Anda di halaman 1dari 5

Dalam kehidupan ini sebagai umat muslim kita diwajibkan untuk hidup secara

islami, dimana segala hal dalam kehidupan harus dijalankan sesuai dengan
ketentuan Allah SWT. Di sini setiap muslim harus berusaha mewujudkannya
dengan cara meniatkan segala hal yang dilakukannya adalah bagian dari ibadah.
Syariat Islam mengatur seluruh pola perilaku manusia dalam segala aspek
kehidupannya, baik aqidah, ibadah, syariah (dalam arti khusus), muamalah
maupun siyasah. Syariat Islam merupakan rahmat bagi seluruh alam (rahmatan
lil alamiin). Untuk itu harus diterapkan, agar rahmat tersebut dapat dinikmati
oleh seluruh umat manusia dan alam sekitarnya.
Penerapan syariat Islam secara benar akan melahirkan masyarakat Islam dengan
sistemnya yang khas. Menurut Sayyid Qutb, alasan utama yang menyebabkan
tersendirinya Masyarakat Islam dengan sistemnya yang khas itu ialah kenyataan
bahwa ia sebenarnya suatu masyarakat yang tercipta oleh syariat yang khas,
ciptaan Allah sendiri. Syariat ini tumbuh dengan sempurna semenjak dia
diciptakan, tanpa melalui proses evolusi sejarah. Syariat inilah yang
menciptakan masyarakat Islam, dibangun di atas landasan-landasan yang
dikehendaki Allah untuk hamba-hamba-Nya, bukan menurut konsep yang
ditetapkan atas kemauan segolongan manusia terhadap sejumlah manusia yang
selebihnya. Dan di bawah naungan syariat ini, menjadi lengkaplah pertumbuhan
jamaah yang bercorak Islam.
Bersama-sama dengan itu, terciptalah hubungan kerja dan produksi, hukum dan
kaidah moral menyangkut perseorangan dan masyarakat, pokok-pokok budi
pekerti dan undang-undang pergaulan, bahkan mencakup segenap upaya
tertentu untuk mengokohkan tata kehidupan sosial dan menggariskan jalan
untuk tumbuh dan berkembang.
Islam adalah jalan hidup (way of life) yang dihadirkan untuk umat manusia.
Keislaman seseorang tidaklah cukup hanya dalam ucapan syahadah saja, atau
lebih luas dengan apa yang disebut sebagai rukun Islam. Islam harus diterima
secara kaffah atau totalitas (QS 2:208, Al Baqarah) -termasuk dalam menerapkan
syariatnya-, tidak menerima sebagian ajaran Islam dan menolak sebagian yang
lain karena tidak sesuai dengan ketentuan Allah SWT.
Dengan ini kita semua mengerti bahwa islam mencakup keseluruhan termasuk
dalam kehidupan sehari-hari segala perbuatan kita harus bersandar pada hukumhukum islam, baik itu dari hubungan kita dengan Allah (Hbluminallah), dengan
diri sendiri , maupun orang lain(Habluminannas).
Habluminallah
Manusia diciptakan oleh Allah untuk mengabdi kepadaNya. Allah
memerintahkan manusia untuk menyembah hanya kepada Allah, dan beribadah
kepadaNya. Ibadah dalam kaitan yang diperintahkan oleh Allah ada banyak, baik
itu sholat, membaca al-quran, haji dan sebagainya, sebagai contoh antara lain;
* Sholat

Sholat adalah salah satu ibadah wajib yang diperintahkan oleh Allah. Perintah
Sholat disebutkan berkali2 di Al Quran mulai dari Surat Al Baqarah ayat 3, 43,
45, 83, 110, 153, 177, 238, 277, Surat Annisa ayat 43, 102, 103, 162, dsb, dan
masih banyak lagi. Begitu pentingnya Sholat sehingga kelak Sholat adalah ibadah
pertama yang diperiksa dalam perhitungan amal di akherat dan menjadi tolok
ukur seluruh amal ibadah lainnya. Bila sholatnya baik maka seluruh amal
ibadahnya baik, begitu juga sebaliknya bila sholatnya jelek (atau tidak pernah
sholat) maka jeleklah seluruh amal lainnya.
Begitu pentingnya sholat maka ia disebutkan sebagai tiangnya agama, siapa
yang mendirikan sholat maka dia telah menegakkan tiang agama, sebaliknya
yang meninggalkan sholat berarti telah meruntuhkan tiang agama. Itulah
sebabnya sholat diwajibkan bagi seluruh umat muslim dewasa yang berakal
tanpa kecuali. Sesungguhnya sholat juga diperintahkan dan dilakukan oleh umatumat terdahulu sebelum umat Muhammad saw. Jadi sebenarnya seluruh umat
manusia mulai dari nabi Adam a.s. diperintahkan untuk sholat sebagai bentuk
penyembahan dan ketundukan (sujud) dari seorang hamba kepada Tuhannya
yaitu Allah swt. Barangsiapa yang enggan melakukan sholat maka akan
mendapatkan siksa yang amat pedih sejak di alam barzah (kubur) hingga di
kehidupan akhirat nanti.
* Membaca Al Qurn
Semua orang tahu bahwa kitab suci umat Islam adalah Al Qurn. Di dalamnya
terdapat hukum, aturan, dan pedoman dan harus dipatuhi oleh umat Islam.
Terdapat juga ilmu pengetahuan dan sejarah (cerita) bisa dijadikan hikmah bagi
umat manusia. Al Qurn harus dibaca dan dipelajari untuk dilaksanakan dan
dijadikan acuan dalam kehidupan sehari2. Bila umat Islam selalu bersandar
kepada Al Qurn (dan Hadits) maka akan menjadi umat yang kuat. Sebaliknya
bila umat Islam tidak mau membaca dan mempelajari Al Qurn maka mereka
tidak mengerti aturan yang harus dianut sebagai seorang muslim dengan kata
lain menjadi orang yang bodoh (jahil) yaitu bodoh dalam ilmu agama akibatnya
bisa diduga, umat Islam akan semakin jauh dari Islam dan menjadi kaum yang
lemah bahkan menuju kepada kehancuran.

Hubungan manusia dengan dirinya sendiri


Hal ini berkaitan dengan segala aktivitas dan tingkah laku setiap individu
harus berdasarkan islam, mulai dari berpakaian, cara bersikap dan sebagainya.
Adapun akhlak pada diri sendiri diantaranya mencakup hal-hal berikut;
Berakhlak terhadap jasmani.
i. menjaga kebersihan dirinya
Islam menjadikan kebersihan sebagian dari Iman. Ia menekankan kebersihan
secara menyeluruh meliputi pakaian dan juga tubuh badan. Rasulullah

memerintahkan sahabat-sahabatnya supaya memakai pakaian yang bersih, baik


dan rapi terutamanya pada hari Jum'at, memakai wewangian dan selalu bersugi.
ii. Menjaga makan minumnya.
Bersederhanalah dalam makan minum, berlebihan atau melampau di tegah
dalam Islam. Sebaiknya sepertiga dari perut dikhaskan untuk makanan, satu
pertiga untuk minuman, dan satu pertiga untuk bernafas.
iii. tidak mengabaikan latihan jasmaninya
Riyadhah atau latihan jasmani amat penting dalam penjagaan kesehatan, walau
bagaimnapun ia dilakukan menurut etika yang ditetapkan oleh Islam tanpa
mengabaikan hak-hak Allah, diri, keluarga, masyarakat dan sebagainya, dalam
artikata ia tidak mengabaikan kewajiban sembahyang, sesuai kemampuan diri,
menjaga muruah, adat bermasyarakat dan seumpamanya.
iv. Rupa diri.
Seorang muslim mestilah mempunyai rupa diri yang baik. Islam tidak pernah
mengizinkan budaya tidak senonoh, compang-camping, kusut, dan
seumpamanya. Islam adalah agama yang mempunyai rupa diri dan tidak
mengharamkan yang baik.
Sesetengah orang yang menghiraukan rupa diri memberikan alasan tindakannya
sebagai zuhud dan tawadhuk. Ini tidak dapat diterima karena Rasulullah yang
bersifat zuhud dan tawadhuk tidak melakukan begitu. Islam tidak melarang
umatnya menggunakan nikmat Allah kepadanya asalkan tidak melampau dan
takabbur.
berakhlak terhadap akalnya
i. memenuhi akalnya dengan ilmu
akhlak Muslim ialah menjaganya agar tidak rusak dengan mengambi sesuatu
yang memabukkan dan menghayalkan. Islam menyuruh supaya membangun
potensi akal hingga ke tahap maksimum, salah satu cara memanfaatkan akal
ialah mengisinya dengan ilmu.
Ilmu fardh 'ain yang menjadi asas bagi diri seseorang muslim hendaklah
diutamakan karena Ilmu ini mampu dipelajari oleh siapa saja, asalkan dia berakal
dan cukup umur. Pengabaian ilmu ini seolah-olah tidak berakhlak terhadap
akalnya.
ii. penguasaan ilmu
sepatutnya umat Islamlah yang selayaknya menjadi pemandu ilmu supaya
manusia dapat bertemu dengan kebenaran. Kekufuran (kufur akan nikmat) dan
kealfaan ummat terhadap pengabaian penguasaan ilmu ini.

Perkara utama yang patut diketahui ialah pengetahuan terhadap kitab Allah,
bacaannya, tajwidnya, dan tafsirnya. Kemudian hadits-hadits Rasul, sirah, sejarah
sahabat, ulama, dan juga sejarah Islam, hukum hakam ibadat serta muamalah.
Sementara itu umat islam hendaklah membuka tingkap pikirannya kepada segala
bentuk ilmu, termasuk juga bahasa asing supaya pemindahan ilmu berlaku
dengan cepat. Rasulullah pernah menyuruh Zaid bin Tsabit supaya belajar bahasa
Yahudi dan Syiria. Abdullah bin Zubair adalah antara sahabat yang memahami
kepentingan menguasai bahasa asing, beliau mempunyai seratus orang khadam
yang masing-masing bertutur kata berlainan, dan apabila berhubungan dengan
mereka, dia menggunakan bahasa yang dituturkan oleh mereka.
Berakhlak terhadap jiwa
manusia pada umumnya tahu sadar bahwa jasad perlu disucikan selalu, begitu
juga dengan jiwa. Pembersihan jiwa beda dengan pembersihan jasad. Ada
beberapa cara membersihkan jiwa dari kotorannya, antaranya:
i. Bertaubat
ii. Bermuqarabah
iii. Bermuhasabah
iv. Bermujahadah
v. Memperbanyak ibadah
vi. Menghadiri majlis Iman
Untuk meningkatkan tahap kejiwaan kita tidak boleh keseorangan. Lantaran dari
pada itu kita perlu sahabat yang boleh memperingatkan diri kita. Disamping itu
kita perlu berdoa kepada Allah.
Habluminannas
Allah memerintahkan manusia untuk saling menyayangi dan berbuat baik
satu dengan yang lainya. Allah mengatur masalah hubungan yang baik sesama
manusia antara lain tentang :
* mendahulukan kepentingan orang lain (QS 2:177, 59:9),
* berbuat baik adalah merupakan sebaik-baik amalan (QS 3:92, 3:134),
* menyempurnakan takaran dan timbangan, serta tidak merugikan orang lain (QS
7:85, 11:84, 11:85, 17:35, 26:181, dsb) mengurangi takaran termasuk korupsi
kecil2an.
* berinfak atau memberikan sebagian rizki kepada orang lain (QS 2:254, 3:92,
14:31, 32:16, 35:29, 42:38, dsb)

* tolong menolong dan kasih sayang (QS 5:2, 48:29, 24:22, 90:17), dan masih
banyak banyak lagi.
Kesimpulannya adalah segala perbuatan baik kepada sesama manusia, tidak
merugikan orang lain, tolong menolong dan kasih sayang memang diperintahkan
oleh Allah kepada manusia, artinya hubungan baik kepada sesama manusia itu
dalam rangka hubungan baik kepada Allah (dalam rangka melaksanakan perintah
Allah). Dengan kata lain habluminannas dalam rangka habluminallah. Keduanya
sejalan dan tidak untuk dipertentangkan. Orang yang mengabaikan
habluminannas selain mendapatkan murka dari Allah dan konsekuensi di akherat,
juga akan menerima konsekuensi dari sesama manusia lainya yaitu berupa
perlakuan atau sangsi atau hukuman dari aturan/hukum atau norma masyarakat
di mana ia berada.

Anda mungkin juga menyukai