Proposal TB
Proposal TB
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit TB Paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
kuman Mycobacterium tuberkolosis, yang menyerang dari balita
hingga usia lanjut. Penyakit Tuberkulosis Basil Tahan Asam Positif atau
juga bisa disebut dengan TB Paru, sampai kini belum berhasil
diberantas dan telah menginfeksi sepertiga penduduk dunia (Depkes
RI, 2002).
Pada
tahun
mencanangkan
1993,
kedaruratan
WHO
global
(World
Health
penyakit
TB
Organization)
paru,
karena
capaian
suspek
417
per
sampai
provinsi
dengan
pada
2.277
tahun
per
2011
100.000
Provinsi
yang
mempunyai
kontribusi
peningkatan
Tenggara,
dan
Sulawesi
Utara,
dan
Kalimantan
Barat
(Directly
Observerd
treatment
Shountrcourse)
yang
dalam
sistem
pertahanan
tubuh,
sehingga
mudah
seseorang
terhadap
sesuatu
hal
bagaimana
cara
dan
menyebabkan
jauhnya
penderita
jangkauan
tidak
pelayanan
mampu
kesehatan
membiayai
dapat
transportasi
dan
merupakan
Lamanya
faktor
pendorong
pengobatan
TB
dalam
paru
akan
keberhasilan
mengurangi
kota Sintang yang meliputi Kel. Kapuas Kiri Hulu, Kel. Kapuas Kiri Hilir,
Tanjung Kelansam, Teluk Kelansam Dan Batu Lalau dengan jumlah 55
penderita pada bulan januari 2013.
Berdasarkan jumlah penderita
di
atas
yang
menjalankan
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui
karakteristik
beberapa
(umur,
fakto
peendidikan,
yang
berhubungan
pekerjaan)
faktor
faktor
obat
f.
h. Menganalisis
hubungan
antara
umur
dengan
keberhasilan
pengobatan TB paru
i.
j.
k. Menganalisis
D. Manfaat Penelitian
E. Bidang Ilmu
Peneltian ini merupakan bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat,
khususnya pemberantasan penyakit menular (P2M) dalam hal ini
adalah penyakit TB Paru.
II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tuberkulosis Paru
1. Gambaran Umum TB Paru
a. Definisi
Tuberkulosis Paru adalah penyakit menular langsung yang
disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis sebagian
besar menyerang Paru dan dapat mengenai organ tubuh lainnya.
Kuman ini berbentuk batang mempunyai sifat khusus yaitu tahan
terhadap asam pada pewarnaan disebut pula sebagai Basil Tahan
Asam (BTA). Kuman TB Paru cepat mati apabila terkena sinar
istirahat yang cukup. Atau jika sejak bayi semua anak harus
diberi Imunisasi BCG yang berfungsi untuk mencegah tertular TB
Paru (Hendrawan. 1996).
d. Komplikasi
Komplikasi sering terjadi pada penderita berstadium lanjut
(Nadesul, Hendrawan. 1996), antara lain :
1) Hemoptisis berat (pendarahan dari saluran nafas bawah) yang
dapat mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau
tersambungnya jalan nafas.
2) Kolaps dari lobus akibat kontraksi bronkiat.
3) Bronkiestasis (pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis
(pembentukan) jaringan ikat pada proses pemulihan atau
reaktiti pada paru.
4) Penyebaran infeksi organ lain seperti otak, tulang, persendian,
ginjal dan sebagainya.
5) Insufisiensi kardio pulmoner (Cardio pulmonery insuffiency)
(Depkes RI, 2002)
e. Diagnosis
Bahwa seseorang ditetapkan sebagai penderita TB Paru
apabila melakukan serangkaian pemeriksaan sebagai berikut :
kasus
secara
massal
di
negara-negara
dengan
prevalensi tinggi.
4) Tes tuberkulin, tes ini kurang dapat diandalkan dalam
menegakan diagnosis di negara miskin karena gizi buruk, dan
penyakit lain. Seperti infeksi HIV atau TB Paru yang sangat
parah dapat menghasilkan tes yang lemah meskipun pasien
dewasa atau anak berpenyakit TB Paru aktif. Tes pada anak
dapat berubah karena BCG (Harun, Sutiana, 2002).
f. Klarifikasi Penyakit
cakupan
penemuan
penderita
secara
d) Menanggulangi
penderita
akibat
penyakit
TB
paru
(Nursalam, 1997)
b. Kebijakan Operasional
1) Penanggulangan TB paru di Indonesia dilaksanakan dengan
desentralisasi
sesuai
dengan
keijakan
Departemen
dilaksanakan oleh
seluruh unit
Kesehatan.
2) Penggulangan TB paru
untuk
mempertahankan
kualitas
pelaksanaan
program.
8) Menggalang kerja sama dan kemitraan dengan program
terkait, sektor pemerintah dan swasta (Depkes RI, 1997)
c. Strategi
Strategi DOTS sesuai rekomendasi WHO (WHO, 2004), yaitu :
1) Komitmen politis dari para pengambil keputusan termasuk
dukungan dana.
2) Diagnosis
TB
paru
dengan
pemeriksaan
dahak
secara
mikroskopik
3) Pengobatan dengan panduan OAT jangka pendek dengan
pengawasan langsung oleh Pengawas Menelan Obat (PMO).
4) Kesinambungan persediaan OAT jangka pendek dengan mutu
terjamin.
5) Pencatatan dan palaporan secara baku untuk memudahakan
pemantauan dan evaluasi program penanggulangan TB paru.
lebih
lama
dan
jenis
obat
lebih
pasien
TB
sedikit
untuk
kekambuhan.
Tujuan
dari
penyembuhan
pengobatan
pasien,
mencegah
paru
kematian,
adalah
mencegah
hari
pertama pengobatan.
2) Rifampisin (R), bersifat bakteriasid dapat membunuh kuman
semi dormant (persisten) yang tidak dapat dibunuh oleh INH.
3) Piranizamid, (Z), bersifat bakterisid dapat membunuh kuman
yang berada dalam sel suasana asam.
4) Streptomycine (S), bersifat bakterisid.
5) Etambutol (E), bersifat bakteriotatik.
dinyatakan
sembuh
bila
penderita
telah
Penderita
dan
Penentuan
Keberhasilan
Pengobatan
Pengendalian pengobatan penderita dilaksanakan pada saat
kunjungan penderita ke uni pelayanan kesehatan atau dengan
kunjungan ke rumah penderita yang dilakukan oleh petugas
kesehatan
maupun
Penentu status
petugas
penderita
pengawas
menelan
obat
(PMO).
5. Faktor
yang
Berhubungan
dengan
Keberhasilan
Pengoabatan TB Paru
a. Perilaku
Meskipun
perilaku
adalah
bentuk
respon
atau
reaksi
atau
faktor-faktor
lain
dari
orang
yang
bersangkutan,
yang
bersifat
given
atau
bawaan,
perilaku
dari
analisa
faktor-faktor
yang
predisposisi
(predisposing
faktors),
yang
lain,
keluarga
dan
masyarakat
yang
merupakan
1) Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah
orang
melakukan
penginderaan
terhadap
suatu
obyek
tertentu. Pengetahuan
yang
tercakup
dalam
dominan
kognitif
mempunyai
artinya
sebagai
suatu
kemampuan
untuk
Sintesis
adalah
suatu
kemampuan
untuk
menyusun
ini
berkaitan
dengan
kemampuan
untuk
berarti
bahwa
orang
(obyek)
mau
atau
c) Menghargai (valuding)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan, mendiskripsikan
suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga
d) Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung
jawab
atas
segala
sesuatu
yang
telah
atau
obyek. Untuk
dan
memilih
berbagai
obyek
sehubungan
umur
yang
semakin
tua
akan
mempunyai
semakin
tua
umurnya
akan
lebih
taat
dalam
c. Pendidikan
Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan pada diri
seseorang
yang
dihubungkan
dengan
pencapaian
tujuan
diberikan
pada
seseorang
atau
orang
lain,
bukan
sehari-hari
lebih
kesehatan.
Kemiskinan
kesehatan
dapat
penting
dan
dari
jauhnya
menyebabkan
pada
pemeliharaan
jangkauan
penderita
pelayanan
tidak
mampu
dalam
melakukan
pengobatan,
sehingga
dapat
OAT
yang
diberikan
sebelum
berakhir
prpses
makin
lama
makin
sering
dan
makin
teratur
2)
Persyaratan PMO
a) Seseorang yang dikenal, dipercaya dan disetujui baik oleh
petugas kesehatan maupun penderita selain itu harus
dusegani dan dihormati oleh penderita.
b) Seseorang yang tinggal dekat dengan penderita.
minum
obat
diukur
sesuai
dengan
petunjuk
menghindari
terjadinya
kegagalan
pengobatan
serta
B. Kerangka Teori
Faktor
Predisposing :
1. Pengetahuan
C. Kerangka
2. Sikap Konsep
Variabel Bebas
Faktor Enabling :
1. Pemakaian OAT
Umur
2. Peran PMO
Pendidikan
Karakteristik :
1. Umur
2. Jenis Kelamin
3. Pekerjaan
Perilaku
Keteraturan
Minum Obat
Keberhasilan
Pengobatan TB
Paru
Pekerjaan
Faktor Reinforing :
Pemakaian OAT
1. Petugas
Kesehatan Peran PMO
2. Keluarga
3. Masyarakat
Keteraturan Minum
Variabel Terikat
Keberhasilan
Pengobatan TB Paru
D. Hipotesa
1. Ada hubungan antara umur dengan keberhasilan pengobatan TB
paru
2. Ada hubungan antara pendidikan dengan keberhasilan pengobatan
TB paru
3. Ada hubungan antara pekerjaan dengan keberhasilan pengobatan
TB paru
4. Ada
hubungan
antara
pemakaian
OAT
sebelumnya
dengan
hubungan
antara
beberapa
faktor
dengan
angka
2002).
Pengambilan
sampel
dalam
penelitian
ini
n =
N
2
1+ N (d )
55
1+6,35
55
7,35
keterangan :
N= Besar
Populasi
menjadi 7 responden
n = Besar Sampel
d = Tingkat
Variabel Bebas
1) Umur
2) Pendidikan
3) Pekerjaan
4) Pemakaian OAT
5) Peran PMO
6) Keteraturan Minum Obat
b. Variabel Terikat
Keberhasilan Pengobatan TB Paru
2. Defenisi Operasional
7,48
dibulatkan
Variabel
Variabel
bebas:
Umur
Defenisi
Alat
Operasional
Parameter
Adalah
usia
penderita saat
mulai
menerima
pengobatan
TB
dihitung
berdasarkan
jumlah ulang
tahun
yang
dihitung dari
kelahiran
sampai
saat
wawancara
yang
dinyatakan
dalam satuan
tahun.
Ukur
Wawancar
a
0-14
Tahun
Skala
Rasio
Skor
Format
wawancara
dengan Skor:
(anak-anak)
Anak-anak:
1
Remaja: 2
Dewasa
muda: 3
Dewasa
tua: 4
Lanjut
usia: 5
15-29
Tahun
(remaja)
30-44
Tahun
(dewasa
muda)
45-59
Tahun
(dewasa tua)
>
tahun
60
(usia lanjut)
Pendidika
n
Adalah
jenjang
pendidikan
formal
yang
berhasil
ditempuh
responden
berdasarkan
ijazah
terakhir.
Tdk
Sekolah
SD
SLTP
Wawancar
a
Ordinal
Format
wawancara
dengan skor:
Tdk
sekolah: 0
SLTA
SD: 1
Perguruan
Tinggi
(PT)
SLTP: 2
SLTA: 3
Perguruan
tinggi (PT):
5
Pekerjaan
Pemakain
OAT
Peran
PMO
Keteratura
n Minum
Adalah
kegiatan atau
usaha
yang
dilakukan
penderita
untuk
memenuhi
kebutuhan
hidup seharihari
sampai
pada
saat
menderita TB
paru.
Bekerja
Tidak
bekerja
Adalah
pemakaian
OAT
pada
penderita TB
paru sebelum
selesai
pengobatan 6
bulan
mengalami
droup
out,
sebelum
menjalani
pengobatan di
Puskemas
Dara
Juanti
kota Sintang
yang sedang
dievaluasi .
Ada
Tidak ada
Adalah
sebagai
pengawas
menelan obat
pada
penderita TB
paru
BTA
positif
pada
saat
menjalani
pengobatan.
Ada
Tidak ada
Adalah suatu
proses dimana
Teratur
Wawancar
a
Wawancar
a
Wawancar
a
Wawancar
a
Nominal
Nominal
Nominal
Nominal
Format
wawancara
dengan skor:
Bekerja: 1
Tidak
bekerja: 2
Format
wawancara
dengan skor:
Ada: 2
Tidak: 1
Format
wawancara
dengan skor:
Ada: 1
Tidak ada:
2
Format
wawancara
Obat
penderita
melakukan
ketepatan
waktu dalam
pengobatan.
dilihat
dari
teratur
dan
tidak
teraturannya
penderita
minum obat.
apabila
penderita
tidak
pernah
lalai /lupa
minum
obat atau
pernah
lalai
<3
hari pada
fase awal
dan < 1
minggu
pada fase
lanjutan.
dengan skor:
Teratur: 2
Tidak
teratur: 1
Tdk
Teratur :
apabila
penderita
lalai atau
tidak
pernah
minum
obat
>3
hari pada
fase awal
dan lebih
dari
1
minggu
pada fase
lanjutan.
Variabel
terikat:
Keberhasil
an
Pengobata
n TB Paru
Adalah
hasil
pengobatan
TB Paru dari
uji
bakteriologik
dan
klinik
pada
penderita TB
paru BTA (+)
yang
menjalani
pengobatan
Sembuh
Tidak
sembuh
Observasi
Nominal
Format
wawancara
dengan skor:
Sembuh: 2
Tidak
sembuh: 1
OAT
jangka
pendek yang
telah menjadi
BTA (-) pada
fase
awal
dengan lama
pengobatan
selama
6
bulan.
3. Instrumen Penelitian
a. Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara digunakan agar wawancara yang
dilakukan tidak menyimpang dari tujuan penelitian. Pedoman
inidisuun berdasarkan teori yang berkaitan dengan masalah
yang diteliti.
b. Catatan Lapangan
Sarana lain yang digunakan sebagai pelengkap wawancara
adalah catatan lapangan. Catatan lapangan adalah catatan yang
dibuat peneliti sewaktu dilapangan dan dilengkapi setelah
mengadakan pengamatan. Catatan lapangan biasanya dibuat
dalambentuk kata-kata kunci, singkatan atau pokok-pokok utama
saja
tabel
Y 2
X 2 }{n Y 2
r xy
X 2
n
n XY ( X Y )
Keterangan :
r xy
= koefisien kolerasi dua variabel antara x dan y
n
x
= jumlah responden
= skor variabel (jawaban responden)
hitung
>
e. Reabilitas
Reabilitas diuji dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach
dengan rumus sebagai berikut :
[ ][
k
s
1 2
k 1
sx
2
i
Keterangan :
= Koefisien reabilitas
Alpha
k
= banyaknya belahan
2
Si
= varians skor belahan
Sumber data
1) Data primer
Data yang diperoleh secara langsung mendatangi responden
dengan
wawancara
langsung
dengan
responden,
yaitu
dan
kordinator
pemegang
program
TB
paru
di
Data sekunder
Data yang didapatkan dari dokumen pencatatan dan laporan
di Puskesmas Dara Juanti Kota Sintang.
b. Prosedur penelitian
1) Mengurus perijinan penelitian ke Puskesmas Dara Juanti Kota
Sintang.
2) Melakukan wawancara pada responden yang datang di
Puskesmas Dara Juanti Kota Sintang
3) Hasil dari wawancara dan pencatatan dapat diambil beberapa
faktor tingkat keberhasilan pengobatan TB Paru.
a. Pengolahan data
Pengolahan data pada penelitian ini dilaksanakan dengan
tahap sebagai berikut :
1) Editing (Penyuntingan)
Pada tahap ini dilakukan pemeriksaan terhadap semua
isian pada semua item pertanyaan dalam kuesioner untuk
mengetahui beberapa faktor tingkat keberhasilan pengobatan
TB
Paru.
Dengan
kelengkapan
pengisian konsisten
dan
angka
untuk
memudahkan
proses
pengolahan
data
hasil
survai
tingkat
keberhasilan
deskriptif
dilakukan
untuk
menggambarkan
pemakaian
OAT
sebelumnya,
peran
PMO,
Besarnya nilai r
interprestasi
Tinggi
1,00
Cukup
Antara 0,600 sampai
Agak rendah
0,800
Rendah
Antara 0,400 sampai
0,600
Antara 0,200 sampai
Sangat rendah
0,400
Antara 0,000 sampai
0,200
8. Jadwal Penelitian
No
.
1.
Kegiatan
Jan
Feb
Maret
April
Mei
Juni
2.
3.
4.
5.
6.
7.
DAFTAR PUSTAKA
Kes
RI
1997.
Pedoman
Penyakit
Tuberkulosis
Dan
9. Depkes RI. 2001. Buku Petunjuk Praktis Bagi Petugas dan Pelaksana
Penanggulangan TBC di Unit Pelayanan Kesehatan. Jakarta. Depkes.
10.
Depkes
RI.
2002.
Pedoman
Nasional
Penangulangan
Tuberkulosis. Jakarta.
11.
Praktisi Diagnosa dan Penatalaksana Tuberkulosis Paru. Cetakan ke2. Jakarta : Yayasan Penerbit IDA.
14.
Soekidjo,
Notoatmodjo.
2003.
Pendidikan
dan
Perilaku
18.
Ilmu. Solo
20.
21.
Consultan,
New
Delphi.
2004.
Depkes
2002,
http://www.depkes.go.id/index.php?option2
articles&arcid=154&item=3, 20 Mei 2004.
22. Wukir Sari. Skripsi 2005. Hubungan Antara Pengetahuan, Sikap PMO
Dengan Pencegahan Penyakit Tuberculosis Paru Di Puskesmas
Pandanaran Kota Semarang. UNIMUS. Semarang