1. Pengertian
Hipertiroid adalah sindroma klinis yang terjadi bila jaringan tubuh manusia terpajan
dengan jumlah hormon tiroid yang berlebihan/tinggi dalam sirkulasi karena hiperaktivitas
atau hiperfungsinya kelenjar tiroid. Hipertiroid merupakan salah satu bentuk thyrotoxicosis
atau tingginya kadar hormon tiroid, T4, T3 maupun kombinasi keduanya, di aliran darah.
Peningkatan kadar hormon tiroid menyebabkan paparan berlebihan pada jaringan jaringan
tubuh yang menyebabkan munculnya berbagai manifestasi klinik yang terkait dengan
fungsi hormon tiroid dalam berbagai proses metabolisme tubuh
2. Patofisiologi
Penyebab hipertiroidisme biasanya adalah penyakit graves, goiter toksika. Pada
kebanyakan penderita hipertiroidisme, kelenjar tiroid membesar dua sampai tiga kali dari
ukuran normal, disertai dengan banyak hiperplasia dan lipatan-lipatan sel-sel folikel ke
salam folikel, sehingga jumlah sel-sel ini lebih meningkat beberapa kali dibandingkan
dengan pembesaran kelenjar. Juga, setiap sel meningkatkan kecepatan 5-15 kali lebih besar
dari pada normal.
Pada hipertiroidisme, konsentrasi TSH plasma menurun, karena ada sesuatu yang
menyerupai TSH, Biasanya bahan-bahan ini adalah antibody immunoglobulin yang
disebut TSI (Thyroid Stimulating Immunoglobulin), yang berkaitan dengan reseptor yang
mengikat TSH. Bahan-bahan tersebut merangsang aktivasi CAMP dalam sel, dengan hasil
akhirnya adalah hipertiroidisme. Karena itu pada pasien hipertiroidisme konsentrasi TSI
meningkat. Bahan ini mempunyai efek perangsangan yang panjang pada kelenjar tiroid,
yakni selama 12 jam, berbeda dengan efek TSH yang hanya berlangsung satu jam.
Tingginya sekresi hormon tiroid yang disebabkan oleh TSI selanjutnya juga menekan
pembentukan TSH oleh kelenjar hipofisis anterior.
Pada hipertiroidisme, kelenjar tiroid dipaksa mensekresikan hormon hingga
diluar batas, sehingga untuk memenuhi hal tersebut, sel-sel sekretori kelenjar tiroid
membesar.
3. Penyebab (Etiologi)
Beberapa penyakit dapat menyebabkan timbulnya kondisi hipertiroid yakni penyakit
Graves (75%), goiter multinodular toksik (15%), dan adenoma toksik (5%). Penyebab lain
seperti tiroiditis, karsinoma tiroid, konsumsi obat yang mengandung yodium atau lithium
secara berlebihan, dan autoimun post partum sangat jarang kasusnya ditemukan.
Penyebab :
Herediter
Toksik Adenoma
Kanker tiroid
5. Farmakoterapi
Tujuan terapi secara keseluruhan untuk menghilangkan kelebihan hormon tiroid dan
meminimalkan gejala dan akibat jangka panjang dari hipertiroid. Terapi hipertiroid harus
individual berdasarkan jenis dan tingkat keparahan hipertiroid, usia pasien dan jenis
kelamin, adanya kondisi nonthyroidal, dan respon terhadap terapi sebelumnya.
Golongan obat ini bekerja menghambat secara langsung sintesis hormon tiroid
dengan jalan mencegah pengikatan iod pada tirosin atau penggandengan mono- dan
diiodtirosin menjadi T3/T4. Serta menghambat pengubahan T4 menjadi T3 di
jaringen perifer.
Dosis umum
PTU: 300-600 mg sehari (3-4 kali)
MMI: 30-60 mg sehari (3 kali)
Dosis pemeliharaan:
PTU: 50-300 mg
MMI: 5-30 mg
Potasium Iodida dalam bentuk larutan saturasi (SSKI, 38 mg iodida tiap tetes) atau
sebagai larutan Lugol, mengandung 6,3 mg iodida tiap tetes.
c. Iodin Radioaktif
Isotop iod-131
Pada umumnya, radioiod hanya digunakan pada pasien diatas usia 40 tahun.
d. -blocker
-
-blocker yang biasa digunakan yaitu propanolol dan nadolol yang mengeblok
secara partial pembentukan T4 menjadi T3.
Dalam terapi hanya digunakan untuk memperbaiki gejala tirotoksik seperti palpitasi,
gelisah, tremor, dan intoleransi panas sehingga kontribusi obat golongan ini
terhadap keseluruhan terapi sangat kecil.
Pasien dewasa:
150 450 mg sehari sebagai dosis awal. Untuk hipertiroid yang parah dosis awal dapat
ditingkatkan menjadi 600 1200 mg sehari. Dapat diberikan dalam dosis terbagi atau
sekali sehari. Perbaikan kondisi penyakit biasanya terlihat 1-3 minggu pengobatan dan
kontrol gejala dicapai dalam 1-2 bulan. Ketika pasien mengalami eutiroid, dosis
maintenennya diturunkan menjadi 50-150 mg sehari. Pengobatan biasanya dilanjutkan
hingga 1-2 tahun (martindale 36th, 2009).
d. Kontraindikasi
Hipersensitifitas (AHFS, 2011).
e. Efek samping
Ruam, urtikaria, pruritus, kerontokan rambut abnormal, pigmentasi kulit, udem, mual,
muntah, anoreksia, berkurangnya indra perasa atau penciuman, demam, sakit kepala,
milagia, neuritis, vertigo. (AHFS, 2011)
f. Interaksi obat
8. Konseling Obat
Hal yang perlu dikonselingkan :
1. Riwayat penyakit dahulu pasien mencakup tirotoksikosis atau gejala-gejala seperti
iritabilitas, agitasi, labilitas emosi, nafsu makan kurang dengan berat badan sangat turun,
keringat berlebih dan intoleransi suhu, serta riwayat penyakit hati.
2. Riwayat penyakit sekarang yang umum dikeluhkan oleh pasien adalah demam, berkeringat
banyak, penurunan nafsu makan dan kehilangan berat badan. Keluhan saluran cerna yang
sering diutarakan oleh pasien adalah mual, muntah, diare, nyeri perut, dan jaundice.
3. Sebaiknya PTU diminum 2 jam sesudah makan, apabila bersama makanan atau diberikan
segera setelah makan dapat mmenurunkan efek dari PTU tersebut.
4. Sebaiknya konsumsi setiap 8 jam untuk menjaga level serum
5. Dianjurkan mengkonsumsi cairan 3-4 L/hari, kecuali bila dikontraindikasikan
6. Adapun penatalaksanaan terapi hipertiroidisme meliputi terapi nonfarmakologi dan terapi
farmakologi. Terapi non farmakologi dapat dilakukan dengan :
Diet yang diberikan harus tinggi kalori, yaitu memberikan kalori 2600-3000 kalori per
hari baik dari makanan maupun dari suplemen.
Konsumsi protein harus tinggi yaitu 100-125 gr (2,5 gr/kg berat badan) per hari untuk
mengatasi proses pemecahan protein jaringan seperti susu dan telur.