidak perlu repot mempersiapkan alat alat dan membuat minuman
bayi, serta pergi ketoko untuk membeli susu formula. ASI selalu tersedia dan ketika bayi ingin
langsung dapat diberikan tanpa ribet mempersiapkan susu botol.
1. Menyusui Dapat Menunda Kehamilan
Menyusui bisa menjadi cara Keluarga Berencanan (KB) yang paling efektif untuk mencegah
kehamilan jika dilakukan secara tepat dengan beberapa syarat, yaitu belum mengalami
menstruasi, pemberian ASI-nya tidak boleh dihentikan sama sekali, dan belum 6 bulan atau
masih ASI Eksklusif. Dengan menyusui secara Ekslusif, dapat menunda haid dan kehamilan
sehingga hal ini bisa digunakan sebagai alat kontrasepsi alamiah yang secara umum dikenal
sebagai Metode Amenorea Laktasi (MAL).
1. Mengurangi Resiko Berat Badab Berlebih
Dengan menyusui, lemak ayang ada di tubuh akan diubah menjadi ASI sehingga tidak
menyebabkan kegemukan dan cepat mengembalikan bentuk tubuh seperti sebelumnya.
Menyusui membutuhkan energy sekitar 500 kalori perhari sehingga ibu tidak perlu mengurangi
jumlah makanan yang dikonsumsi. Ditemukan pengurangan berat badan sebesar 0,44 kg untuk
setiap bulan ketika menyusui.
1. Mempercepat Pengecilan Ukuran Rahim
Isapan bayi saat menyusui mampu membantu rahim menciut, mempercepat kondisi ibu untuk
kembali ke masa pra kehamilan, dan mengurangi resiko perdarahan.Saat menyusui, ada hormone
oksitoksin yang berperan dalam produksi ASI.Ternyata, hormone tersebut juga berfungsi
membantu rahim kembali mengecil lebih cepat dibanding ibu yang tidak menyusui.

1. Mengurangi Resiko Kanker Payudara


Diperkirakan zat innate immune system yang terdapat dalam ASI bisa memberikan perlindungan
terhadap jaringan payudara ibu sehingga bisa terhindar dari ancaman kanker payudara.
1. Mengurangi Resiko Kanker Rahim
Hormon yang berperan dalam produksi ASI, ternyata juga berperan menuntaskan proses nifas
sehingga rahim kembali bersih dari sisa sisa melahirkan.Hal ini dapat menurunkan resiko
kanker rahim pada ibu yang menyusui bayinya.
1. Mengurangi Stres dan Kegelisahan
Hormon oksitoksin akan keluar saat ibu menyusui bayinya, hormon ini berguna untuk
mengurangi stress yang dialami sehingga ibu yang menyusui akan memiliki perasaan yang
positif dan dapat melakukan lebih banyak hal hal yang positif.
1. Mengurangi Resiko Osteoporosis
Osteoporosis banyak terjadi pada wanita lanjut usia.
Untuk mengurangi resiko osteoporosis masa lanjut usia, ia perlu memiliki tulang padat.
Menyusui ternyata akan meningkatkan kepadatan tulang sehingga mengurangi resiko
osteoporosis dan patah tulang pada usia lanjut (Khasanah, 2011)
2.3.7 Cara Pemberian ASI
Pemberian ASI dapat dilakukan secepat mungkin setelah bayi dilahirkan.Kolostrum adalah ASI
yang diproduksi pada beberapa hari pertama setelah bersalin. Kolostrum kaya akan nutrisi dan
antibody yang dapat melindungi bayi dari berbagai infeksi.
Ketika bayi anda terbangun dan siap untuk menyusui, pastikan anda dalam posisi yang baik dan
nyaman sebelum memulai menyusui.
Duduklah dengan punggung tersokong dengan baik, kaki ke bawah, dan telapak kaki diletakkan
pada lantai (posisi kaki jangan dibiarkan tergantung karena membuat tidak nyaman).Posisi tidur
di satu sisi tubuh juga baik untuk memberikan ASI.Setelah mendapatkan posisi yang nyaman,
letakkan bayi ke dekat payudara Anda, dengan kepala dan pundak bayi menghadap Anda, lalu
dengan satu tangan lain, siapkan payudara Anda. Gunakan ibu jari dan telunjuk untuk memegang
daerah areola (bagian yang berwarna gelap) sekitar putting susu. Bukalah mulut bayi dengan
menyentuhkan putting susu ke mulut bayi, ketika mulut bayi terbuka lebar, masukkan putting
susu Anda, sehingga seluruh putting susu masuk secara penuh ke mulut bayi dan bagian areola
payudara sebanyak mungkin berada dalam mulut bayi. Lalu dekaplah bayi ke arah tubuh
ibu.Dengan posisi ini, ujung hidung bayi dan dagunya menyentuh payudara Anda, juga seluruh
tubuh bayi menghadap tubuh bayi.

Setelah selesai menyusui, jangan langsung menarik bayi dari payudara, tapi letakkan jari
kelingking Anda yang bersih di sudut mulut bayi, dan keluarkan putting susu Anda secara
perlahan.
Gunakanlah kedua belah payudara secara bergantian setiap menyusui, selalu kosongkan
payudara yang satu sebelum memberikan yang satunya sehingga bayi mendapatkan komposisi
nutrisi yang penuh. Biasanya pada payudara kedua, bayi hanya meminum sedikit atau tidak
tertarik lagi, karena sudah tercukupi keperluannya saat itu (dr. Suririnah, 2009).
Berilah bayi dengan ASI dalam beberapa menit dari masing-masing kedua payudara untuk
beberapa hari pertama kehidupannya. Cara ini dapat mencegah terjadinya pengerasan payudara
karena adanya sisa air susu yang tidak sempat keluar. Memang tidak mudah memindahkan bayi
dari payudara yang satu ke lainnya, dibutuhkan kesabaran dan pengertian dari sang ibu, terutama
bagi ibu muda yang baru punya anak pertama. Cara ini mungkin bermanfaat bagi ibu, yaitu
dengan menekan pelan payudara dan menjauhkannya dari mulut bayi.Seiring dengan berlalunya
waktu, ibu sudah lebih berpengalaman dan tahu kapan harus mengganti payudaranya yang
dihisap bayinya. Susuilah bayi hingga sebanyak 10 sampai 12 kali dalam sehari (24 jam).
Dengan demikian ibu dapat membuat jadwal rutin dimana bayi akan menyusu sebanyak yang
diinginkan dalam sehari (Sunartyo, 2008).
Biarkan bayi menyusu dari setiap payudara selama yang diinginkannya, biasanya antara 20-40
menit atau lebih, lalu bayi akan melepaskan payudara Anda ketika dia merasa kenyang (dr.
Suririnah, 2009).
Memberikan ASI setiap 10 menit secara rutin tiap hari adalah cara terbaik unuk menaikkan berat
badan bayi dari pada mengikuti keinginan bayi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Komite
Dokter Umum dan Asosiasi Praktisi Medis Inggris diketahui bahwa memberikan ASI secara rutin
setiap 10 menit setiap hari membuat bayi lebih sehat dan berat badannya lebih baik.Washlaw
menyatakan kesimpulan itu diambil berdasarkan survei terhadap 63 ibu yang memberikan ASI
eksklusif di Bradford, Inggris. Berdasarkan hasil penelitian itu, para ibu menyusui disarankan
memberikan ASI kepada bayi maksimum 10 menit setiap tiga jam (www. Dechacare.com).
Pemberian ASI Mempererat Hubungan Ibu dan Bayi
Rahasia kedekatan ibu dan bayinya adalah ASI atau Air Susu Ibu. Hal ini didapat dalam sebuah
p[enelitian bahwa ASI selama beberapa bulan pertama hidup bayi sangat mempngaruhi
kedekatan hubungan (Bonding) antara ibu dan bayi. Respon otak ibu yang memberikan ASI juga
lebih aktif ketika mendengar bayinya menangis.
Penelitian ini dipublikasikan pada Journal of Child Psychology and Psychiatry May 2011.
Penelitian di Pusat Study Anak di Yale University membagi peserta menjadi dua kelompok,
Sembilan orang ibu yang menyusui bayinya dan 8 orang ibu yang memberikan susu formula,
kemudian dilakukan MRI sebulan setelah bayi mereka lahir. Kandungan hormone cinta love
hormone Oxytocin pada tubuh ibu yang menyusui ternyata lebih tinggi daripada ibu yang tidak
menyusui bayinya.Hormone ini sangat mempengaruhi keakraban hubungan antara ibu dan anak.
Begitu banyak manfaat ASI untuk bayi yang sudah kita ketahui, namun ternyata ada juga

manfaat bagi sang ibu, yaitu hubungan yang lebih erat (bonding) dengan bayinya yang pasti akan
terbawa sampai bayi menjadi dewasa.
2.4 .Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Asi Ekslusif dengan Status Kesehaan Bayi
Komposisi ASI yang bersifat dinamis, yaitu berubah dari waktu ke waktu. ASI pertama yang
berwarna kuning bening yang keluar 0-7 hari setelah ibu melahirkan merupakan zat kekebalan
tubuh yang sangat ampuh.
Memberikan ASI setiap 10 menit secara rutin tiap hari adalah cara terbaik menaikkan berat
badan bayi daripada mengikuti keinginan bayi. Badan Kesehatan Dunia World Health
Organization (WHO) merekomendasikan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama
kepada bayinya. Namun, separuh responden dalam penelitian Komite Dokter Umum menyatakan
biasa memberikan makanan tambahan bila bayi menginginkan (Dechacare.com).
Pemberian Asi secara Ekslusif dianjurkan untuk jangka waktu sekurang kurangnya 4 bulan,
tetapi bila mungkin sampai 6 bulan. Setelah bayi berusia 6 bulan maka bayi diperkenalkan MP
ASI sampai usia 2 tahun. Jika bayi hanya diberikan Asi saja sesuai dengan lamanya pemberian
Asi Ekslusif maka manfaat Asi sangat lah besar bagi bayi.
Sumber gizi yang terutama berasal dari makanan, makanan yang bergizi merupakan modal utama
dalam perkembangan tubuh, terutam. bagi bayi. Makanan bergizi tidak hanya menentukan
kesehatan tubuh bayi di kemudian hari, tetapi juga untuk pertumbuhan otaknya (Anneahira,
2012)
Salah satu upaya untuk menekan kekurangan gizi pada balita adalah dengan memberikan
ASI Eksklusif. Air Susu Ibu adalah cairan formula tersehat untuk bayi yang mengandung nutrisi
stabil (terbentuk dari nutrisi yang mengalir di darah sang ibu). Kadar lemak, gula, air dan protein
yang dosisnya tepat sesuai dengan kebutuhan balita.
WHO menganjurkan agar para ibu menyusui balitanya secara ekslusif sampai umur 6 bulan
(sebelum diberikannya makanan tambahan) atau maksimal 2 tahun.
Adapun status kesehatan bayi dapat dikategorikan menjadi 3, yaitu :
2.4.1.1. Status Gizi
Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang
kesehatan.Derajat kesehatan anak mencerminkan derajat kesehatan bangsa, sebab anak sebagai
generasi penerus bangsa memiliki kemampuan yang dapat dikembangkan dalam meneruskan
pembangunan bangsa. Indikator kesehatan anak terdiri dari angka kematian bayi, status gizi, dan
angka harapan waktu lahir (Eni, 2011)
Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk anak yang
diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak.Status gizi juga di defenisikan sebagai
status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrient.

Penelitian status gizi merupakan pengukuran yang didasarkan pada data antropometri serta
biokimia dan riwayat diit (Beck, 2000)
Data tahun 2007 memperlihatkan 4 juta balita Indonesia kekurangan gizi, 700 ribu
diantaranya mengalami gizi buruk. Sementara yang mendapat program makanan tambahan
hanya 39 ribu anak.
Ditinjau dari tinggi badan, sebayak 25,8 persen anak balita Indonesia pendek (SKRT,
2004). Ukuran tubuh yang pendek ini merupakan tanda kurang gizi yang berkepanjangan.Lebih
jauh, kekurang gizi dapat mempengaruhi perkembangan otak anak.Padahal, otak tumbuh selama
masa balita. Fase cepat tumbuh otak berlangsung mulai dari janin usia 30 minggu sampai bayi 18
bulan.
2.4.1.2. Peniaian Status Gizi
Penilaian status gizi secara langsung menurut Supariasa (2001 ) dapat dilakukan dengan :
1. a. Antropometri
Antropometri adalah ukuran tubuh manusia.Sedangkan antropometri gizi adalah berhubungan
dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dan tingkat umur dan
tingkat gizi.Antropometri secara umum digunakan untuk melihat keseimbangan asupan protein
dan energy.
1. Klinis
Pemeriksaan klinis adalah metode untuk meniai hasil status gizi berdasarkan atas perubahan
perubahan yang terjadi dihubungkan dengan ketidak cukupan zat gizi, seperti kulit, mata,
rambut, dan mukosa oral atau organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.
1. Biokimia
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan specimen yang diuji secara
laboratories yang dilakukan pada berbagai macam jaringan. Jaringan tubuh yang digunakan
antara lain darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot
1. Biofisik
Penilaianstatus gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan melibatkan
kemampuan fungsi da melihat perubahan struktur jaringan.
2.4.1.3. Macam Klasifikasi Status Gizi
a. Klasifikasi Status Gizi
TabelTabel Status Gizi

INDEKS

STATUS GIZI

AMBANG BATAS*)

Gizi Lebih

>+ 2 SD

Gizi Baik

-2 SD sampai +SD

Gizi Kurang

<-2 SD sampai -3 SD

Gizi Buruk

<- 3 SD

Normal

2 SD

Pendek

< 2 SD

Gemuk

>+ 2 SD

Normal

- 2 SD sampai + 2 SD

Kurus (wasted)

<- 2 SD sampai 3 SD

Kurus sekali

<3S

Berat badan menurut Umur (BB/U)

Tinggi badan menurut umur (TB/U)

Berat badan menurut tinggi badan (BB/TB)

Sumber : Depkes, RI, 2002


1. Klasifikasi di atas berdasarkan para meter antropometri yang dibedakan atas :
1)

Berat badan/Umur

Status gizi ini diukur sesuai dengan dengan berat badan terhadap umur dalam bulan yang
hasilnya kemudian dikategorikan sesuai dengan tabel

2) Tinggi badan/Umur
Status gizi ini diukur sesuai dengan tinggi badan terhadap umur dalam bulan yang hasilnya
kemudian dikategorikan sesuai dengan tabel
3)

Berat badan/Tinggi badan

Status gizi ini diukur sesuai dengan tinggi badan terhadap tinggi badan yang hasilnya kemudian
dikategorikan sesuai dengan tabel
4)

Lingkar lengan atas/Umur

Lingkar lengan atas (LILA) hanya dikategorikan menjadi 2 kategori yaitu gizi kurang dan gizi
baik dengan batasan indeks sebesar 1,5 cm/tahun.
5)

Parameter Berat badan/Tinggi badan banyak digunakan karena memiliki kelebihan :

Tidak membutuhkan data umur

Dapat membedakan proporsi (gemuk, normal, kurus)

6) Menurut Depkes RI (2005) parameter berat badan/tinggi badan berdasarkan kategori ZScore diklasifikasikan menjadi 4 yaitu:

Gizi buruk (sangat kurus )

: < 3 SD

Gizi kurang (kurus)

: 3 SD s/d < 2 SD

Gizi baik (normal)

: 2SD s/d + 2SD

Gizi lebih (gemuk)

:> + 2 SD

2.4.2. Tingkat Kecerdasan Bayi


Otak bayi berkembang pesat menginjak trimester kedua, dan ini berlangsung hingga
usia 18 bulan. Setelah itu, perkembanganny akan mulai melandai. Oleh karena itu, usia dibawah
2 tahun biasa disebut sebagai masa keemasan (Golden Age) (Nova, 2012)
Jika pada masa ini bayi kurang mendapat gizi, bisa terjadi gangguan gangguan yang
akan berpengaruh pada aspek kognitifnya. Oleh sebab itu, seorang ibu harus memahami
pentingnya gizi bagi anak. Ketika bayi baru lahir, jumlah sel otaknya mencapai 66 persen dan
beratnya 27 di usia 2 tahun, berat otak anak mencapai 1200 gram. Artinya, usia ini memang masa
perkembangan otak yang sangat cepat.
Ahli kromosom menyarankan menyarankan agar anak di usia 2 tahun, otak anakdiberi
stimulus yang bisa memacu pertumbuhan otaknya. Masukan terbaik adalah kolesterol dan asam

lemak esensial yaitu omega3 dan omega 6.Bisa juga dengan memberikan sebutir ayam kampong
setiap hari.Ini sudah memadai bagi seorang anak.Sumber ikan laut juga bisa menjadi alternative
pengganti telur ayam kampong. Sayangnya orang Indonesia tidak terlalu suka makan ikan laut
dan cenderung suka pada ikan tawar yang kadaromega3 nya tidak terlalu tinggi (Nova, 2012).

1. Tabel Kecerdasan Bayi


Table berikut dapat dipakai sebagai panduan untuk mengukur tingkat kecerdasan bayi :

No

Kegiatan Bayi

Umur Bayi

Telungkup

2,5 4,5 bulan

Duduk sendiri

5 7,5 bulan

Merangkak

8 bulan

Berdiri sendiri

9,5 13,5 bulan

Berjalan sendiri

11 15 bulan

Memanggil ibu (mama)

9 13 bulan

Menendang bola

15 23 bulan

Mencuci tangan

19 bulan

Mengenal warna

33 bulan

Sumber :http://indonesiaindonesia.com/f/45232-tabel-kecerdasan-bayi/html.
2.3.3. Kekebalan Tubuh (Imunitas)
Awal tahun kehidupan bayi merupakan masa paling rawan.Disamping memenuhi kebutuhan
nutrisinya, ASI juga melindungi bayi dari berbagai macam penyakit.Ia yang baru lahir belum
memiliki kekebalan tubuh yang berfungsi sempurna, karena ada beberapa unsur penting yang

masih kurang untuk melawan infeksi. Ia masih memerlukan tambahan faktor yang mendukung
kekebalan tubuhnya dari luar.
Pada waktu bayi baru lahir, secara alamiah, ia mendapat zat kekebalan tubuh dari ibunya melalui
placenta, tetapi kadar zat tersebut akan cepat turun setelah kelahirannya, padahal dari waktu ia
lahir sampai ia berusia beberapa bulan, ia belum dapat membentuk kekebalan sendiri secara
sempurna.
Kemampuannya untuk membantu daya tahan tubuhnyasendiripun menjadi lambat sehingga akan
terjadi kesenjangan daya tahan tubuh. Kesenjangan daya tahan tersebut dapat diatasi apabila ia
diberi ASI. Sebab, ASI mengandung faktor kekebalan tubuh yang diperlukan bagi tubuhnya.ASI
awal mengandung faktor kekebalan tubuh yang lebih tinggi dibanding ASI yang keluar
selanjutnya. Hal ini menunjukkan bahwa ASI lebih dari sekedar makanan (Khasanah, 2011)
Pemberian ASI sampai bayi mencapai usia 4 6 bulan, akan memberikan kekebalan terhadap
berbagai macam penyakit karena ASI adalah cairan yang mengandung zat kekebalan tubuh yang
dapat melindungi dirinya dari berbagai penyakit infeksi, bakteri, virus, jamur, maupun parasit.
Oleh karena itu, dengan adanya zat antiinfeksi dalam ASI maka ia yang mendapat ASI Eksklusif
akan terlindungi dari berbagai macam infeksi
Metode persalinan Caesar ternyata membuat anak beresiko terkena alergi dan asma.Dan lahiran
normal sangatlah jauh lebih baik, karena membuat bayi lebih sehat.Dimana terdapat bakteribakteri baik dalam tubuh ibu hamil saat melahirkan yang dibutuhkan bayi.Probiotik terdapat
pada ibu yang melahirkan normal, ini berguna untuk mencegah kelainan usus pada bayi-bayi
yang baru lahir.
Selain itu juga, pemberian ASi eksklusif sangat penting dari pada susu botol pada bayi. ASI
mengandung probiotik dan prebiotik yang menjadi faktor pertumbuhan untuk probiotik.
Sehingga bayi yang diberi ASI memiliki perkembangan sistem imun yang aktif, yang dapat
melawan alergi dan melawan bakteri usus (Perempuan.com)
Bayi bisa mendapatkan probiotik dari ibunya selama masa kehamilan dan lewat ASI.Itulah
sebabnya mengapa ASI bagus untuk memperkuat sistem imun bayi.Namun sayangnya, ASI
bukanlah produk yang standar. Sebab kandungan probiotik dalam ASI berbeda-beda antara setiap
wanita (Kosmo.Com)
2.5.

Puskesmas

2.5.1.

Pengertian Puskesmas

Puskesmas adalah suatu organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan
kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam
bentuk kegiatan pokok (Depkes RI, 1999)
2.5.2. Wilayah Kerja Puskesmas

Wilayah kerja puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari kecamatan, faktor
kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografi dan infrastruktut lainnya merupakan
pertimbangan di dalam menentukan wilayah kerja puskesmas.Puskesmas merupakan perangkat
pemerintah daerah, sehingga pembagian wilayah kerja puskesmas ditentukan oleh Walikota
dengan sasaran teknik dari Sudin Kesehatan yang disetujui oleh Dinas Kesehatan
Propinsi.Sasaran penduduk yang dilayani oleh puskesmas yaitu 339, 437 jiwa penduduk setiap
puskesmas.Untuk memperluas jangkauan pelayanan puskesmas perlu ditunjang dengan unit
pelayanan kesehatan yang lebih sederhana yang disebut puskesmas pembantu atau puskesmas
keliling.
Khusus di kota besar dengan jumlah penduduk satu juta atau lebih, wilayah kerja puskesmas bisa
melputi satu kelurahan. Puskesmas kecamatan dengan jumlah penduduk 339,437 jiwa atau lebih
merupakan puskesmas pembina yang berfungsi sebagai puskesmas rujukan dan juga mempunyai
fungsi koordinasi (Depkes RI, 1999).

2.5.3. Pelayanan Kesehatan Menyeluruh


Pelayanan kesehatan yang diberikan Puskesmas ialah pelayanan kesehatan yang meliputi :
1. Kuratif (pengobatan)
2. Preventif (pencegahan)
3. Promotif (peningkatan kesehatan)
4. Rehabilitatif (pemulihan kesehatan)
2.5.4. Kegiatan Pokok Puskesmas
Sesuai dengan kemampuan tenaga kesehatan maupun fasilitas kesehatan yang berbeda, maka
kegiatan pokok yang dilaksankaan oleh Puskesmas akan berbeda-beda, tetapi kegiatan pokok
yang harus dilaksanakan sebagai berikut :
1. KIA (Kesehatan Ibu dan Anak)
2. KB (Keluarga Berencana)
3. Usaha Perbaikan Gizi
4. Kesehatan Lingkungan
5. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
6. Pengobatan Umum termasuk Pelayanan Darurat/Kecelakaan
7. Penyuluhan Kesehatan Masyarakat
8. Usaha Kesehatan Sekolah
9. Kesehatan Olahraga
10. Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas)
11. Kesehatan Kerja
12. Kesehatan Gigi dan Mulut
13. Kesehatan Jiwa
14. Kesehatan Mata

15. Laboratorium
16. Peningkatan Peran serta Masyarakat (PPSM)
17. Kesehatan Usia Lanjut
18. Pembinaan Pengobatan Tradisional
19. Kesehatan Remaja
20. Pencatatan dan Pelaporan
2.5.5. Fungsi Puskesmas
Fungsi Puskesmas adalah sebagai berikut :
1. Sebagai Pusat Pembangunan di wilayah kerjanya
2. Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka meningkatkan
kemampuan untuk hidup sehat
3. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di
wilayah kerjanya
2.5.6. Jangkauan Pelayanan
Sesuai dengan geografis, luas wilayah, sarana perhubungan dan kepadatan penduduk dalam
wilayah kerja puskesmas, tidak semua penduduk dapat terlayani dengan mudah.Agar jangkauan
pelayanan kesehatan lebih merata dan luas, puskesmas perlu ditunjang dengan Puskesmas
Pembantu, penempatan Bidan Desa dan puskesmas keliling. Di samping itu pergerakan peran
serta masyarakat untuk mengelola Posyandu dan membina Dasa Wisma akan dapat menjangkau
pelayanan kesehatan.
Tentang iklan-iklan ini

Share this:

Reddit

Terkait
STANDART PELAYANAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIRdalam "curhat"
DELIMAYANIdalam "curhat"

GORESAN HATI YANG LUKA Olehdalam "Tak Berkategori"


Pos ini dipublikasikan di Tak Berkategori. Tandai permalink.
Saia
News

Satu Balasan ke HUBUNGAN SOSIAL BUDAYA DENGAN PEMBERIAN ASI


EKSLUSIF TERHADAP STATUS KESEHATAN BAYI
1.

ridawidiana berkata:
21 Januari 2014 pukul 10:52 pm
Assalamualikum, boleh saya minta alamat email nya untuk diskusi terrimkasih

Balas

Tinggalkan Balasan

Anda mungkin juga menyukai