Disusun Oleh :
Agung Susanto
(F3313008)
Dhema Novelasari
(F3313039)
(F3313077)
(F3313106)
KATA PENGANTAR
Bapak Sulardi, SE. M.Si. Akt. CA selaku Dosen mata kuliah Akuntansi Sektor
Publik yang telah banyak membimbing kami.
2.
3.
Rekan-rekan satu kelompok yang telah membantu dalam penyusunan tugas ini.
4.
Dan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu proses hingga tugas
ini selesai.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan tugas ini jauh dari sempurna, baik dari segi
penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan
saran yang sifatnya membangun, khususnya dari dosen mata kuliah guna menjadi acuan dalam
bekal pengalaman bagi kami untuk lebih baik di masa yang akan datang.
Penyus
un
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................1
DAFTAR ISI............................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................3
A.
Latar Belakang.................................................................................................... 3
B.
Tujuan Penulisan.................................................................................................. 3
C.
Rumusan Masalah................................................................................................ 3
9.
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................5
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam usaha meningkatkan pembangunan ekonomi, yang biasanya diukur dengan
pertambahanpendapatan nasional, terdapat beberapa instrumen kebijakan yang dapat
digunakan. Salah satu instrumen kebijakan tersebut adalah kebijakan fiskal yang
berhubungan erat dengan masalah penerimaan dan pengeluaran negara yang dilakukan
pemerintah.
Pemerintah memegang peranan yang penting dalam mengatur, menstabilkan, dan
mengembangkan kegiatan ekonomi masyarakat. Untuk itu pemerintah memerlukan biaya
yang sangat besar dalam rangka melaksanakan tugas-tugas dan fungsinya yang banyak itu.
Pemerintah harus dapat menggali sumber dana tersebut dan menentukan penggunaan dana
yang diperoleh. Sumber dana serta penggunaan dana inilah yang dipelajari dalam keuangan
negara/ daerah yang dituangkan dalam APBN/APBD.
Penerimaan dan pengeluaran negara berkaitan dengan masalah keuangan negara,
sedangkan penerimaan dan pengeluaran daerah berkaitan dengan masalah keuangan
daerah. Seperti halnya keuangan negara yang identik dengan APBN, keuangan daerah
identik dengan APBD.
B. Tujuan Penulisan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
C. Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
BAB II PEMBAHASAN
2. Fungsi Perencanaan
Fungsi perencanaan mengandung arti bahwa anggaran negara dan daerah menjadi
pedoman bagi manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang
bersangkutan.
3. Fungsi Pengawasan
Fungsi pengawasan mengandung arti bahwa anggaran negara dan daerah menjadi
pedoman untuk menilai apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintahan negara
sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
4. Fungsi Alokasi
Fungsi alokasi mengandung arti bahwa anggaran negara dan daerah harus diarahkan
untuk mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya, serta meningkatkan
efisiensi dan efektivitas perekonomian.
5. Fungsi Distribusi
Fungsi distribusi mengandung arti bahwa kebijakan anggaran negara dan daerah
harus memerhatikan rasa keadilan dan kepatutan.
D. Tujuan Penyusunan APBN dan APBD
Tujuan penyusunan APBN atau APBD adalah sebagai pedoman penerimaan dan
pengeluaran negara atau daerah, agar terjadi keseimbangan yang dinamis, demi tercapainya
peningkatan produksi, peningkatan kesempatan kerja, pertumbuhan ekonomi yang cukup
tinggi. Adapun tujuan akhirnya adalah mencapai masyarakat yang adil dan makmur
material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
E. Sumber-Sumber Pendapatan Negara dan Daerah
1. Sumber-Sumber Pendapatan Negara
Di Indonesia penerimaan negara, dapat dibedakan atas dua sumber, yaitu sebagai
berikut:
a. Penerimaan dalam negeri. Penerimaan ini terdiri atas penerimaan minyak dan gas
bumi (migas) dan penerimaan di luar migas.
b. Penerimaan pembangunan. Penerimaan ini terdiri atas, bantuan program dan
bantuan proyek.
Penerimaan dalam negeri memegang peranan yang penting dalam membiayai
kegiatan pembangunan. Dengan meningkatkan kegiatan pembangunan tersebut, maka
penerimaan dalam negeri pun terus diusahakan agar meningkat. Dalam
perkembangannya, ketergantungan penerimaan dalam negeri pada sektor migas harus
dikurangi. Dengan demikian, penerimaan dalam negeri dari sektor di luar migas, dalam
hal ini penerimaan pajak, dan bukan pajak, perlu ditingkatkan. Dana luar negeri masih
tetap dimanfaatkan terutama untuk melengkapi sumber pembiayaan dalam negeri.
Walaupun demi kian, jumlah serta persyaratannya (antara lain tidak adanya ikatan
politis) harus dipertimbangkan.
diajukan
DPR
diterima
APBN/UU
RAPBN disidangkan
Menyusun RAPBN dalam Bentuk Nota Keuangan
ombahlBNvsrntkdygjK/-Uuc,f&.
ePDiApRM
PEMERINTAH PUSAT
10
Periode APBN di Indonesia pada masa Orde Baru berawal dari 1 April sampai
dengan 31 Maret tahun berikutnya. Pada pemerintahan saat ini, tahun anggaran meliputi
masa satu tahun, mulai dari tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember.
Contoh Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun 2004 dan Rencana
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun 2005
APBN 2004 dan RAPBN 2005
(miliar rupiah)
APBN
(1)
A. Pendapatan Negara dan Hibah
I. Penerimaan Dalam Negeri
1. Penerimaan Perpajakan
a. Pajak Dalam Negeri
(2)
349,933.7
349,299.5
272,175.1
260,223.9
%
thd
POB
(3)
17.5
17.5
13.6
13.0
RAPBN
(4)
377,886.3
377,136.3
297,510.0
285,147.3
%
thd
PDB
(5)
17.2
17.2
13.6
13.0
11
II.
B.
I.
II.
C.
D.
E.
I.
i. Pajak penghasilan
1. Migas
2. Non Migas
(1)
ii. Pajak pertambahan nh!ai
iii. Pajak bumi dan bangunan
iv. BPHTB
v. Cukai
vi. Pajak lainnya
b. Pajak Perdagangan Internasional
i. Bea masuk
ii. Pajak/pungutan ekspor
2. Penerimaan Bukan Pajak
a. Penerimaan SDA
i. Migas
ii. Non Migas
b. Bagian Laba BUMN
c. PNBP Lainnya
Hibah
Belanja Negara
Belanja Pemerintah Pusat
1. Belanja Pegawai
2. Belanja Barang
3. Belanja Modal
4. Pembayaran Bunga Utang
a. Utang Dalam Negeri
b. UtangLuarNegeri
5. Subsidi
a. Perusahaan Negara
i. Lembaga Keuangan
ii. Lembaga Non Keuangan
b. Perusahaan Swasta
6. Belanja Hibah
7. Bantuan Sosial
8. Belanja Lain-lain
Belanja Daerah
1. Dana Perimbangan
a. Dana Bagi Hasil
b. Dana Alokasi Umum
c. Dana Alokasi Khusus
2. Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian
a. Dana Otonomi Khusus
b. Dana Penyesuaian
Keseimbangan Primer
Surplus/Defisit Anggaran (A - B)
Pembiayaan
Pembiayaan Dalam Negeri
1. Perbankan dalam negeri
2. Non-perbankan dalam negeri
133,967.6
6.7
13,132.6
0.7
120,835.0
6.0
(2)
(3)
86,272.7
4.3
8,030.7
0.4
2,667.9
0.1
27,671.0
1.4
1,614.0
0.1
11,951.2
0.6
11,636.0
0.6
315.2
0.0
77,124.4
3.9
47,240.5
2.4
44,002.2
2.2
3,238.3
0.2
11,454.2
0.6
18,429.8
0.9
634.2
0.0
374,351.3 18.7
255,309.1 12.8
57,235.2
2.9
35,639.9
1.8
39,775.1
2.0
65,651.0
3.3
41,275.9
2.1
24,375.1
1.2
26,638.1
1.3
26,589.5
1.3
853.4
0.0
25,736.1
1.3
48.6
0.0
14,293.3
0.7
16,076.5
0.8
119,042.3
6.0
112,186.9
5.6
26,927.8
1.3
82,130.9
4.1
3,128.1
0.2
6,855.4
0.3
1,642.6
0.1
5,212.8
0.3
41,233.4
2.1
(24,417.6) (1.2)
24,417.6
1.2
40,556.3
2.0
19,198.6
1.0
21,357.7
1.1
141,858.5
13,568.6
128,289.9
(4)
98,828.4
10,272.2
3,214.7
28,933.6
2,039.9
12,362.7
12,017.9
344.8
79,626.3
50,941.4
47,121.1
3,820.3
9,424.0
19,260.9
750.0
394,778.5
264,877.3
62,238.1
30,971.8
42,970.0
63,986.8
38,844.5
25,142.4
33,645.2
33,603.0
1,153.0
32,450.0
42.2
16,268.6
14,796.8
129,901.2
123,448.2
31,217.8
88,130.4
4,100.0
6,453.0
1,762.6
4,690.4
47,094.7
(16,892.2)
16,892.2
37,085.8
9,000.0
28,085.8
6.5
0.6
5.9
(5)
4.5
0.5
0.1
1.3
0.1
0.6
0.5
0.0
3.6
2.3
2.2
0.2
0.4
0.9
0.0
18.0
12.1
2.8
1.4
2.0
2.9
1.8
1.1
1.5
1.5
0.1
1.5
0.0
0.7
0.7
5.9
5.6
1.4
4.0
0.2
0.3
0.1
0.2
2.1
(0.8)
0.8
1.7
0.4
1.3
12
10,000.0
0.5
11,357.7
0.6
(16,138.7) (0.8)
28,237.0
1.4
8,500.0
0.4
19,737.0
1.0
(44,375.7) (2.2)
7,500.0
20,585.8
(20,193.6)
26,642.9
8,600.0
18,042.9
(46,836.5)
0.3
0.9
(0.9)
1.2
0.4
Dari data APBN tahun 2004 dan RAPBN 2005 di atas menunjukkan dari tahun ke tahun
mengalami kenaikan, baik kuantitatif maupun secara kualitatif. Kenaikan itu sebabkan oleh
meningkatnya kegiatan ekonomi yang menyebabkan kenaikan anggaran penerimaan dan
pengeluaran.
Format dan struktur APBN berubah dari T-Account menjadi I-Account. Format dan
struktur I-account yang berlaku saat ini terdiri atas (i) pendapatan negara dan hibah, (ii) belanja
negara, dan (iii) pembiayaan.
Konversi belanja negara menurut klasifikasi ekonomi dari format lama ke format baru
disajikan dalam tabel belanja negara berikut ini
I - A ccount
PEN GE LUARAN
A. Pengeluaran Rutin
I. Belanja Pegawai
II.
Belanja Barang
III.
Subsidi Daerah
Otonom
IV.
Pembayaran Bunga
&
cicilan Hutang
1. Bunga
2. Pokok
B. Pengeluaran Pembangunan
I. Pembiayaan Rupiah
1. Bunga Kredit Program
2. Bunga Obl.
Restrukt. Perbankan
II. Pembiayaan Proyek
13
APBN merupakan wujud pengelolaan keuangan negara yang ditetapkan tiap tahun
dengan undang-undang. APBN disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan
pemerintahan negara dan kemampuan dalam menghimpun pendapatan negara. Penyusunan
APBN dan APBD
14
Rancangan APBN, berpedoman kepada rencana kerja Pemerintah dalam rangka mewujudkan
tercapainya tujuan bernegara.
APBD merupakan rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang disetujui oleh
DPRD dan ditetapkan dengan peraturan daerah. Untuk menyusun APBD, pemerintah daerah
harus terlebih dahulu menyusun Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) yang merupakan
penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dengan
menggunakan bahan dari Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja SKPD) untuk
jangka waktu 1 tahun yang mengacu kepada Rencana Kerja Pemerintah.
DAFTAR PUSTAKA
15
http://id.wikipedia.org/wiki/Anggaran_Pendapatan_dan_Belanja_Negara
http://layarasdos.blogspot.com/2014/06/sistematika-penyusunan-apbn-danapbd.html
http://darikelas.blogspot.com/
www.wikipedia.com
www.google.com
16