Etika Profesi
Sumiyana
4.2
Auditing I
Kegiatan Belajar 1
EKSI4308/MODUL 4
4.3
nilai etika tidak dapat dijadikan undang-undang karena etika tersebut tidak
dapat didefinisikan dengan baik. Akan tetapi, tidak tersirat bahwa prinsipprinsip yang tidak dapat didefinisikan dengan cukup baik tersebut kurang
penting bagi masyarakat (Arens et al., 2008).
Sebagian besar orang mendefinisikan perilaku tidak etis sebagai tindakan
yang berbeda dengan apa yang mereka anggap tepat untuk dilakukan dalam
situasi dan kondisi tertentu. Kita dapat memutuskan apakah suatu perilaku
dianggap tidak etis bagi diri sendiri maupun orang lain. Kita harus
memahami penyebab orangorang bertindak dengan cara yang kita anggap
tidak etis. Setidaknya terdapat dua alasan mengapa seseorang bertindak tidak
etis yang dikutip dari Arens et al.(2008), yaitu berikut ini.
1. Standar etika seseorang berbeda dengan masyarakat umum.
Orang-orang yang perilakunya melanggar seperti pengedar obat
terlarang, perampok bank, pencuri terkadang untuk sebagian besar
mereka melakukan tindakan tersebut tidak menunjukkan rasa penyesalan
saat tertangkap. Hal ini disebabkan adanya standar etika bagi mereka
yang berbeda dengan yang berlaku di masyarakat secara keseluruhan.
2. Orang memilih untuk bertindak mementingkan diri sendiri
Sebagian perilaku tidak etis disebabkan oleh tindakan yang
mementingkan diri sendiri. Skandal politik terjadi akibat keinginan untuk
mendapatkan kekuasaan politik; kecurangan dalam mengisi SPT Pajak
dan laporan biaya dimotivasi oleh ketamakan atas uang; bertindak di
bawah kemampuan sebenarnya dan berlaku curang dalam ujian
umumnya terjadi akibat rasa malas. Dalam setiap kasus, orang tersebut
mengetahui bahwa perilakunya tidak benar tetapi memilih untuk tetap
melakukan itu, karena diperlukan pengorbanan atau usaha pribadi yang
berat untuk hasil yang sama.
Dalam setiap pengambilan keputusan yang memiliki suatu konsekuensi
bagi diri sendiri dan orang lain terkadang menghadapi suatu dilema. Terlebih
jika terdapat dilema etika yang berasal dari pilihan-pilihan yang memberikan
kebaikan bagi satu pihak namun membawa akibat buruk bagi pihak yang
lainnya. Dilema etika dapat didefinisikan sebagai situasi yang dihadapi
seseorang yang ia harus mengambil keputusan atas tindakan yang tepat
(Arens et al., 2008). Pertimbangan etis dapat dimanfaatkan dalam mengatasi
masalah-masalah kompleks. Seseorang atau kelompok seharusnya berpikir
4.4
Auditing I
EKSI4308/MODUL 4
4.5
Auditing I
4.6
pulang normal. Kita hanya tidak ingin mencatat waktu tersebut dalam
laporan jam kerja.
Bryan ingat pernah membaca dalam manual kebijakan perusahaan
yang membahas tentang jam kerja, dan ingat bahwa tidak mencatat
jam
kerja
merupakan
suatu
pelanggaran
atas
kebijakan
ketenagakerjaan Barton & Barton. Ia juga mengetahui bahwa para
senior menerima bonus, tapi tidak dibayar waktu lemburnya, sementara
staf dibayar waktu lemburnya tetapi tidak menerima bonus.
Selanjutnya, ketika membahas masalah ini dengan Martha, Martha
berkata Charles melakukan hal ini dalam semua penugasannya. Ia
mungkin menjadi manajer audit kantor kita dengan memberikan kita
evaluasi penugasan yang baik, khususnya dalam kategori sikap
kooperatif. Beberapa auditor senior lainnya melakukan praktik yang
sama.
Isu etika
Isu etika dalam situasi ini tidak sulit untuk diidentifikasi.
Apakah etis bagi Bryan untuk bekerja lembur selama berjam-jam dan tidak
mencatatnya sebagai jam kerja dalam situasi ini?
3.
EKSI4308/MODUL 4
4.7
Siapa
Bryan
Bagaimana Terpengaruh
Diminta melanggar kebijakan perusahaan.
Jam kerja terpengaruh
Pembayaran gaji terpengaruh
Evaluasi kinerja mungkin terpengaruh
Sikap terhadap kantor mungkin terpengaruh
Martha
Sama seperti Bryan
Charles
Sukses dalam penugasan dan posisinya di kantor
mungkin terpengaruh
Barton & Barton
Jam kerja terpengaruh
Kebijakan yang ditetapkan sedang dilanggar
Dapat mengakibatkan kurangnya penagihan
kepada klien untuk penugasan yang sedang
berjalan maupun penugasan mendatang
Dapat mempengaruhi kemampuan perusahaan
membuat anggaran penugasan dan penagihan
yang realistik kepada klien
Dapat mempengaruhi kemampuan perusahaan
untuk
memotivasi
dan
mempertahankan
karyawan
Staf yang ditugaskan Dapat mengakibatkan anggaran waktu yang tidak
realistik
Dapat mengakibatkan evaluasi atas kinerja waktu
yang tidak menguntungkan
Dapat menimbulkan tekanan untuk tetap
melakukan praktik tidak membebankan jam kerja
yang sebenarnya
Staf lainnya
Mengikuti praktik dalam penugasan ini dapat
memotivasi staf lain untuk mengikuti praktik
yang sama dalam penugasan lainnya
4.
a.
b.
c.
Auditing I
4.8
d.
e.
f.
5.
EKSI4308/MODUL 4
4.9
Hanya Bryan yang dapat memutuskan alternatif mana yang tepat pada
situasi yang ada, setelah ia mempertimbangkan nilai-nilai etikanya sendiri
dan kemungkinan konsekuensi dari setiap alternatif. Pada satu ekstrem,
Bryan dapat memutuskan bahwa konsekuensi yang relevan hanyalah dampak
potensial bagi kariernya. Sebagian besar dari kita percaya bahwa Bryan
adalah seseorang yang tidak etis jika ia mengikuti praktik tersebut. Pada sisi
ekstrem lainnya, Bryan dapat memutuskan untuk menolak bekerja pada
kantor yang memperbolehkan dilanggarnya kebijakan perusahaan, walaupun
hanya oleh satu supervisor. Sebagian besar masyarakat menganggap bahwa
reaksi ekstrem seperti itu merupakan kenaifan.
Sebagai suatu prinsip moral dan perbuatan yang menjadi dasar tindakan
seseorang, etika dapat digunakan untuk memberikan penilaian tidak
berwujud dalam masyarakat. Masyarakat menilai ketika seseorang
memberikan pertimbangan etisnya dalam menentukan pilihan keputusan
maka tindakan ini merupakan tindakan yang terpuji. Suatu penilaian yang
abstrak dan membawa konsekuensi penilaian martabat dan kehormatan
seseorang di mata masyarakat. Harapan suatu kondisi yang ideal ketika etika
itu sendiri dihubungkan dengan tatanan moral dalam suatu profesi atau
jabatan. Sebuah istilah profesional memiliki pengertian yang khusus di
masyarakat. Ketika kata ini melekat pada profesi atau jabatan seseorang,
masyarakat memandang dengan lebih hormat. Seseorang profesional
diharapkan dapat berperilaku pada tingkat yang lebih tinggi dari yang
dilakukan sebagian anggota masyarakat yang lainnya. Sebagai contoh ketika
media memberitakan seorang dokter, pengacara, diplomat, akuntan publik,
konsultan pajak menjadi tersangka suatu kejahatan, sebagian besar
masyarakat merasa lebih kecewa ketimbang jika peristiwa yang sama terjadi
pada yang bukan profesional.
Istilah profesional yang melekat memberi karakteristik adanya suatu
tanggung jawab untuk bertindak lebih dari sekedar memenuhi tanggung
jawab diri sendiri maupun ketentuan hukum dan peraturan masyarakat (Arens
et al., 2008). Sebagai sebuah profesi yang menuntut orang-orang di dalamnya
bersikap profesional, akuntan publik mengakui adanya tanggung jawab
terhadap masyarakat, klien, dan rekan praktisi. Alasan utama dibutuhkannya
sikap profesional lebih kepada kebutuhan kepercayaan publik atas kualitas
jasa yang diberikan profesi. Kepercayaan masyarakat terhadap jasa
Auditing I
4.10
profesional semakin besar jika profesi itu memberikan kinerja dan perilaku
yang baik serta dedikasi tinggi terhadap masyarakat.
L AT IH AN
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,
kerjakanlah latihan berikut!
1) Sebutkan dan jelaskan alasan mengapa seseorang bertindak tidak etis
yang menurut Arens et al.(2008)!
2) Jelaskan mengapa perilaku etis sangat diperlukan di masyarakat! Apakah
nilai etika dapat dimasukkan dalam undang-undang!
3) Sebutkan dan jelaskan metode rasionalisasi perilaku tidak etis!
4) Sebutkan kinerja enam langkah kerangka kerja etika umum dalam
pengambilan keputusan?
5) Sebutkan apa saja karakteristik sebuah profesi menurut Commission on
Standards of Education and Experience for Certified Public Accountants
(CPA)?
6) Apakah yang harus dilakukan seseorang untuk mendapatkan izin
menjadi akuntan publik dari Menteri Keuangan RI?
7) Sebutkan bidang jasa yang dapat diberikan oleh akuntan publik sesuai
Peraturan Pemerintah Nomor 17/PMK.01/2008?
8) Apakah yang dimaksud kode etik profesi? Jelaskan!
9) Sebutkan manfaat adanya kode etik menurut Duska et al. (2003)?
10) Sebutkan beberapa ekspektasi publik yang ingin dicapai berkaitan
dengan profesi akuntan di pasar modal?
Petunjuk Jawaban Latihan
1) Terdapat dua alasan mengapa seseorang bertindak tidak etis yang
menurut Arens et al. (2008)? Berikan penjelasan sebagaimana pada
modul.
a. Standar etika seseorang berbeda dengan masyarakat umum.
Orang-orang yang perilakunya melanggar seperti pengedar obat
terlarang, perampok bank, pencuri terkadang untuk sebagian besar
mereka melakukan tindakan tersebut tidak menunjukkan rasa
EKSI4308/MODUL 4
4.11
Auditing I
4.12
c.
EKSI4308/MODUL 4
d.
e.
f.
g.
4.13
4.14
Auditing I
7) Bidang jasa akuntan publik dan KAP adalah atestasi dan hanya
diberikan oleh akuntan publik yang meliputi:
a. jasa audit umum atas laporan keuangan;
b. jasa pemeriksaan atas laporan keuangan prospektif;
c. jasa pemeriksaan atas pelaporan informasi keuangan proforma;
d. jasa review atas laporan keuangan;
e. jasa atestasi lainnya sebagaimana tercantum dalam SPAP
Selain jasa tersebut, Akuntan Publik dan KAP dapat memberikan jasa
audit lainnya dan jasa yang berkaitan dengan akuntansi, keuangan,
manajemen, kompilasi, perpajakan, dan konsultasi sesuai dengan
kompetensi Akuntan Publik dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
8) Kode etik adalah sistem norma, nilai dan aturan profesional tertulis yang
secara tegas menyatakan apa yang benar dan baik dan apa yang tidak
benar dan tidak baik bagi profesional dan merupakan seperangkat alat
yang berfungsi memberi pedoman para praktisi dalam melaksanakan tugas
profesionalnya. Tujuan kode etik adalah agar profesional memberikan
jasa sebaik-baiknya kepada pemakai atau nasabahnya. Adanya kode etik
melindungi perbuatan yang tidak profesional. Dengan demikian, tenaga
profesional merasa bila dia melanggar kode etiknya sendiri maka
profesinya rusak dan yang rugi adalah dia sendiri. Implementasi kode
etik dapat berjalan optimal jika kode etik itu disusun oleh organisasi
profesi sendiri.
9) Beberapa manfaat kode etik menurut Duska et al. (2003), yaitu:
a. suatu kode dapat memotivasi, digunakan sebagai panutan, dengan
harapan dapat mengatur tingkah laku akuntan dan harus
dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan;
b. suatu kode dapat menjadi panduan yang stabil untuk mengatur benar
atau salah atau kesinambungan pembuatan keputusan;
c. suatu kode dapat menjadi panduan terutama dalam keadaan yang
rancu;
d. suatu kode tidak hanya memandu yang tingkah laku karyawan tapi
dapat juga mengendalikan kuasa-kuasa karyawan yang otokratis;
e. suatu kode dapat membantu menetapkan tanggung jawab sosial;
EKSI4308/MODUL 4
f.
4.15
10) Menurut Brooks (2003), beberapa ekspektasi publik yang ingin dicapai
terkait dengan profesi akuntansi di pasar modal, yaitu
a. klarifikasi peran, tanggung jawab, dan akuntabilitas dewan direksi,
komite, direksi itu sendiri, dan auditor;
b. reduksi konflik kepentingan yang mempengaruhi direksi, eksekutif,
dan auditor sehingga mereka harus memperhatikan loyalitas,
pertimbangan independen, dan objektivitas pada kepentingan terbaik
pemegang saham, dan untuk auditor pada kepentingan publik;
c. memastikan bahwa direksi cukup menjalankan rencana dan kegiatan
perusahaan, kebijakan perusahaan dan pengendalian internal yang
cukup untuk menjamin kepatuhan, serta perhatian terhadap whistle
blower;
d. memastikan bahwa direksi memiliki kompetensi finansial yang
cukup serta keahlian lain yang dibutuhkan;
e. menjamin bahwa laporan keuangan akurat, lengkap, dapat dipahami,
dan transparan;
f. memastikan standar akuntansi cukup melindungi kepentingan
investor;
g. menjamin regulasi dan pengawasan auditor perusahaan publik sesuai
dengan parameter pelaksanaannya, cukup dan sesuai dalam
melayani kepentingan publik.
T ES FO R M AT IF 1
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!
1) Pernyataan berikut adalah etika secara umum, kecuali ....
A. etika dapat diartikan sebagai suatu perangkat prinsip moral yang
dipegang oleh individu atau kelompok dan menentukan tingkah laku
individu atau kelompok tersebut
B. moralitas berpusat pada benar dan salah dalam perilaku manusia
C. mores yang berarti kebiasaan
4.16
Auditing I
4.17
EKSI4308/MODUL 4
Tingkat penguasaan =
100%
4.18
Auditing I
4.19
EKSI4308/MODUL 4
Kegiatan Belajar 2
4.20
5.
6.
7.
Auditing I
yang harus dipatuhi tiap anggotanya. Kode etik ini penting untuk
membentuk reputasi profesi CPA yang anggotanya dikenal sebagai
pribadi yang bertindak penuh integritas dan obyektif. Selain itu, banyak
negara telah menulis kode etik serupa ke dalam undang-undang
akuntansi negara mereka masing-masing.
Pengakuan status.
Pengakuan status akuntan publik (CPA) ditandai dengan adanya lisensi
atau penugasan khusus yang telah umumnya disetujui oleh regulator
pemerintah yang bersangkutan.
Melekatkan tanggung jawab sosial yang berkaitan dengan pekerjaan
yang mendukung kepentingan publik.
Akuntan publik atau CPA yang berpraktek sebagai auditor, memainkan
peran penting dalam memberikan keyakinan tentang keandalan informasi
keuangan yang tercantum dalam laporan keuangan auditan. Dalam
mendukung kepentingan publik, auditor dipercaya untuk memberikan
pendapatnya atas informasi keuangan yang tercantum dalam laporan
keuangan.
Sebuah organisasi yang mengabdikan diri demi kemajuan kelompok.
Poin pentingnya adalah adanya sebuah organisasi yang terdiri atas orangorang dengan profesi yang sama sehingga dapat memberikan pengaturan,
standar yang mengatur pekerjaan dilakukan sesuai aturan profesi
tersebut.
EKSI4308/MODUL 4
4.
5.
6.
7.
8.
4.21
sedikit 60 (enam puluh) Satuan Kredit PPL (SKP) dalam 2 (dua) tahun
terakhir.
Berpengalaman praktik di bidang audit umum atas laporan keuangan
paling sedikit 1000 (seribu) jam dalam 5 (lima) tahun terakhir dan paling
sedikit 500 (lima ratus) jam di antaranya memimpin dan/atau
mensupervisi perikatan audit umum, yang disahkan oleh
Pemimpin/Pemimpin Rekan KAP.
Berdomisili di wilayah Republik Indonesia yang dibuktikan dengan
Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau bukti lainnya sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
Tidak pernah dikenakan sanksi pencabutan izin Akuntan Publik.
Membuat Surat Permohonan, melengkapi formulir Permohonan Izin
Akuntan Publik, membuat surat pernyataan tidak merangkap jabatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46, dan membuat surat pernyataan
bermeterai cukup yang menyatakan bahwa data persyaratan yang
disampaikan adalah benar dengan menggunakan Lampiran I
sebagaimana terlampir dalam Peraturan Menteri Keuangan ini.
Bidang jasa akuntan publik dan KAP adalah atestasi dan hanya
diberikan oleh akuntan publik yang meliputi:
1. jasa audit umum atas laporan keuangan;
2. jasa pemeriksaan atas laporan keuangan prospektif;
3. jasa pemeriksaan atas pelaporan informasi keuangan proforma;
4. jasa review atas laporan keuangan; dan
5. jasa atestasi lainnya sebagaimana tercantum dalam SPAP.
Selain jasa tersebut, Akuntan Publik dan KAP dapat memberikan jasa
audit lainnya dan jasa yang berkaitan dengan akuntansi, keuangan,
manajemen, kompilasi, perpajakan, dan konsultasi sesuai dengan kompetensi
Akuntan Publik dan peraturan perundang-undangan yang berlaku (pasal 2
Peraturan Pemerintah Nomor 17/PMK.01/2008). Asosiasi Profesi Akuntan
Publik yang diakui pemerintah di Indonesia adalah IAPI atau Institut
Akuntan Publik Indonesia.
IAPI wajib melaporkan rencana penyelenggaraan Pendidikan Profesional
Berkelanjutan (PPL) kepada Sekretaris Jenderal u.p. Kepala Pusat yang
paling sedikit mencakup silabus dan metode PPL yang dilaksanakan dalam 1
4.22
Auditing I
EKSI4308/MODUL 4
2.
3.
4.
5.
6.
4.23
Suatu kode dapat menjadi panduan yang stabil untuk mengatur benar
atau salah atau kesinambungan pembuatan keputusan.
Suatu kode dapat menjadi panduan terutama dalam keadaan yang rancu.
Suatu kode tidak hanya memandu yang tingkah laku karyawan tapi dapat
juga mengendalikan kuasa-kuasa karyawan yang otokratis.
Suatu kode dapat membantu menetapkan tanggung jawab sosial .
Suatu kode dengan jelas dalam kepentingan bisnisnya sendiri, untuk
menjaga ketertiban bisnis secara etis.
4.24
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
1.
Auditing I
EKSI4308/MODUL 4
4.25
ditentukan oleh adanya pemaksaan oleh sesama anggota dan oleh opini
publik, dan pada akhirnya oleh adanya mekanisme pemrosesan pelanggaran
kode etik oleh organisasi, apabila diperlukan, terhadap anggota yang tidak
menaatinya. Jika perlu, anggota juga harus memperhatikan standar etik yang
ditetapkan oleh badan pemerintahan yang mengatur bisnis klien atau
menggunakan laporannya untuk mengevaluasi kepatuhan klien terhadap
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Prinsip Etika Profesi dalam Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia
menyatakan pengakuan tanggung jawab profesinya kepada publik, pemakai
jasa akuntan, dan rekan. Prinsip ini memandu anggota dalam memenuhi
tanggung jawab profesionalnya dan merupakan landasan dasar perilaku etika
dan perilaku profesionalnya. Prinsip ini meminta komitmen untuk
berperilaku terhormat, bahkan dengan pengorbanan keuntungan pribadi.
Dalam kode etik IAI terdapat tiga bagian, yaitu prinsip etika, aturan
etika, dan interpretasi etika. Di dalam Prinsip Etika IAI dimuat beberapa
prinsip, antara lain berikut ini.
1. Prinsip pertama, Tanggung jawab Profesi. Dalam melaksanakan
tanggung jawabnya sebagai profesional setiap anggota harus senantiasa
menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua
kegiatan yang dilakukannya.
Sebagai profesional, anggota mempunyai peran penting dalam
masyarakat. Sejalan dengan peranan tersebut, anggota mempunyai
tanggung jawab kepada semua pemakai jasa profesional mereka. Anggota
juga harus selalu bertanggung jawab untuk bekerja sama dengan sesama
anggota untuk mengembangkan profesi akuntansi, memelihara
kepercayaan masyarakat, dan menjalankan tanggung jawab profesi dalam
mengatur dirinya sendiri. Usaha kolektif semua anggota diperlukan untuk
memelihara dan meningkatkan tradisi profesi.
2.
4.26
Auditing I
EKSI4308/MODUL 4
4.27
4.28
Auditing I
EKSI4308/MODUL 4
4.29
4.30
Auditing I
EKSI4308/MODUL 4
4.31
8.
Auditing I
4.32
EKSI4308/MODUL 4
4.33
4.34
Auditing I
individu. Hal ini telah diputuskan dalam Kongres IAI X pada tanggal 23
November 2006. Keputusan inilah yang menjadi dasar untuk merubah IAI
Kompartemen Akuntan Publik menjadi asosiasi yang independen yang
mampu secara mandiri mengembangkan profesi akuntan publik. IAPI
diharapkan dapat memenuhi seluruh persyaratan International Federation of
Accountants (IFAC) yang berhubungan dengan profesi dan etika akuntan
publik, sekaligus untuk memenuhi persyaratan yang diminta oleh IFAC
sebagaimana tercantum dalam Statement of Member Obligation (SMO).
Pada tanggal 4 Juni 2007, secara resmi IAPI diterima sebagai anggota
asosiasi yang pertama oleh IAI. Pada tanggal 5 Februari 2008, Pemerintah
Republik Indonesia melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor
17/PMK.01/2008 mengakui IAPI sebagai organisasi profesi akuntan publik
yang berwenang melaksanakan ujian sertifikasi akuntan publik, penyusunan
dan penerbitan standar profesional dan etika akuntan publik, serta
menyelenggarakan program pendidikan berkelanjutan bagi seluruh akuntan
publik di Indonesia. Perjalanan panjang keberhasilan organisasi akuntan
publik dalam programnya meningkatkan profesi ini di Indonesia adalah
berkat jasa para akuntan publik di Indonesia.
a.
EKSI4308/MODUL 4
4.35
Kode Etik ini menetapkan prinsip dasar dan aturan etika profesi yang
harus diterapkan oleh setiap individu dalam kantor akuntan publik (KAP)
atau Jaringan KAP, baik yang merupakan anggota IAPI maupun yang bukan
merupakan anggota IAPI, yang memberikan jasa profesional yang meliputi
jasa assurance dan jasa selain assurance seperti yang tercantum dalam
standar profesi dan kode etik profesi. Untuk tujuan Kode Etik ini, individu
tersebut di atas selanjutnya disebut Praktisi. Anggota IAPI yang tidak
berada dalam KAP atau Jaringan KAP dan tidak memberikan jasa profesional
seperti tersebut di atas tetap harus mematuhi dan menerapkan Bagian A dari
Kode Etik ini. Suatu KAP atau Jaringan KAP tidak boleh menetapkan kode
etik profesi dengan ketentuan yang lebih ringan daripada ketentuan yang
diatur dalam Kode Etik ini.
Setiap Praktisi wajib mematuhi dan menerapkan seluruh prinsip dasar
dan aturan etika profesi yang diatur dalam Kode Etik ini, kecuali bila prinsip
dasar dan aturan etika profesi yang diatur oleh perundang-undangan,
ketentuan hukum, atau peraturan lainnya yang berlaku ternyata berbeda dari
Kode Etik ini. Dalam kondisi tersebut, seluruh prinsip dasar dan aturan etika
profesi yang diatur dalam perundang-undangan, ketentuan hukum, atau
peraturan lainnya yang berlaku tersebut wajib dipatuhi, selain tetap mematuhi
prinsip dasar dan aturan etika profesi lainnya yang diatur dalam Kode Etik
ini. Kode Etik ini berlaku efektif sejak Tanggal 1 Januari 2010.
Setiap profesi memiliki perbedaan tugas dan tanggung jawabnya. Sama
halnya dengan profesi akuntan. Dalam Kode Etik Seksi 100.1 dijelaskan
bahwa salah satu hal yang membedakan profesi akuntan publik dengan
profesi lainnya adalah tanggung jawab profesi akuntan publik dalam
melindungi kepentingan publik. Oleh karena itu, tanggung jawab profesi
akuntan publik tidak hanya terbatas pada kepentingan klien atau pemberi
kerja. Ketika bertindak untuk kepentingan publik, setiap Praktisi harus
mematuhi dan menerapkan seluruh prinsip dasar dan aturan etika profesi
yang diatur dalam Kode Etik.
Prinsip-prinsip dasar yang dimuat pada Kode Etik Seksi 100.4 bahwa
setiap praktisi wajib mematuhi prinsip dasar berikut ini.
1) Prinsip integritas.
Setiap Praktisi harus tegas dan jujur dalam menjalin hubungan
profesional dan hubungan bisnis dalam melaksanakan pekerjaannya.
4.36
Auditing I
2) Prinsip objektivitas.
Setiap Praktisi tidak boleh membiarkan subjektivitas, benturan
kepentingan, atau pengaruh yang tidak layak (undue influence) dari
pihak-pihak lain memengaruhi pertimbangan profesional atau
pertimbangan bisnisnya.
3) Prinsip kompetensi serta sikap kecermatan dan kehati-hatian profesional
(professional competence and due care).
Setiap Praktisi wajib memelihara pengetahuan dan keahlian
profesionalnya pada suatu tingkatan yang dipersyaratkan secara
berkesinambungan, sehingga klien atau pemberi kerja dapat menerima
jasa profesional yang diberikan secara kompeten berdasarkan
perkembangan terkini dalam praktik, perundang-undangan, dan metode
pelaksanaan pekerjaan. Setiap Praktisi harus bertindak secara profesional
dan sesuai dengan standar profesi dan kode etik profesi yang berlaku
dalam memberikan jasa profesionalnya.
4) Prinsip kerahasiaan.
Setiap Praktisi wajib menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh
sebagai hasil dari hubungan profesional dan hubungan bisnisnya, serta
tidak boleh mengungkapkan informasi tersebut kepada pihak ketiga
tanpa persetujuan dari klien atau pemberi kerja, kecuali jika terdapat
kewajiban untuk mengungkapkan sesuai dengan ketentuan hukum atau
peraturan lainnya yang berlaku. Informasi rahasia yang diperoleh dari
hubungan profesional dan hubungan bisnis tidak boleh digunakan oleh
praktisi untuk keuntungan pribadinya atau pihak ketiga.
5) Prinsip perilaku profesional.
Setiap Praktisi wajib mematuhi hukum dan peraturan yang berlaku dan
harus menghindari semua tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.
Kode Etik Profesi Akuntan Publik juga merinci kewajiban yang harus
dilakukan oleh setiap praktisi dan dimuat dalam beberapa seksi, yaitu berikut
ini.
EKSI4308/MODUL 4
4.37
4.38
130.2
130.3
130.4
130.5
130.6
Auditing I
EKSI4308/MODUL 4
140.2
140.3
140.4
140.5
140.6
140.7
4.39
4.40
140.8
Auditing I
EKSI4308/MODUL 4
4.41
4.42
100.8
Auditing I
Setiap Praktisi tidak boleh terlibat dalam setiap bisnis, pekerjaan, atau
aktivitas yang dapat mengurangi integritas, objektivitas, atau reputasi
profesinya, yang dapat mengakibatkan pertentangan dengan jasa profesional
yang diberikannya. Keterlibatan praktisi dalam pekerjaan atau aktivitas yang
mengurangi kepatuhan etika dapat menjadi ancaman bagi profesi akuntan
publik. Ancaman terhadap kepatuhan akuntan publik yang dimaksud adalah:
100.10 Kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi dapat terancam oleh
berbagai situasi. Ancaman tersebut dapat diklasifikasikan sebagai berikut.
1) Ancaman kepentingan pribadi, yaitu ancaman yang terjadi sebagai akibat
dari kepentingan keuangan maupun kepentingan lainnya dari Praktisi
maupun anggota keluarga langsung atau anggota keluarga dekat dari
Praktisi.
2) Ancaman telaah pribadi, yaitu ancaman yang terjadi ketika pertimbangan
yang diberikan sebelumnya harus dievaluasi kembali oleh Praktisi yang
bertanggung jawab atas pertimbangan tersebut.
3) Ancaman advokasi, yaitu ancaman yang terjadi ketika Praktisi
menyatakan sikap atau pendapat atas suatu hal yang dapat mengurangi
objektivitas selanjutnya dari Praktisi tersebut.
4) Ancaman kedekatan, yaitu ancaman yang terjadi ketika Praktisi terlalu
bersimpati terhadap kepentingan pihak lain sebagai akibat dari kedekatan
hubungannya.
5) Ancaman intimidasi, yaitu ancaman yang terjadi ketika Praktisi dihalangi
untuk bersikap objektif.
Kepentingan keuangan yang dimaksud adalah suatu penyertaan dalam
saham atau efek ekuitas lainnya, atau suatu pemerolehan hutang, pinjaman,
atau instrumen hutang lainnya, dari suatu entitas, termasuk hak dan
kewajiban untuk mendapatkan penyertaan atau pemerolehan tersebut serta
EKSI4308/MODUL 4
4.43
4.44
Auditing I
EKSI4308/MODUL 4
4.45
4.46
Auditing I
EKSI4308/MODUL 4
4.47
4.48
Auditing I
EKSI4308/MODUL 4
d.
4.49
4.50
Auditing I
Sebagai tambahan atas kedua seksi dari Kode tersebut, maka Komite
Eksekutif Divisi Etika Profesional mengeluarkan pengumuman sebagai
berikut.
a. Interpretasi Peraturan Perilaku (interpretations of The Rules of Conduct)
yang menyediakan pedoman tentang lingkup dan penerapan peraturanperaturan spesifik.
b. Ketetapan Etika (Ethics Rullings) yang menunjukkan penerapan
Peraturan Perilaku dan Interpretasi pada kondisi nyata tertentu.
Jika terdapat penyimpangan yang dilakukan anggota untuk beberapa
pengumuman tersebut maka CPA harus memberikan alasan atas setiap
penyimpangan.
Bagian-bagian Kode Perilaku Profesional AICPA disusun dalam urutan
spesifisitas yang semakin meningkat; prinsip-prinsip menyediakan standar
perilaku yang ideal, sementara ketetapan etika atau kaidah etika bersifat
sangat spesifik. Beberapa definisi yang diambil dari Kode Perilaku
Profesional AICPA, harus dipahami agar dapat menginterpretasikan aturanaturannya (Arens et al., 2008).
a. Klien. Setiap orang atau entitas, selain dari atasan anggota, yang
menugaskan anggota atau kantornya untuk melaksanakan jasa
profesional.
b. Kantor Akuntan. Bentuk organisasi yang diizinkan oleh hukum atau
peraturan yang karakteristiknya sesuai dengan resolusi Dewan American
Institute of Certified Public Accountants yang bertugas dalam praktik
akuntansi publik, kecuali untuk tujuan menerapkan Rule 101,
Independensi, kantor mencakup setiap partner.
c. Institute, American Institute of Certified Public Accountants.
d. Anggota. Seorang anggota, anggota asosiasi, atau asosiasi internasional
dari American Institute of Certified Public Accountants.
e. Praktik akuntansi publik. Praktik akuntansi publik terdiri dari
pelaksanaan kerja untuk klien oleh seorang anggota atau kantor akuntan
anggota, yang bertindak sebagai akuntan publik, atas jasa profesional
akuntansi, perpajakan, perencanaan keuangan pribadi, jasa pendukung
litigasi, dan jasa-jasa profesional di mana standar telah ditetapkan oleh
lembaga yang ditunjuk oleh Dewan.
EKSI4308/MODUL 4
4.51
C. PENUTUP
Pada dasarnya, konsep dalam modul ini menengarai bahwa kode etik
harus tertanam dalam jiwa profesi Akuntan Publik. Enam prinsip etika yang
terdapat dalam kode etik adalah sebagai berikut.
1. Tanggung jawab. Dalam melaksanakan tanggung jawabnya secara
profesional, anggota harus melatih sensitive professional dan moral
judgments dalam setiap aktivitas. Kode berada dalam tiga area yaitu:
untuk meningkatkan art of accounting, untuk menjaga kepercayaan
publik, dan untuk membawa tanggung jawab profesional dalam
pelaksanaan.
2. Melayani kepentingan publik. Anggota harus menerima kewajiban untuk
melayani kepentingan publik, menghormati kepercayaan publik, dan
menunjukkan komitmen pada profesionalisme.
3. Integritas. Untuk menjaga dan memperluas kepercayaan publik setiap
anggota harus menunjukkan tanggung jawab profesional dengan
integritas yang tinggi.
4. Objektivitas dan Independensi. Anggota harus menjaga objektivitas dan
bebas dari konflik kepentingan dalam melaksanakan tanggung jawabnya.
Akuntan dalam praktiknya harus independence in fact dan independence
in appereance ketika memberikan jasa audit dan jasa atestasi lainnya.
5. Kecermatan (due care). Anggota harus mengamati teknikal profesi dan
standar etik, bekerja keras secara terus menerus untuk meningkatkan
kompetensi dan kualitas pelayanan, dan menunjukkan tanggung jawab
sebagai kemampuan anggota yang terbaik.
6. Lingkup dan sifat jasa. Anggota dalam praktiknya harus mengikuti
prinsip code of conduct profesional dalam menentukan lingkup dan
bentuk jasa yang diberikan.
Dalam beberapa literatur banyak disimpulkan bahwa etika tidak sama
dengan moralitas. Etika lebih diartikan sebagai suatu perangkat prinsip moral
yang dipegang oleh individu atau kelompok dan menentukan tingkah laku
individu atau kelompok tersebut. Moral merupakan suatu dasar pengambilan
keputusan berdasarkan standar benar dan salah. Individu dan kelompok juga
dapat berlaku tidak etis yang dapat didorong oleh standar etika yang berbeda
dengan etika secara umum dan tindak mementingkan diri sendiri. Dalam
setiap pengambilan keputusan yang memiliki suatu konsekuensi bagi diri
Auditing I
4.52
sendiri dan orang lain terkadang menghadapi suatu dilema. Terlebih jika
keputusan memberi dampak baik pada satu pihak namun sekaligus dampak
yang buruk bagi pihak lain. Untuk mengatasi hal tersebut, seseorang dapat
menggunakan suatu kerangka kerja etika umum untuk pengambilan
keputusan.
Etika bukan hanya menjadi sesuatu yang mendorong adanya kondisi
ideal terhadap keberadaan moral tetapi juga membawa tatanan moral dalam
suatu profesi atau jabatan. Profesi itu sendiri memiliki karakteristik dan salah
satunya adalah adanya standar yang mengatur hubungan praktisi dengan
klien, kolega, dan publik. Standar etika dalam suatu profesi umumnya
tertuang dalam kode etik profesi.
Berbagai kode etik yang dikeluarkan asosiasi profesi akuntan baik di
Indonesia dan Internasional umumnya meliputi prinsip-prinsip dasar yang
harus dijunjung dan diterapkan praktisi akuntan publik. Selain prinsipprinsip, juga terdapat aturan etika yang merupakan pelaksanaan pemberian
jasa profesional yang masih dalam kerangka prinsip dasar etika.
L AT IH AN
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,
kerjakanlah latihan berikut!
1) Sebutkan seluruh Prinsip Etika IAI!
2) Sebutkan seluruh Prinsip Dasar Kode Etik Akuntan Publik yang
dikeluarkan IAPI!
3) Apa saja kewajiban praktisi akuntan publik dalam hal memegang prinsip
perilaku profesional menurut Kode Etik Akuntan Publik?
4) Apa sajakah ancaman terhadap kepatuhan praktisi pada prinsip dasar
etika profesi?
5) Sebutkan larangan rangkap jabatan apa saja yang tidak boleh dijabat oleh
seorang akuntan publik?
6) Jelaskan yang dimaksud dengan kompetensi dan pembagian fasenya!
7) Sebutkan apa saja yang termasuk pencegahan yang dibuat oleh profesi,
perundang-undangan, atau peraturan!
8) Jelaskan tentang organisasi IFAC!
9) Sebutkan komposisi Kode Perilaku Profesional AICPA!
10) Sebutkan dan jelaskan prinsip etika AICPA!
EKSI4308/MODUL 4
4.53
4.54
Auditing I
EKSI4308/MODUL 4
4.55
4.56
Auditing I
5) Akuntan Publik dilarang memiliki atau menjadi rekan pada lebih dari 1
(satu) KAP; dan Akuntan Publik dilarang merangkap jabatan sebagai:
a. pejabat negara;
b. pimpinan, anggota, atau pegawai pada lembaga pemerintahan,
lembaga negara, atau lembaga lainnya yang dibentuk dengan
peraturan perundang-undangan;
c. pimpinan, pengurus, atau pegawai pada badan usaha milik negara,
daerah, swasta, atau rekan pada badan usaha lainnya;
d. pimpinan, pengurus, atau pegawai pada badan hukum lainnya;
e. pimpinan atau pengurus pada partai politik;
f. pimpinan, pengurus, atau pegawai pada lembaga pendidikan; atau
g. komisaris, komite yang bertanggung jawab kepada komisaris, atau
jabatan lain yang menjalankan fungsi yang sama dengan komisaris
atau komite dimaksud pada lebih dari 2 (dua) badan usaha milik
negara, daerah, swasta, atau badan hukum lainnya.
6) Kompetensi diperoleh melalui pendidikan dan pengalaman. Anggota
seyoganya tidak menggambarkan dirinya memiliki keahlian atau
pengalaman yang tidak mereka punyai. Dalam semua penugasan dan
dalam semua tanggung jawabnya, setiap anggota harus melakukan upaya
untuk mencapai tingkatan kompetensi yang meyakinkan bahwa kualitas
jasa yang diberikan memenuhi tingkatan profesionalisme tinggi seperti
disyaratkan oleh Prinsip Etika. Kompetensi profesional dapat dibagi
menjadi 2 (dua) fase yang terpisah.
a. Pencapaian Kompetensi Profesional. Pencapaian kompetensi
profesional pada awalnya memerlukan standar pendidikan umum
yang tinggi, diikuti oleh pendidikan khusus, pelatihan dan ujian
profesional dalam subyek-subyek yang relevan, dan pengalaman
kerja. Hal ini harus menjadi pola pengembangan yang normal untuk
anggota.
b. Pemeliharaan Kompetensi Profesional.
(1) Kompetensi harus dipelihara dan dijaga melalui komitmen
untuk belajar dan melakukan peningkatan profesional secara
berkesinambungan selama kehidupan profesional anggota.
(2) Pemeliharaan kompetensi profesional memerlukan kesadaran
untuk terus mengikuti perkembangan profesi akuntansi,
termasuk di antaranya pernyataan-pernyataan akuntansi,
EKSI4308/MODUL 4
4.57
4.58
Auditing I
EKSI4308/MODUL 4
b.
c.
d.
e.
f.
4.59
4.60
Auditing I
EKSI4308/MODUL 4
4.61
Auditing I
4.62
A.
B.
C.
D.
4.63
EKSI4308/MODUL 4
Tingkat penguasaan =
100%
Auditing I
4.64
Tes Formatif 2
1) A
2) D
3) C
4) A
5) A
6) C
7) B
8) C
9) D
10) A
4.65
EKSI4308/MODUL 4
Glosarium
Dilema etika
Independence in fact
Independence in
appereance
IFAC (International
Federation of
Accountants)
Komite audit
4.66
Auditing I
Daftar Pustaka
Arens, A. Alvin, and Elder, Beasley (2008). Auditing and Assurance
Services, 12th Edition. Pearson Education.
Boyton, W.C., R.N.Johnson, and W.G. Kell (2001). Modern Auditing, 7th
Edition. John Wiley & Sons.
Brooks, Leonard J. (2004). Business & Professional Ethics for Accountants.
South-Western College Publishing.
Duska, Ronald F., and Duska, B.S. (2003). Accounting Ethics. Blackwell
Publishing.
Fritzsche, David J. (2005). Business Ethics: A Global and Managerial
Perspective, 2nd Edition. McGraw-Hill Irwin.
IFAC (2010). Handbook Of The Code of Ethics For Professional
Accountants, 2010 Edition. http://www.ifac.org
Kode Etik Akuntan Publik IAPI http://www.akuntanpublikindonesia.com
diakses pada 29 Maret 2010
Kode Etik IAI http://www.iaiglobal.or.id diakses pada 29 Maret 2010
Peraturan Pemerintah, Nomor: 17/PMK.01/2008 tentang Jasa Akuntan
Publik