Anda di halaman 1dari 11

Konjungtiva merupakan membran yang menutupi sklera dan kelopak bagian

belakang. Bermacam-macam obat mata dapat diserap melalui konjungtiva ini.


Konjungtiva mengandung kelenjar musin yang dihasilkan oleh sel goblet. Musin
bersifat membasahi bola mata terutama kornea.Konjungtiva terdiri atas tiga bagian,
yaitu :
Konjungtiva tarsal yang menutupi tarsus, konjungtiva tarsal sukar digerakkan dari
tarsus.
Konjungtiva bulbi menutupi sklera dan mudah digerakkan dari sclera di bawahnya.
Konjungtiva fornises atau forniks konjungtiva yang merupakan tempat peralihan
konjungtiva tarsal dengan konjungtiva bulbi.
Konjungtiva bulbi dan forniks berhubungan sangat longgar dengan jaringan
dibawahnya sehingga bola mata mudah bergerak.
Konjungtiva bulbi superior paling sering mengalami infeksi dan menyebar
kebawahnya.13
Histologi :
Lapisan epitel konjungtiva terdiri dari dua hingga lima lapisan sel epitel silinder
bertingkat, superficial dan basal. Lapisan epitel konjungtiva di dekat limbus, di atas
karunkula, dan di dekat persambungan mukokutan pada tepi kelopak mata terdiri
dari sel-sel epitel skuamosa.
Sel-sel epitel superficial mengandung sel-sel goblet bulat atau oval yang
mensekresi mukus. Mukus mendorong inti sel goblet ke tepi dan diperlukan untuk
dispersi lapisan air mata secara merata diseluruh prekornea. Sel-sel epitel basal
berwarna lebih pekat daripada sel-sel superficial dan di dekat linbus dapat
mengandung pigmen.
Stroma konjungtiva dibagi menjadi satu lapisan adenoid (superficial) dan satu
lapisan fibrosa (profundus). Lapisan adenoid mengandung jaringan limfoid dan
dibeberapa tempat dapat mengandung struktur semacam folikel tanpa sentrum
germinativum. Lapisan adenoid tidak berkembang sampai setelah bayi berumur 2
atau 3 bulan. Hal ini menjelaskan mengapa konjungtivitis inklusi pada neonatus
bersifat papiler bukan folikuler dan mengapa kemudian menjadi folikuler. Lapisan
fibrosa tersusun dari jaringan penyambung yang melekat pada lempeng tarsus. Hal
ini menjelaskan gambaran reaksi papiler pada radang konjungtiva. Lapisan fibrosa
tersusun longgar pada bola mata.13
Kelenjar air mata asesori (kelenjar Krause dan wolfring), yang struktur dan
fungsinya mirip kelenjar lakrimal, terletak di dalam stroma. Sebagian besar kelenjar
krause berada di forniks atas, dan sedikit ada diforniks bawah. Kelenjar wolfring
terletak ditepi atas tarsus atas.
B. KONSEP KONJUNGTIVITIS
Klasifikasi konjungtivitis berdasarkan penyebabnya.

a.Konjungtivitis akut
Merupakan radang konjungtiva atau radang selaput lendir yang menutupi belakang
kelopak dan bola mata. Disebabkan oleh gonococcus virus, clamidia, alergi,toksik
atau moluskum kontagiosum.
Manifestasi yang muncul adalah hiperemi pada kongjungtiva, lakrimasi, eksudat
dengan sekret yang lebih nyata dipagi hari, pseudoptosis akibat kelopak mata
membengkak, mata seperti ada benda asing.
b.Konjungtivitis bakterial akut
Konjungtivitis bakterial akut merupakan bentuk konjungtivitis murni dan biasanya
disebabkan oleh staphilococcus, streptococuss pnemonie, gonococcus, haemofiluss
influenza, dan pseudomonas
c. Konjungtivitis blenore
Blenore neonaturum merupakan konjungtivitis pada bayi yang baru lahir.
Penyebabnya adalah gonococ, clamidia dan stapilococcus.Konjungtivitis gonore
Radang konjungtiva akut yang disertai dengan sekret purulen. Pada neonatus
infeksi ini terjadi pada saat berada dijalan lahir. Pada orang dewasa penyakit ini
didapatkan dari penularan penyakit kelamin pada kontak dengan penderita uretritis
atau gonore
Manifestasi klinis yang muncul pada bayi baru lahir adanya sekret kuning kental,
pada orang dewasa terdapat perasan sakit pada mata yang dapat disertai dengan
tanda tanda infeksi umum.
d. Konjungtiva difteri
Radang konjungtiva yang disebabkan oleh bakteri difteri memberikan gambaran
khusus berupa terbentuknya membran pada konjungtiva
e. Konjungtivitis angular
Peradangan konjungtiva yang terutama didapatkan didaerah kantus interpalpebra
disertai ekskoriasi kulit disekitar daerah peradangan, kongjungtivitis ini disebabkan
oleh basil moraxella axenfeld.
f. Konjungtivitis mukopurulen
Kongjungtivitis ini disebabkan oleh staphylococcus, pneumococus, haemophylus
aegepty. Gejala yang muncul adalah terdapatnya hiperemia konjungtiva dengan
sekret berlendir yang mengakibatkan kedua kelopak mata lengket, pasien merasa
seperti kelilipan, adanya gambaran pelangi ( halo).
g. Blefarokonjungtivitis
Radang kelopak dan konjungtiva ini disebabkan oleh staphilococcus dengan keluhan
utama gatal pada mata disertai terbentuknya krusta pada tepi kelopak
h.Konjungtivitis viral akut

Biasanya disebabkan oleh adenovirus atau suatu infeksi herpes simpleks. Infeksi ini
biasanya terjadi bersama sama dengan infeksi saluran pernafasan atas. Infeksi
virus bisa sembuh dengan sendirinya setelah 3 minggu.
Keratokonjungtivitis epidemik
Radang yang berjalan akut, disebabkan oleh adenovirus tipe 3,7,8 dan 19.
konjuntivitis ini bisa timbul sebagai suatu epidemi. Penularan bisa melalui kolam
renang selain dari pada wabah. Gejala klinis berupa demam dengan mata seperti
kelilipan, mata berair berat
Demam faringokonjungtiva
Kongjungtivitis demam faringokonjungtiva disebabkan infeksi virus. Kelainan ini
akan memberikan gejala demam, faringitis, sekret berair dan sedikit, yang
mengenai satu atau kedua mata. Biasanya disebabkan adenovirus tipe 2,4 dan 7
terutama mengenai remaja, yang disebarkan melalui sekret atau kolam renang.
Konjungtivitis herpetik
Konjungtivitis herpetik biasanya ditemukan pada anak dibawah usia 2 tahun yang
disertai ginggivostomatitis, disebabkan oleh virus herpes simpleks.
Kongjungtivitis new castle
Konjungtivitis new castle merupakan bentuk konjungtivitis yang ditemukan pada
peternak unggas, yang disebabkan oileh virus new castle. Gejala awal tibul
perasaan adanya benda asing, silau dan berai pada mata, kelopak mata
membengkak
i.Konjungtivitis jamur
Infeksi jamur jarang terjadi, sedangkan 50% infeksi jamur yang terjadi tidak
memperlihatkan gejala. Jamur yang dapat memberikan infeksi pada konjungtivitis
jamur adalah candida albicans dan actinomyces.
j.Konjungtivitis alergik
Konjungtivitis alergik merupakan bentuk radang konjungtiva akibat reaksi alergi
terhadap noninfeksi biasanya disebabkan oleh reaksi terhadap obat atau bahan
toksik
k.Konjungtivitis kronis
Trakoma
Trakoma merupakan konjungtivitis folikular kronis yang disebabkan oleh chlamidia
trachomatis, pasien akan mengalami gejala gatal pada mata, berair dan fotofobia.
Tanda dan Gejala
Secara umum pasien yang mengalami tanda dan gejala sebagai berikut ;
Mata merah, bengkak, sakit, panas, gatal dan seperti kelilipanBila infeksi bakteri
maka akan terdapat rasa lengket, serta mukopurulen.Bila infeksi karena virus maka
akan bersifat sangat mudah menular apalagi pada mata sebelahnya.
C. KONSEP KONJUNGTIVIS GONORE

Gonore adalah gonokok yang ditemukan oleh Neisser pada tahun 1879, dan baru
diumumkan tahun 1882, kuman tersebut termasuk dalam group Neisseria. Gonokok
termasuk golongan diplokok berbentuk biji kopi berukuran lebar 0,8U dan panjang
1,6U, bersifat tahan asam dan Gram negatif, terlihat diluar dan didalam leukosit,
tidak tahan lama di udara bebas, cepat mati dalam keadaan kering, tidak tahan
suhu di atas 39C dan tidak tahan zat desinfektan. Gonokok terdiri dari 4 tipe, yaitu
tipe 1 dan 2 yang mempunyai vili yang bersifat virulen, serta tipe 3 dan 4 yang
tidak mempunyai vili yang bersifat nonvirulen, vili akan melekat pada mucosa epitel
dan akan menimbulkan reaksi sedang. Gonore tidak hanya mengenai alat-alat
genital tetapi juga ekstra genital. Salah satunya adalah konjungtiva yang akan
menyebabkan konjungtivitis, penyakit ini dapat terjadi pada bayi yang baru lahir
dari ibu yang menderita servisitis gonore atau pada orang dewasa, infeksi terjadi
karena penularan pada konjungtiva melalui tangan dan alat-alat.
Etiologi
Neisseria gonorrhoeae.
Kuman gonokok ini termasuk kuman diplokokus aerobik yang sangat patogen,
virulen, dan invasif.
1.Masa inkubasi 1-5 hari setelah timbul infeksi. Pada orang dewasa, berlangsung
selama 6 minggu.
2.Ada tiga stadium perjalanan penyakit: stadium infiltratif,supuratif, dan
penyembuhan.
3. Ciri stadium infiltratif:
a.Kelopak dan konjungtiva mata kaku disertai rasa sakit pada perabaan.
b.Kelopak mata membengkak dan kaku sehingga sukar dibuka.
c. Konjungtiva bulbi merah, kemotik (bengkak), dan menebal.
d.Khas pada orang dewasa: selaput konjungtiva bengkak dan menonjol, disertai
gambaran hipertrofi papiler yang besar.
e.Umumnya menyerang satu mata (didahului mata kanan) terlebih dahulu dan
biasanya dialami pria.
4.Ciri stadium supuratif:
a.Pada bayi, sekretnya kuning kental. Pada orang dewasa,sekretnya tidak kental
sekali.
b. Bila sangat dini, sekret dapat serous, yang kemudian dapat menjadi kental dan
purulen.
c. Terdapat pseudomembran yng merupakan kondensasi fibrin pada permukaan
konjungtiva.
5. Pada stadium penyembuhan, semua gejala sangat berkurang.

klasifikasi
Di klinik, penyakit ini terlihat dalam bentuk:
1. ophthalmia neonatorum (bayi berusia 1-3 hari)
2. konjungtivitis gonore infantum (usia lebih dari 10 hari)
3. konjungtivitis gonore adultorum
patofisiologi
Konjungtiva adalah lapisan mukosa yang membentuk lapisan terluar mata. Iritasi
apapun pada mata dapat menyebabkan pembuluh darah dikonjungtiva berdilatasi.
Iritasi yang terjadi ketika mata terinfeksi menyebabkan mata memproduksi lebih
banyak air mata. Sel darah putih dan mukus yang tampak di konjungtiva ini terlihat
sebagai discharge yang tebal kuning kehijauan. 6
Perjalanan penyakit pada orang dewasa secara umum, terdiri atas 3 stadium :
1. Stadium Infiltratif.
Berlangsung 3 4 hari, dimana palpebra bengkak, hiperemi, tegang,
blefarospasme, disertai rasa sakit. Pada konjungtiva bulbi terdapat injeksi
konjungtiva yang lembab, kemotik dan menebal, sekret serous, kadang-kadang
berdarah. Kelenjar preauikuler membesar, mungkin disertai demam. Pada orang
dewasa selaput konjungtiva lebih bengkak dan lebih menonjol dengan gambaran
hipertrofi papilar yang besar. Gambaran ini adalah gambaran spesifik gonore
dewasa. Pada umumnya kelainan ini menyerang satu mata terlebih dahulu dan
biasanya kelainan ini pada laki-laki didahului pada mata kanannya, 4,6,7
2. Stadium Supurativa/Purulenta.
Berlangsung 2 3 minggu, berjalan tak begitu hebat lagi, palpebra masih bengkak,
hiperemis, tetapi tidak begitu tegang dan masih terdapat blefarospasme. Sekret
yang kental campur darah keluar terus-menerus. Pada bayi biasanya mengenai
kedua mata dengan sekret kuning kental, terdapat pseudomembran yang
merupakan kondensasi fibrin pada permukaan konjungtiva. Kalau palpebra dibuka,
yang khas adalah sekret akan keluar dengan mendadak (memancar muncrat), oleh
karenanya harus hati-hati bila membuka palpebra, jangan sampai sekret mengenai
mata pemeriksa. 4,6,7
3. Stadium Konvalesen (penyembuhan). hipertrofi papil
Berlangsung 2 3 minggu, berjalan tak begitu hebat lagi, palpebra sedikit bengkak,
konjungtiva palpebra hiperemi, tidak infiltratif. Pada konjungtiva bulbi injeksi
konjungtiva masih nyata, tidak kemotik, sekret jauh berkurang. 4,6,7
Pada neonatus infeksi konjungtiva terjadi pada saat berada pada jalan kelahiran,
sehingga pada bayi penyakit ini ditularkan oleh ibu yang sedang menderita
penyakit tersebut. Pada orang dewasa penyakit ini didapatkan dari penularan
penyakit kelamin sendiri.

Pada neonatus, penyakit ini menimbulkan sekret purulen padat dengan masa
inkubasi antara 12 jam hingga 5 hari, disertai perdarahan sub konjungtiva dan
konjungtiva kemotik.2,4,5,6,8,10
Mikroorganisme (virus, bakteri, jamur), bahan alergen, iritasi menyebabkan kelopak
mata terinfeksi sehingga kelopak mata tidak dapat menutup dan membuka
sempurna, karena mata menjadi kering sehingga terjadi iritasi menyebabkan
konjungtivitis. Pelebaran pembuluh darah disebabkan karena adanya peradangan
ditandai dengan konjungtiva dan sclera yang merah, edema, rasa nyeri, dan adanya
secret mukopurulent.
Akibat jangka panjang dari konjungtivitis yang dapat bersifat kronis yaitu
mikroorganisme, bahan allergen, dan iritatif menginfeksi kelenjar air mata sehingga
fungsi sekresi juga terganggu menyebabkan hipersekresi. Pada konjungtivitis
ditemukan lakrimasi, apabila pengeluaran cairan berlebihan akan meningkatkan
tekanan intra okuler yang lama kelamaan menyebabkan saluran air mata atau kanal
schlemm tersumbat. Aliran air mata yang terganggu akan menyebabkan iskemia
syaraf optik dan terjadi ulkus kornea yang dapat menyebabkan kebutaan. Kelainan
lapang pandang yang disebabkan kurangnya aliran air mata sehingga pandangan
menjadi kabur dan rasa pusing
dapat anda lihat bagannya di :
patofisiologi bagian 1 dan patofisiologi bagian 2
Gambaran Klinis
Manifestasi yang muncul adalah hiperemi pada kongjungtiva, lakrimasi (sekresi dan
pengeluaran air mata), eksudat dengan sekret yang lebih nyata dipagi hari,
pseudoptosis akibat kelopak mata membengkak, mata seperti ada benda asing.
Konjungtivitis gonore
Radang konjungtiva akut yang disertai dengan sekret purulen. Pada neonatus
infeksi ini terjadi pada saat berada dijalan lahir. Pada orang dewasa penyakit ini
didapatkan dari penularan penyakit kelamin pada kontak dengan penderita uretritis
atau gonore
Manifestasi klinis yang muncul pada bayi baru lahir adanya sekret kuning kental,
pada orang dewasa terdapat perasan sakit pada mata yang dapat disertai dengan
tanda tanda infeksi umum.
Keluhan-keluhan tersebut terjadi karena pembengkakan (edema) konjungtiva
(bagian dalam kelopak mata: silahkan lihat gambar), serta pembesaran (hipertrofi)
kelenjar di sekitar konjungtiva sehingga berasa seperti ada benda di dalam mata.
Kondisi ini membuat tangan tak kuasa untuk tidak mengucek-ucek, akibatnya makin
bengkak, makin nyeri, makin lengkaplah penderitaan
* Konjungtiva berwarna merah (hiperemi) dan membengkak.
* Produksi air mata berlebihan (epifora)

* Kelopak mata bagian atas nampak menggelantung (pseudoptosis) seolah akan


menutup akibat pembengkakan konjungtiva dan peradangan sel-sel konjungtiva
bagian atas.
* Pembesaran pembuluh darah di konjungtiva dan sekitarnya sebagai reaksi
nonspesifik peradangan.
* Pembengkakan kelenjar (folikel) di konjungtiva dan sekitarnya.
* Terbentuknya membran oleh proses koagulasi fibrin (komponen protein)
* Dijumpai sekret dengan berbagai bentuk (kental hingga bernanah)
Kasus pada bayi dan anak
Gejala subjektif : (-)
Gejala objektif :
Ditemukan kelainan bilateral dengan sekret kuning kental, sekret dapat bersifat
serous tetapi kemudian menjadi kuning kental dan purulen. Kelopak mata
membengkak, sukar dibuka (gambar 1) dan terdapat pseudomembran pada
konjungtiva tarsal. Konjungtiva bulbi merah, kemotik dan tebal.
Kasus pada orang dewasa
Gejala subjektif :
Rasa nyeri pada mata.
Dapat disertai tanda-tanda infeksi umum.
Biasanya terdapat pada satu mata. Lebih sering terdapat pada laki-laki dan
biasanya mengenai mata kanan.
Gambaran klinik meskipun mirip dengan oftalmia nenatorum tetapi mempunyai
beberapa perbedaan, yaitu sekret purulen yang tidak begitu kental. Selaput
konjungtiva terkena lebih berat dan menjadi lebih menonjol, tampak berupa
hipertrofi papiler yang besar (gambar 2). Pada orang dewasa infeksi ini dapat
berlangsung berminggu-minggu.
Penyulit
Penyulit yang didapat adalah tukak kornea marginal terutama di bagian atas,
dimulai dengan infiltrat, kemudian pecah menjadi ulkus. Tukak ini mudah perforasi
akibat adanya daya lisis kuman gonokok (enzim proteolitik). Tukak kornea marginal
dapat terjadi pada stadium I atau II, dimana terdapat blefarospasme dengan
pembentukan sekret yang banyak, sehingga sekret menumpuk dibawah konjungtiva
palpebra yang merusak kornea dan hidupnya intraseluler, sehingga dapat
menimbulkan keratitis, tanpa didahului kerusakan epitel kornea. Ulkus dapat cepat
menimbulkan perforasi, edofthalmitis, panofthalmitis dan dapat berakhir dengan
ptisis bulbi.

Pada anak-anak sering terjadi keratitis ataupun tukak kornea sehingga sering terjadi
perporasi kornea. Pada orang dewasa tukak yang terjadi sering berbentuk cincin.

a. PENGKAJIAN KLIEN DENGAN KASUS KONJUNGTIVITIS GONORE (KASUS2)


Biodata
Nama : Ny K
Jenis Kelamin : Perempuan
Riwayat Kesehatan
Riwayat Kesehatan Sekarang
Keluhan Utama : mata terasa nyeri, gatal, dan terasa ada benda asing.
P : dapat ditanyakan hal atau penyebab apa yang dapat memperparah keluhan
yang dirasakan
klien?
Q : seberapa berat keluhan yang pasien rasakan, seperti apa keluhannya. Pada
kasus klien
mengeluh mata terasa nyeri, gatal, dan terasa ada benda asing
R : pada daerah mana nyeri atau keluhan dirasakan ?
S : tanyakan pada klien seberapa berat keluhan atau nyeri yang dirasakan, berikan
rentang antara 0- 10 ..
T : tanyakan kapan ataukah ada waktu tertentu keluhan yang klien rasakan semakin
parah?
Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien pernah mengalami penyakit menular seksual, dikaji juga mengenai riwayat
penggunaan obat, alergi, operasi mata, dan trauma mata
Riwayat Kesehatan keluarga
Klien mempunyai bayi yang mengeluarkan kotoran seperti nanah di kelopak
matanya, membengkak, merah dan menangis bila ditekan dan dalam keluarga
terdapat penderita penyakit menular ( konjungtivitis )
Psiko-Sosial
Kaji apakah ada gangguan interaksi sosial semenjak klien menrasakan penyakitnya.
Spiritual
Kaji apakah klien mengalami gangguan melaksanakan rutinitas ibadahnya
sehubungan dengan penyakit yang klien derita.

Pemeriksaan Fisik
DO : suhu : 390C, TD : 130/80 mmHg, terdapat secret purulen, edema, hiperemis,
DS : keluhan terasa nyeri, gatal, dan terasa ada benda asing
Pemeriksaan fisik ( Inspeksi ) untuk melihat keadaan struktural mata klien ( edema,
hiperemis, sekret purulen )
Hasil:
Hiperemi konjungtiva yang terlihat nyata pada fornik dan mengurang kea rah
limbus
Secret mukopurulen dan berlimpah pada infeksi bakteri, yang menyebabkan
kelopak mata lengket saat bangun tidur
Edema konjungtiva
Pemeriksaan Laboraturium
Pemeriksaan Giemsa/ pengecatan gram
Dapat dijumpai sel-sel radang polimorfonuklear, sel-sel morfonuklear, juga bakteri
atau jamur penyebab konjungtivitis
Pemeriksaan Visus
Catat derajat pendangan perifer klien karena jika terdapat sekret yang menempel
pada kornea dapat menimbulkan kemunduran visus.
Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan penunjang dilakukan pemeriksaan sediaan langsung sekret
dengan pewarnaan gram atau Giemsa untuk mengetahui kuman penyebab dan uji
sensitivitas untuk perencanaan pengobatan.
Untuk diagnosis pasti konjungtivitis gonore dilakukan pemeriksaan sekret dengan
pewarnaan metilen biru, diambil dari sekret atau kerokan konjungtiva , yang
diulaskan pada gelas objek, dikeringkan dan diwarnai dengan metilen biru 1%
selama 1 2 menit. Setelah dibilas dengan air, dikeringkan dan diperiksa di bawah
mikroskop. Pada pemeriksaan dapat dilihat diplokok yang intraseluler sel epitel dan
lekosit, disamping diplokok ekstraseluler yang menandakan bahwa proses sudah
berjalan menahun. Morfologi dari gonokok sama dengan meningokok, untuk
membedakannya dilakukan tes maltose, dimana gonokok memberikan test maltose
(-). Sedang meningokok test maltose (+).
Bila pada anak didapatkan gonokok (+), maka kedua orang tua harus diperiksa. Jika
pada orang tuanya ditemukan gonokok, maka harus segera diobati. 3,4,7,9
Dibuat dengan sediaan apus sekret konjungtiva dengan pewarnaan biru metilen
sehingga akan terlihat diplokok intraseluler (di dalam leukosit).

askep kasus 2 bag 1, askep kasus 2 bag 2, askep kasus 2 bag 3


G. Pengobatan dan terapi
Terapi:
1. Sekret dibersihkan dengan kapas yang dibasahi air bersih (direbus) atau dengan
garam fiiologis setiap 15 menit. lalu diberi salep penisilin setiap 15 menit.Penisilin
tetes mata dapat diberikan dalam bentuk larutan penisilin G 10.000-20.000 unit/ml
setiap 1 menit sampai 30 menit. lalu salep diberikan setiap 5 menit selama 30
menit. Disusul pemberian salep penisilin setiap 1 jam selama 3 hari.
2. Terapi yang dapat dilakukan meliputi pemberian antibiotika sistemik dan tropika
misalnya berupa salep khusus untuk konjungtivis bakteri dengan fokus salep untuk
bakteri tertentu kemudian diberikan juga bahan antiinflamasi, obat tetes , terapi
irigasi mata, pembersihan kelopak mata dengan menggunakan air hangat / garam
normal.
Pada umumya konjungtivis karena bakteri dapat di obati dengan sulfonamide atau
antibiotic ( gentamycin 0,3%, chloramphenicol 0,5%, polimixin ). Gentamycin dan
tobramycin sering disertai dengan reaksi hipersensitivitas local. Penggunaan
aminoglikosida seperti gentamycin yang tidak teratur dan adekuat dapat
menyebabkan resistensi organisme gram negative.
Farmakologi :
Pengobatan dimulai bila terlihat pada pewarnaan Gram positif diplokok batang
intraseluler dan sangat dicurigai konjungtivitis gonore.
Pasien dirawat dan diberi pengobatan dengan penicillin, salep dan suntikan, pada
bayi diberikan 50.000 U/kgBB selama 7 hari.
Sekret dibersihkan dengan kapas yang dibasahi air bersih (direbus) atau dengan
garam fisiologik setiap jam, kemudian diberi salep penisillin setiap jam.
Penisillin tetes mata dapat diberikan dalam bentuk larutan penisillin (caranya :
10.000 20.000 unit/ml) setiap 1 menit sampai 30 menit. Kemudian salep diberikan
setiap 5 menit selama 30 menit., disusul pemberian salep penisillin setiap 1 jam
selama 3 hari.
Antibiotika sistemik diberikan sesuai dengan pengobatan gonokok.
Pengobatan diberhentikan bila pada pemeriksan mikroskopik yang dibuat setiap
hari menghasilkan 3 kali berturut-turut negatif.

Pada pasien yang resisten terhadap penicillin dapat diberikan cefriaksone


(Rocephin) atau Azithromycin (Zithromax) dosis tinggi. 4,8
Efek samping pengobatan
Tetes nitrat Argenti yang diberi pada bayi baru lahir untuk mencegah infeksi
gonore akan menyebabkan iritasi ringan, tapi akan sembuh dengan sendirinya satu
sampai dua hari tanpa meninggalkan kerusakan menetap.
Antibiotika topikal dapat menyebabkan reaksi alergi.
Antibiotika oral dapat menyebabkan gangguan perut, ruam dan reaksi alergi.
H. Perawat sebagai community organizing
Dalam masyarakat berperan memberikan pendidikan mengenai penyakit yang
berhubungan dengan kasus diatas. Contohnya pendidikan mengenai penyakit
menular seksual, bagaimana caranya agar seseorang tidak mengalami sakit yang
sama berulang-ulang karena kebiasaan yang dilakukannya, dengan melakukan
pencegahan berupa :
Menghindari seks bebas (free sex).
Tidak melakukan Monogami.
Penggunaan kondom saat vaginal, oral maupun anal seks.
PENCEGAHAN LAIN:
Skrining dan terapi pada perempuan hamil dengan penyakit menular seksual.
Secara klasik diberikan obat tetes mata AgNO3 1% Segera sesudah lahir (harus
diperhatikan bahwa konsentrasi AgNO3 tidak melebihi 1%).
Cara lain yang lebih aman adalah pembersihan mata dengan solusio borisi dan
pemberian kloramfenikol salep mata.
Operasi caesar direkomendasikan bila si ibu mempunyai lesi herpes aktif saat
melahirkan.
Antibiotik, diberikan intravena, bisa diberikan pada neonatus yang lahir dari ibu
dengan gonore yang tidak diterapi.

Anda mungkin juga menyukai