Anda di halaman 1dari 3

Hakekat manusia

Cogito ergo sum (aku berpikir, karena aku hidup)


Sebuah dogma yang tidak asing lagi kalangan orang-orang yang mempelajari atau
pernah berhubungan dengan ilmu yang namanya Filsafat. Dalam ilmu filsafat lebih
mengedepankan kebebasan berfikir. Kebebasan berfikir menggunakan logika dengan batasanbatasan yang sesuai dengan ilmu pengetahuan yang dianutnya.
Befikir menggunakan logika untuk menemukan suatu kebenaran bukan hanya untuk
orang yang mendalami ilmu filsafat saja. Akan tetapi setiap manusia yang memiliki akal dan
pikiran haruslah menggunakan pemikirannya dengan sebaik mungkin. Tidak semua orang
mau mempertanyakan gejala-gejala yang ada dikehidupannya. Banyak orang-orang hanya
berpuas saja dengan apa yang telah dikatakan orang sebelumnya tanpa mau mengkoreksinya.
Kecenderungan untuk tidak mau terlalu menggunakan pikiran dalam kehidupan
membuat banyak orang tidak mengetahui makna dari hidup itu sendiri. Sebagai seorang
manusia yang memiliki akal. Tentunya kita perlu untuk memikirkan mengapa kita hidup,
untuk apa kita hidup,bagaimana kehidupan setelah ini. Akan sangat menjadi hal penting bagi
setiap manusia jika dia mengetahui hakekat dari kehidupannya. Akan sangat sia-sia hidup
seseorang jika hanya hidup untuk sekedar hidup.
Buya hamka pernah berkata jika hidup hanya sekedar hidup, kera dihutan juga bisa
hidup, jika hidup hanya untuk sekedar makan, ayam juga bisa makan. Dari pernyataan buya
hamka diatas dapat kita ambil suatu kesimpulan bahwa akan sama dengan dengan binatang
kalau seandainya manusia tidak mengetahui hakekat dari kehidupannya. Kecenderungan
manusia pada zaman sekarang ini adalah demikian meskipun mereka sekolah tinggi sampai
mendapatkan gelar profesor ataupun gaji sangat berlimpah. Inti dari kehidupan mereka lebih
mengorientasikan untuk mengisi perut dan memuaskan nafsu serakah.
Hanya sedikit dari sekian banyak manusia mau menggunakan akal untuk mencari
hakekat dari kehidupannya. Memang harus diakui bahwa mencari hakekat kehidupan ini
bukanlah sesuatu hal yang mudah untuk ditemukan. Sulit bagi manusia yang benar-benar
ingin menemukan arti dari kehidupannya di dunia ini. Akan tetapi ada satu cara untuk
manusia dapat menemukan dengan tidak begitu sulit apa mengenai hakekat dari
kehidupannya. Salah satunya adala memahami agama dengan sepenuhnya.
Memahami agama dalam konteks ini bukan hanya sekedar mempelajari dan
mempraktekkan semata. Akan tetapi menggali nilai-nilai yang terkandung didalamnya.
Agama islam sebagai agama rahmatan lill aalamin atau rahmad bagi seluruh umat telah
memberikan rincian tujuan dari penciptaan manusia itu sendiri. Hal inilah yang membuat
islam bukan hanya rahmad bagi orang beragama islam saja, tetapi juga bagi orang-orang yang
belum beragama islam sekalipun. Al-quran sebagai kitap suci umat islam menyebutkan
bahwa tujuan manusia diutus kebumi ini adalah untuk menjadi khalifah atau wakil tuhan
untuk mengurusi bumi.

Perintah itu disebutkan dalam Q.S Al-Baqarah ayat 30-33. Pada intinya Allah akan
menjadikan manusia sebagai wakilnya untuk mengurusi bumi. Namun tentu tidak cukup
sampai disitu saja. Karena tanpa pendalaman maksud, tentu kita tidak akan menemukan arti
yang sesungguhnya atau bisa disebut original intent dari firman allah tersebut. Disinilah
peranan akal kita untuk mencari maksud dan tujuan allah menjadikan manusia sebagai
khalifa. Memang sudah banyak para ahli tafsir menafsirkan masalah al-quran dengan
perspektif yang tidak sama. Apakah kita hanya akan terpaku dari kajian para ahli tafsir
tersebut. Kalau jawaban iya, maka hidup tidak akan ada artinya, akan tetapi jika kita mencoba
menemukannya sendiri. Itulah arti hidup yang sebenarnya.
Penulis akan mencoba menggali maksud dari ayat diatas yang menyatakan manusia
sebagai khalifah allah dimuka bumi ini. Dalam perspektif penulis khalifah yang dimaksud
disini adalah orang yang menjaga, merawat, memperbaiki ataupun merubah kearah yang
lebih lagi dari sebelumnya. Hal itu masih sebuah gambaran umum dari tugas kita sebagai
khalifah, harus lebih dikhususkan lagi jika kita benar-benar ingin untuk menjalankan apa
yang diperintahkan oleh allah SWT. Sebagai seorang manusia yang pada fitrahnya memiliki
keterbatasan diberbagai bidang. Maka tugas kita sebagai khalifah haruslah lebih dikhususkan
dari apa yang dijabarkan sebelumnya.
Pertama yang penulis soroti, terlahir menjadi manusia haruslah menentukan apa yang
akan kita lakukan kedepannya dalam rangka menjalankan amanah yang diberikan oleh Allah
SWT. Tujuan yang dijalankan haruslah jelas, jika memilih jadi pegawai ataupun sebagai
pengusaha. Tentu ada hal yang harus dipertanyakan, apakah pekerjaan ini sudah
merepresentasikan tugas sebagai manusia atau belum. Lebih jauh menjadi pertanyaan jika
kita menjadi pemimpin di suatu kaum, dan membuat perubahan ataupun melakukan hal yang
diperintahkan agama. Apakah itu sudah menjadi khalifahkah. Sulit untuk dijawab, namun
penulis hanya memandang tugas sebagai khalifah itu sebenarnya tidak berat seperti yang
diutarakan diatas. Hanya saja bagaimana kita melaksanakannya, apakah sudah baik atau
belum.
Seorang manusia dalam tingkatan profesi termasuk itu pengangguran sekalipun dapat
menjalankan tugasnya sebagai khalifah dimuka bumi jika menjalankan hal-hal sebagai
berikut. Pertama, memiliki tujuan hidup yang pasti. Tujuan yang pasti disini tidak terbatas
hanya untuk menjadi sukses semata. Disini tujuan pasti yang dimaksud adalah sudah jelas apa
hak dan kewajiban kita sebagai manusia. Manusia yang menjadi makhluk sosial haruslah
menjalankan hubungan dengan sesama manusia. Sebelum ajal menjemput kita harus berusaha
untuk melakukan perintah dan menjauhkan larangan allah.
Boleh saja kita berangan-angan memiliki cita-cita tinggi, namun itu bukanlah tujuan akhir
akan tetapi jalan sebagai representasi sebagai khalifah. Dengan tercapainya cita-cita yang
tinggi tersebut, sudah seharusnya manusia menentukan dengan apa yang dicapai ini harus ada
sesuatu yang menjadi pembeda kita dengan manusia lain dalam hal menjalankan tugas
sebagai khalifah entah itu dengan mengabdi kemasyarakat ataupun mengabdi kepada allah.
Kedua, mengetahui arah tujuan akhir kehidupan ini. Mengetahui yang dimaksud disini adalah
jangan hanya kita menafsirkan kehidupan ini sampai saat roh berpisah dari badan saja.

Seandainya hanya sampai disana pemikiran kita, maka terlalu singkat perjalanan hidup.
Banyak orang yang menyatakan hidup di dunia ini hanya sementara, akan tetapi tidak banyak
orang yang mengetahui bagaimana kesementaraan itu. Mempersiapkan arah kehidupan
setelah mati akan sangat penting dilakukan oleh setiap manusia. Tidak akan ada gunanya kita
hidup di dunia ini hanya tanpa memikirkan hidup sesudahnya. Bagaimana mempersiapkan itu
merupakan salah satu caranya. Akan tetapi mempersiapkan yang bagaimana inilah menjadi
pertanyaan baru. Jika perjalanan hidup kita didunia ini sudah jelas apa yang akan dilakukan
sebagai seorang khalifa. Maka ia juga akan merancang bagaimana masa depannya setelah
nanti tidak lagi menjadi khalifah. Jika di ibaratakan pekerja kantoran, tentunya dia akan
memikirkan bagaimana cara menyambung hidup dikemudian hari setelah ia pensiun
nantinya. Begitupun manusia setelah pensiun nantinya akan mempersiapkan apa yang akan
dibawahnya.
Itulah sebenarnya hakekat kita sebagai manusia. Bukan hanya untuk lahir bekerja dan
mati saja, namun haruslah kita menjalankan tuntunan hidup sesuai dengan apa yang telah
diberikan oleh sang pemberi tugas untuk di dunia ini. Menjalani kehidupan berdasarkan
tuntunan Al-quran dan Al-Hadist dengan tujuan utama mendapatkan ridha Allah SWT. Jika
Allah sudah ridha dengan apa yang kita lakukan, maka apapun yang akan kita kerjakan
didunia ini akan diberkahi oleh Allah SWT. Hidup akan teras hidup, tidak banyak orang yang
merasakan hidup yang sesungguhnya. Ada jiwa yang sudah mati walaupun badan masih
bernyawa.
Semoga bermanfaat

Anda mungkin juga menyukai