Pembahasan
Pendekatan Diagnosis ..
Trauma Tumpul .
14
Trauma Tajam/Tembus
22
Trauma Radiasi . 25
Daftar Pustaka ..
27
PEMBAHASAN
Pendekatan Diagnosis
Daftar Masalah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Penjelasan
1. Nyeri hebat pada mata kiri
Nyeri hebat pada mata kiri pasien terjadi sesaat setelah bola mengenai mata pasien.
Trauma/hantaman oleh bola pertama kali akan menyenai kornea yang mengandung
banyak saraf sensorik tidak bermielin, yang kemuadian akan menimbulkan rasa nyeri
yang sangat. Selain itu spasme dari otot-otot sekirtar bola mata juga akan menambah
rasa nyeri yang dialami oleh pasien (Ilyas, 2008).
2. Visus 1/300
Penurunan penglihatan merupakan hal yang terpenting diketahui dalam trauma mata.
Adanya
penurunan
penglihatan
menunjukkan
terjadinya
trauma
menyebabkan
kerusakan yang mengenai bagian yang termasuk dalam visual aksis, yaitu kornea,
lensa, uvea, badan kaca, retina, bahkan nervus optikus. Penurunan visus pada pasien di
skenario menunjukkan terjadinya kerusakan pada bagian visual aksis akibat trauma
tumpul ataupun trauma kimiawi yang dialami pasien (Ilyas, 2008).
Keadaan penglihatan sebelum terjadinya trauma penting untuk digali karena dapat
berguna untuk mengetahui seberapa besar efek trauma tersebut terhadap penglihatan
pasien. Disamping itu, infomasi ini juga berguna untuk follow-up keberhasilan terapi
yang dilakukan apakah berhasil memperbaiki penglihatan pasien atau tidak (Ilyas, 2008).
3. Mata terasa seperti ada pasir dan terasa terbakar
Mata pasien yang terasa seperti ada pasir dapat disebabkan oleh masuknya partikel/
atau benda asing ke dalam mata pasien. Rasa seperti ada pasir juga dapat timbul akibat
adanya kerusakan pada kornea atau konjungtiva oleh karena trauma yang dialami oleh
pasien (Ilyas, 2008).
Sedangkan rasa terbakar yang dialami pasien terutama disebabkan oleh adanya trauma
kimiawi pada pasien akibat air deterjen yang bersifat basa dan mempunyai sifat
merusak yang sangat tinggi pada jaringan mata (Ilyas, 2008).
Kelompok Tutorial 1
Page 1
penglihatan kabur dan terlihatnya pelangi di sekitar bola lampu atau sumber cahaya
yang dilihat. Kornea akan terlihat keruh, dengan uji plasido positif.
Edema kornea yang berat dapat mengakibatkan masuknya serbukan sel radang dan
neovaskularisasi ke dalam jaringan stroma kornea (Ilyas, 2008).
6. Hifema
Kelompok Tutorial 1
Page 2
Hifema atau adanya darah pada kamera okuli anterior dapat terjadi akibat rupturnya
pembuluh darah pada arteri mayor badan siliar dan cabang-cabangnya, vena badan
siliar, arteri koroid, dan pembuluh darah iris. Kerusakan pada pembuluh-pembuluh darah
tersebut dapat diakibatkan trauma tumpul ataupun tajam, dan dapat pula terjadi secara
spontan akibat hipertensi, retinoblastoma dan leukemia (Kuhn, 2002) (Ilyas, 2008).
Manifestasi Klinis
Pasien
dengan
hifema
biasanya
mengeluh
sakit,
disertai
dengan
epifora
dan
blefarospasme. Penglihatan pasien akan sangat menurun. Bila pasien duduk hifema
akan terlihat terkumpul di bagian bawah bilik mata depan, dan hifema dapat memenuhi
seluruh ruang bilik mata depan. Kadang-kadang terlihat iridoplegia dan iridodialisis
(Ilyas, 2008).
7. Injeksi Konjungtiva dan Injeksi Siliar
Injeksi konjungtiva dan injeksi siliar dapat terjadi akibat pengaruh berbagai hal. Trauma
tumpul akibat bola squash dan trauma kimia akibat air detergen yang terjadi di senario,
keduanya dapat menyebabkan keadaan injeksi konjungtiva dan injeksi siliar ini. Melalui
pengaruh
mekanis
dan
peradangan
yang
ditimbulkan
trauma
tersebut,
arteri
konjungtiva posterior dan arteri siliaris anterior dapat melebar, yang akan memberikan
manifestasi mata merah pada keadaan tersebut (Ilyas, 2008).
Gambar.
kemungkinan
Beberapa
trauma
Kelompok Tutorial 1
Page 3
yang
Trauma Tumpul
Trauma tumpul pada mata dapat diakibatkan benda yang keras atau benda yang tidak
keras, dimana benda tesebut dapat mengenai mata dengan keras (kencang) ataupun lambat
(Ilyas, 2008). Beberapa jenis trauma tumpul yang dapat mengenai mata antara lain:
1. HEMATOMA KELOPAK
Hematoma palpebra yang merupakan pembengkakan atau penimbunan darah
dibawah kulit kelopak akibat pecahnya pembuluh darah palpebra. Hematom kelopak
merupakan kelainan yang sering terlihat pada trauma tumpul kelopak. Trauma dapat
akibat pukulan tinju, atau benda- benda keras lainnya. Keadaan ini memberikan bentuk
yang menakutkan pada pasien, dapat tidak berbahaya ataupun sangat berbahaya karena
kemungkinan ada kelainan lain dibelakangnya (Ilyas, S. 2008).
Bila perdarahan terletak lebih dalam dan mengenai kedua kelopak dan berbentuk
kacamata hitam yang dipakai, maka keadaaan ini disebut sebagai hematoma kacamata.
Hematoma kacamata merupakan keadaan sangat gawat. Hematoma kacamata terjadi
akibat pecahnya arteri oftalmika yang merupakan tanda fraktur basis kranii. Pada
pecahnya arteri oftalmika, maka darah masuk kedalam kedua rongga orbita melalui fisura
orbita. Akibat darah tidak dapat menjalar lanjut karena dibatasi septum orbita kelopak,
maka akan terbentuk gambaran hitam pada
dapat
diberikan
dekongestan
untuk
mencegah
Kelompok Tutorial 1
Page 4
konjungtiva berat dapat dilakukan disisi sehingga cairan konjungtiva kemotik keluar
melalui insisi tersebut (Ilyas, S. 2008).
b. Hematoma Subkonjungtiva
Hematoma subkonjungtiva terjadai akibat pecahnya pembuluh darah yang
terdaat pada atau bawah konjungtiva, seperti arteri konjungtivadan arteri episklera.
Pecahnya pembuluh darah ni dapat akibat batuk rejan, trauma tumpul basis kranii
(hematoma kacamata), atau pada keadaan pembuluh darah yang rentan dan mudah
pecah. Pembuluh darah akan rentan dan mudah pecah pada usia lanjut, hipertensi,
arteiosklerosis, konjungtivitis, anemia, dan obat obatan tertentu (Ilyas, S. 2008).
Bila perdarahan ini terjadi akibat trauma tumpul maka perlu dipastikan bahwa
tidak terdapat robekan dibawah jaringan konjungtiva atau sklera. Kadang kadang
hematoma subkonjungtiva menutupi keadaan mata yang lebih buruk seperti perforasi
bola mata. Pemeriksaan funduskopi adalah perlu pada setiap penderita dengan
perdarahan subkonjungtiva akibat trauma. Bila tekanan bola mata rendah dengan puil
lonjong deisertai tajam penglihatan menurun dan hematoma subkonjungtiva maka
sebaiknya dilakukan eksplorasi bola mata untuk mencari kemungkinan adanya ruptur
bubus okuli (Ilyas, S. 2008).
Pengobatan dini pada hematoma subkonjungtiva ialah dengan kompres hangat.
Perdarahan subkonjungtiva akan hilang atau diabsorbsi dalam 1-2 minggu tanpa diobati
(Ilyas, S. 2008).
Page 5
Page 6
Pengobatan
terutama
bertujuan
melumas
permukaan
kornea
sehingga
regenerasi epitel tidak cepat terlepas untuk membentuk membran basal kornea.
Pengobatan biasanya dengan memberikan sikloplegik untuk menghilangkan rasa sakit
ataupun untuk mengurangkan gejala radang uvea yang mungkin timbul. Antibiotik
diberikan dalam bentuk tetes dan mata ditutup untuk mempercepat tumbuh epitel baru
dan mencegah infeksi sekunder. Biasanya bila tidak terjadi infeksi sekunder erosi
kornea yang mengenai seluruh permukaan kornea akan sembuh dalam 3 hari. Pada
erosi kornea tidak diberi antibiotik dengan kombinasi steroid (Ilyas, S. 2008).
Pemakaian lensa kontak lembek pada pasien dengan erosi rekuren sangat
bermanfaat, karena dapat mempertahankan epitel berada di tempat dan tidak
dipengaruhi kedipan kelopak mata (Ilyas, S. 2008).
4. TRAUMA TUMPUL UVEA
a. Iridoplegia
Trauma tumpul pad uvea dapat mengakibatkan kelumpuhan otot sfingter pupil
atau iridoplegia sehingga pupil menjadi lebar atau midriasis (Ilyas, S. 2008).
Pasien akan sukar melihat dekat karena gangguan akomodasi, silau akibat
gangguan pengaturan masuknya sinar pada pupil. Pupil terlihat tidak sama besar atau
anisokoria dan bentuk pupil dapat menjadi ireguler. Pupil ini tidak bereaksi terhadap
sinar (Ilyas, S. 2008).
Iridoplegia akibat trauma akan berlangsung beberapa hari sampai beberapa
minggu. Pada pasien dengan iridoplegia sebaiknya diberi istirahat untuk mencegah
terjadinya kelelahan sfingter dan pemberian roboransia (Ilyas, S. 2008).
b. Iridodialisis
Trauma tumpul dapat mengakibatkan robekan pada pangkal iris sehingga bentuk
pupil menjadi berubah. Pasien akan melihat ganda dengan satu matanya. Pada
iridodialisis akan terlihat pupil lonjong. Biasanya iridodialisis terjadi bersama-sama
dengan terbentuknya hifema. Bila keluhan demikian maka pada pasien sebaiknya
dilakukan pembedahan dengan melakukan reposisi pangkal iris yang terkelupas (Ilyas,
S. 2008).
Gambar. Iridodialisis
c. Hifema
Kelompok Tutorial 1
Page 7
Hifema atau darah di dalam bilik mata depan dapat terjadi akibat trauma tumpul
yang merobek pembuluh darah iris atau badan siliar (Ilyas, S. 2008).
Pasien akan mengeluh sakit, disertai dengan epifora dan blefarospasme.
Penglihatan pasien akan sangat menurun. Bila pasien duduk hifema akan terlihat
terkumpul di bagian bawah bilik mata depan, dan hifema dapat memenuhi seluruh
ruang bilik mata depan. Kadang-kadang terlihat iridoplegia dan iridodialisis (Ilyas, S.
2008).
Hifema dapat dibagi menjadi 4 grade, yaitu:
B. Hifema grade 3
C. Hifema grade 4
Page 8
Glaukoma sekunder dapat pula terjadi akibat kontusi badan siliar berakibat suatu
reses sudut bilik mata depan sehingga terjadi gangguan pengaliran cairan mata. Zat
besi di dalam bola mata dapat menimbulkan siderosis bulbi yang bila didiamkan akan
dapat menimbulkan ftisis bulbi dan kebutaan. Hifema spontan pada anak sebaiknya
dipikirkan kemungkinan leukemia dan retinoblastoma (Ilyas, S. 2008).
Bedah Pada Hifema
-
Parasentesis
Parasentesis atau mengeluarkan darah dari bilik mata depan dilakukan pada pasien
dengan hifema bila terlihat tanda-tanda imbibisi kornea, glaucoma sekunder, hifema
penuh dan berwarna hitam atau bila setelah 5 hari tidak terlihat tanda-tanda hifema
akan berkurang (Ilyas, S. 2008).
Parasentesis dilakukan dengan tekhnik sebagai berikut: dibuat insisi kornea 2 mm
dari limbus ke arah kornea yang sejajar dengan permukaan iris. Biasanya bila
dilakukan penekanan pada bibir luka maka koagulum dari bilik mata depan keluar.
Bila darah tidak keluar seluruhnya maka bilik mata depan dibilas dengan garam
fisiologik. Biasanya luka insisi kornea pada parasentesis tidak perlu dijahit (Ilyas, S.
2008).
d. Iridosiklitis
Pada trauma tumpul dapat terjadi reaksi jaringan uvea sehingga menimbulkan
iridosiklitis atau radang uvea anterior. Pada mata akan terlihat mata merah, akibat
adanya darah di dalam bilik mata depan maka akan terdapat suar apada pupil yang
mengecil dengan tajam penglihatan menurun (Ilyas, S. 2008).
Sebaiknya pada mata ini diukur tekanan bola mata untuk persiapan memeriksa
fundus dengan midriatika. Pada uveitis anterior diberikan tetes mata midriatik dan
steroid topical. Bila terlihat tanda radang berat maka dapat diberikan steroid sistemik
(Ilyas, S. 2008).
5. TRAUMA TUMPUL LENSA
Kelompok Tutorial 1
Page 9
a. Dislokasi lensa
Trauma tumpul lensa dapat mengakibatkan dislokasi lensa. Dislokasi lensa dapat
terjadi pada putusnya zonula zinn yang akan mengakibatkan kedudukan lensa
terganggu (Ilyas, 2008).
o Subluksasi lensa
Terjadi akibat putusnya zonula zinn sehingga lensa berpindah tempat.
Subluksasi lensa juga dapat terjadi spontan akibat kelaian pada zonula zinn yang
rapuh (Marfan Syndrome) (Ilyas, 2008).
Pasien
pasca
trauma
akan
mengeluhkan
pengelihatan
berkurang
dapat masuk ke dalam bilik mata depan. Akibatnya akan terjadi gangguan aliran
humor aquos sehingga akan timbul glaukoma kongestif akut dengan gejalagejalanya (Ilyas, 2008).
Pasien akan mengeluh pengelihatan menurun mendadak, disertai rasa
sakit yang sangat, muntah, mata merah dan blefarospasme.
Terdapat injeksi
silier yang berat, edema kornea, lensa di dalam bilik mata depan. Iris terdorong
ke belakang dengan pupil yang lebar. Tekanan bola mata sangat tinggi (Ilyas,
2008).
Pada luksasi lensa anterior sebaiknya pasien secepatnya dikirim pada
dokter mata untuk dikeluarkan lensanya dengan terlebih dahulu diberikan
asetazolamid untuk menurunkan tekanan bola matanya (Ilyas, 2008).
o
Page 10
lensa atau afakia. Pasien akan melihat normal dengan lensa + 12.0 dioptri untuk
jauh, bilik mata depan dalam dan iris tremulans (Ilyas, 2008).
Lensa
yang
terlalu
lama
berada
dalam
polus
posterior
dapat
b. Katarak trauma
Katarak akibat cedera pada mata akibat trauma perforasi ataupun tumpul
terlihat sesudah beberapa hari atau tahun (Ilyas, 2008).
Pada trauma tumpul akan terlihat katarak subkapsular anterior ataupun
posterior. Kontusio lensa menimbulkan katarak seperti bintang, dan dapat pula dalam
bentuk katarak tercetak (imprinting) yang disebut cincin vossius. Trauma tembus akan
menimbulkan katarak yang lebih cepat akibat proliferasi epitel sehingga bentuk
kekeruhannya terbatas kecil. Trauma tembus besar pada lensa akan mengakibatkan
terbentuknya katarak dengan cepat disertai terbentuknya masa lensa di dalam bilik
mata depan (Ilyas, 2008).
Pada keadaan ini akan terlihat secara histopatologik masa lensa yang bercampur
makrofag
dengan
cepatnya,
yang
dapat
memberikan
bentuk
endoftalmitis
fakoanafilaktik. Lensa dengan kapsul anterior saja yang pecah akan menjerat korteks
lensa sehingga mengakibatkan apa yang disebut sebagai cincin soemering atau bila
epitel lensa berproliferasi akan terlihat mutiara elsching (Ilyas, 2008).
Pengobatan katarak traumatik tergantung dari saat terjadinya. Bila terjadi pada
anak sebaiknya dipertimbangkan akan kemungkinan terjadinya ambliopia. Untuk
mencegah ambliopia pada anak dapat dipasang lensa intraokuler primer atau sekunder
(Ilyas, 2008).
Kelompok Tutorial 1
Page 11
Pada katarak truauma apabila tidak terdapat penyulit maka dapat ditunggu
sampai mata menjadi tenang. Bila terjadi penyulit seperti glaukoma, uveitis dan lain
sebagainya maka segera dilakukan ekstraksi lensa. Penyulit uveitis dan glaukoma
sering dijumpai pada orang usia lanjut. Pada beberapa pasien dapat terbentuk cincin
soemering pada pupil sehinga mengurangi tajam pengelihatan. Keadaan ini dapat
disertai perdarahan, ablasi retina, uveitis atau salah letak lensa (Ilyas, 2008).
c. Cincin vossius
Pada trauma lensa dapat terlihat apa yang disebut sebagai cincin vossius yang
merupakan cincin berpigmen yang terletak tepat di belakang pupil yang dapat terjadi
segera setelah trauma., yang merupakan deposit pigmen iris pada dataran depan lensa
sesudah sesuatu trauma, seperti suatu stempel jari. Cincin hanya menunjukkan tanda
bahwa mata tersebut telah mengalami truma tumpul (Ilyas, 2008).
6. TRAUMA TUMPUL RETINA DAN KOROID
a. Edema retina dan koroid
Trauma tumpul pada retina dapat mengakibatkan edema retina, pengelihatan
akan sangat meurun. Edema retina akan memberikan warna retina yang lebih abu-abu
akibat sukarnya melihat jaringan koroid melalui retina yang sembab. Berbeda dengan
oklusi arteri retina sentral dimana terdapat edema retina kecuali daerah makula.
Sehingga pada keadaan ini akan terlihat cherry red spot berwarna merah. Edema retina
akibat trauma tumpul juga mengakibatkan edema makula sehingga tidak terdapat
cherry red spot (Ilyas, 2008).
Pada trauma tumpul yang paling ditakutkan adalah terjadi edema makula atau
edema Berlin. Pada keadaan ini akan terjadi edema yang luas sehingga seluruh polus
posterior fundus okuli berwarna abu-abu (Ilyas, 2008).
Umumnya pengelihatan akan normal kemabli setelah beberapa waktu, akan
tetapi dapat juga pengelihatan berkurang akibat tertimbunnya daerah makula oleh sel
pigmen epitel (Ilyas, 2008).
Page 12
b. Ablasi retina
Trauma diduga merupakan pencetus untuk terlepasnya retina dari koroid pada
penderita ablasi retina. Biasanya pasien telah memiliki bakat untuk terjadinya ablasi
retina ini, seperti retina tipis akibat retinitis, miopia dan proses degenerasi retina
lainnya (Ilyas, 2008).
Pada pasien akan terdapat keluhan seperti adanya selaput yang sperti tabir
mengganggu
lapang
pandanganya.
Bila
terkena
daerah
makula
maka
tajam
Kelompok Tutorial 1
Page 13
TRAUMA KIMIA
TRAUMA ALKALI
Etiologi
Amonia
Amonia merupakan fas yang tidak berwarna dipakai sebagai bahan pendingin lemari
es, larutan 7% amonia dipakai sebagai bahan pembersih. Pada konsentrasi rendah
bersifat merangsang air mata. Bersifat larut dalam air dan lemak, hal in sangat
merugikan karena kornea mempunyai komponen epitel yang lifofilik dan stroma yang
hidrofilik. Mudah merusa jaringan bagian dalam mata seperti iris dan lensa. Amonia
merusak stroma lebih sedikit dibanding dengna NaOH dan CaOH. pH cairan mata
naik beberapa detik setelah trauma (Ilyas, 2005).
NaOH
Dikenal sebagai kaustik soda. Dipakai sebagai pembersih pipa. pH cairan mata naik
beberapa menit setelah trauma (Ilyas, 2005).
Ca(OH)2
Daya tembus pada mata kurang, hal inni akibat terbentuknya sabun kalsium pada
epitel kornea. pH cairan mata menjadi normal kembali setelah 30 sampai 3 jam
pascatrauma (Ilyas, 2005).
Patofisiologi
Kelompok Tutorial 1
Page 14
Bahan alkali atau basa akan mengakibatkan pecah atau rusaknya sel jaringan. Pada pH
ysng tinggi alkali akan mengakibatkan persabunan disertai
membran sel. Akibat persabunan membran sel akan mempermudah penetrasi lebih lanjut dari
pada alkali. Mukopolisakarida jaringan oleh basa akan menghilang dan terjadi penggumpaan
sel kornea atau keratosit. Serat kolagen kornea akan mati. Akibat edema kornea akan
terdapat serbukan sel polimorfonuklear ke dalam strima kornea. Serbukan sel ini cenderung
disertai dengan masuknya pembuluh darah baru atau neovaskularisasi (Ilyas, 2005).
Akibat membran sel basal epitel kornea rusak akan mempermudah sel epitel diatasnya
lepas. Sel epitel yang baru terbentuk akan berhubungan langsung dengan stroma di
bawahnya melalui plasminogen aktivator, dilepas juga kolagenase
persabunan disertai
dengan disosiasi asam lemak membran sel. Akibat persabunan membran sel akan
mempermudah penetrasi lebih lanjut dari pada alkali. Akibatya akan terjadi gangguan
penyembuhan epitel yang berkelanjutan dengan tukak kornea dan dapat terjadi perforasi
kornea (Ilyas, 2005).
Kolagenase ini mulai dibentuk 9 jam sesudah trauma dan puncaknya terdapat pada
hari ke 14-21. Biasanya tukak ada kornea mulai terbentuk 2 minggu setelah trauma kimia.
Pembentukan tukak berhenti hanya bila telah terjadi epitelisasi lengkap atau baskulatisasi
telah menutup seluruh dataran depan kornea. Bila alkali udah masuk ke dalam bilik mata
depan maka akan teradi gangguan fungsi badan siliar. Cairan mata susunannya akan
berubah, yaitu terdapat kadar glukosa dan askorbat yang berkurang. Kedua unsur ini
memegang peranan penting pada pembentukan jaringan kolagen kornea (Ilyas, 2005).
Patogenesis
Perjalanan penyakit trauma alkali
Keadaan akut yang terjadi pada minggu pertama:
o Sel membran rusak
o Bergantung pada kuatnya alkali dapat menfakibatkan hilangnya epitel, keratosit,
o
o
o
o
o
o
Page 15
Sel
penyembuhan
berbentuk
invasi
fibrobas
memasuki
kornea
dengan
terbentuknya kolagen
Trauma alkali berat akan membentuk jaringan granulasi paa iris dan badan siliar
o
o
o
o
o
perforasi kornea
Mulai terjadi pembentukan panus pada kornea
Endotel uang tetap sakit akan menggakibatkan edema kornea
Terdapat membran retrokornea, iritis dan membran siklik
Dapat terjadi kerusakan permanen saraf kornea denga gejala-gejalanya
Tekanan bola mata dapat rendah atau tinggi (Ilyas, 2005).
Kelopak trauma alkali akan membentuk jaringan parut pada kelopak. Margo
palpebra rusak sehingga mengakibatkkan gangguan pada break up time air
mata. Lapisan air depan ornea (tear film) menjadi tidak normal.
pembentukan
jaringan
parut
pada
kelenjar
asesori
air
mata,
Terjadi
yang
musin.
Lensa lensa keruh karena kerusakan kapsul lensa (Ilyas, 2005).
Page 16
Derajat
Derajat
Derajat
Derajat
Derajat
Derajat
Derajat
Derajat
Terapi
-
Bila terjadi trauma alkali maka segera dilakukan irigasi dengan air selama 30 menit
sebanya 2L. Bila dilakukan irigasi lebih lama maka akan lebih baik
Untuk menfetahui telah netralisasi basa dapat dilakukan pemeriksaan dengna kertas
kuman oportunitis
Beta blocker dan diamox untuk menfatasi glauoma yang terjadi
Steroid diberikan secara berhati-hati karena steroid menghambat penyembuhan.
Steroid diberikan untuk menekan radang akibat naturasi kimia dan kerusakan jaringan
kornea dan konjungtiva. Steroid topikal maupun sistemik dapat diberikan pada 7 hari
pertama pascatrauma. Diberikan dexametason 0,1% setiap 2 jam. Steroid walaupun
diberikan dalam dosis tinggi tidak mencegah terbentuknya fibrin dan memran siklik
Kolagenase inhibitor seperti sistein diberikab untuk menghalangi efek kolagenase.
Diberikan satu minggu sesudah trauma trauma karena pada aat ini kolegenase mulai
terbentuk
Vitamin C diberikan karena perlu untuk pembentukan jaringan kolagen
Selanjutnya diberikan
o Bebat pada mata
o Lensa kontak lembek
o Airmata buatan
Keratoplasti dilakukan bila kekeruhan kornea sangat mengganggu (Ilyas, 2005).
Prognosis
Klasifikasi Huges:
1. Ringan:
a. Prognosis baik
b. Terdaoat eroi epitel kornea
Kelompok Tutorial 1
Page 17
TRAUMA ASAM
Etiologi
Patogenesis
Bila mata tekena trauma suatu bahan asam maka akan terjadi peristiwa berikut:
-
protein ini terbatas pada daerah konta bahan asam dengan jaringan
Akibat oagulasi protein ini kadang-kadang seluruh kornea tekelupas
Koagulasi protein ini dapat mengenai jaringan yang lebih dalam seperti stroma
dan katarak
Bila trauma disebabkan asam lemah maka regenerasi epitel akan terjadi dalam
Kelompok Tutorial 1
Page 18
o
-
konjungtiva bulbi
Tekanan bola mata akan meninggi pada hari pertama ,yang kemudian dapat
Patofisiologi
Akibat trama asam diketahui bahwa perubahan reaksi biokimia ditentukan oleh jenis anion
asam yang menyebabkan trauma. Asam merusak dan memutus ikatan intramolekul protein,
dan protein yang berkoagulasi merupaan barier tehadap penetrasi lanjut daripada asam ke
dalam jaringan. Diketahui bahwa asam sulfur menfakibatkan kadar mukopolisakarida jaringan
menurun. Bila trauma disebabkan oleh HCL maka pH cairan mata turun sesudah trauma
berlangsung 30 menit. Pada trauma asam tidak terdapat gangguan pembentukan jaringan
kolagen. Pada taruma asam berat yang merusak badan siliar akan terjadi penutunan kadar
askornat mara dan orne.
Terapi
-
Kelompok Tutorial 1
Page 19
Komplikasi
Penyulit lain yang dapat terjadi akubat trauma asam pada mata ialah:
-
Katarak
Gaukoma
Hipotoni bola mata
Air mata yang abnormal
Iritis
Entropion
Trikiasis
Simblefaron
fase
peristiwa:
1. Fase kejadian (immediate). Tujuan dari tindakan
adalah untuk menghilangkan materi penyebab
sebersih mungkib, yaitu berupa : irigasi bahan kia,
meliputi:
pembilasan
dengan
anastesi
yang
topikal
dilakukan
segera,
terlebh
dahulu.
mencegah
terjadinya
penyilit
dengan
Kelompok Tutorial 1
Page 20
4. Fase pemulihan akhir ( late repair: setelah hari ke 21) tujuan nya adalah rehabilitasi
fungsi penglihtan dengan prinsip:
a. Optimalisasi fungsi jaringan
mata
(kornea,
lensa
dan
seteusnya) untuk
englihatan
b. Oembedahan
Yang menjadi maslahanya adalah: disfungsi sel goblet, hambatan re-epitelisasi kornea,
ulserasi stroma, katarak.
Kelompok Tutorial 1
Page 21
TRAUMA TAJAM/TEMBUS
Etiologi
Trauma tembus bola mata disebabkan benda tajam atau benda asing masuk ke dalam bola
mata (Ilyas, 2010).
Mekanisme Trauma
Benda tajam menembus mata, yang dapat mengenai organ mata dari yang terdepan sampai
yang terdalam (Ilyas, 2005).
Manifestasi Klinis
Bila trauma disebabkan benda tajam atau benda asing masuk ke dalam bola mata maka akan
terlihat tanda tanda bola mata tembus, seperti:
Terdapat jaringan yang prolaps seperti cairan mata, iris, lensa, badan kaca atau retina
Gambar. Penetrasi kornea hingga menyebabkan prolaps iris dan distorsi pupil
Penegakan Diagnosis
Kelompok Tutorial 1
Page 22
meningginya tekanan bola mata sehingga mendesak isi bola mata keluar
Bila terdapat perforasi kornea akan terlihat bilik mata yang dangkal. Jaringan uvea akan
menempel pada kornea atau akan terlihat jaringan iris yang prolaps keluar
Akibat perlengkatan iris dengan bibir luka kornea akan terdapat bentuk pupil yang
lonjong atau terjadinya perubahan bentuk pupil. Kadang kadang terdapat hifema, hal
ini menunjukkan terjadinya ruptur iris atau badan siliar oleh trauma tembus tersebut
Tekanan bola mata akan rendah akibat cairan mata keluar melalui luka tembus dan
badan kaca dapat keluar (Ilyas, 2005).
Pembiakan kuman dari benda yang merupakan penyebab trauma tembus untuk
menjadi petunjuk pemberian obat antibiotika pencegah infeksi
Pemeriksaan radiologi foto orbita untuk melihat adanya benda asing yang radioopak,
bila ada dilakukan pemeriksaan dengan lensa kontak Comberg dan dapat ditentukan
apakah benda asing intraokular atau ekstraokular
Pemeriksaan ERG untuk mengetahui fungsi retina yang rusak atau yang masih ada
Pemeriksaan VER untuk melihat fungsi jalur penglihatan ke pusat penglihatan (Ilyas,
2005).
Penatalaksanaan
Keadaan trauma tembus pada mata merupakan hal yang gawat dan harus segera mendapat
perawatan khusus karena dapat menimbulkan bahaya:
Infeksi
Pada setiap keadaan, harus dilakukan usaha untuk mempertahankan bola mata bila masih
terdapat kemampuan melihat sinar atau masih ada proyeksi penglihatan (Ilyas, 2005).
Bila terdapat benda asing dalam bola mata, maka sebaiknya dilakukan usaha untuk
mengeluarkan benda asing tersebut. Pada tindakan sebaiknya dipertimbangkan bahaya
mengeluarkan benda disbanding dengan keuntungan melakukan enukleasi pada mata
tersebut (Ilyas, Sidarta, 2005).
Kelompok Tutorial 1
Page 23
Trauma dapat mengakibatkan robekan pada konjungtiva saja. Bila robekan konjungtiva ini
atau tidak melebihi 1 cm, maka tidak perlu dilakukan penjahitan. Bila robekan konjungtiva
lebih 1 cm diperlukan tindakan penjahitan untuk mencegah granuloma. Pada setiap robekan
konjungtiva perlu diperhatikan terdapatnya robekan sklera bersama sama dengan robekan
konjungtiva tersebut (Ilyas, 2010).
Prognosis
Prognosis luka tembus bergantung pada banyak faktor seperti :
Besarnya luka tembus, makin kecil luka tembus, makin baik prognosisnya
Tempat luka pada bola mata, bila terdapat di segmen anterior prognosis berbeda
dengan luka di segmen posterior
Bentuk trauma, apakah dengan benda asing atau tidak dengan benda asing
Komplikasi
Penyulit yang dapat timbul pada terdapatnya benda asing intraokular adalah
Endoftalmitis
Panoftalmitis
Ablasi retina
Perdarahan intraokular
Ftisis bulbi
Glaukoma
Kelompok Tutorial 1
Page 24
TRAUMA RADIASI
Trauma radiasi yang sering ditemukan adalah :
Page 25
terlihat miosis.
Keluhan ini dapat timbul sesudah beberapa jam terkena sinar ultraviolet.
Ditemukan juga infiltrate kecil pada kornea berupa keratitis interpalpebral. Keratitis ini dapat
sembuh tanpa cacat, akan tetapi bila radiasi berjalan lama kerusakan dapat permanen
sehingga akan memberikan kekeruhan kornea. Pengobatan yang diberikan adalah sikloplegia,
antibiotika local, analgetic, dan mata ditutup selama 2-3 hari (Ilyas, 2005)
Sinar
Sinar
Sinar
Sinar
Sinar ionisasi dan sinar X dapat mengakibatkan katarak dan rusaknya retina. Dosis
kataraktogenik bervariasi dengan energi dan tipe sinar, lensa yang lebih muda, dan lebih
peka. Akibat dari sinar ini pada lensa, terjadi pemecahan diri sel epitel secara tidak normal.
Sedang sel yang baru yang berasal dari sel germinatif lensa tidak menjadi jarang. Sinar X
merusaka retina dengan gmabaran seperti kerusakan yang diakibatkan diabetes melitus
berupa dilatasi kapiler, perdarahan, mikroaneuri mata, dan eksudat (Ilyas, 2005).
Luka bakar akibat sinar X dapat merusak kornea yang mengakibatkan kerusakan
permanen yang sukar di obati. Biasanya akan terlihat sebagai keratitis dengan iridosiklitis
ringan. Pada keadaan yang berat akan mengakibatkan parut konjungtiva atrofi sel goblet
yang akan mengganggu fungsi air mata (Ilyas, 2005).
Pengobatan yang di berikan adalah antibiotika topikal dengan steroid 3 kali sehari dan
sikloplegik satu kali sehari. Bila terjadi simbleferon pada konjungtiva dilakukan tindakan
pembedahan (Ilyas, 2005).
Kelompok Tutorial 1
Page 26
DAFTAR PUSTAKA
Ilyas, Sidarta, 2005. Kedaruraratan dalam Ilmu Penyakit Mata. Penerbit FKUI: Jakarta.
Ilyas, Sidarta. 2008. Ilmu Penyakit Mata. Penerbit FKUI : Jakarta.
Kuhn, F., Pieramici, D.J. 2002. Ocular Trauma: Principle and Practice. Thieme: New York
Olver, J., Cassidy L., 2005. Ophthalmology at a Glance. Blackwell Publishing company
Vaughan, D.G., Asbury, T., Riordan-Eva,P. 2007. Oftalmologi Umum. Edisi 17. Penerbit EGC :
Jakarta.
Kelompok Tutorial 1
Page 27